Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
A. ILMU DAN FILSAFAT
Menurut Jujun S. Suria Sumantri, jenis manusia dalam kehidupan ini berdasarkan
pengetahuannya dibedakan sebagai berikut :
1. Orang yang mengetahui tentang apa yang diketahuinya
2. Orang yang mengetahui tentang apa yang tidak diketahuinya
3. Orang yang tidak mengetahui tentang apa yang diketahuinya
4. Orang yang tidak mengetahui tentang apa yang tidak diketahuinya.
Orang yang dapat memperoleh pengetahuan yang benar apabila orang tersebut termasuk
golongan 1 dan sekaligus 2 yaitu :
1.
Orang yang mengetahui tentang apa yang diketahuinya
2.
Orang yang mengetahui apa yang tidak diketahuinya.
Dengan demikian maka filsafat didorong untuk mengetahui :
1.
Apa yang telah kita ketahui
2.
Apa yang belum kita ketahui
Pengetahuan diperoleh dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan
filsafat dimulai dari kedua-duanya.
Orang mampu berfilsafat apabila :
1.
Rendah hati
Memahami bahwa tidak semuanya akan dapat diketahui dan merasa dirinya kecil
dibandingkan dengan kebesaran alam semesta.
Filsuf Faust mengatakan : Nah disinilah aku, si bodoh yang malang, tak lebih pandai dari
sebelumnya. Socrates menyadari kebodohannya dan bilang Yang saya ketahui adalah
bahwa saya tak tahu apa-apa
2.
Bersedia untuk mengoreksi diri
3.
Berani berterus terang terhadap seberapa jauh kebenaran yang sudah kita jangkau
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita alami sejak di bangku sekolah dasar sampai
pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang
kepada diri sendiri :
1.
Apakah yang sebenarnya saya ketahui tentang ilmu
2.
Apakah ciri-ciri yang hakiki tentang ilmu dibanding dengan yang bukan ilmu
3.
Bagaimanakah saya tahu bahwa ilmu yang saya ketahui memang benar
4.
Kriteria apa untuk menentukan kebenaran.
Berfilsafat antara lain meliputi :
1.
Apakah ilmu yang telah ada sudah benar
2.
Mengapa kita harus mempelajari ilmu
3.
Apakah kegunaan ilmu itu
4.
Apakah ilmu yang ada sudah meliputi semua aspek kehidupan
5.
Di manakah batas cakupan ilmu.Apakah ada aspek kehidupan yang tidak dapat dijelaskan
oleh ilmu
6.
Apakah kelemahan dan kekurangan ilmu
1

Pada hakekatnya berfilsafat adalah merenung. Orang berfilsafat diibaratkan seperti


seseorang di malam hari yang cerah memandang ke langit melihat bintang-bintang yang
bertaburan dan merenungkan hakekat dirinya dalam lingkungan alam semesta. Di samping itu
juga memperhatikan tanah tempat berpijaknya dan berkeinginan untuk membongkarnya secara
fundamental. Hamlet berkata Ah Horaito, masih banyak lagi di langit dan di bumi, selain yang
terjaring dalam filsafatmu . Inilah karakteristik berpikir filsafat yang pertama yaitu
menyeluruh.
Namun demikian ilmuwan juga memiliki kelemahan. Sebagai contohnya, ahli fisika
nuklir memandang rendah ahli ilmu sosial, lulusan IPA merasa lebih tinggi dibanding lulusan
IPS, ilmuwan memandang rendah pengetahuan lain, ilmuwan meremehkan moral, agama, dan
estetika.
Sebaiknya ilmuwan tersebut menengadah ke bintang-bintang dan kalau dia normal akan
berkata Lho, kok masih ada langit lain di luar tempurung kita dan akhirnya dia menyadari
kebodohannya. Pada saat itu Socrates berkata : Ternyata saya tak tahu apa-apa.Selanjutnya
Socrates berpikir filsafati sebagai berikut :
1. Dia tidak percaya bahwa ilmu yang sudah dimilikinya itu benar
2. Apakah kriteria untuk menyatakan kebenaran
3. Apakah kriteria yang digunakan tersebut sudah benar
4. Apakah hakekat kebenaran itu sendiri.
Socrates berpikir tentang ilmu secara mendalam dan ini merupakan karakteristik berpikir
filsafat yang kedua yaitu mendasar.
Pertanyaan-pertanyaan berputar-putar dan melingkar yang seharusnya mempunyai titik
awal dan titik akhir.Namun bagaimana menentukan titik awal? Akhirnya untuk menentukan
titik awal, kita hanya berspekulasi. Inilah karakteristik berpikir filsafat yang ketiga yaitu
spekulatif.
Ciri filsafat adalah spekulatif dalam arti bahwa untuk menembus suatu rangkaian
pengetahuan harus dengan penjelajahan berbekal asumsi, meskipun dengan asumsi yang
spekulatif. Contoh, dengan adanya UFO (Unidentified Flying Object), manusia mulai berpikir
bahwa manusia bukan satu-satunya penghuni alam semesta (lihat Lampiran I).
Akhirnya kita menyadari bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dari
spekulasi. Dari serangkaian spekulasi kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan
yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Dengan demikian lengkaplah tiga
karakter berpikir filsafat yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif.
B.

Filsafat Peneratas Pengetahuan


Seorang yang skeptis berkata : Sudah ribuan tahun orang berfilsafat namun selangkahpun
dia tidak maju. Sepintas lalu kelihatannya memang demikian namun kesalahpahaman tersebut
dijawab oleh Will Durant.
Will Durant mengatakan : Filsafat diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut
pantai untuk pendaratan pasukan infanteri sedangkan infanteri sebagai ilmu. Filsafatlah yang
memenangkan tempat berpijak bagi ilmu, setelah itu ilmulah yang menyempurnakan
kemenangan. Setelah penyerahan dilakukan, maka filsafatpun pergi untuk menjelajah kembali
ke tempat lain.
Semua ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, semula sebagai filsafat, contohnya Ilmu
Fisika yang ditulis oleh Issac Newton semula bernama Filsafat Alam dan menurut Will Durant,
setiap ilmu dimulai dari filsafat dan diakhiri dengan seni. Contoh lainnya, nama asal ekonomi
adalah filsafat moral.
2

Dulu bidang penjelajahan ilmu luas, kemudian dalam perkembangan selanjutnya


menyempit atau bersifat sektoral. Sebagai contoh filsafat moral dikaitkan dengan kegiatan
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang menjadi ilmu
ekonomi.
Manusia tiada henti-hentinya mencari ilmu untuk mempermudah kehidupannya, sehingga
manusia dianggap makhluk yang serakah. Contoh dalam ilmu ekonomi manusia menerapkan
prinsip untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang
sekecil-kecilnya, sehingga manusia juga disebut sebagai Homo Economicus.
Seorang profesor yang penuh humor mengatakan bahwa yang dikaji oleh filsafat :
a. What is a man
b. What is
c. What
Maksudnya :
a.
Semula fisuf mempelajari tentang apa sebenarnya manusia itu.
b.
Kemudian mempelajari apa sebenarnya kehidupan.
c.
Akhirnya filsuf mengatakan what tentang yang ditanyakan kepadanya setelah dia tidak
tertarik mendengarkan uraian panjang lebar yang tidak ilmiah. Bagi dia semua itu GIGO
(Garbage In, Garbage Out/Sampah yang masuk, sampah yang keluar) Filsuf hanya mau
mendengarkan kalau uraian tersebut ilmiah.
1.
2.
3.

Menurut Auguste Comte, tingkat perkembangan ilmu adalah sebagai berikut :


Religius, penjabaran dari ajaran agama
Metafisika, mulai terlepas dari ajaran agama
Positif, diuji secara ilmiah

C. Bidang Telaahan Filsafat


Sesuai dengan karakteristik filsafat yang spekulatif, maka filsafat menelaah segala
masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia dan permasalahan yang dikaji oleh
filsafat meliputi :
1.
Logika ( benar dan salah )
2.
Etika ( baik dan buruk )
3.
Estetika ( indah dan jelek )
Selanjutnya ditambah dengan :
1.
Metafisika (zat dan pikiran )
2.
Politik ( organisasi pemerintahan yang ideal )
Dari lima kajian filsafat tersebut di atas, timbul cabang- cabang filsafat yang amat banyak.
D. Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji
hakekat ilmu.Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dan ilmu
sosial, namun karena permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu sering dibagi
menjadi ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial.
Filsafat ilmu menelaah antara lain :
1.
Objek apa yang ditelaah ilmu
2.
Bagaimana wujud objek tadi
3.
Hubungan antara objek dengan daya tangkap manusia
4.
Bagaimana proses terjadinya ilmu
5.
Kegunaan ilmu
3

6.
Bagaimana hubungannya dengan kaidah moral
Pada hakekatnya telaahan tersebut digolongkan menjadi :
1.
Ontologi, apa yang dikaji oleh ilmu
2.
Epistemologi, bagaimana caranya memperoleh ilmu
3.
Aksiologi, apa kegunaan ilmu

BAB II
PENGERTIAN FILSAFAT
A.
1.

