Anda di halaman 1dari 31

LOKASI KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KERJA


KAK
SID EMBUNG SERBAGUNA DI KAB. HUMBANG HASUNDUTAN
Perencanaan dan Program

1.

URAIAN PENDAHULUAN
Embung adalah merupakan tendon air atau waduk berukuran kecil yang
bertujuan untuk menampung kelebihan air hujan di musim penghujan dan
pemanfaatannya dapat dilakukan pada musim kemarau untuk berbagai
keperluan baik di bidang pertanian maupun kepentingan masyarakat banyak.
Daerah Kab. Humbang Hasundutan banyak terdapat daerah persawahan yang
hanya mengandalkan air hujan sementara itu kebutuhan domestik untuk daerah
perkotaan dan pedesaan juga sangat minim sehingga penampungan air pada
musim hujan mutlak diperlukan untuk pemanfaatan air di musim kemarau.
Untuk mendukung kegiatan ini, pada tahun 2016 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melalui Balai
Wilayah Sungai Sumatera II bermaksud melakukan kegiatan SID Embung
Serbaguna di Kab. Humbang Hasundutan.

LATAR
BELAKANG

1.
2.
3.
4.

2.

MAKSUD DAN
TUJUAN

Rencana embung yang akan dibangun di Kab. Humbang Hasundutan


diantaranya :
Embung Tambok Bolon, Ambolas
Embung Tambok Punjung
Embung Simarubak Ubak
Embung Tambok Bolon Paranginan

Maksud dari kegiatan ini adalah:


1. Melakukan pekerjaan pengukuran dan pemetaan pada areal genangan
embung dan pengukuran alur 500 m ke arah hilir dari rencana tubuh
embung
2. Melakukan perhitungan kapasitas tampung dari waduk
3. Membuat detail desain embung
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
1. Menyiapkan gambar dan dokumen perencanaan embung

3.

SASARAN

Sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah:


1. Terpenuhinya kebutuhan air baku dengan adanya Embung Holbung, Bonan
Dolok, Hutanamora dan Embung Aek Simare
2. Optimasi pemanfaatan Sumber Daya air yang ada

4.

LOKASI
KEGIATAN

Lokasi pekerjaan :
Lokasi Pekerjaan berada di Kabupaten Humbang Hasundutan , Provinsi
Sumatera Utara. Lokasi dapat dicapai dari ibu Kota provinsi yaitu Kota Medan
lewat jalan darat dengan kendaraan roda empat dengan 4 (empat) buah
embung yaitu :
5. Embung Tambok Bolon, Ambolas di Kecamatan Dolok Sanggul
6. Embung Tambok Punjung di Kecamatan Dolok Sanggul
2

BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

7. Embung Simarubak Ubak di Kecamatan Dolok Sanggul


8. Embung Tambok Bolon Paranginan di Kecamatan Paranginan
5.

6.

7.

SUMBER
a. Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai pengadaan jasa konsultansi
PENDANAAN
bersumber dari APBN
b.
NAMA DAN
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
ORGANISASI
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
PEJABAT
Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sumatera II
PEMBUAT
Perencanaan dan Program
KOMITMEN
DATA PENUNJANG
DATA DASAR
Pengumpulan data eksisting termasuk rencana pengembangan wilayah
sungaidan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang mencakup tetapi tidak
terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.

8.

STANDARD
TEKNIS

Peta dasar skala 1: 50.000


Peta citra satelit
Peta geologi permukaan
Peta tata guna lahan
Peta RTRW
Data Pola dan Rencana Pengelolaan SDA
Data Kawasan Strategis Nasional
Data Topografi, Geologi, dan Geoteknik ;
Data Hidrologi;
Data Sumber Material Konstruksi;
Data Bangunan Hidrolik eksisting ;
Kondisi Irigasi;
Transportasi ;
Agronomi dan Agro-ekonomi ;
Sosial Ekonomi ;
Lingkungan;
Infrastruktur ;

Pekerjaan ini dilaksanakan dengan pedoman dan standar berikut :


1. 03-PRT-M-2009 Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bendungan
2. Pd T-08-2004-A Instrumentasi Tubuh Bendungan Tipe Urugan dan
Tanggul
3. Pd T-14-2004-A Analisis Stabilitas Bendungan Tipe Urugan akibat beban
Gempa
4. Pd. M-01-2004-A Uji mutu kons. Tubuh bendungan tipe urugan
5. Pt M-03-2000-A Metode Perhitungan Kapasitas Tampungan pd Waduk
6. RSNI M-02-2002 Metode Analisis & Cara pengendalian Rembesan air
utk bendungan tipe urugan
7. RSNI M-03-2002 Metode analisis stabilitas lereng statik bendungan tipe
urugan
8. RSNI T-01-2002 Tata Cara desain tubuh bendungan tipe urugan
9. Pd m-18-1995-03 Metode Pengolahan Data Klimatologi
10. Pd T-02-2005-A Analisis Daya Dukung tanah Pondasi Dangkal pd Bang.
Air
11. Pd T-03.1-2005-A Penyelidikan Geoteknik utk Pondasi Bang. Air Vol. 1
12. Pd T-03.2-2005-A Penyelidikan Geoteknik utk Pondasi Bang. Air Vol. 2
13. Pd T-03.3-2005-A Penyelidikan Geoteknik utk Pondasu Bang. Air. Vol.3
14. Pd T-06-2004-A Peramalan Debit Aliran Sungai
15. Pd T-10-2004-A Pengukuran dan Pemetaan Teristris Sungai
16. Pd T-40-2000-A Tata Cara Deskripsi Keadaan & Penyelidikan Lap. Pada
Pek. Tanah
3

BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

17. Pd T-44-2000-A Tata Cara Pemadatan Tanah


18. RSNI M-01-2002 Cara Uji Pengukuran Potensi Keruntuhan Tanah di
Lab.
19. SNI 03-1724-1989 Tata cara perencanaan hidrologi dan Hidraulik untuk
bangunan di sungai
20. SNI 03-2415-1991 Metode Perhitungan Debit Banjir
21. SNI 03-2435-1991 Metode Pengujian Laboratorium tentang contoh
tanah
22. SNI 03-2849-1992 Tata Cara pemetaan geologi teknik
23. SNI 03-3422-1994 Metode Pengujian Batas Susut tanah
24. SNI 03-3637-1994 Metode pengujian berat isi tanah berbutir halus
dengan cetakan benda uji
25. SNI 03-3637-1994 Metode Pengujian kuat tekan bebas tanah kohesif
26. Pd M-22-1996-03 Metode pengujian triaxial untuk tanah kohesif dalam
keadaan tanpa konsolidasi dan drainase
27. SNI 03-3961-1991 Metode pengujian kadar sedimen layang secara
gravimetric dengan pengendapan
28. SNI 03-3962-1995 Metode pengujian distribusi butir sedimen
layangsecara gravimetric dengan ayakan
29. SNI 03-4145-1996 Metode pengujian berat jenis sedimen layang
dengan piknometer
30. Pedoman Analisis Dinamik Bendungan Urugan, Ditjen SDA, 2008
31. Pedoman Pembangunan Bendungan Urugan Batu Membran Beton,
Ditjen SDA, 2011
32. Pedoman Klasifikasi Bahaya Bendungan, Ditjen SDA, 2011.
33. Persyaratan Teknis bagian Pengukuran Topografi PT-02, Standar
Perencanaan Irigasi, Ditjen Air, Desember 1986.
34. Panduan Perencanaan Bendungan Urugan Vol. I s/d Vol. V, Ditjen Air
Juli 199.
Dll.
Standar dan pedoman yang digunakan dapat juga menggunakan standar
dan pedoman lain yang terkait dan berlaku. Konsultan wajib memiliki dan
memahami seluruh standar dan pedoman tersebut dan menjadikan acuan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
9.

STUDI STUDI
TERDAHULU

Data data hasil studi sebelumnya yang berkaitan dengan kegiatan ini harus
dikumpulkan oleh penyedia jasa sebagai bahan acuan

10
.

REFERENSI
HUKUM

Referensi hukum untuk pelaksanaan pekerjaan ini meliputi, tetapi tidak terbatas
pada :
a. Undang Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan ;
b. Undang Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi ;
c. Undang Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara ;
d. Undang Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara ;
e. Undang Undang No. 32 Tahun 2010, tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup ;
f. Undang-undang No 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
g. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL ;
h. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang / Jasa
Pemerintah ;
i. Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2011 Tentang Perubahan Pertama Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah ;
j. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
4

BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

Barang/Jasa Pemerintah ;
k. Peraturan Presiden No. 172 Tahun 2014 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah ;
l. Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah ;
m. Peraturan Menteri PU Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Standar Dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi ;
n. Peraturan Menteri PU Nomor 14 Tahun 2013 Tentang Perubahan Menteri
PU Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi.

