1.
URAIAN PENDAHULUAN
Embung adalah merupakan tendon air atau waduk berukuran kecil yang
bertujuan untuk menampung kelebihan air hujan di musim penghujan dan
pemanfaatannya dapat dilakukan pada musim kemarau untuk berbagai
keperluan baik di bidang pertanian maupun kepentingan masyarakat banyak.
Daerah Kab. Humbang Hasundutan banyak terdapat daerah persawahan yang
hanya mengandalkan air hujan sementara itu kebutuhan domestik untuk daerah
perkotaan dan pedesaan juga sangat minim sehingga penampungan air pada
musim hujan mutlak diperlukan untuk pemanfaatan air di musim kemarau.
Untuk mendukung kegiatan ini, pada tahun 2016 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melalui Balai
Wilayah Sungai Sumatera II bermaksud melakukan kegiatan SID Embung
Serbaguna di Kab. Humbang Hasundutan.
LATAR
BELAKANG
1.
2.
3.
4.
2.
MAKSUD DAN
TUJUAN
3.
SASARAN
4.
LOKASI
KEGIATAN
Lokasi pekerjaan :
Lokasi Pekerjaan berada di Kabupaten Humbang Hasundutan , Provinsi
Sumatera Utara. Lokasi dapat dicapai dari ibu Kota provinsi yaitu Kota Medan
lewat jalan darat dengan kendaraan roda empat dengan 4 (empat) buah
embung yaitu :
5. Embung Tambok Bolon, Ambolas di Kecamatan Dolok Sanggul
6. Embung Tambok Punjung di Kecamatan Dolok Sanggul
2
6.
7.
SUMBER
a. Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai pengadaan jasa konsultansi
PENDANAAN
bersumber dari APBN
b.
NAMA DAN
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
ORGANISASI
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
PEJABAT
Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sumatera II
PEMBUAT
Perencanaan dan Program
KOMITMEN
DATA PENUNJANG
DATA DASAR
Pengumpulan data eksisting termasuk rencana pengembangan wilayah
sungaidan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang mencakup tetapi tidak
terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
8.
STANDARD
TEKNIS
STUDI STUDI
TERDAHULU
Data data hasil studi sebelumnya yang berkaitan dengan kegiatan ini harus
dikumpulkan oleh penyedia jasa sebagai bahan acuan
10
.
REFERENSI
HUKUM
Referensi hukum untuk pelaksanaan pekerjaan ini meliputi, tetapi tidak terbatas
pada :
a. Undang Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan ;
b. Undang Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi ;
c. Undang Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara ;
d. Undang Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara ;
e. Undang Undang No. 32 Tahun 2010, tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup ;
f. Undang-undang No 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
g. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL ;
h. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang / Jasa
Pemerintah ;
i. Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2011 Tentang Perubahan Pertama Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah ;
j. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
4
Barang/Jasa Pemerintah ;
k. Peraturan Presiden No. 172 Tahun 2014 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah ;
l. Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah ;
m. Peraturan Menteri PU Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Standar Dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi ;
n. Peraturan Menteri PU Nomor 14 Tahun 2013 Tentang Perubahan Menteri
PU Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi.
11.
LINGKUP
KEGIATAN
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut :
1.
Pekerjaan A
:
Pendahuluan;
2.
Pekerjaan B
:
Survei dan Investigasi
3.
Pekerjaan C
:
Desain
5.
Pekerjaan D
:
Pembuatan Laporan & Diskusi
A. PEKERJAAN A : PENDAHULUAN
I. Pekerjaan Persiapan
a. Persiapan Administrasi;
b. Mobilisasi personil dan peralatan;
c. Rapat persiapan pelaksanaan kontrak untuk membahas
jadwalpelaksanaan kegiatan (time schedule), jadwal penugasan
personil, peralatan dan draft RMK;
II. Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan pengumpulan data sekunder antara lain:
a. Data - data infrastruktur atau rencana pembangunan yang berkaitan
dengan Daerah Aliran Sungai yang berada di Kabupaten Humbang
Hasundutan
b. Rencana tata ruang propinsi, kabupaten, dan pola pengembangan
sumber daya air pada Kabupaten Humbang Hasundutan
c. Kondisi sosial ekonomi dan budaya.
d. Data geologi, hidrologi, tanah, geografi, dan areal banjir.
e. Tata guna lahan, kawasan pariwisata, hutan serta lingkungan hidup
umumnya.
f. Prasarana sosial, pertanian, peternakan, agroekonomi, perikanan,
industri, irigasi serta drainase.
g. Penggunaan air, potensi berbagai permasalahannya, dan data lainnya.