2.

Definisi Filsafat
Menurut Surajiyo definisi fisafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu sebagai berikut :
Arti Filsafat secara etimologi
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia yang terdiri dari kata philein artinya
cinta dan sophia artinya kebijaksanaan, sehingga artinya cinta kebijaksanaan.
Arti Filsafat secara terminologi
a. Plato: Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan tentang
kebenaran yang asli
b. Aristoteles : Filsafaf adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik,
dan estetika (filsafat keindahan)
c. Hasbullah Bakry : Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai
akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.

B. Objek Filsafat
Menurut Surajiyo setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek. Demikian pula filsafat
yang dapat dibedakan dalam :
1. Objek Formal , sudut pandang yang menyeluruh secara umum sehingga dapat mencapai
hakekat dari objek materialnya.Misalnya objeknya manusia yang dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang, di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya
2.

Objek Material , sesuatu yang dimasalahkan oleh filsafat atau disorot oleh suatu disiplin
ilmu. Dalam hal ini terdapat beberapa pengertian yaitu :
a. Segala bentuk pemikiran manusia tentang sesuatu yang ada dan mungkin ada
b. Segala persoalan pokok yang dihadapi manusia saat dia berpikir tentang dirinya dan
tempatnya di dunia
c. Segala pengetahuan manusia serta apa yang ingin diketahui manusia

C. Metode Filsafat
Sebenarnya metode filsafat sama banyaknya dengan definisi dari para ahli dan filsuf
karena metode adalah suatu alat pendekatan untuk mencapai hakekat yang sesuai dengan
pandangan filsuf itu sendiri. Namun demikian sedikitnya ada sepuluh metode, yaitu sebagai
berikut :
1. Metode Kritis, menganalisis istilah atau suatu pendapat
2. Metode Intuitif, melalui intuisi akan tercapai pemahaman langsung mengenai suatu
kenyataan
3. Metode Skolastik, bertitik tolak dari definisi-definisi atau prinsip-prinsip diperoleh
kesimpulan-kesimpulan
4. Metode Geometris, melalui analisis tentang hal yang kompleks, diperoleh suatu hakekat
yang sederhana
5. Metode Empiris, melalui pengalaman-pengalaman disusunlah secara geometris suatu
5

kesimpulan
6. Metode Transendental, melalui pengertian tertentu kemudian dianalisis dengan
memperhatikan syarat-syarat yang penting.Metode ini disebut juga metode Neo Skolastik
7. Metode Fenomenologis, secara sistematis memperhatikan gejala-gejala sehingga terlihat
hakekat-hakekat yang murni
8. Metode Dialektis, melalui dinamika pemikiran yaitu tesis, antithesis, dan sintesis akan
diperoleh hakekat kenyataan
9. Metode Neo Positivistis, kenyataan dipahami dengan jalan menggunakan aturan-aturan
yang positif atau yang berlaku
10. Metode Analitika Bahasa, menganalisa ucapan-ucapan filosofis dengan jalan menganalisa
melalui pemakaian bahasa sehari-hari.
D. Asal Filsafat, Peranan Filsafat, dan Aliran/Mazhab dalam Filsafat
1. Asal Filsafat
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu sebagai berikut :
a. Keheranan
b. Kesangsian
c. Kesadaran akan keterbatasan,karena merasa dirinya sangat kecil, sering menderita,
dan sering mengalami kegagalan mendorong pemikiran bahwa di luar manusia yang
terbatas, pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
2. Peranan Filsafat
Berdasarkan sebab-sebab kelahiran filsafat dan proses perkembangannya, sesungguhnya
filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam sejarah pemikiran manusia,
yaitu :
a.
Pendobrak
Berabad-abad manusia tertawan dalam penjara tradisi, kebiasaan, dan mistik.
Dengan filsafat, manusia mendobrak penjara tersebut dan menyadarkan bahwa
kehidupan dalam penjara adalah kehidupan yang tidak benar.
b.
Pembebas
Filsafat bukan hanya mendobrak penjara tersebut, tetapi juga berhasil membawa
keluar manusia dari penjara tersebut dan meninggalkan kebodohan, kepicikan,
ketidakteraturan, kesesatan berpikir serta menuju ke dunia rasionalitas yang bebas
dari hal-hal yang mengekang akal budi manusia
c.
Pembimbing
Filsafat kemudian membimbing manusia untuk berpikir rasional, luas, mendalam,
sistematis, integral, dan koheren.
3.

Aliran/Mazhab dalam Filsafat


a. Aliran Natural Phylosophi, yang menghargai alam dan wujud setinggi tingginya dan
menganggap bahwa alam bersifat abadi
b. Aliran Ketuhanan, mengakui zat-zat yang metafisik
c. Aliran Mistik, menganjurkan manusia jangan hanya menjangkau alam inderawi
tetapi juga alam non inderawi agar sempurna
d. Aliran Kemanusiaan, menghargai manusia setinggi mungkin karena kesanggupan
manusia memperoleh pengetahuan.
6

E. Ciri-Ciri Filsafat
Menurut Ali Mudhofir yang dikemukakan oleh Surajiyo, ciri-ciri filsafat adalah sebagai
berikut :
1. Radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya
2. Universal, berpikir tentang hal-hal yang bersifat umum dan bukan parsial
3. Konseptual, hasil generalisasi dari pengalaman individual
4. Koheren dan konsisten, sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis dan tidak mengandung
kontradiksi
5. Sistematik, kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan menurut tata
pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud
6. Komprehensif, mencakup secara menyeluruh, misalnya alam semesta secara keseluruhan
7. Bebas, hasil dari pemikiran yang bebas dari berbagai prasangka sosial,
historis,kultural,maupun religious
8. Bertanggung jawab, terhadap hati nurani dan kepada orang lain.
F.

Kegunaan Filsafaf
Dengan belajar filsafat, manusia semakin mampu untuk menangani berbagai pertanyaan
mendasar, dengan demikian menurut Surajiyo, filsafat sangat berguna bagi manusia, yaitu
sebagai berikut :
1. Kegunaan secara umum :
a. Diperoleh pengertian yang mendalam tentang manusia dan dunia
b. Diperoleh kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis tentang
berbagai gejala dari bermacam pandangan
c. Diperoleh dasar metode dan wawasan yang lebih mendalam serta kritis dalam
melaksanakan studi pada ilmu-ilmu khusus
d. Diperoleh kenikmatan yang tinggi dalam berfilsafat (Plato)
e. Dengan berfilsafat manusia berpikir dan karena berpikir maka manusi ada. Menurut
Rene Descartes : karena berpikir maka saya ada (cogito ergo sum)
f.Diperoleh kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh
Usaha peradaban (Alfred North Whitehead)
g. Filsafat merupakan sumber penyelidikan berdasarkan eksistensi tentang manusia
(Maurice Marleau Ponty)
2.

Kegunaan secara khusus, dalam lingkungan sosial budaya Indonesia menurut Franz
Magnis Suseno :
a. Menghadapi tantangan modernisasi melalui perubahan pandangan hidup, nilai-nilai
dan norma filsafat agar dapat bersikap terbuka dan kritis
b. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kebudayaan, tradisi dan filsafat
Indonesia serta untuk mengimplementasikannya
c. Sebagai kritik yang membangun terhadap berbagai ketidakadilan sosial dan
pelanggaran hak asasi manusia
d. Merupakan dasar yang paling luas dan kritis dalam kehidupan intelektual di
lingkungan akademis
e. Menyediakan dasar dan sarana bagi peningkatan hubungan antar umat beragama
berdasarkan Pancasila.