11.

LINGKUP
KEGIATAN

RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut :
1.
Pekerjaan A
:
Pendahuluan;
2.
Pekerjaan B
:
Survei dan Investigasi
3.
Pekerjaan C
:
Desain
5.
Pekerjaan D
:
Pembuatan Laporan & Diskusi

A. PEKERJAAN A : PENDAHULUAN
I. Pekerjaan Persiapan
a. Persiapan Administrasi;
b. Mobilisasi personil dan peralatan;
c. Rapat persiapan pelaksanaan kontrak untuk membahas
jadwalpelaksanaan kegiatan (time schedule), jadwal penugasan
personil, peralatan dan draft RMK;
II. Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan pengumpulan data sekunder antara lain:
a. Data - data infrastruktur atau rencana pembangunan yang berkaitan
dengan Daerah Aliran Sungai yang berada di Kabupaten Humbang
Hasundutan
b. Rencana tata ruang propinsi, kabupaten, dan pola pengembangan
sumber daya air pada Kabupaten Humbang Hasundutan
c. Kondisi sosial ekonomi dan budaya.
d. Data geologi, hidrologi, tanah, geografi, dan areal banjir.
e. Tata guna lahan, kawasan pariwisata, hutan serta lingkungan hidup
umumnya.
f. Prasarana sosial, pertanian, peternakan, agroekonomi, perikanan,
industri, irigasi serta drainase.
g. Penggunaan air, potensi berbagai permasalahannya, dan data lainnya.
Semua data tersebut diatas dikumpulkan dan dievaluasi oleh konsultan dan
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan pekerjaan SID
Embung Serbaguna di Kab. Humbang Hasundutan
III. Finalisasi Rencana Mutu Kontrak
Rencana Mutu Kontrak (RMK) disusun oleh penyedia jasa yang disetujui oleh
Direksi yang dapat diterapkan sebagai sistem manajemen mutu selama
pelaksanaan pekerjaan. Form penyusunan RMK mengacu ke Permen PU No
04/PRT/M/2009 tentang SMM
5
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

IV. Penyusunan Laporan Pendahuluan


Maksud dan tujuan Laporan Pendahuluan :
a. Menguraikan dengan jelas rencana kerja Konsultan dan bagaimana
Konsultan akan melaksanakan dan menyelesaikan Pekerjaan;
b. Menjadi dokumen yang akan digunakan oleh PPK dan jajarannya untuk
monitoring pekerjaan, memfasilitasi kegiatan Konsultan, dan hal hal lain
yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan pekerjaan.

B. PEKERJAAN B : SURVEI DAN INVESTIGASI


A. Pekerjaan Analisis Hidrologi
Kegiatan analisis ini meliputi antara lain:
Kebutuhan air

Ketersediaan air

Volume tampungan embung

Volume spillway

Neraca air

Analisis kebutuhan air dilakukan untuk mendapatkan besaran mengenai:


kebutuhan air apakah untuk irigasi, air baku domestik, dll. Analisis dilakukan
dengan berpedoman pada standar dan pedoman terkait; untuk kebutuhan
irigasi menggunakan Standar Perencanaan Irigasi yang terbaru/ telah direvisi.
Analisis ketersediaan air dihitung berdasar data curah hujan atau debit aliran
sungai atau alur (data hidrologi yang terupdate) . Apabila data debit dari pos
duga air didekat lokasi calon embung tidak tersedia, dapat digunakan data
pos curah hujan atau debit sintetik yang diperkirakan dari data pengamatan
pos duga air didekatnya. Data debit yang diperlukan dapat diperkirakan
dengan menganggap bahwa limpasan persatuan luas dilokasi studi sama
dengan yang di pos duga air.
Data debit sintetik juga dapat diperoleh dari data meterologi (curah hujan
dan evapotranspirasi) di DAS. Berdasarkan data tersebut kemudian dibuat
simulasi model hubungan hujan-limpasan dengan metode yang lazim
digunakan seperti: untuk interval bulanan dengan model NRECA dan F.J.
Mock, sedang untuk harian dapat digunakan model Sacramento, Stanford
dan Tank. Agar hasil analisis akurat, parameter yang digunakan dalam
model dapat dikalibrasi.
Neraca air, dilakukan untuk mengetahui neraca atau kesetimbangan antara
kebutuhan air, kehilangan air dan ketersediaan air diwaduk (water
availability). Ketersediaan air di embung direncanakan dengan keandalan
(menyamai atau melampaui) : 80% (irigasi), 98% (air baku). Selain itu juga
harus mempertimbangkan kebutuhan air yang harus ada untuk koservasi
sungai di bagian bawah.
Banjir desain atau banjir rencana yang perlu dihitung dalam penyiapan
desain embung meliputi Banjir Maksimum Boleh Jadi (BMB atau PMF),
banjir kala ulang 1000 tahun atau Q1000, Q100, Q50, Q25, Q10 , Q2 dalam
bentuk hidrograf banjir yang penggunaannya tergantung keperluan, antara
6
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

lain untuk desain bangunan pelimpah, tubuh embung, saluran pengelak,


tinggi jagaan, dll.
Patokan banjir desain dan kapasitas pelimpah untuk embung berpedoman
pada SNI 03-3432-1994 dengan mempertimbangkan klasifikasi bahaya
embung. Banjir desain dapat dihitung dengan menggunakan data
debit/aliran sungai atau bila datanya tidak tersedia dapat menggunakan data
curah hujan. Untuk merubah data curah hujan menjadi hidrograf banjir
diperlukan hidrograf satuan. Bila hidrograf hasil pengamatan tidak tersedia,
dapat dilakukan analisis hubungan hujan-limpasan dengan menggunakan
metode hidrograf satuan sintetik yang lazim digunakan seperti metode Gama
I, SCS, Snyder, Clark dan Nakayasu. Parameter yang digunakan pada
semua metode tersebut dapat dikalibrasi sesuai kondisi DAS setempat jika
terdapat data pengamatan AWLR.
Langkah analisis banjir desain dengan metode hidrograf satuan meliputi
antara lain:
Pengolahan (penyaringan, pemeriksaan ) data hujan,

Analisis frekwensi untuk berbagai kala ulang hujan pada setiap stasiun
hujan (point renfall) dan pemeriksaan kecocokan (goodness of fit),
Perataan dengan poligon Thiessen atau isohit,

Penetapan koefisien reduksi berdasar Depth Area Duration atau Area


Reduction Factor,
Hitung curah hujan DAS (basin rainfall) merupakan curah hujan
desain yang dicari,
Buat pola distribusi hujan jam-jaman (meliputi durasi dan distribusi)

Hitung hujan efektif (hujan total dikurangi losses),

Buat hidrograf satuan sintetik dengan mempertimbangkan kondisi


DAS,
Susun hidrograf banjir inflow, lakukan untuk beberapa metode
diperoleh debit desain inflow,
Lakukan penelusuran embung (reservoir routing),

Susun hidrograf banjir outflow diperoleh debit banjir outflow.

Untuk banjir PMF, lakukan analisis seperti langkah-langkah tersebut diatas


dengan menggantikan analisis frekwensi dengan menggunakan metode
statistik Hershfield dan Isohyet PMP.
Dalam analisis hubungan hujan-limpasan dengan menggunakan Unit
Hidrograf Sintetis, diperlukan pola distribuasi jam-jaman yang meliputi:
durasi hujan dan distribusi hujan.
Durasi hujan yang digunakan adalah durasi hujan kritis yang menyebabkan
muka air banjir tertinggi di embung. Durasi hujan kritis dicari dengancara
coba-coba melakukan penelusuran banjir embung untuk berbagai durasi
hujan, kemudian dipilih durasi yang mengakibatkan elevasi muka air banjir di
embung yang tertinggi.
Langkah-langkah perhitungan banjir desain dilakukan dengan mengacu
7
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

pada Panduan Perencanaan Bendungan Urugan, volume II Analisis


Hidrologi, Ditjen Air, Juli 1999.
Tinggi jagaan bendungan dihitung untuk tiga kondisi muka air waduk, yaitu
muka air waduk pada kondisi banjir Q100, Q1000 atau PMF dan pada
kondisi PMF. Hasil hitungan tinggi jagaan digunakan untuk menetapkan
tinggi puncak bendungan, dengan memilih hitungan yang menghasilkan
elevasi puncak bendungan yang tertinggi.