Semua data tersebut diatas dikumpulkan dan dievaluasi oleh konsultan dan
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan pekerjaan SID
Embung Serbaguna di Kab. Humbang Hasundutan
III. Finalisasi Rencana Mutu Kontrak
Rencana Mutu Kontrak (RMK) disusun oleh penyedia jasa yang disetujui oleh
Direksi yang dapat diterapkan sebagai sistem manajemen mutu selama
pelaksanaan pekerjaan. Form penyusunan RMK mengacu ke Permen PU No
04/PRT/M/2009 tentang SMM
5
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
Ketersediaan air
Volume spillway
Neraca air
Analisis frekwensi untuk berbagai kala ulang hujan pada setiap stasiun
hujan (point renfall) dan pemeriksaan kecocokan (goodness of fit),
Perataan dengan poligon Thiessen atau isohit,
b. Kontrol Horizontal
Koordinat awal untuk control horizontal diambil/diinterpolasi dari peta rupa
bumi/topografi 1:50.000 dengan sistem grid, sedangkan azimuth awal
diperoleh dengan pengukuran GPS.
Pengukuran kontrol horizontal dilakukan dengan poligon, poligon tertutup atau
poligon terbuka tetapi diketahui koordinat titik awal dan akhir pengukuran,
poligon melingkupi daerah yang dipetakan, jika daerahnya cukup luas poligon
utama dapat dibagi dalam beberapa kring tertutup (untuk pengukuran situasi).
Usahakan sisi poligon sama panjangnya, poligon cabang terikat kepada
poligon utama dan titik referensi yang digunakan mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan. Usahakan jalur poligon baik cabang atau utama melalui
batas alam yang ada seperti jalan, sungai, batas kampung dan lain lain. Titik
poligon lainnya selain benchmark adalah patok kayu berukuran 5 cm x 5 cm x
60 cm. Patok ini di cat warna merah untuk memudahkan identifikasi. Azimuth
untuk kontrol maupun untuk sudut jurusan awal dicari dengan GPS. Sudut
diukur menggunakan Total Station atau Theodolit perbedaan B dan LB lebih
kecil dari 2 dan ketelitian sudut lebih kecil dari 10n dimana n adalah jumlah
titik poligon. Jarak titik titik poligon utama dan poligon cabang didapat dari
jarak datar Total Station (TS) atau dengan memakai meteran dengan ketelitian
linier poligon utama lebih kecil atau sama dengan 1:7.500 sedangkan poligon
cabang lebih kecil atau sama dengan 1:5.000.
c. Kontrol Vertikal
Semua titik poligon diukur ketinggian (elevasinya), titik referensi awal untuk
kontrol vertikal diambil dari Patok BM TTG (Titik Tinggi Geodesi dari
Bakosurtanal) terdekat dan atau titik titik lain yang telah mendapat persetujuan
dari Direksi Pekerjaan. Pengukuran kontrol vertikal dilakukan pergi pulang
atau double stand dengan selisih beda tinggi antara stand I dengan stand
II tidak boleh lebih dari 2 mm, alat yang digunakan adalah alat ukur waterpass,
sebelum dan sesudah pengukuran alat ukur diperiksa ketelitian garis bidiknya,
jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah jarak muka dan jarak
dari alat ke rambu tidak boleh lebih besar dari 60 m, kecuali menggunakan
Total Station (TS). Sedangkan jarak terdekat dari alat rambu tidak boleh
kurang dari 5 m. Ketelitian Pengukuran waterpass utama tidak boleh lebih dari
10D dan waterpass utama tidak lebih 5D, dimana D adalah jumlah jarak
dalam satuan kilometer.
d. Pengukuran Detail Situasi
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang
telah dipasang, dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran
didalam daerah survey. Bila perlu jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka
utama dan cabang untuk mengisi detail planimetris berikut spot height yang
9
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
- Kurang dari 20 %
- 0,25 m
- 2 % sampai 5 %
- 0,50 m
- Lebih dari 5 %
- 1,00 m
Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 5.00 m
digambarkan lebih tebal. Semua legenda lapangan ditampilkan, terutama :
a) Seluruh alur, drainase, sungai.