G.

Cabang-cabang Filsafat
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli filsafat, maka dapat dicatat cabang-cabang
fisafat antara lain sebagai berikut :
1.
Epistemologi (teori pengetahuan)
2.
Etika ( Filsafat Moral )
3.
Logika
4.
Metodologi
5.
Biologi
6.
Psikologi
7.
Antropologi
8.
Sosiologi
9.
Estetika ( Fisafat Seni )
10. Metafisika
11. Politik ( Filsafat Pemerintahan )
12. Filsafat Agama
13. Filsafat Ilmu
14. Filsafat Pendidikan
15. Filsafat Hukum
16. Filsafat Sejarah
17. Filsafat Matematika
H.

Filsafat dan Agama


Semula filsafat dianggap sangat bertentangan dengan ajaran agama, khususnya agama
Islam. Namun kemudian menurut Ibn Rusyd, antara filsafat dan agama sesungguhnya tidak
ada pertentangan. Agama justru mewajibkan pemeluknya untuk belajar filsafat.
Jika filsafat mempelajari secara kritis tentang segala wujud yang ada dan
merenungkannya sebagai petunjuk bahwa ada sang pencipta maka sesungguhnya antara apa
yang dikaji oleh filsafat dan apa yang dianjurkan oleh syariah telah saling bertemu. Dengan
kata lain bisa dikatakan bahwa mempelajari filsafat sesungguhnya telah diwajibkan oleh
syariah.
I.

Ilmu dan Agama


Ilmu dan teknologi amat bermanfaat bagi peradaban manusia. Namun pada sisi lain ilmu
dan teknologi juga mengakibatkan kerusakan bagi peradaban manusia. Einstein pernah bilang
bahwa ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu akan lumpuh.
Apabila tanpa agama maka ilmu akan membawa manusia ke jurang malapetaka.
Contohnya, pada saat ini terdapat 40.000 kepala nuklir yang berkekuatan 1 juta kali bom atom
yang dijatuhkan di Hiroshima 63 tahun yang lalu. Kekuatan ini cukup untuk menghancurkan
bumi menjadi berkeping-keping.

BAB III
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
A.

Penalaran
Menurut Andi Hakim Nasoetion dalam sebuah ceramahnya di depan televisi, manusia
mempunyai nalar sedangkan binatang tidak. Kalau binatang mempunyai nalar, maka yang
dilestarikan bukan harimau Jawa tetapi manusia Jawa.
Kemampuan menalar ini menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan
dan ini dimulai dari Adam dan Hawa yang telah memakan buah pengetahuan yang diwariskan
kepada umat manusia sehingga manusia mengetahui mana yang baik dan buruk serta mana
yang indah dan mana yang jelek Binatang sebenarnya juga mempunyai pengetahuan, tetapi
terbatas pada pengetahuan untuk mempertahankan kehidupan ( survival). Contoh, anak tikus
hanya diajari oleh induknya bahwa kucing itu berbahaya demi kelangsungan hidupnya.
Manusia mengembangkan ilmu bukan hanya untuk survival, tetapi juga untuk lainnya demi
tujuan yang lebih tinggi misalnya kebudayaan.
Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena :
1.
Mempunyai bahasa untuk berkomunikasi dan binatang tidak mempunyai itu, contohnya
anjing tidak bisa tukar menukar tulang dengan temannya.Manusia bisa melakukan tukar
menukar, oleh karena itu disebut Homo Economicus.
Anjing tidak mempunyai nalar yang analitis sehingga tidak ada anjing yang berkata :
Ayahku miskin namun jujur
2.

Manusia mempunyai penalaran ( berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir)


Binatang bisa berpikir tetapi tidak mampu berpikir nalar.Namun binatang bisa berbuat
sesuatu yang benar berdasarkan instink, bukan berdasarkan nalar. Instink binatang jauh
lebih peka dibanding dengan instink seorang profesor geologi.Binatang sudah jauh
berlindung ke tempat yang aman sebelum gunung meletus setelah itu baru profesor
mengetahui belakangan.Namun binatang tidak bisa menalar tentang gejala tersebut,
misalnya mengapa gunung bisa meletus.

Penalaran adalah proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap,
dan bertindak. Berpikir adalah kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.
Kebenaran bagi setiap orang tidak sama, oleh karena itu proses berpikir untuk menemukan
pengetahuan yang benar juga tidak sama.
Ciri-ciri penalaran :
1.
Logika dan kegiatan penalaran adalah proses berpikir logis
2.
Analitik, kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu
Ada kegiatan berpikir yang tidak berdasarkan penalaran, yaitu perasaan dan intuisi .
Kegiatan penalaran, perasaan, dan intuisi sebagai usaha aktif dari manusia.
Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa rasio adalah kebenaran, sedangkan
empirisme adalah paham yang mengatakan bahwa pengalaman adalah suatu kebenaran.
Penalaran yang dikaji dalam pelajaran filsafat ilmu adalah penalaran ilmiah yang merupakan
penggabungan dari penalaran deduktif ( terkait dengan rasionalisme ) dan induktif ( terkait
dengan empirisme ).

B.

Logika
Logika adalah pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid) sehingga menghasilkan
kesimpulan yang benar. Contoh dari penarikan kesimpulan yang tidak benar adalah seperti
berikut ini. Peneliti ingin menemukan penyebab mabuk. Dia menyampur air dengan wiski,
kemudian air dengan minuman keras lokal, dan juga air dengan tuak. Semuanya
mengakibatkan mabuk. Kesimpulan yang diambil, airlah yang menyebabkan mabuk.
Cara penarikan kesimpulan yang benar didasarkan pada hal-hal seperti berikut:
1.
Induktif, dari kasus-kasus individual menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Contoh :
Kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, singa mempunyai mata.
Disimpulkan secara umum bahwa semua binatang mempunyai mata.
Keuntungan penggunaan metode induktif :
a.
Ekonomis, bermacam-macam pernyataan dapat disingkat menjadi satu pernyataan
b.
Dapat diteruskan kepada kesimpulan yang lebih umum lagi. Contoh : Semua
binatang mempunyai mata dan semua manusia mempunyai mata, maka semua
makhluk hidup mempunyai mata.
2.

Deduktif, dari hal-hal yang bersifat umum menjadi bersifat individual. Deduktif
biasanya melalui silogisme yaitu disusun dari 2 pernyataan ( premis mayor dan premis
minor) serta 1 kesimpulan.
Contoh :
Semua makhluk mempunyai mata
(premis mayor)
Si Polan adalah makhluk
(premis minor)
Jadi si Polan mempunyai mata
(kesimpulan)
Kesimpulan yang diambil benar apabila :
Premis mayor benar
Premis minor benar
Pengambilan keputusan sah
Matematika adalah adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.
Contoh : kalau a sama dengan b dan b sama dengan c, maka akan sama dengan c.

C.

Sumber Pengetahuan
Rene Descartes berkata : De omnibus dubitandum, artinya, segala sesuatu harus
diragukan. Hamlet berkata kepada Ophelia :
Ragukan bahwa bintang-bintang itu api
Ragukan bahwa matahari itu bergerak
Ragukan bahwa kebenaran itu dusta
Tapi jangan ragukan cintaku kepadamu.
Pernyataan tesebut menegaskan bahwa kebenaran diperoleh dari ragu-ragu. Selanjutnya
kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu.
Cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dengan mendasarkan pada :
1.
Rasio
Rasio ini menimbulkan paham rasionalisme yang mempergunakan metode deduktif.
Premis yang dipakai berasal dari ide bahwa premis tersebut bersifat apriori dan sudah
ada sejak dahulu sebelum manusia memikirkannya, oleh karena itu paham ini disebut
10

idealisme. Kriteria untuk ide yang benar bagi semua pihak tidak ada karena ide
tersebut bersifat subjektif dan solipsistik ( hanya benar dalam kerangka pemikiran
tertentu yang berada dalam benak orang yang berpikir tersebut );
2.