B. Pekerjaan Survei Topografi


Dalam rangka pembangunan embung, survei topografi merupakan tahap yang
penting untuk mendapatkan data pendukung dalam melakukan Detail Desain
dan menentukan tipe dan desain embung yang akan dibangun. Sebelum
melaksanakan survei topografi, konsultan terlebih dahulu harus membuat
rencana yang detail yang meyakinkan sebagai pedoman untuk kegiatan
selanjutnya.
Semua kegiatan survei topografi harus menggunakan titik referensi yang
sama, sedapat mungkin agar menggunakan titik referensi dari jaringan sesuai
dengan studi terdahulu. Pelaksanaan survei topografi harus berpedoman pada
Persyaratan Teknis bagian Pengukuran Topografi PT-02,Standar
Perencanaan Irigasi, Ditjen Air Desember 1986. Tingkat ketelitian survei harus
memenuhi standar tersebut.
Survei topografi dan penyiapan peta rupa bumi yang dibutuhkan meliputi :
1) Pengadaan Peta Daerah Pengaliran Sungai skala 1:50.000
2) Pengukuran lokasi Quarry dan Borrow Area,
3) Pengukuran situasi minimal 100 m dari tepi luar rencana genangan
embung. Jarak setiap titik pengukuran (dari situasi) maksimal 15 m
4) Pengukuran potongan melintang dan memanjang sungai pada lokasi
rencana embung, skala 1:100 :1:200 dengan interval 15 meter
5) Pengukuran profil melintang sepanjang tubuh embung dengan interval yang
sama (5 m), hal ini dilakukan agar lebih detail dalam perhitungan BoQ.
6) Pengukuran potongan melintang dan memanjang sungai atau alur interval
50 m ke arah hilir lokasi rencana embung (sepanjang 500m tiap embung)
7) Pengukuran potongan melintang dan memanjang alur sungai di daerah
genangan ke arah hulu lokasi rencana embung dengan interval 15 m dan
batas pengukuran minimal 25 m di luar batas genangan maksimum
8) Pemetaan potongan melintang dan memanjang sungai ke arah hilir as
embung sejauh 500 m untuk potongan melintang skala vertikal & horizontal
1:100, untuk memanjang skala vertikal 1:100; skala horizontal 1: 1000
9) Pemetaan daerah genangan embung skala skala 1:500
10) Pemetaan daerah sumber galian, skala 1:500 ~ 1:1.000
11) Pemetaan Situasi Lokasi embung Skala 1:500

A. Pengukuran dan Pemetaan Situasi


1. Pengukuran Situasi
a. Metodologi Pengukuran
Secara garis besar, pengukuran dan pemetaan situasi meliputi pemasangan
patok beton BM control horizontal dan vertikal.
8
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

Semua data penting yang digunakan untuk menentukan korrdinat Bench


Mark diperoleh dengan cara pengukuran langsung di lapangan.
Semua alat ukur (Total Station, Waterpass dan kelengkapannya) yang
digunakan dalam keadaan baik dan memenuhi syarat.
Sebelum pekerjaan dimulai, konsultan menyerahkan program kerja yang
berisi jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan, daftar personil, daftar personil,
daftar peralatan dan rencana keberangkatan untuk dibahas bersama
dengan Direksi.
Pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan jangka waktu tersisa.

b. Kontrol Horizontal
Koordinat awal untuk control horizontal diambil/diinterpolasi dari peta rupa
bumi/topografi 1:50.000 dengan sistem grid, sedangkan azimuth awal
diperoleh dengan pengukuran GPS.
Pengukuran kontrol horizontal dilakukan dengan poligon, poligon tertutup atau
poligon terbuka tetapi diketahui koordinat titik awal dan akhir pengukuran,
poligon melingkupi daerah yang dipetakan, jika daerahnya cukup luas poligon
utama dapat dibagi dalam beberapa kring tertutup (untuk pengukuran situasi).
Usahakan sisi poligon sama panjangnya, poligon cabang terikat kepada
poligon utama dan titik referensi yang digunakan mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan. Usahakan jalur poligon baik cabang atau utama melalui
batas alam yang ada seperti jalan, sungai, batas kampung dan lain lain. Titik
poligon lainnya selain benchmark adalah patok kayu berukuran 5 cm x 5 cm x
60 cm. Patok ini di cat warna merah untuk memudahkan identifikasi. Azimuth
untuk kontrol maupun untuk sudut jurusan awal dicari dengan GPS. Sudut
diukur menggunakan Total Station atau Theodolit perbedaan B dan LB lebih
kecil dari 2 dan ketelitian sudut lebih kecil dari 10n dimana n adalah jumlah
titik poligon. Jarak titik titik poligon utama dan poligon cabang didapat dari
jarak datar Total Station (TS) atau dengan memakai meteran dengan ketelitian
linier poligon utama lebih kecil atau sama dengan 1:7.500 sedangkan poligon
cabang lebih kecil atau sama dengan 1:5.000.
c. Kontrol Vertikal
Semua titik poligon diukur ketinggian (elevasinya), titik referensi awal untuk
kontrol vertikal diambil dari Patok BM TTG (Titik Tinggi Geodesi dari
Bakosurtanal) terdekat dan atau titik titik lain yang telah mendapat persetujuan
dari Direksi Pekerjaan. Pengukuran kontrol vertikal dilakukan pergi pulang
atau double stand dengan selisih beda tinggi antara stand I dengan stand
II tidak boleh lebih dari 2 mm, alat yang digunakan adalah alat ukur waterpass,
sebelum dan sesudah pengukuran alat ukur diperiksa ketelitian garis bidiknya,
jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah jarak muka dan jarak
dari alat ke rambu tidak boleh lebih besar dari 60 m, kecuali menggunakan
Total Station (TS). Sedangkan jarak terdekat dari alat rambu tidak boleh
kurang dari 5 m. Ketelitian Pengukuran waterpass utama tidak boleh lebih dari
10D dan waterpass utama tidak lebih 5D, dimana D adalah jumlah jarak
dalam satuan kilometer.
d. Pengukuran Detail Situasi
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang
telah dipasang, dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran
didalam daerah survey. Bila perlu jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka
utama dan cabang untuk mengisi detail planimetris berikut spot height yang
9
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

cukup, sehingga diperoleh penggambaran kontur yang lebih menghasilkan


informasi ketinggian yang memadai. Titik-titik spot height interval dengan jarak
maksimum 15 m, atau minimal 30 titik spot height untuk tiap 1 hektar diatas
tanah.
Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman dan
ketidakteraturan terrain. Kerapatan titik spot height yang dibutuhkan dalam
daerah pengukuran tidak hanya daerah sungai, tetapi juga tambak, kampung,
kebun, jalan setapak dan lain lain.
Pengukuran Situasi dilakukan dengan metode Tachimetry menggunakan Total
Station atau yang sejenis. Jarak dari alat rambu tidak boleh lebih dari 60
meter.
e. Data Pengukuran
Seluruh data lapangan ditulis dengan ball point hitam,dan penggunaan pensil
dilarang keras. Tanggal pengukuran, tipe alat, nomor serinya dan keadaan
cuaca dimasukkan pada buku ukur. Nama patok profil, patok poligon, dan
nama monumen jelas tertulis didalam buku ukur sehingga tiap bagian dari
pengukuran dapat dengan mudah untuk dicek. Buku ukur diberi indeks dengan
benar untuk nantinya dicek silang dengan lemabaran hitungan dan lembaran
abstrak.
f. Hitungan Data Ukur
Data lapangan ditabel dengan rapi. Hitungan pendahuluan dalam rangka
pengecekan data dilaksanakan sedini mungkin begitu selesai pengamatan
lapangan. Sumbu vertikal adalah arah utara sedangkan sumbu horizontal arah
timur. Seluruh ketinggian untuk profil serta titik spot height juga diperlihatkan
sampai tiga desimal di dalam peta tanah asli, peta rencana, potongan
memanjang (long section) dan potongan melintang (cross section).
2. Pemetaan Situasi
a. Penggambaran Peta
Seluruh hasil pengukuran diplot dengan format ukuran A1, berlaku bagi
seluruh lembar gambar dan peta. Untuk pengeplotan seluruh peta dan gambar
pada lembar A3 tetap menggunakan format A1. Seluruh hasil pengukuran
situasi dipetakan dalam skala 1:500 dan skala 1:2000 direkam pada peta
indeks berkoordinat penuh.
Seluruh peta mempunyai tanda tanda sebagai berikut :
a) Garis kontur.
b) Seluruh titik spot height yang diukur baik areal irigasi sungai, kampung
maupun kebun.
c) Skala arah utara dan legenda.
d) Grid berkoordinat pada interval 10 cm (50 m pada skala 1:500)
e) Blok judul dan kotak revisi
f) Catatan kaki pada peta
g) Bila penggambaran dilakukan pada beberapa lembar, diagram dari layout
lembar disertakan untuk menunjukan hubungan antara satu lembar dengan
lembar berikutnya (over lay)
b. Penggambaran Kontur
Untuk penggambaran Kontur dibuat apa adanya dan bagian luar daerah irigasi
kontur diplot hanya berdasarkan titik titik spot height, efek artistik tidak
diperlukan. Interval garis kontur sebagai berikut :
Kemiringan Tanah
Interval Kontur
10
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