b) Jalan jalan desan dan jalan setapak.
c) Petak petak sawah, jarinngan irigasi dan drainase, tambak, batas
kampung, rumah rumah, dan jembatan.
d) Batas tata guna lahan (misalnya pohon, belukar berupa rerumputan dan
alang alang, sawah, kampoeng, kebun, dan lain lain).
e) Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain lain). Nama kampung,
kecamatan nama jalan dan lain lain yang dianggap diperlukan.
c. Ukuran Huruf dan Garis
Semua ukuran huruf dan garis dibuat mangacu pada standardrisasi dalam
penggambaran peta peta/gambar gambar pengairan kriteria perencanaan
irigasi. (Standar Penggambaran = KP-07) diterbitkan oleh subdit. Perencanaan
Teknis, Direktorat Irigasi I, Dirjen Pengairan. Maka ukuran huruf dan garis
dibuat seideal mungkin dengan tidak mengabaikan faktor artistiknya.
d. Legenda dan Penomoran Gambar
Informasi lebih lanjut tentang legenda dan simbol untuk penggambaran
bangunan dan lain lain dapat dilihat pada buku Kriteria Perencanaan Irigasi.
(Standar Penggambaran = KP 07) diterbitkan oleh Subdit. Perencanaan
Teknis, Direktorat Irigasi I, Dirjen Pengairan.
e. Catatan Tambahan Untuk Penyajian Peta Situasi 1:500
1. Overlay Lembar Gambar
a. Dengan banyaknya data ketinggian serta planimetris yang diplotkan pada
peta skala 1:500, dan sering terjadi bahwa gambar tersebut menjadi tidak
karuan, sehingga tidak mungkin membaca angka atau mengenali detail
oleh karena bertumpuknya data.
b. Maka adalah wajar jika tidak seluruh titik titik spot height yang diperoleh
dari lapangan dimasukkan ke dalam gambar akhir atau juga tidak semua
semua data ketinggian dari hasil pengukuran jalur dimasukan.
c. Penyambungan gambar antara lembar satu dengan lainnya dibuat over
lay dengan ukuran over lay setengah grid (5cm pada format skala A1
skala 1:500) dan dibuat diagram petunjuk lembarnya.
d. Semua lembar dengan jelas diberi judul dan referensi terhadap pasangan
lembar 1:500.
2. Peta skala 1:2.000 dapat diperkecil dari hasil peta skala 1:500
3. Peta Indeks/ Rencana
a. Dengan tidak mengabaikan apakah pengeplotan data hanya pada satu
lembar atau beberapa lembar format A1, peta skala 1:2.000 tetap
dibutuhkan untuk menunjukan :
Daerah kerja (garis besar)
Kontur dengan interval 5 m (10 m pada daerah curam, seperti yang
disepakati Direksi).
Spot height yang dipilih
Grid penuh dan berkoordinat, interval 10 cm pada peta indeks.
Nama Kampung dan batas batas administrasi.
11
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
b. Informasi ini dapat diperoleh dari tracing hasil reduksi pada kompilasi peta
1:500 atau dapat diperoleh dari pengeplotan kembali hasil pengukuran.
f. Hasil yang di harapkan dari Pemetaan Situasi
Buku Ukur, Diskripsi BM.
Peta tata letak detail skala.
Peta Situasi Skala 1:500
Peta Situasi Skala 1:2.000
B. Pengukuran dan Pemetaan Profil Memanjang dan Melintang
1. Pengukuran Profil memanjang dan Melintang
Pada lokasi rencana embung dilakukan pengukuran profil memanjang dan
melintang sungai sepanjang 500 m ke arah hilir. Pengukuran profil memanjang
dan melintang sungai ke arah hulu (daerah genangan) untuk tiap embung
dengan jarak pengukuran melintang minimal 25 m dari batas genangan
maksimum dengan interval 15 m. Pengukuran profil memanjang dan
melintang tubuh embung dengan interval 5 m
Pelaksanaan Kegiatan ini adalah melakukan pengukuran profil memanjang
dan melintang sungai dengan ketentuan tahapan pekerjaan sbb:
a. Pembuatan BM dan CP, pada kegiatan ini:
- Menetapkan dan memasang BM pada bangunan utama (embung)sesuai
kebutuhan dengan total BM sebanyak 3 buah tiap embung
- Alat yang digunakan, pengukuran sudut menggunakan Total Station atau
yang sederajat, pengukuran jarak dengan meteran.
b. Pengukuran tampang melintang sungai tiap alur:
- Mengukur tampang melintang sungai dengan jarak spot height maksimum
10 m pada daerah datar, maksimum 5 m pada daerah sedang dan
maksimum 3 m pada daerah curam.