Pengalaman,
Pengalaman ini menimbulkan paham empirisme yang diperoleh manusia melalui
pengalaman yang konkrit menurut daya tangkap pancaindera manusia.
Contoh : Benda padat kalau dipanaskan akan memanjang, langit mendung diikuti
turunnya hujan.Gejala tersebut muncul mempunyai kesamaan dan berulang dengan
mengikuti pola-pola tertentu.
Kelemahan empiris :
a.
Hubungan antara beberapa fakta tidak jelas
Dalam hal ini harus hati- hati karena fakta-fakta yang dikumpulkan belum tentu
bersifat konsisten.Contohnya hubungan antara rambut keriting dengan inteligensi
manusia.
b.
Kemampuan pancaindera kita terbatas.
Contoh : Tongkat lurus yang dimasukkan ke dalam air bisa terlihat bengkok.

3.

Intuisi
Pengetahuan ini diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu.Seseorang yang
sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban
atas permasalahan tersebut. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan dan
intuisi tidak dapat diandalkan untuk menyusun pengetahuan, namun dapat dipergunakan
sebagai hipotesis. Maslow mengatakan bahwa intuisi adalah merupakan pengalaman
puncak atau intelegensi yang tertinggi.

4.

Wahyu
Wahyu sebagai usaha yang pasif dari manusia. Wahyu diberikan oleh Tuhan melalui
malaekat dan nabi. Pengetahuan yang diperoleh dari wahyu adalah benar.
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia dan
dimulai dari percaya. Kepercayaan kepada Tuhan merupakan sumber pengetahuan atau
sumber ilmu. Sebagai contoh, Al Quran sebagai sumber ilmu pengetahuan sejarah
karena berisi sejarah tentang kisah-kisah sejarah Islam, sumber ilmu hukum karena
mengatur antara lain hukum perkawinan, hukum waris, hukum perjanjian, hukum
pidana dan perdata, dan hukum perang. Sumber ilmu sosial karena mengatur dasar-dasar
kehidupan manusia dalam masyarakat dan negara. Juga sumber filsafat Islam, Ilmu
Alam, Ilmu Pertanian, Ilmu Tumbuh-Tumbuhan, Ilmu Hewan dan lain-lain.
Perbedaan antara agama dengan pengetahuan lain :
a. Agama dimulai dari rasa percaya yang kemudian bisa dikaji kebenarannya
b. Pengetahuan lainnya dimulai dari rasa tidak percaya yang kemudian melalui
pengkajian ilmiah kita percaya.

11

Pendapat lain menambahkan bahwa sumber pengetahuan juga dari :


5. Otoritas, pengetahuan dapat berasal dari kekuasaan yang sah yang dimiliki seseorang
dan diakui oleh kelompoknya dalam arti pengetahuan terjadi melalui wibawa seseorang
sehingga orang lain mempunyai pengetahuan
6. Keyakinan, yaitu suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui
kepercayaan
D.

Kriteria Kebenaran
Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama tentang kebenaran. Contoh :
Anak kecil menganggap gurunya berbohong karena kemaren bilang bahwa 5 + 2 = 7, tetapi
sekarang bilang bahwa 3+4 = 7.
Orang dewasa mudah menerima bahwa hal tersebut benar, tetapi anak kecil mempunyai
kriteria kebenarannya sendiri.
Kebenaran dapat diukur dengan menggunakan tiga teori yaitu teori koherensi atau
konsistensi, teori korespondensi, dan teori pragmatis.
Teori koherensi/konsistensi menyatakan bahwa pernyataan dianggap benar apabila
pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (aksioma).
Matematika disusun berdasarkan Teori Koheren yang didasarkan pada aksioma. Dari sini
disusun teori dan kemudian dikembangkan menjadi kaidah.
Teori korespondensi berpendapat bahwa pernyataan dianggap benar apabila pernyataan
itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Teori pragmatis/empiris mempergunakan pengumpulan fakta- fakta yang mendukung
suatu pernyataan tertentu. Teori ini mengukur kebenaran dengan kegunaan praktis dalam
kehidupan manusia.
David Hume berpendapat bahwa di dunia tidak ada kebenaran mutlak .Dia
mengemukan filsafat angsa hitam dan mengatakan bahwa tidak ada jumlah yang cukup untuk
mengatakan bahwa semua angsa berwarna putih karena di antara sejuta angsa ternyata ada
satu angsa yang berwarna hitam. Dia mengatakan bahwa Filsafat adalah induk segala ilmu
oleh karena itu filsafat disebut sebagai Mother of Science.

12

BAB IV
SEJARAH LAHIRNYA FILSAFAT DAN PERKEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN
A.

Periode Filsafat Yunani ( Abad 6 SM s/d 0 M )


Pada waktu itu dikenal seorang ahli filsafat yaitu Thales yang menggunakan pola
deduktif.

B.

Periode Kelahiran Nabi Isa ( Abad 0 s/d 6 M )


Pada waktu itu terjadi pertentangan antara gereja dengan raja, sehingga filsafat
mengalami kemunduran dan ilmu menjadi beku karena danggap sumber kebenaran
hanya dari gereja dan raja saja, sehingga terjadi pembatasan kebebasan seseorang dalam
berpikir dan berkarya.

C.

Periode Kebangkitan Islam ( Abad 6 s/d 13 M )


Periode tersebut merupakan masa keemasan atau kebangkitan Islam dan ditandai dengan
banyaknya ilmuwan Islam yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Di antaranya :
1.
Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali yang ahli dalam hukum Islam
2.
Al Farabi yang ahli dalam astronomi dan matematika
3.
Ibnu Sina ahli kedokteran
4.
Al Kindi ahli filsafat
5.
Al Ghazali yang meramu berbagai ilmu yaitu agama, filsafat, mistik, dansufisme
menjadi kesatuan dan berkesinambungan
6.
Ibnu Khaldun ahli sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi, dan kenegaraan
7.
Anzahel, penemu teori peredaran planet
Namun setelah perang salib, umat Islam mengalami kemunduran
D.

Periode Kebangkitan Eropa ( Abad 14 s/d 20 )


Pada masa ini, Kristen yang berkuasa dan dianggap menjadi sumber otoritas
kebenaran.Di sini muncul kembali pemikiran Yunani dengan munculnya empirisme dan
rasionalisme. Muncul pula pemikiran Islam dengan Gerard Van Cromona yang menyalin buku
Ibnu Sina The Canon of Medicine .Pada waktu itu muncul gerakan untuk menentang
kebijakan gereja dan penguasa yang ditandai dengan munculnya ilmuwan seperti Newton
dengan teori gravitasi dan John Locke serta J.J.Rousseau yang mengembuskan kebebasan
manusia.
E.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan setelah Abad ke-17


Pada waktu itu muncul filsuf Scotlandia bernama David Hume yang mengungkapkan
Problem of Induction. Dia mengemukakan kelemahan metode induksi dengan mengambil
contoh sepuluh buah apel.Apabila seseorang memakan buah apel yang pertama s/d ke 9 terasa
masam, maka orang tersebut cenderung mengatakan bahwa buah apel yang kesepuluh pasti
terasa asam walaupun belum dicicipi. Pada abad tersebut timbul semangat renaissance, yaitu
lahirnya kembali budaya Yunani kuno, Romawi kuno yang menganut pemikran bebas.

13

BAB V
ONTOLOGI
A.