- Kurang dari 20 %
- 0,25 m
- 2 % sampai 5 %
- 0,50 m
- Lebih dari 5 %
- 1,00 m
Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 5.00 m
digambarkan lebih tebal. Semua legenda lapangan ditampilkan, terutama :
a) Seluruh alur, drainase, sungai.
b) Jalan jalan desan dan jalan setapak.
c) Petak petak sawah, jarinngan irigasi dan drainase, tambak, batas
kampung, rumah rumah, dan jembatan.
d) Batas tata guna lahan (misalnya pohon, belukar berupa rerumputan dan
alang alang, sawah, kampoeng, kebun, dan lain lain).
e) Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain lain). Nama kampung,
kecamatan nama jalan dan lain lain yang dianggap diperlukan.
c. Ukuran Huruf dan Garis
Semua ukuran huruf dan garis dibuat mangacu pada standardrisasi dalam
penggambaran peta peta/gambar gambar pengairan kriteria perencanaan
irigasi. (Standar Penggambaran = KP-07) diterbitkan oleh subdit. Perencanaan
Teknis, Direktorat Irigasi I, Dirjen Pengairan. Maka ukuran huruf dan garis
dibuat seideal mungkin dengan tidak mengabaikan faktor artistiknya.
d. Legenda dan Penomoran Gambar
Informasi lebih lanjut tentang legenda dan simbol untuk penggambaran
bangunan dan lain lain dapat dilihat pada buku Kriteria Perencanaan Irigasi.
(Standar Penggambaran = KP 07) diterbitkan oleh Subdit. Perencanaan
Teknis, Direktorat Irigasi I, Dirjen Pengairan.
e. Catatan Tambahan Untuk Penyajian Peta Situasi 1:500
1. Overlay Lembar Gambar
a. Dengan banyaknya data ketinggian serta planimetris yang diplotkan pada
peta skala 1:500, dan sering terjadi bahwa gambar tersebut menjadi tidak
karuan, sehingga tidak mungkin membaca angka atau mengenali detail
oleh karena bertumpuknya data.
b. Maka adalah wajar jika tidak seluruh titik titik spot height yang diperoleh
dari lapangan dimasukkan ke dalam gambar akhir atau juga tidak semua
semua data ketinggian dari hasil pengukuran jalur dimasukan.
c. Penyambungan gambar antara lembar satu dengan lainnya dibuat over
lay dengan ukuran over lay setengah grid (5cm pada format skala A1
skala 1:500) dan dibuat diagram petunjuk lembarnya.
d. Semua lembar dengan jelas diberi judul dan referensi terhadap pasangan
lembar 1:500.
2. Peta skala 1:2.000 dapat diperkecil dari hasil peta skala 1:500
3. Peta Indeks/ Rencana
a. Dengan tidak mengabaikan apakah pengeplotan data hanya pada satu
lembar atau beberapa lembar format A1, peta skala 1:2.000 tetap
dibutuhkan untuk menunjukan :
Daerah kerja (garis besar)
Kontur dengan interval 5 m (10 m pada daerah curam, seperti yang
disepakati Direksi).
Spot height yang dipilih
Grid penuh dan berkoordinat, interval 10 cm pada peta indeks.
Nama Kampung dan batas batas administrasi.
11
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

b. Informasi ini dapat diperoleh dari tracing hasil reduksi pada kompilasi peta
1:500 atau dapat diperoleh dari pengeplotan kembali hasil pengukuran.
f. Hasil yang di harapkan dari Pemetaan Situasi
Buku Ukur, Diskripsi BM.
Peta tata letak detail skala.
Peta Situasi Skala 1:500
Peta Situasi Skala 1:2.000
B. Pengukuran dan Pemetaan Profil Memanjang dan Melintang
1. Pengukuran Profil memanjang dan Melintang
Pada lokasi rencana embung dilakukan pengukuran profil memanjang dan
melintang sungai sepanjang 500 m ke arah hilir. Pengukuran profil memanjang
dan melintang sungai ke arah hulu (daerah genangan) untuk tiap embung
dengan jarak pengukuran melintang minimal 25 m dari batas genangan
maksimum dengan interval 15 m. Pengukuran profil memanjang dan
melintang tubuh embung dengan interval 5 m
Pelaksanaan Kegiatan ini adalah melakukan pengukuran profil memanjang
dan melintang sungai dengan ketentuan tahapan pekerjaan sbb:
a. Pembuatan BM dan CP, pada kegiatan ini:
- Menetapkan dan memasang BM pada bangunan utama (embung)sesuai
kebutuhan dengan total BM sebanyak 3 buah tiap embung
- Alat yang digunakan, pengukuran sudut menggunakan Total Station atau
yang sederajat, pengukuran jarak dengan meteran.
b. Pengukuran tampang melintang sungai tiap alur:
- Mengukur tampang melintang sungai dengan jarak spot height maksimum
10 m pada daerah datar, maksimum 5 m pada daerah sedang dan
maksimum 3 m pada daerah curam.
- Lebar pengukuran profil melintang 50 75 m ke kiri dan ke kanan dari tepi
luar tebing sungai tiap alur (sesuai dengan kebutuhan lapangan)
- Alat yang digunakan adalah sipat datar otomatik Ni2, NAKI, NAK2, atau
sejenis dan sederajat. Apabila kondisi tdk memungkinkan dapat diukut
dengan T-0.
2. Penggambaran Profil memanjang dan Melintang
a. Penggambaran tampang memanjang dan melintang
- Ukuran kertas gambar adalah A1
- Tampang memanjang dengan skala panjang 1:1.000 dan skala tinggi 1:
100; 1:200
- Tampang melintang digambar dengan skala 1:100 atau 1:200 untuk
tampang yang besar (skala horizontal dan vertikal sama).

C. Pekerjaan Investigasi Geologi dan Geoteknik


Survei dan investigasi geologi dan geologi teknik dimaksudkan untuk
memperoleh data dan gambaran mengenai kondisi geologi dan geoteknik di
lokasi embung, cekungan waduk dan sekitarnya serta di lokasi cadangan
material yang tersedia untuk mendukung pembuatan desain embung dan
perkiraan biaya konstruksi.
Kegiatan yang dilakukan, antara lain :
Pengadaan Peta Geologi Regional dan Pemetaan Geologi
12
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

Investigasi geologi teknik permukaan


Uji insitu geoteknik
Uji laboratorium
Investigasi Material atau Bahan Konstruksi
Pengolahan hasil investigasi
Pelaksana investigasi paling tidak harus memiliki kemampuan dan
pengalaman sebagai berikut:
Memahami proses geologi dan geodinamik serta melakukan evaluasi dan
analisis mengenai data dan kondisi geologi/geologi teknik dalam rangka
mendapatkan parameter teknik untuk desain rinci embung dan bangunanbangunan pelengkapnya serta permasalahan geoteknik yang berpengaruh
terhadap keamanan embung.
Memahami korelasi antara bentuk dan rona muka bumi kaitannya dengan
proses dan kondisi geologi di bawahnya
Memahami dan dapat membedakan keragaman jenis dan klasifikasi Tanah
berdasarkan genesa serta sifat-sifat fisik-mekaniknya.
Zonasi batuan berdasarkan kesamaan sifat-sifat fisik-mekaniknya,
Memahami metode dan teknik pengambilan sampel terganggu (disturbed)
dan tidak terganggu (undisturbed) berikut uji insitu dan laboratorium
mekanika tanah dan batuan.
Memahami kondisi geohidrologi daerah penyelidikan
1. Pengadaan Peta Geologi Regional dan Pemetaan Geologi
Peta geologi regional yang diperlukan minimal dengan skala 1:50.000,
mencakup lokasi calon embung beserta cekungan waduk dan sekitarnya. Peta
Geologi Regional antara lain dapat diperoleh di Direktorat Geologi Tata
Lingkungan atau instansi lain yang dapat dipercaya validitasnya.
Data-data yang diperlukan terkait dengan pemetaan geologi antara lain
meliputi laporan hasil investigasi geologi terdahulu yang pernah dilakukan
didaerah proyek atau proyek-proyek didekatnya, termasuk laporan hasil
investigasi geologi dari kegiatan pertambangan.
Peta geologi regional serta laporan dan data geologi yang terkumpul, harus
dikaji oleh Konsultan dan dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan
untuk perencanaan investigasi dan pemetaan geologi rinci selanjutnya serta
melakukan evaluasi terhadap kondisi geologi di lokasi embung serta cekungan
waduk dan sekitarnya.