- Lebar pengukuran profil melintang 50 75 m ke kiri dan ke kanan dari tepi
luar tebing sungai tiap alur (sesuai dengan kebutuhan lapangan)
- Alat yang digunakan adalah sipat datar otomatik Ni2, NAKI, NAK2, atau
sejenis dan sederajat. Apabila kondisi tdk memungkinkan dapat diukut
dengan T-0.
2. Penggambaran Profil memanjang dan Melintang
a. Penggambaran tampang memanjang dan melintang
- Ukuran kertas gambar adalah A1
- Tampang memanjang dengan skala panjang 1:1.000 dan skala tinggi 1:
100; 1:200
- Tampang melintang digambar dengan skala 1:100 atau 1:200 untuk
tampang yang besar (skala horizontal dan vertikal sama).
A. Pengeboran
Kegiatan investigasi geologi dan mekanika tanah dilakukan setelah diperoleh
hasil layout yang diplot pada peta situasi.
Kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan geologi dan mekanika tanah
adalah :
A. Bor Inti
Pemboran inti dilaksanakan pada Bangunan Utama (embung) dan
Bangunan lain yang cukup besar yang memerlukan penyelidikan tanah
yang cukup dalam
13
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
C. Uji Laboratorium
Uji laboratorium diperlukan untuk :
- Mendapatkan data guna analisis sifat-sifat fisik-mekanik atau parameter
teknik jenis-jenis batuan dan tanah yang ada di daerah Proyek dan
digunakan untuk klasifikasi maupun rencana peruntukannya.
- Uji laboratorium dilakukan terhadap sampel terganggu (disturbed) dan/atau
tidak terganggu (undisturbed) yang diperoleh dari lubang bor maupun galian
atau paritan uji
Konsultan harus mengelompokkan pekerjaan uji laboratorium menjadi dua
macam, yaitu uji laboratorium mekanika tanah dan mekanika batuan seperti
berikut:
Pada contoh contoh tanah yang terambil, baik tanah asli (tidak terganggu)
maupun contoh tanah terganggu akan dilakukan beberapa macam percobaan
dilaboraturium, sehingga data parameter dan sifat- sifat tanahnya dapat
diketahui.
Penelitian Indeks Properties
Sampel diambil sebanyak 4 sampel, 1 sampel dari pekerjaan test pit
Penelitian ini berfungsi sebagai pendekatan untuk mengetahui kondisi fisik
jenis tanah yang akan kita evaluasi, sehingga penilaian (judgement) yang
dibuat selaras dengan data teknis yang diperoleh.
Pengujian tersebut antara lain:
a. Soil Properties
i.
Berat isi (n)
ii.
Berat jenis (Gs)
iii.
Kadar air (Wn)
b. Analisis ukuran butir (m%)
c. Batas-batas Atterberg (WI,Wp,Ip)
a. Soil Propertis
Berat Isi (n)
Untuk memperoleh jenis nilai berat isi tanah, maka tanah yang akan
dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli;
ii.
Spesific Gravity/ Berat Jenis (Gs)
Nilai berat jenis suatu tanah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu
botol picnometer dan perlengkapannya. Prosedur penentuan berat jenis
tanah ini mengikuti cara : ASTM D.854 atau ASSHO.T.100.
iii.
Kadar Air/ Moisture Content (Wn)
Tanah yang akan dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan
asli, prosedurnya mengikuti ASTM.D.2216.
i.
i.
ii.
antara kuat tekan bebas dalam kondisi asli (undisturbed) dan dalam kondisi
teremas (remolded).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur kuat tekan bebas
(unconfined compressive strength) dari lempung/lanau.