Metafsika
Taufik Ismail membuat sajak yang berjudul " Berpikir tentang Dunia ". Isi sajaknya
adalah sebagai berikut :
Ternyata dunia ini adalah sebuah peti mati
Sebuah peti yang besar dan tertutup atasnya
Dan kita manusia berputar-putar di dalamnya
Dunia sebuah peti besar yang tertutup di atasnya
Dan kita terkurung di dalamnya
Dan kita berjalan-jalan di dalamnya
Dan kita bermenung di dalamnya
Dan kita beranak di dalamnya
Dan kita membuat peti di dalamnya
Dan kita membuat peti
Di dalam peti ini........
Isi sajak merupakan contoh dari ontologi yang didasarkan pada metafisika yaitu
menjelaskan apa yang dikaji. Di sini yang dikaji adalah " dunia ".
Manusia tak henti-hentinya terpesona menatap dunia dan metafisika mengkaji tentang
apa yang ada dibalik sesuatu yang nyata. Misalnya, sudah kita ketahui bahwa alam adalah
sesuatu yang nyata, maka metafisika mengkaji apa yang ada dibalik alam tersebut yang
menurut tafsiran, bahwa di balik alam ini ada ujud-ujud yang bersifat gaib (supernatural). Di
ini timbul aliran antara lain animisme.
Sebagai lawan dari supernatural adalah paham naturalisme yang menolak adanya ujud
yang gaib. Di sini muncul aliran materialisme yang berpendapat bahwa gejala-gejala alam
tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan gaib melainkan oleh kekuatan alam itu sendiri. Di
sini muncul teori tentang atom yang menjelaskan bahwa unsur dasar dari alam adalah atom
dan alam beserta isinya ini hanya terdiri dari dua macam yaitu atom dan kehampaan.Dengan
demikian gejala alam hanya perwujudan dari proses kimia-fisika. Di sini muncul 2 paham
yaitu paham mekanistik dan paham vitalistik (lihat lampiran II).
Paham mekanistik mengatakan bahwa gejala alam termasuk makluk hidup, hanya
merupakan gejala kimia-fisika semata. Paham vitalistik mengatakan bahwa gejala pada
makluk hidup bukan hanya gejala kimia-fisika tetapi juga terdapat gejala lain yang unik dan
berbeda secara substantif dengan gejala kimia-fisika. Contohnya, otak manusia yang terdiri
dari 15 miliar sel saraf yang gejalanya tidak seluruhnya dapat dijangkau oleh ilmu kimiafisika melainkan oleh ilmu lain misalnya ilmu psikologi. Di samping itu, otak juga
menghasilkan pikiran dan pikiran menghasilkan ilmu pengetahuan. Di sini muncul aliran
dualistik yang mengatakan bahwa otak dan pikiran adalah dua hal yang berbeda.
Pendapat ini ditentang oleh aliran monistik. Aliran monistik mengatakan bahwa zat dan
pikiran tidak berbeda secara substantif karena pikiran hanya sebagai proses elektrokimia dari
otak. Aliran ini mencoba untuk membuktikan bahwa pikiran bisa dibuat oleh manusia yang
diwujudkan dalam bentuk robot yang bisa berpikir seperti manusia.
14

B.

Asumsi
Semua kejadian yang akan datang tidak ada yang pasti, oleh karena itu setiap pendapat
harus mempunyai asumsi. Dari sini timbul tiga macam analisis yaitu sebagai berikut :
1.
Determinisme, peristiwa tertentu sudah pasti akan terjadi, misalnya besok pagi matahari
tetap akan terbit dari arah timur.
2.
Probabilistik, peristiwa tertentu akan terjadi pada jarak waktu tertentu.Misalnya 6 buah
dadu yang mempunyai nomor urut 1 sampai 6 dilemparkan, maka kemungkinan
munculnya nomor 1 mempunyai probabilitas 1/6, sehingga apabila dilemparkan 6 kali
akan muncul lagi no. 1.
3.
Pilihan bebas, suatu peristiwa terjadi tergantung pilihannya. Misalnya, pemanah yang
akan memanah suatu lingkaran, maka dia bebas akan memanah bagian tengah lingkaran
atau pinggir lingkaran.
C.

Peluang
Suatu ilmu tidak dapat menjamin bahwa yang diuraikan benar 100 % melainkan hanya
memberikan peluang atau kemungkinan terhadap terjadi atau tidak terjadinya sesuatu. Contoh,
berdasarkan ilmu meteorologi dan geofisika bisa diramalkan bahwa hari ini akan terjadi hujan
dengan probability 0.8. Jadi ilmu tersebut hanya bisa memberikan kesimpulan yang
dilengkapi probabilistik. Oleh karena itu, seseorang akan menerapkan teori dari suatu ilmu
tertentu tergantung pada risikonya, dalam arti semakin berat risiko yang dihadapi, diperlukan
probability yang makin besar.
D.

Asumsi dalam Ilmu


Ilmu didasarkan pada beberapa asumsi, karena tidak ada satu ilmupun yang mempunyai
kebenaran absolut. Newton berpendapat bahwa zat, gerak, ruang, dan waktu bersifat absolut
tetapi Einstein berasumsi bahwa keempat komponen tersebut bersifat relatif. Contoh : Zat dan
gerak menurut Newton adalah 2 hal yang berbeda tetapi Einstein berpendapat bahwa
keduanya adalah merupakan satu kesatuan karena gerak atau energi adalah proses perubahan
yang terjadi dalam zat.
Kalau kita tetap memakai sumber energi tradisional seperti air, panas, dan angin maka
cukup dipakai teorinya Newton, tetapi kalau mau pakai nuklir pakailah teorinya Einstein.
Menurut teori Einstein, kebutuhan listrik dunia selama sebulan dapat dipenuhi dengan
konversi zat (uranium) 5 kg saja.
Ilmuwan harus benar-benar mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis
keilmuannya. Namun sayangnya asumsi tersebut sering hanya tersirat dan bukan tersurat.
Sebenarnya agar hasilnya tidak menyesatkan maka asumsi tersebut harus jelas dan tegas.
E.

Batas-Batas Penjelajahan Ilmu


Sampai di mana batas penjelajahan ilmu ? Jawabannya : Ilmu mulai penjelajahannya
dari pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Contoh : Apakah ilmu
mempelajari surga dan neraka ? Jawabnya, tidak, karena hal tersebut berada di luar
pengalaman manusia.
Ilmu mempunyai batasan karena :
1.
Fungsi dari ilmu itu sendiri yaitu sebagai alat pembantu manusia dalam menghadapi
masalah
2.
Metode yang digunakan adalah kebenaran yang telah teruji secara empiris.
15

Dengan demikian sebenarnya jangkauan ilmu itu memang sempit karena hanya bisa
menjangkau sepotong dari sekian permasalahan kehidupan.
Ruang penjelajahan ilmu kemudian dikapling menjadi berbagai disiplin ilmu yang
semula hanya ilmu alam dan ilmu sosial, sekarang dua ilmu tersebut sudah menjadi 650
cabang keilmuan. Di samping itu juga muncul ilmu terapan , misalnya ilmu tentang bunyi
mempunyai ilmu terapan yang disebut ilmu teknik akustik. Ilmu sosial berkembang relatif
lebih lambat dibanding dengan ilmu alam.
Di samping ilmu alam dan ilmu sosial , pengetahuan mencakup juga humaniora yaitu
seni, filsafat, agama, sejarah ( sejarah kadang-kadang dimasukkan ke dalam ilmu sosial). Juga
ada matematika yang bukan merupakan ilmu karena merupakan sarana berpikir yang penting
untuk kegiatan berbagai disiplin ilmu. Studi matematika meliputi antara lain aljabar, kalkulus,
stastitika.
Masing-masing ilmuwan harus mengenal batasan kapling ilmunya sendiri dan tidak
menjarah kapling orang lain, karena akan terjadi kekacauan ilmu. Seorang filsuf mengatakan :
kenalilah kau sendiri. Ungkapan ini untuk menjunjung tinggi profesionalisme. Namun kita
harus mengenal kapling tetangganya beserta asumsinya agar tidak terjadi sengketa keilmuan.

16

BAB VI
EPISTEMOLOGI
A.

Jarum Sejarah Pengetahuan


Dahulu dalam masyarakat primitif konsep dasar pengetahuan adalah kesamaan, dalam
arti pengetahuan adalah satu . Semua menyatu dalam satu kesatuan yang batas-batasnya kabur.
Tidak terdapat jarak yang jelas antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan yang lain.
Contoh orang yang ahli dalam bidang peternakan ayam dianggap ahli pula dalam bidang
ekonomi, perkawinan, kebatinan (ngelmu), kenakalan remaja dan entah apalagi.
Konsep dasar ini mengalami perubahan fundamental dengan bekembangnya Abad
Penalaran (The Age of Reason) pada pertengahan abad ke 17. Disini konsep dasar berubah dari
kesamaan kepada perbedaan sehingga mulailah adanya pembedaan pengetahuan menurut apa
yang diketahui, bagaimana cara mengetahui, dan untuk apa dipergunakan. Ilmu mulai
dibedakan antara ilmu sosial dan ilmu alam yang kemudian terpecah lagi menjadi 650 cabang
ilmu dan spesialisasi makin banyak.
Menciutnya kapling ilmu ternyata menimbulkan masalah dalam menghadapi kehidupan
manusia yang makin banyak dan bersifat rumit. Disini muncul usaha orang untuk memutar
jarum sejarah dengan menggabungkan beberapa pengetahuan, misalnya pengetahuan dokter
dengan dukun sehungga muncul terkun (dokter dukun).
Pendekatan inter disipliner memang perlu namun bukan dengan mengaburkan otonomi
masing-masig ilmu. Disini muncul paradigma baru yaitu "konsep sistem", dalam arti masingmasing ilmu menyumbangkan analisisnya dengan memanfaakan sarana berpikir ilmiah
seperti logika, matematika, dan statistik.
B.