A. Pengeboran
Kegiatan investigasi geologi dan mekanika tanah dilakukan setelah diperoleh
hasil layout yang diplot pada peta situasi.
Kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan geologi dan mekanika tanah
adalah :
A. Bor Inti
Pemboran inti dilaksanakan pada Bangunan Utama (embung) dan
Bangunan lain yang cukup besar yang memerlukan penyelidikan tanah
yang cukup dalam
13
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

Rencana kebutuhan teknis di lapangan dengan kedalaman 120 (Seratus


dua puluh) meter (tersebar).
Standar Penetration Test (SPT)
Uji Penetrasi Standar (SPT) dimaksudkan untuk mengetahui kepadatan
relatif dari tanah/batuan pada kedalaman tertentu di lapangan sekaligus
untuk mendapatkan sampel yang representatif untuk mendapatkan
identifikasi tanah bersangkutan.
SPT dilakukan pada lubang bor dengan penyebaran dan interval titik uji
setiap 3 m atau ditentukan berdasarkan kebutuhan desain dan kondisi
geologi setempat. Dalam hal ini konsultan akan meminta persetujuan dari
Direksi Pekerjaan atau sesuai TOR .

Pengambilan Undisturbed Sampel :


Untuk melakukan penelitian sample tanah di laboratorium, pengambilan
contoh tanah ini sangat penting untuk mengetahui sifat dan jenis
tanahnya.Agar parameter sifat-sifat tanah masih dapat digunakan (tidak
terganggu), maka hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan,
pengangkutan dan penyimpanan contoh-contoh tanah ini adalah sebagai
berikut :
Undisturbed Sample, UDS (contoh tak terganggu) diambil dari lubang
pemboran/SPT dan bor tangan (hand auger).
Jumlah pengambilan sampel sebanyak 2 sampel dari setiap titik pengeboran
Penentuan penyebaran dan interval titik pengambilan UDS disesuaikan
dengan kebutuhan desain dan kondisi geologi setempat.
Penentuan rencana penyebaran dan interval titik pengambilan UDS
diperhitungkan dengan cermat, didiskusikan dan meminta persetujuan
Direksi Pekerjaan.
Untuk mendapatkan sample yang baik, Konsultan harus menugaskan well
site geologist yang selektif dan cermat dalam menentukan kedalaman
pengambilan sampel tersebut.
Pengambilan sampel harus menggunakan sampler tube yang mampu
mengambil sampel sepanjang 30 - 45 cm (shelby tube).
Tabung contoh yang telah terisi harus segera ditutup rapat kedua ujungnya
dengan lilin/parafin secara baik dan benar serta diberi label/inisial yang
mencantumkan nama proyek, lokasi, nomor titik bor dan interval kedalaman
pengambilan.
Sampel UDS yang sudah diambil harus segera di analisa di laboratorium.
Pengujian laboratorium dilakukan terhadap contoh tanah tidak terganggu
(undisturbed sample). Pengujian laboratorium Mekanika Tanah untuk contoh
tanah tidak terganggu (undisturbed sample) yang diambil meliputi pengujian
index properties dan structure/engineering properties
B. Sumuran Uji / Test Pit
Pekerjaan sumuran uji atau test pit adalah untuk mengetahui jenis dan tebal
lapisan dibawah permukaan tanah dengan lebih jelas, baik untuk pondasi
bangunan maupun untukbahan timbunan pada daerah sumber galian bahan
(borrow area). Dengan demikian akan dapat diperoleh gambaran yang lebih
jelas mengenai jenis lapisan dan tebalnya, juga volume bahan galian yang
14
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

tersedia dapat dihitung.


Pekerjaan Test Pit dilakukan sebanyak 4 titik.

C. Uji Laboratorium
Uji laboratorium diperlukan untuk :
- Mendapatkan data guna analisis sifat-sifat fisik-mekanik atau parameter
teknik jenis-jenis batuan dan tanah yang ada di daerah Proyek dan
digunakan untuk klasifikasi maupun rencana peruntukannya.
- Uji laboratorium dilakukan terhadap sampel terganggu (disturbed) dan/atau
tidak terganggu (undisturbed) yang diperoleh dari lubang bor maupun galian
atau paritan uji
Konsultan harus mengelompokkan pekerjaan uji laboratorium menjadi dua
macam, yaitu uji laboratorium mekanika tanah dan mekanika batuan seperti
berikut:
Pada contoh contoh tanah yang terambil, baik tanah asli (tidak terganggu)
maupun contoh tanah terganggu akan dilakukan beberapa macam percobaan
dilaboraturium, sehingga data parameter dan sifat- sifat tanahnya dapat
diketahui.
Penelitian Indeks Properties
Sampel diambil sebanyak 4 sampel, 1 sampel dari pekerjaan test pit
Penelitian ini berfungsi sebagai pendekatan untuk mengetahui kondisi fisik
jenis tanah yang akan kita evaluasi, sehingga penilaian (judgement) yang
dibuat selaras dengan data teknis yang diperoleh.
Pengujian tersebut antara lain:
a. Soil Properties
i.
Berat isi (n)
ii.
Berat jenis (Gs)
iii.
Kadar air (Wn)
b. Analisis ukuran butir (m%)
c. Batas-batas Atterberg (WI,Wp,Ip)
a. Soil Propertis
Berat Isi (n)
Untuk memperoleh jenis nilai berat isi tanah, maka tanah yang akan
dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli;
ii.
Spesific Gravity/ Berat Jenis (Gs)
Nilai berat jenis suatu tanah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu
botol picnometer dan perlengkapannya. Prosedur penentuan berat jenis
tanah ini mengikuti cara : ASTM D.854 atau ASSHO.T.100.
iii.
Kadar Air/ Moisture Content (Wn)
Tanah yang akan dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan
asli, prosedurnya mengikuti ASTM.D.2216.
i.

b. Grain size analysis (Analisa Ukuran Butir)


Pada tanah yang berbutir kasar dengan diameter butir lebih besar dari pada
75 mm, lolos melalui ayakan no. 200 akan ditentukan dengan cara Hydrometer
Analysis. Hasil dari pengujian ini akan digambar dengan sumbu mendatar
adalah skala logaritma merupakan nilai diameter dalam mm dari butir dan
sumbu tegak adalah skala biasanya merupakan prosentase kehalusan.
15
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

Pembagian butir tanahnya digunakan USSR dengan prosedur yang sesuai


dengan ASTM.D.42.

i.

c. Atterberg Limit (Batas Batas Atterberg)


Liquit Limit
Batas cair/Liquit limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan dalam proses
dari contoh tanah yang dikeringkan dalam oven pada batas antara keadaan
cair dan keadaan plastis. Nilai batas cair ini dapat ditentukan dengan cara
menentukan nilai kadar air pada contoh tanah yang mempunyai jumlah
ketukan sebanyak 25 kali dijatuhkan setinggi 1 cm pada kecepatan ketukan 2
kali setiap detiknya, dan panjang leren saluran percobaan ini adalah 12,7 mm.
prosedurnya dapat mengikuti SATM.D.423.

ii.