Dari kuat tekan bebas dapat diketahui :
1.Kekuatan geser undrained (Cu)
2.Derajat kepekaan (degree of sensitivity)
c. Trixial Test
Contoh tanah dengan pembebanan atau tekanan kecil yang berlainan dengan
atau disesuaikan dengan rencana bangunan yang ada. Kecepatan perubahan
tinggi, contoh tanah agar disesuaikan dengan macam percobaan dan sifat dari
jenis tanahnya. Prosedur dari percobaaan triaxial ini agar disesuaikan dengan
literature (The Measurement of Soil Properties in The Triaxial Test by Beshop
& Henkel USBR Earth manual & Engineering Properties of Soil dan Their
Measurement of Bowles). Dari hasil-hasil gambar yang diperoleh dengan
mengikuti prosedur ASTM.D.565.
d. Consolidation Test
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah sehubungan
dengan pembebanan yang telah dilakukan. Dengan demikian maka perkiraan
besar penurunan yang terjadi pada lapisan ini dapat diketahui. Besarnya
increment ratio 1 dengan niali pembebanan adalah : 1/4,1/2,1,2,4,8, dan 16
kg/cm2 pada setiap 24 jam dan pengurangan pembebanan seperti nilai
compression index (cc) dan coefficient of consolidation (cv) perlu diperoleh.
Prosedur percobaan penetapan ini dapat mengikuti cara Measurement of
Bowles.
C. PEKERJAAN C : DESAIN
Desain dilakukan, berdasar data kondisi lapangan dan kesesuaiannya dengan
Norma (peraturan), Standar (SNI), Pedoman dan Manual (NSPM) yang
berlaku. Desain embung harus dilakukan berdasar data hasil survey, dan
geologi yang dilakukan.
Tubuh embung, (pondasi), harus didesain dalam satu kesatuan system yang
bekerja bersama-sama. Cakupan desain meliputi antara lain: Penentuan kelas
risiko embung, Tata Letak embung, desain perbaikan pondasi, tubuh embung,
bangunan pelengkap dan jalan masuk.
18
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
Di samping itu desain juga harus dilengkapi dengan gambar desain, rencana
operasi embung dan jadwal pelaksanaan konstruksi.Sebelum menyiapkan
desain, lebih dulu konsultan harus menyiapkan Kriteria Desain yang spesifik
sesuai dengan kondisi lapangan, material yang digunakan, tipe embung yang
dipilih dan harus mengacu pada NSPM yang berlaku.
Sebelum konsultan menyiapkan detail desain, lebih dulu harus melakukan kaji
ulang terhadap beberapa hal :
a.
KELUARAN
Uraian
Ukuran
1
2
3
4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A1
A3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Jumlah
(set)
3
5
21
5
3
3
3
3
3
3
3
5
10
1
3
2
1
Semua Laporan harus diserahkan berupa softcpy dalam bentuk format asli
(docx, xlsx, dwg, dll) dan dalam format pdf
13
.
PERALATAN,
MATERIAL,
PERSONIL DAN
FASILITAS DARI
PEJABAT
14
.
PEMBUAT
KOMITMEN
PERALATAN
DAN MATERIAL
DARI
PENYEDIA
JASA
15
.
LINGKUP
KEWENANGAN
PENYEDIA
JASA
16
.
JANGKA
WAKTU
PENYELESAIAN
KEGIATAN
PERSONIL
17
.
No
A
Uraian
Jlh
O
B
Sertifikat
Keahlian
Klasifikasi
KETUA TIM
Ahli Sumber
Daya Air
AHLI
MUDA
AHLI DESAIN
Ahli Sumber
Daya Air
AHLI
MUDA
Tenaga Sub
Profesional
AHLI DESAIN
ESTIMATOR
CHIEF
DRAFTMAN
CHIEF
SURVEYOR
CAD
PERENCANAAN
SURVEYOR
6
7
S.1 Teknik
Sipil /
Pengairan
S.1 Teknik
Sipil /
Pengairan
S.1 Teknik
Sipil /
Pengairan
4 Tahun
2 Tahun
3 Thn
Tenaga
Pendukung
Pengalaman
Minimal
Tenaga Ahli
Pendidikan
S.1 Teknik
Sipil /
Pengairan
S.1 Teknik
Sipil /
Pengairan
D3/ S1
(Teknik Sipil/
Pengairan)
D3/ S1
(Teknik Sipil/
Pengairan)
4 Thn
3 Thn
3 Thn
5 Tahun/
1 Tahun
CAD
PENGUKURAN
PEMBANTU
SURVEYOR
ADMINISTRASI
OPERATOR
KOMPUTER
D3/ S1
(Semua
Jurusan)
D3/ S1
(Semua
Jurusan)
5 Thn
3 Thn
21
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
10
18
.
TENAGA LOKAL
SURVEY
JADWAL
TAHAPAN
PELAKSANAAN
KEGIATAN
LAPORAN RMK
20
.