Cara Menyusun Pengetahuan


Pengetahuan bisa menjadi ilmu dan juga bisa menjadi bukan ilmu. Pengetahuan tentang
pertanian bisa menjadi ilmu pertanian, tetapi pengetahuan main gitar bukanlah ilmu,
melainkan seni. Juga pengetahuan agama yang mengemukakan bahwa sesudah mati, semua
manusia akan dibangkitkan .
Bagaimana cara kita menyusun pengetahuan yang benar ? Epistemologi menjawab :
harus dilandaskan pada metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun
pengetahuan yang benar.
Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab atau memecahkan
permasalahan kehidupan sehari-hari yang dihadapi manusia yang pemecahannya dengan
meramalkan dan mengontrol gejala alam atau dalam kata lain untuk menguasai alam.
Agar mampu mengontrol gejala alam, pertama harus tahu mengapa sesuatu itu terjadi.
Penelaahan diarahkan kepada hubungan berbagai faktor yang terikat dalam konstelasi yang
menyebabkan timbulnya gejala.
Ilmu mencari penjelasan mengenai alam dan kemudian menjadi kesimpulan yang
bersifat umum. Sebaliknya seni bersifat personal berdasarkan pengalaman hidup
perseorangan.
Berkembangnya ilmu atau seni berakar dari pengalaman berdasarkan akal sehat yang
didukung oleh metode mencoba-coba (percobaan). Perkembangan ini berlanjut menyebabkan
timbulnya ilmu terapan yang mempunyai kegunaan langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Mesir kuno (3000 tahun sebelum Masehi) telah mengembangkan irigasi dan dapat
meramalkan terjadinya gerhana.. Cina dan India terkenal kaya akan ilmu terapan.

17

Ilmu terapan tidak menyumbang berkembangnya teori-teori yang bersifat umum sebab
analisanya bersifat praktis. Contoh, daun pepaya bisa melunakkan daging. Pengetahun
tersebut hanya berhenti di situ dan tidak diteruskan dengan analisa kimia.
Pada peradaban tertentu, perkembangan selanjutnya dari pengetahuan ada dua arah:
1.
Kuantitatif , artinya banyak pengetahuan yang ditemukan
2.
Kualitatif, dikembangkan konsep-konsep teori baru yang bersifat teoritis
Jembatan dari kuantitatif ke kualitatif adalah pengembangan konsep teoritis yang
bersifat mendasar yang selanjutnya dijadikan tumpuan untuk pengembangan pengetahuan
ilmiah yang bersifat integral.
Ilmu kurang berkembang dalam peradaban Timur karena aspek kultural yang tidak
memandang penting cara berpikir ilmiah. Bagi mereka, yang penting adalah berpikir etis yang
menghasilkan kearifan (wisdom).
Akal sehat dan percobaan mempunyai peranan penting untuk menemukan penjelasan
mengenai gejala alam.Akal sehat adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman
secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan yang mempunyai karakteristik :
1.
Kebiasaan dan pengulangan
2.
Kabur dan samar-samar
3.
Pengetahuan yang tidak teruji.
Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme yang berpendapat bahwa
mencari ilmu pengetahuan yang benar adalah secara analitis yang bersifat kritis.Rasionalisme
bersifat majemuk dengan berbagai kerangka yang dibangun secara deduktif di sekitar objek
pemikiran tertentu.
Di samping itu berkembang pula empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan yang
benar didapat dari kenyataan pengalaman.
Timbul pendapat lain bahwa ilmu mempunyai dua peranan, yaitu di satu pihak sebagai
metafisika dan di pihak lain sebagai akal sehat. Dari situ berkembanglah metode eksperimen
yang merupakan jembatan antara penjelasan teoritis yang hidup di alam rasional dengan
pembuktian secara empiris. Dengan metode eksperimen dapat diuji berbagai penjelasan
teoritis apakah sesuai dengan kenyataan empiris, Di sini dapat digabungkan antara berpikir
deduktif dengan induktif. Metode eksperimen akhirnya terbukti bisa mendorong
perkembangan pengetahuan yang sangat cepat.
C.

Metode Ilmiah
Metode adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu . Ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya melalui metode ilmiah yang
menggabungkan cara berpikir deduktif dengan induktif dalam membangun ilmu.
Proses kegiatan ilmiah dimulai dari mengamati.Kita mengamati objek tertentu kalau kita
mempunyai perhatian.Kita mempunyai perhatian kalau kita mempunyai masalah.Dari sini
proses kegiatan berpikir dimulai yang diarahkan kepada objek bersangkutan yang
bereksistensi dalam dunia empiris dan berusaha memecahkan masalah.
Dalam menghadapi masalah, manusia bersikap melalui tiga tahap :
1.
Tahap mistis, merasa dikepung oleh kekuatan gaib
2.
Tahap ontologis, tidak lagi merasa dikepung oleh kekuatan gaib karena dia menyadari
bahwa yang dihadapi adalah masalah konkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata
sehingga dia mulai mengadakan penelaahan dalam ruang lingkup jangkauan
pengalaman manusia terhadap objek dengan menggunakan pikiran (bukan perasaan)
yang berdasarkan penalaran. Penelaahan tidak didasarkan pada hal-hal yang diluar
18

pengalaman seperti hal-hal yang mistis dan agama.Namun demikian agama dapat
dipakai untuk melengkapi penelaahan.
3.
Tahap fungsional, penelaahan dapat diteruskan menjadi ilmu apabila hal tersebut
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Teori ilmiah harus memenuhi dua persyaratan yaitu konsisten dengan teori-teori
sebelumnya dan sesuai dengan fakta-fakta empiris. Selanjutnya logika ilmiah merupakan
gabungan antara logika deduktif dengan induktif serta rasionalisme dengan empirisme hidup
berdampingan dalam sebuah sistem dengan mekanisme korektif.
Sebelum teruji kebenarannya. secara empiris, maka status logika ilmiah hanyalah
bersifat sementara yang biasa disebut hipotesis.Kita dapat mengajukan banyak hipotesis
berdasarkan hakekat rasionalisme yang bersifat pluralistik.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang kita hadapi. Hipotesis
merupakan penunjuk jalan untuk mendapatkan jawaban dan kita tidak boleh berhenti atau
berpuas diri hanya sampai pada hipotesis saja.Hipotesis harus diuji dengan kenyataan empiris.
Hipotesis disusun secara deduktif dengan mengambil premis (asumsi) dari pengalaman ilmiah
yang sudah diketahui sebelumnya.
Para jenius umumnya hanya meletakkan dasar-dasar keilmuan saja, sedangkan
pengisiannya dilakukan oleh manusia-manusia biasa yang memiliki ketekunan dan kerja
kerasnya.Ini berbeda dengan filsafat karena seorang filsuf harus membangun sistem secara
lengkap berupa bangunan dan segala isinya.
Dalam penyusunan hipotesis diperlukan proses induktif karena penyusun hipotesis juga
mempunyai pengalaman individu yang dimasukkan sebagai unsur dalam hipotesis.Dalam
menguji kebenaran hipotesis, kita harus menetapkan faktor-faktor apa yang dapat kita uji
untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. Misalnya untuk penelitian prestasi belajar
ditetapkan faktornya adalah angka rapor di sekolah.
Proses pembuktian memerlukan instrumen untuk meneliti faktor-faktor yang telah
ditetapkan.Instrumen tersebut mungkin belum ada dan harus dibuat terlebih dahulu sehingga
proses pembuktian memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal.
Metode ilmiah sering dikenal sebagai proses logico-hiphotetico-verification yang
terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Perumusan masalah
2.
Penyusunan kerangka berpikir
3.
Perumusan hipotesis
4.
Pengujian hipotesis
5.
Penarikan kesimpulan
Pada dasarnya langkah tersebut berurutan tetapi kadang-kadang terjadi juga lompatan
karena proses tidak hanya didasarkan pada penalaran melainkan juga pada imajinasi dan
kreativitas.
Peneliti harus mempunyai pengetahuan dasar tentang masalah yang diteliti dan
menguasai tema pokok dari metode ilmiah, namun penerapannya tidak kaku dan simplistis
melainkan didasarkan pada logika dan alur jalan pikiran peneliti.
Laporan penelitian ilmiah adalah juga milik masyarakat, oleh karena itu harus dapat
dikomunikasikan kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.Dengan
demikian ilmuwan harus dapat menyusunnya dengan sistematika cara berpikir tertentu yang
tercermin dalam format dan tekniknya serta menguasai sarana komunikasi ilmiah.
Suatu hipotesis yang sudah diterima bukan berarti berlaku untuk selamanya karena
mungkin nanti ada yang membuktikan bahwa kesimpulan penelitian ternyata salah.Oleh
karena itu pada dasarnya suatu hipotesis dapat diterima kebenarannya sepanjang tidak ada
19