Plastic Limit (Wp)


Batas plastic limit ini adalah kadar air pada batas bawah daerah plastic. Kadar
air ini ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati ayakan No.40
(425 mm) pada alat kaca sehingga membentuk diameter 3,2 mm dan
memperlihatkan retak-retak. Prosedur ini dapat mengikuti ASTM.D.424.
iii.
Plasticity Indek (Pi)
Platicity indek tanah adalah selisih nilai kadar air dari batas cair dengan batas
plastic.
iv.
Shrinkage Limit
a.
Shrinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaan dimana
volume dari tanah ini tidak berubah, prosedur penentuan nilai batas susut
ini dapat mengikuti ASTM.D.427.
Penelitian Engineering Properties
Sampel diambil sebanyak 24 sampel, 2 sampel dari dari tiap titik pekerjaan bor
inti dan 1 sampel dari pekerjaan bor tangan
Setelah data sifat-sifat indeks diketahui, maka pengujian untuk data teknis
disesuaikan dengan sistem pengujian yang sesuai dengan kondisi fisiknya.
Sifat-sifat teknik tanah dapat diketahui dengan melalui cara:
a.
Direct shear test (c,D)
b.
Unconfined Compression test (qun,qur)
c.
Triaxial Test, B.P. sistem consolidated undrained atau unconsolidated
undrained (C, C, D, D)
d.
Tes Konsolidasi (Cc, Cv, Es)

a. Direct Shear Test


Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan kuat geser tanah setelah
mengalami konsolidasi akibat suatu beban dengan drainase 2 arah.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan single shear atau double shear.
Pemeriksaan dapat dibuat pada semua jenis tanah dan pada contoh tanah asli
(undistrub) atau contoh tanah tidak asli (disturb). Dalam perhitungan mekanika
tanah, kuat geser ini biasa dinyatakan dengan kohesi ( C ) dan sudut gesek
dalam ().
b. Unconfined Compression Test
Kuat tekan bebas (qu) adalah harga tegangan aksial maksimum yang dapat
ditahan oleh benda uji silindris (dalam hal ini sampel tanah) sebelum
mengalami keruntuhan geser. Derajat kepekaan/sensitivitas (St) adalah rasio
16
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

antara kuat tekan bebas dalam kondisi asli (undisturbed) dan dalam kondisi
teremas (remolded).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur kuat tekan bebas
(unconfined compressive strength) dari lempung/lanau.
Dari kuat tekan bebas dapat diketahui :
1.Kekuatan geser undrained (Cu)
2.Derajat kepekaan (degree of sensitivity)

c. Trixial Test
Contoh tanah dengan pembebanan atau tekanan kecil yang berlainan dengan
atau disesuaikan dengan rencana bangunan yang ada. Kecepatan perubahan
tinggi, contoh tanah agar disesuaikan dengan macam percobaan dan sifat dari
jenis tanahnya. Prosedur dari percobaaan triaxial ini agar disesuaikan dengan
literature (The Measurement of Soil Properties in The Triaxial Test by Beshop
& Henkel USBR Earth manual & Engineering Properties of Soil dan Their
Measurement of Bowles). Dari hasil-hasil gambar yang diperoleh dengan
mengikuti prosedur ASTM.D.565.
d. Consolidation Test
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah sehubungan
dengan pembebanan yang telah dilakukan. Dengan demikian maka perkiraan
besar penurunan yang terjadi pada lapisan ini dapat diketahui. Besarnya
increment ratio 1 dengan niali pembebanan adalah : 1/4,1/2,1,2,4,8, dan 16
kg/cm2 pada setiap 24 jam dan pengurangan pembebanan seperti nilai
compression index (cc) dan coefficient of consolidation (cv) perlu diperoleh.
Prosedur percobaan penetapan ini dapat mengikuti cara Measurement of
Bowles.

D. Penelitian Tanah Timbunan


Guna mengetahui suatu jenis tanah yang baik untuk bahan timbunan, terlebih
dahulu harus dilakukan pengecekan terhadap data fisik dan teknik.
Ada 3 jenis material timbunan yang perlu diuji, yaitu:
a. Tanah / lempung
b. Pasir
c. Batu

E. Investigasi Material atau Bahan Konstruksi


Investigasi ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan:
Lokasi-lokasi sumber material konstruksi
Kualitas material, mencakup jenis dan sifat fisik - mekanik material
konstruksi.
Penyebaran dan ketersediaan cadangan material (kuantitas) yang
memenuhi persyaratan desain dan konstruksi termasuk perkiraan
ketebalan, kedalaman dan batas-batas galian
Kondisi lokasi yang berkaitan dengan kemudahan penggalian,
aksesibilitas atau pencapaian lokasi seperti jalan masuk, jarak ke
lokasi bendungan, status kepemilikan, konfigurasi muka air tanah,
kondisi vegetasi, perlunya konservasi, dll.
17
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

Kegiatannya antara lain mencakup pemetaan/pengukuran topografi,


investigasi geologi permukaan dan bawah permukaan seperti telah diuraikan
pada butir-butir di atas guna mendapatkan data mengenai : kualitas dan
kuantitas/kecukupan cadangan material konstruksi, derajat pelapukannya, pola
dan penyebaran bidang diskontinyuitas dan data-data lain yang terkait.
Jumlah cadangan material yang tersedia setidaknya 2 sampai 3 kali volume
kebutuhan actual untuk konstruksi. Kondisi geologi dan geologi teknik di lokasi
cadangan material konstruksi harus dituangkan kedalam peta geologi/geologi
teknik di atas peta kontur dengan skala 1 : (500 1000)
Guna mengevaluasi kualitas dan kuantitas cadangan material tanah (borrow
area), penempatan titik pemboran sebaiknya dengan sistim grid dengan
kedalaman maksimal mencapai muka air tanah. Sedangkan kuantitas dan
kualitas cadangan material batu (quarry area) tergantung pada kondisi
topografi dan kondisi geologi/geologi teknik setempat. Untuk itu, Konsultan
harus mengajukan rencana atau program pemboran serta uji laboratorium
yang harus disetujui oleh Direksi
F. Studi Gempa
Parameter gempa desain embung, dapat ditentukan dengan menggunakan
Peta Zona Gempa Indonesia
Jenis beban gempa yang harus diperhitungkan adalah:
Gempa dasar operasi (operating basis earthquacke/OBE), atau gempa
dengan periode ulang sekitar 100~200 tahun.
Gempa desain maksimum (maximum design earthquacke/MDE atau
maximum consider earthquacke/MCE), atau gernpa dengan periode ulang
1000 ~ 10.000 tahun.
Dalam menetapkan parameter gempa yang digunakan dalam analisis
keamanan bendungan, konsultan harus mempertimbangkan, hal-hal berikut:
Tingkat kerusakan di lokasi bendungan
Tingkat / kelas resiko bendungan setelah selesai dibangun
Penjelasan rinci yang berkenaan dengan desain gempa untuk bendungan,
dapat menggunakan pedoman sbb:
o Pedoman no. Pd T-14-2004-A, Analisis stabilitas bendungan tipe urugan
akibat gempa, Departemen Kimpraswil, 10 Mei 2004.
o Pedoman Analisis dinamik bendungan urugan, Ditjen. SDA, Dept.PU, 31
Januari 2008.

C. PEKERJAAN C : DESAIN
Desain dilakukan, berdasar data kondisi lapangan dan kesesuaiannya dengan
Norma (peraturan), Standar (SNI), Pedoman dan Manual (NSPM) yang
berlaku. Desain embung harus dilakukan berdasar data hasil survey, dan
geologi yang dilakukan.
Tubuh embung, (pondasi), harus didesain dalam satu kesatuan system yang
bekerja bersama-sama. Cakupan desain meliputi antara lain: Penentuan kelas
risiko embung, Tata Letak embung, desain perbaikan pondasi, tubuh embung,
bangunan pelengkap dan jalan masuk.
18
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

Di samping itu desain juga harus dilengkapi dengan gambar desain, rencana
operasi embung dan jadwal pelaksanaan konstruksi.Sebelum menyiapkan
desain, lebih dulu konsultan harus menyiapkan Kriteria Desain yang spesifik
sesuai dengan kondisi lapangan, material yang digunakan, tipe embung yang
dipilih dan harus mengacu pada NSPM yang berlaku.
Sebelum konsultan menyiapkan detail desain, lebih dulu harus melakukan kaji
ulang terhadap beberapa hal :
a.