LAPORAN
BULANAN
21
.
LAPORAN
PENDAHULUAN
19
.
1.
2.
3.
4.
RMK yaitu suatu bentuk dokumen penjaminan mutu (Quality Assurance) yang
berisi tabel tabel dan jadwal kegiatan yang menjelaskan proses proses
pencapaian mutu dalam suatu pekerjaan, RMK dibuat pada awal kegiatan
setelah terikat kontrak.
1) Latar Belakang
Menjelas kondisi kondisi yang menjadi permasalahan atau kondisi bagaimana
yang diinginkan oleh Penggunan Jasa sehingga diperlukan kegiatan ini.
2) Maksud Pekerjaan
Menjelaskan secara umum apa yang menjadi tugas Konsultan.
3) Tujuan Pekerjaan
Menjelaskan apa produk yang diharapkan oleh Pengguna Jasa dalam
kegiatan ini sebagai hasil kerja dari Konsultan.
4) Data Data Sekunder
Menjelaskan tentang data data sekunder yang telah terkumpul beserta kondisi
dari data data sekunder tersebut.
5) Hasil Orientasi dan Survei Pendahuluan
Menjelaskan hasil orientasi dan survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh
Konsultan serta informasi awal yang didapat dari data data sekunder yang
telah diperoleh Konsultan, terutama tentang hal hal yang erat kaitannya
dengan metode kerja, rencana kerja, dan program pelaksanaan pekerjaan
yang akan dilakukan oleh Konsulan dalam melaksanakan dan menyelesaikan
pekerjaanya.
6) Metode Kerja Secara Umum
Menjelaskan tentang bagaimana cara Konsultan dalam melaksanakan dan
menyelesaikan keseluruhan pekerjaan sesuai dengan kontrak.
Metode kerja dilengkapi dengan tahapan-tahapan kerja secara detail, mulai
dari awal pekerjaan sampai penyelesaian pekerjaan.
Tahapan tahapan kegiatan tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk diagram /
Flow Chart.
Diagram / Flow chart agar menunjukan dengan jelas :
- Tahap tahap pelaksanaan
- Tahap tahap asistensi atau diskusi
- Tahap pemeriksaan
- Tahap permintaaan persetujuan
22
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
LAPORAN
PENUNJANG
Laporan penunjang berupa data data yang diperoleh, Survei lapangan dan
analisa. Laporan ini dilengkapi dengan foto pelaksanaan survei.
23
.
LAPORAN
ANTARA
24
.
LAPORAN
AKHIR
25
.
PRODUKSI
DALAM NEGERI
Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam
wilayah Negara Republik Indonesia (kecuali ditetapkan lain dalam angka 4)
KAK dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.
26
.
PERSYARATAN
KERJA SAMA
a.
b.
27
.
28
.
29
.
PEDOMAN
PENGUMPULA
N DATA
LAPANGAN
ALIH
PENGETAHUAN
KESELAMATAN
DAN
KESEHATAN
KERJA
Ditetapkan Oleh :
PPK Perencanaan dan Program
24
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
LAMPIRAN 1
KONSTRUKSI BENCH MARK
Pen kuningan level
Brass level control pin
20
Tanah Asli/ Ground Level
Beugel 6 - 150
Stirrup
100
65
Beton 1:2:3
Concrete
10
20
15
10
20
20
10
20
10
Ukuran dalam cm
dimensions in cm
6 cm
25 cm
Beton 1:2:3
Nail
A12
Nomor Titik
Station Number
Tanah Asli
ground level
75 cm
Pipa paralon
plastic drainpipe
Ukuran dalam cm
dimensions in cm
25
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
LAMPIRAN 2
DESKRIPSI BM
NO. OF BENCHMARK
KABUPATEN
PROVINSI
TANGGAL
NAMA PROYEK
:
DESA
:
KECAMATAN
:
DIUKUR OLEH
:
BM berupa patokbeton
dengan dimensi 1.0 x 0.2 x
0.2 m
Tinggi patok beton dari
permukaan tanah sekitar
0.20 m
:
:
:
:
20
65
15
20
10
20
10
Nomo
r
Timur/
East (m)
Utara/ North
(m)
Elev (m)
Catatan
BENCH MARK
(BM)
AZIMUT MARK
PREMARK
26
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
27
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
28
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
29
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
30
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II
31
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II