fakta yang menolak hipotesis tersebut.Jadi ilmu bersifat pragmatis karena tidak bertujuan
untuk mencari kebenaran absolut melainkan kebenaran yang bermanfaat bagi manusia.
Metode ilmiah tidak dapat diterapkan pada pengetahuan yang bukan ilmu seperti
matematika dan seni .Namun demikian beberapa aspek yang berkaitan dengan pengetahuan
tersebut dapat menerapkan metode ilmiah, misalnya tentang aspek pengajaran seni yang
akhirnya dimasukkan dalam ilmu pendidikan.
Beberapa disiplin ilmu sosial mengembangkan teknik-teknik tersendiri untuk meneliti
aspek tertentu yang bersifat eksploratoris sehingga penelitian yang bersifat kualitatif diikuti
oleh penelitian kuantitatif dengan penerapan metode ilmiah sepenuhnya.
D.

Struktur Pengetahuan Ilmiah


Pengetahuan Ilmiah mempunyai fungsi :
1.
Menjelaskan, misalnya ada kaitannya antara hutan yang gundul dengan banjir
2.
Meramalkan, misalnya suatu daerah yang hutannya banyak ditebang, maka pada musim
hujan akan terlanda banjir
3.
Mengontrol, misalnya untuk mencegah banjir dengan mengadakan pengawasan yang
ketat terhadap hutan agar jangan ditebang.
Pola penjelasan tentang suatu gejala dapat dilakukan melalui cara :
1. Deduktif, menarik kesimpulan yang logis dari premis-premis yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2. Probabilistik, menarik penjelasan secara induktif dari sejumlah kasus yang kemudian ditarik
kesimpulan dalam bentuk kemungkinan
3. Fungsional atau teleologis, penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya
dengan sistem secara keseluruhan yang mempunyai arah perkembangan tertentu
4. Genetik, mempergunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya.
Teori adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor
tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Sebenarnya tujuan akhir dari setiap disiplin keilmuan
adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten, namun hal
ini baru dicapai oleh beberapa disiplin keilmuan saja misalnya fisika, sedangkan ilmu sosial
sulit mencapainya.
Teori terdiri dari beberapa hukum, misalnya dalam teori ekonomi makro dikenal hukum
permintaan dan penawaran. Hukum adalah penjelasan tentang hubungan antara dua variabel
atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.Dengan memahami hukum tersebut, maka kita
dapat meramalkan apa yang akan terjadi dan bagaimana mengatasinya. Hukum tersebut harus
berlaku umum, misalnya hukum permintaan dan penawaran bukan hanya berlaku untuk padi
tetapi juga berlaku untuk semua benda ekonomi dan berlaku untuk semua daerah. Untuk
meningkatkan keumuman, maka teori-teori yang tingkat keumumannya rendah digabung.
Ilmu dasar kurang langsung mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia sehari-hari,
oleh karena itu dikembangkanlah ilmu terapan.Hal tersebut sangat berguna untuk jangka
pendek, sedangkan untuk jangka panjang , ilmu dasar itu juga harus dikembangkan.
Di dalam bidang keilmuan, kita juga mengenal prinsip, yaitu pernyataan yang berlaku
secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan suatu
kejadian, misalnya dalam ilmu ekonomi dikenal prinsip ekonomi yakni mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya.
Postulat adalah asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut
pembuktiannya. Namun demikian postulat ditetapkan dengan suatu alasan yang kuat,
sedangkan asumsi harus ditetapkan dalam suatu argumentasi ilmiah yang secara empiris dapat
diuji kebenarannya.
20

Penelitian dasar atau penelitian murni adalah penelitian yang bertujuan untuk
menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Sedangkan
penelitian terapan bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan yang sudah ada untuk
memecahkan masalah kehidupan yang bersifat praktis. Dulu jarak waktu antara
diketemukannya ilmu dasar dengan diketemukannya ilmu terapan amat lama, kadang-kadang
sampai ratusan tahun, tetapi sekarang jarak waktu tersebut makin lama makin pendek. Ilmu
terapan tersebut ada yang bersifat konstruktif dan ada yang bersifat destruktif.
Manusia disebut Homo Sapiens , artinya makhluk yang berpikir, sehingga dapat
mengembangkan ilmu dasar. Di samping itu manusia juga disebut Homo Faber :, artinya
makhluk yang membuat peralatan, oleh karena itu manusia dapat mengembangkan ilmu
terapan.

21

BAB VII
AKSIOLOGI
A.

Ilmu dan Moral

Ilmu dan teknologi amat bermanfaat bagi peradaban manusia. Namun pada sisi lain ilmu
dan teknologi juga mengakibatkan kerusakan bagi peradaban manusia. Di samping itu dalam
perkembangannya ternyata bukan ilmu dan teknologi yang menyesuaikan dengan kebutuhan
manusia, melainkan justru sebaliknya manusialah yang harus menyesuaikan dengan ilmu dan
teknologi, malahan manusia dibelenggu oleh ilmu dan teknologi itu. Dengan kemajuan ilmu
yang sangat pesat sekarang ilmu sudah mengancam dehumanisasi dengan diketemukannya
teknik reproduksi dan penciptaan manusia (kloning)
Berkenaan dengan kemajuan zaman, ilmu, dan kaitannya dengan moral, pada zaman
kerajaan di Jawa dahulu, ada seorang raja yang kemudian menjadi pujangga yaitu
Ronggowarsito dengan tulisannya yang terkenal yang juga dianggap sebagai ramalan tentang
kondisi masa depan sebagai berikut :
Amenangi zaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Melu edan ora tahan
Yen tan melu anglakoni
Boya keduman melik
Kaliren wekasanipun
Dilalah kersa Allah
Begja-begjane kang lali
Luwih begja kang eling lan waspada
Artinya dalam bahasa Indonesia :
Mengalami zaman edan
Kita sulit menentukan sikap
Turut edan tidak tahan
Kalau tidak turut edan
Kita tidak kebagian
Menderita kelaparan
Tetapi dengan bimbingan Tuhan
Betapa lebih bahagia yang ingat serta waspada
Sejak pertumbuhannya, ilmu sudah terkait dengan moral. Contoh, Copernicus yang
menyatakan bahwa bumilah yang berputar mengelilingi matahari. Pernyataan tersebut
bertentangan dengan ajaran agama pada waktu itu yang menyatakan bahwa matahari berputar
mengelilingi bumi. Sebagai akibatnya Copernicus diadili oleh Pengadilan Agama agar
Copernicus mencabut pernyataannya. Setelah itu ilmuwan berusaha memperoleh otonomi
dalam melakukan penelitian dan baru berhasil setelah 250 tahun. Dari sinilah bermunculan
konsep ilmiah yang bersifat abstrak menjelma dalam bentuk konkrit yang berupa
teknologi.Teknologi adalah penerapan konsep ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah
praktis berupa perangkat keras ( hardware ) maupun perangkat lunak ( sofware ).

22

Suatu masyarakat harus menetapkan strategi pengembangan teknologinya agar sesuai


dengan nilai budaya yang dijunjungnya dalam arti mencari alternatif penerapan teknologi
yang lebih bersifat manusiawi.
Dalam perkembangannya para ilmuwan terbagi menjadi dua golongan :
1.
Ilmu harus bersifat netral;
2.
Netralitas ilmu terbatas dan harus berlandaskan asas-asas moral. Golongan ini
mendasarkan pada hal-hal sebagai berikut :
a.
Ilmu secara faktual telah digunakan secara destruktif
b.
Ilmu berkembang pesat sehingga dikhawatirkan akan terjadi penyalahgunaan.
Terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan
yang paling hakiki.
B.