Kaji tata letak embung


Tujuan kaji tata letak embung adalah untuk memperoleh lokasi yang tepat
sehingga diperoleh konstruksi yang efisien dan volume tamping yang
maksimal

b. Desain embung, desain perbaikan fondasi, bangunan pelimpah,


bangunan pengambilan, PLTM dan fasilitas penunjang yang lain dengan
mencakup beberapa hal antara lain:
1) Desain hidrolis
Desain hidraulis, rembesan dan struktur untuk sistem bangunan pengelak
yang meliputi antara lain: saluran pengelak, cofferdam, kelengkapan
bangunan pengelak, rencana plugging, dll.
2) Desain Perbaikan Pondasi Embung
Desain perbaikan pondasi (termasuk tumpuan) bendungan meliputi;
perbaikan permukaan dan bawah permukaan. Perbaikan permukaan
ditujukan antara lain untuk menciptakan: bidang kontak yang baik antara
timbunan dengan fondasi, mencegah terjadinya perbedaan penurunan
yang besar pada timbunan, mencegah terbawanya material timbunan
kedalam rongga-rongga fondasi, membuang material yang lemah, dll.
Perbaikan bawah permukaan ditujukan antara lain untuk meningkatkan:
daya dukung/kuat geser, konsolidasi, tingkat kekedapan air termasuk
melakukan pengendalian rembesan agar tidak terjadi erosi internal, erosi
buluh (piping), sembulan, dll.
3) Desain Tubuh Embung
Dalam penyiapan desain tubuh embung harus dilakukan analisis
satabilitas lereng, analisis deformasi, analisis rembesan, dan analisis lain
yang diperlukan.
Desain tubuh embung harus dilengkapi dengan desian rinci bagianbagian embung meliputi antara lain: puncak bendungan, pelindung lereng
hulu, pelindung lereng hilir, zonasi timbunan, desain filter, transisi dan lain
sebagainya.
4) Desain bangunan pelengkap
Meliputi desain hidraulis, rembesan dan struktur untuk system bangunan
pelengkap yang meliputi antara lain: bangunan pelimpah, bangunan
intake, bangunan pengeluaran bawah (bila ada), dengan disertai
kelengkapan dari masing-masing bangunan, dll.
19
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

5) Desain saluran Induk


Sesuai dengan kondisi lapangan, jika dibutuhkan untuk direncanakan
saluran induk, konsultan harus melakukan pengukuran trase saluran
tersebut sepanjang kira kira 500 m atau sesuai kebutuhan lapangan
berdasarkan persetujuan direksi.

D. PEKERJAAN D : PENYUSUNAN LAPORAN DAN DISKUSI


-

KELUARAN

Konsultan wajib menyerahkan laporan hasil pekerjaan yang telah


didiskusikan kepada pihak direksi.
Konsultan mengadakan diskusi dengan direksi, dan melaksanakan
pemaparan di hadapan direksi dan tim perencanaan.
Konsultan bersedia hadir jika dipanggil/ diundang oleh pihak pengguna.
Konsultan bertanggung jawab penuh atas mutu data/ perencanaan yang
dihasilkan. Apabila data ternyata tidak sah, tidak realistis dan atau
kurang memadai, kurang memuaskan menurut direksi maka konsultan
wajib memperbaikinya.
Konsultan wajib membuat notulen rapat dalam setiap diskusi yang
dilakukan, baik dengan direksi tim teknis balai ataupun dengan tim teknis
di direktorat Pembina di Jakarta

Laporan-laporan yang harus diserahkan sebagai berikut :


No

Uraian

Ukuran

1
2
3
4

Rencana Mutu Kontrak (RMK)


Laporan Pendahuluan
Laporan Bulanan
Laporan Antara
LAPORAN PENUNJANG
Laporan Hidrologi
Laporan Topografi termasuk Deskripsi BM
Laporan Geologi & Mekanika Tanah
Laporan Manual OP
Laporan Nota Perencanaan
Spesifikasi Umum & Teknis
BQ, Metode Kerja dan RAB
Laporan Akhir
Laporan Ringkasan (Executive Summary)
Gambar A1
Gambar A3
Eksternal Hardisk
Dokumentasi

A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A4
A1
A3

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Jumlah
(set)
3
5
21
5
3
3
3
3
3
3
3
5
10
1
3
2
1

Semua Laporan harus diserahkan berupa softcpy dalam bentuk format asli
(docx, xlsx, dwg, dll) dan dalam format pdf
13
.

PERALATAN,
MATERIAL,
PERSONIL DAN
FASILITAS DARI
PEJABAT

PPK menyediakan ruang asistensi dan diskusi/expose, PPK akan mengangkat


petugas atau wakilnya yang bertindak sebagai pengawas atau pendamping.
PPK menyediakan data yang ada di Perencanaan dan Program dan data yang
dianggap perlu oleh pelaksana pekerjaan sebagai data sekunder untuk
menunjang pekerjaan yang akan dilakukan.
20

BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

14
.

PEMBUAT
KOMITMEN
PERALATAN
DAN MATERIAL
DARI
PENYEDIA
JASA

Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan


peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan:
Mobil ( sewa )
Sepeda motor ( sewa )
Komputer ( sewa )
Peralatan Survey ( sewa )
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, bagi penyedia jasa yang
melaksanakan kegiatan ini harus mempunyai kantor di Kota Medan dan
personilnya bekerja di kantor tersebut

15
.

LINGKUP
KEWENANGAN
PENYEDIA
JASA

Penyedia Jasa mempunyai kewenangan untuk mempertanggungjawabkan


produk hasil pekerjaan sesuai dengan data data yang di dapat dari lapangan
dan berdasarkan hasil perhitungan teknis dan pembahasan dengan Tim Unit
Perencanaan Balai Wilayah Sungai Sumatera II

16
.

JANGKA
WAKTU
PENYELESAIAN
KEGIATAN
PERSONIL

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah 7 (tujuh) bulan.

17
.

Tenaga ahli dan klasifikasi yang dibutuhkan :

No
A

Uraian

Jlh
O
B

Sertifikat
Keahlian

Klasifikasi

KETUA TIM

Ahli Sumber
Daya Air

AHLI
MUDA

AHLI DESAIN

Ahli Sumber
Daya Air

AHLI
MUDA

Tenaga Sub
Profesional

AHLI DESAIN

ESTIMATOR

CHIEF
DRAFTMAN

CHIEF
SURVEYOR

CAD
PERENCANAAN
SURVEYOR

6
7

S.1 Teknik
Sipil /
Pengairan
S.1 Teknik
Sipil /
Pengairan
S.1 Teknik
Sipil /
Pengairan

4 Tahun
2 Tahun

3 Thn

Tenaga
Pendukung

Pengalaman
Minimal

Tenaga Ahli

Pendidikan

S.1 Teknik
Sipil /
Pengairan
S.1 Teknik
Sipil /
Pengairan
D3/ S1
(Teknik Sipil/
Pengairan)
D3/ S1
(Teknik Sipil/
Pengairan)

4 Thn
3 Thn
3 Thn
5 Tahun/
1 Tahun

CAD
PENGUKURAN
PEMBANTU
SURVEYOR

ADMINISTRASI

OPERATOR
KOMPUTER

D3/ S1
(Semua
Jurusan)
D3/ S1
(Semua
Jurusan)

5 Thn
3 Thn

21
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

10

18
.

TENAGA LOKAL
SURVEY

JADWAL
TAHAPAN
PELAKSANAAN
KEGIATAN
LAPORAN RMK

Penyedia Jasa diminta untuk membuat jadwal tahapan pelaksanaan pekerjaan


sesuai dengan yang diusulkan dalam penawaran

20
.

LAPORAN
BULANAN

21
.

LAPORAN
PENDAHULUAN

Laporan bulanan setidaknya memuat :


Kegiatan yang telah dilaksanakan pada bulan ini
Rencana kerja bulan berikutnya
Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung untuk bulan berikutnya
Jadwal kegiatan penyedia jasa dilengkapi dengan realisasi pada bulan tersebut.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya pada akhir bulan setiap tanggal
25, sebanyak 3 (tiga) buku laporan setiap bulannya.
Laporan Pendahuuan setidaknya berisikan :

19
.

1.
2.
3.
4.

RMK yaitu suatu bentuk dokumen penjaminan mutu (Quality Assurance) yang
berisi tabel tabel dan jadwal kegiatan yang menjelaskan proses proses
pencapaian mutu dalam suatu pekerjaan, RMK dibuat pada awal kegiatan
setelah terikat kontrak.

1) Latar Belakang
Menjelas kondisi kondisi yang menjadi permasalahan atau kondisi bagaimana
yang diinginkan oleh Penggunan Jasa sehingga diperlukan kegiatan ini.
2) Maksud Pekerjaan
Menjelaskan secara umum apa yang menjadi tugas Konsultan.
3) Tujuan Pekerjaan
Menjelaskan apa produk yang diharapkan oleh Pengguna Jasa dalam
kegiatan ini sebagai hasil kerja dari Konsultan.
4) Data Data Sekunder
Menjelaskan tentang data data sekunder yang telah terkumpul beserta kondisi
dari data data sekunder tersebut.
5) Hasil Orientasi dan Survei Pendahuluan
Menjelaskan hasil orientasi dan survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh
Konsultan serta informasi awal yang didapat dari data data sekunder yang
telah diperoleh Konsultan, terutama tentang hal hal yang erat kaitannya
dengan metode kerja, rencana kerja, dan program pelaksanaan pekerjaan
yang akan dilakukan oleh Konsulan dalam melaksanakan dan menyelesaikan
pekerjaanya.
6) Metode Kerja Secara Umum
Menjelaskan tentang bagaimana cara Konsultan dalam melaksanakan dan
menyelesaikan keseluruhan pekerjaan sesuai dengan kontrak.
Metode kerja dilengkapi dengan tahapan-tahapan kerja secara detail, mulai
dari awal pekerjaan sampai penyelesaian pekerjaan.
Tahapan tahapan kegiatan tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk diagram /
Flow Chart.
Diagram / Flow chart agar menunjukan dengan jelas :
- Tahap tahap pelaksanaan
- Tahap tahap asistensi atau diskusi
- Tahap pemeriksaan
- Tahap permintaaan persetujuan
22
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

- Tahap penyampaian bahagian dari hasil pekerjaan konsultan


- Tahap penyampain hasil penyelesaian pekerjaan
7) Rencana Kerja
Menjelaskan secara detail bagaimana cara Konsultan dalam melaksanakan
setiap tahapan kegiatan yang ada dalam diagram / flow chart tersebut di atas
(item no.6).
Penjelasan tersebut setidaknya mencakup :
Pekerjaan apa saja yang akan dilakukan
Kuantitas pekerjaan yang akan dilakukan
Prosedur dalam melaksanakan pekerjaan
Standar dalam melaksanakan pekerjaan (diuraikan secara ringkas untuk uraian
lengkapnya cukup dengan menunjuk identitas dokumen pendukungnya)
Dokumen yang dibutuhkan dan atau yang perlu dipersiapkan
Alat dan atau piranti yang akan digunakan
Produk dan atau dokumen yang akan dihasilkan berikut bentuknya
8) Program Pelaksanaan Pekerjaan
Menjelaskan dengan detail jadwal pelaksanaan setiap tahapan yan diuraikan
dlam diagram / flow chart. Jadwal pelaksanaan ini jauh lebih detail dari jadwal
pelaksanaan yang ada dalam kontrak.
Jadwal pelaksanaan agar mencantumkan tanggal mulai dan tanggal selesai
setiap tahapan kegiatan. Lebih disukai apabila dapat ditampilkan dalam
bentuk Gantt Chart dan menyampaikan soft copy nya kepada PPK dan
timnya.
Program pelaksanaan agar juga menampilkan secara detail jadwal tenaga
ahli, jadwal penyediaan material dan peralatan serta jadwal lainnya yang
dinilai perlu.
9) Dokumen Lain
Dokumen yang dapat dianggap sebagai bahagian dari dan terkait dengan
Laporan Pendahuluan adalah dokumen KAK dan Rencana Mutu Kontrak
(RMK) atay dokumen lainnya.
Dengan demikian, apabila hal hal dalam laporan pendahuluan tersebut di atas
ternyata telah tertuang dengan lengkap dalam RMK dan KAK maka dokumen
laporan pendahuluan cukup menampilkan secara ringkas (pointer) dan
selanjutnya menunjuk pada dokumen RMK dan KAK tersebut tanpa perlu
mengulanginya kemabli dalam laporan pendahuluan.
10) Tanggapan Terhadap KAK
Menjelaskan tanggapan dan saran Konsultan terhadap KAK. Tanggapan
tersebut dapat menyangkut tentang hal hal yang dinilai kurang jelas atau
saling bertentangan atau hal hal yang dinilai kurang sesuai dengan kondisi
dan situasi lapangan sesuai dengn hasil survei pendahuluan atau hal hal lain
menyangkut acuan kerja.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK
diterbitkan , sebanyak 5 (Lima) buku laporan.
22
.

LAPORAN
PENUNJANG

Laporan penunjang berupa data data yang diperoleh, Survei lapangan dan
analisa. Laporan ini dilengkapi dengan foto pelaksanaan survei.

23
.

LAPORAN
ANTARA

Laporan antara berisi kegiatan yang dilaksanakan sampai dengan pertengahan


kegiatan.
23

BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

24
.

LAPORAN
AKHIR

Laporan akhir berisi hasil keseluruhan kegiatan. Laporan akhir harus


diserahkan selambat-lambatnya pada akhir pelaksanaan kontrak. Laporan yang
diserahkan sebanyak 5 ( lima) buku laporan dan didiskusikan kepada Tim Unit
Perencanaan Balai Wilayah Sungai Sumatera II

25
.

PRODUKSI
DALAM NEGERI

Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam
wilayah Negara Republik Indonesia (kecuali ditetapkan lain dalam angka 4)
KAK dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.

26
.

PERSYARATAN
KERJA SAMA

Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan untuk


pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini maka persyaratan berikut harus
dipatuhi:
Wajib mempunyai perjanjian Kerja Sama Operasi/Kemitraan yang memuat
persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;
Apabila akan ditetapkan sebagai pemenang, maka perjanjian Kerja Sama
Operasi/Kemitraan harus disahkan oleh notaris.

a.
b.

27
.

28
.

29
.

PEDOMAN
PENGUMPULA
N DATA
LAPANGAN
ALIH
PENGETAHUAN

Pengumpulan data lapangan harus memenuhi standard standard yang


berlaku di Indonesia

KESELAMATAN
DAN
KESEHATAN
KERJA

Penyedia Jasa diminta untuk membuat Dokumen Rencana Keselamatan dan


Kesehatan Kerja sesuai dengan lingkup pekerjaan yang diusulkan.

Penyedia Jasa Konsultansi wajib untuk menyelenggarakan pertemuan dan


pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil satuan kerja.
Penyedia Jasa wajib membuat notulen berbentuk daftar pertemuan dengan
personil satuan kerja yang berisikan detail setiap pembahasan yang
ditandatangani oleh personil satuan kerja. Apabila diminta untuk diskusi ke
Direktorat Pembina di Jakarta, maka Penyedia Jasa bersedia tanpa meminta
tambahan anggaran.

Ditetapkan Oleh :
PPK Perencanaan dan Program

Herbet Sihite, ST, Sp


NIP: 19651001 199603 1 001

24
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

LAMPIRAN 1
KONSTRUKSI BENCH MARK
Pen kuningan level
Brass level control pin

20
Tanah Asli/ Ground Level

Beugel 6 - 150
Stirrup

100

65

Beton 1:2:3
Concrete

10

Pelat marmer 12cm x 12cm


Marble plate

20

15

10

Pasir yang dipadatkan


Well compacted sand

20

20
10

20

10

Ukuran dalam cm
dimensions in cm

KONSTRUKSI CONTROL POINT

6 cm
25 cm

Beton 1:2:3
Nail

A12

Nomor Titik
Station Number
Tanah Asli
ground level

75 cm

Pipa paralon
plastic drainpipe

nomor titik ditandai pada pipa paralon


station number to be marked on drain pipe
setiap penanda azimut tertentu harus terlihat dari titik tetap ybs
one azimuth mark to visible from every benchmark
Beton
concrete

Ukuran dalam cm
dimensions in cm

25
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

LAMPIRAN 2
DESKRIPSI BM
NO. OF BENCHMARK
KABUPATEN
PROVINSI
TANGGAL

NAMA PROYEK
:
DESA
:
KECAMATAN
:
DIUKUR OLEH
:
BM berupa patokbeton
dengan dimensi 1.0 x 0.2 x
0.2 m
Tinggi patok beton dari
permukaan tanah sekitar
0.20 m

:
:
:
:

20

65

15
20
10

20

10

Nomo
r

Timur/
East (m)

Utara/ North
(m)

Elev (m)

Catatan

BENCH MARK
(BM)
AZIMUT MARK
PREMARK

SKETSA SEKITAR LOKASI

SKETSA DETAIL LOKASI

PENJELASAN DAN CATATAN :

26
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

27
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

28
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

29
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

30
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

31
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II

Anda mungkin juga menyukai