Tanggungjawab Sosial Ilmuwan


Seorang ilmuwan mempunyai tanggungjawab sosial yang tidak berhenti pada
penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk
keilmuannya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat
Sikap masyarakat terhadap ilmu ada dua kemungkinan :
1.
Diam karena ketidaktahuannya
2.
Radikal dan irasional, misalnya dengan merusak hasil teknologi. Oleh karena itu,
tanggungjawab moral seorang ilmuwan adalah memberikan perpektif yang benar
dengan menjelaskan tentang untung dan ruginya, baik dan buruknya sehingga
penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan.Pada pokoknya seorang ilmuwan harus
bertindak persuasif dan argumentatif berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.Ilmuwan
juga harus membantu pemerintah dan masyarakat dengan meramalkan apa yang akan
terjadi dan memberikan saran tentang cara mengatasi masalah dan mengubah kegiatan
yang non produktif menjadi kegiatan yang produktif.
Manusia itu bukan saja pandai membuat rasional namun juga cerdas membuat
rasionalisasi. Hal tersebut berarti bahwa pikiran manusia dapat dipergunakan untuk
mempertahankan kebenaran tetapi juga untuk mempertahankan ketidak benaran ( menutupi
kesalahan ). Lebih berbahaya lagi apabila rasionalisasi disusun secara sistimatis dan
meyakinkan,.Contoh Hitler yang menyatakan : " Deutche uber alles " ( Bangsa Jerman di atas
semuanya ).
Di bidang etika, tangungjawab sosial seorang ilmuwan bukan lagi memberikan
informasi tetapi memberi contoh. Aspek etika dari hakekat keilmuan sering kurang
memperoleh perhatian dari para ilmuwan dan pendidik. Kita sering mendidik agar menjadi
cerdas tetapi tidak dilengkapi dengan nilai-nilai moral yang luhur.
C.

Nuklir dan Pilihan Moral


Pada tanggal 2 Agustus 1939 Albert Einstein menulis surat kepada Presiden Amerika
Serikat Franklin Delano Rosevelt, mengusulkan agar Amerika membuat bom atom. Einstein
mempunyai alasan bahwa Jerman sudah mengadakan penelitian yang intensif untuk membuat
bom atom, oleh karena itu Amerika harus mendahuluinya. Apabila Jerman lebih dahulu bisa
membuat bom atom , maka Jerman akan memenangkan perang dan akan menjajah dunia
dengan kekejamannya. Oleh karena itu sebagai ilmuwan dia terpanggil untuk menyelamatkan
dunia dan kemanusiaan.
Apakah seorang ilmuwan harus menyembunyikan penemuan yang dianggap
berbahaya ? Jawabannya adalah tidak. Ilmuwan harus tetap mengemukakan saja penemuan
tersebut dan menyerahkannya kepada moral kemanusiaan tentang penggunaannya, dengan
23

alasan bahwa seorang ilmuwan harus netral dan ilmu pengetahuan merupakan rangkaian
penemuan untuk penemuan selanjutnya yang dapat mengamankan bahaya dari penemuan
sebelumnya. Apabila penemuan sebelumnya tidak diungkapkan, maka perkembangan ilmu
pengetahuan akan mandeg atau melambat. Contoh, pengetahuan tentang nuklir yang
menghasilkan bom atom tetapi pada perkembangan selanjutnya ilmuwan dapat menemukan
pemanfaatan nuklir untuk membangun PLTN ( Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ) dan
pengetahuan lain yang menguntungkan kehidupan.
Apabila suatu penemuan dimanfaatkan untuk hal-hal yang negatif, maka ilmuwan
mempunyai tanggungjawab moral dan berkewajiban untuk melawannya karena dialah yang
paling tahu bagaimana menghadapi orang yang menyalahgunakan ilmu tersebut (Lihat
Lampiran III).
D.

Revolusi Genetika
Ilmu kimia dahulu berkembang karena didorong oleh keinginan untuk menemukan obat
mujarab agar bisa hidup abadi dan juga mencari rumus campuran kimia untuk membuat
logam emas. Ilmu fisika berkembang karena didorong untuk membuat persenjataan agar bisa
memenangkan peperangan yang akhirnya dapat menemukan bom nuklir.
Pada saat ini ilmu memasuki babak baru yaitu berikembangnya ilmu di bidang genetika.
Ilmu genetika sekarang ini bukan lagi menelaah organ-organ manusia, melainkan sudah
menelaah hakekat manusia itu sendiri yang menjurus kepada teknologi untuk mengubah
manusia, misalnya merekayasa agar terlahir manusia yang mempunyai IQ tinggi dan
merekayasa agar manusia tidak bisa mati dengan mengganti organ-organ tubuh yang telah
rusak dengan organ buatan dan seterusnya.
Apakah perkembangan genetika semacam itu dapat dibenarkan secara moral.
Jawabannya dikembalikan kepada hakekat ilmu itu sendiri, yaitu untuk membantu manusia
mencapai tujuan hidupnya yang berkaitan erat dengan hakekat kemanusiaan. Jadi ilmu tidak
berwenang untuk menjamah daerah kemanusiaan yang mempengaruhi tujuan hidupnya.
Kesimpulannya, manusia menolak ilmu yang merekayasa manusia. Contoh, Amerika
melarang penelitian lebih lanjut terhadap sel punca yang dipergunakan untuk merekayasa
manusia.
Penelitian tentang sel punca telah dimulai tahun 1960 . Sel Punca adalah sel induk dari
manusia yang dapat diubah menjadi semua jenis sel lain yang memungkinkan sel induk
menciptakan organ tubuh yang dikehendaki misalnya menjadi sel darah, otot, hati, ginjal dan
lain-lain sehingga menjadi sistem perbaikan tubuh dan penyembuhan penyakit seperti
leukimia dan gangguan terhadap kekebalan tubuh.Sel induk juga bisa dipergunakan untuk
kloning manusia. Sel induk dapat diperoleh antara lain dari sumsum tulang, darah tali pusat,
dan embrio hasil pembuahan.

24

BAB VIII
SARANA BERPIKIR ILMIAH
A.

Sarana Berpikir Ilmiah


Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir yaitu alat
yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Dalam
mencari sarana berpikir ilmiah kita harus memperhatikan bahwa:
1.
Sarana ilmiah bukanlah ilmu karena metodenya berbeda dengan metode ilmiah
2.
Tujuannya adalah agar kita dapat melakukan penelitian ilmiah secara baik.
Sarana ilmiah berupa :
1.
Bahasa
2.
Logika
3.
Matematika
4.
Statistika
Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seseorang
kepada orang lain. Logika menggabungkan antara berpikir deduktif dengan berpikir induktif.
Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif. Statistika mempunyai
peranan penting dalam berpikir induktif.
B.

Bahasa
Manusia juga disebut sebagai Animal Symbolicom , artinya binatang yang memakai
simbol dalam bahasa dan kegunaan bahasa adalah :
1.
Memungkinkan manusia mengkomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain
2.
Memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dan objek faktual ditransformasikan
menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak
3.
Memberikan kemungkinan untuk berpikir secara sistematis dan berlanjut
Bahasa tersebut mengkomunikasikan :
1.
Buah pikiran
2.
Perasaan
3.
Sikap
Namun demikian bahasa mempunyai kelemahan yaitu mempunyai kecenderungan
mengemukakan pula perasaan dan sikap yang bersifat emosional. Di samping itu kadangkadang suatu kata tertentu mempunyai arti yang bermacam-macam.
Apakah sebenarnya bahasa itu ? Jawabannya, bahasa adalah serangkaian bunyi atau
isyarat dan merupakan lambang yang membentuk suatu arti tertentu. Lambang-lambang
tersebut disusun dalam perbendaharaan kata yang merupakan akumulasi dari pengalaman dan
pemikiran.
Komunikasi ilmiah bertujuan menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan yang
terbebas dari unsur emotif dan bersifat reproduktif. Dengan demikian komunikasi ilmiah
harus jelas, objektif, dan bebas emotif. Jelas artinya eksplisit dan dilengkapi dengan definisidefinisi terhadap istilah yang
bisa disalahtafsirkan. Di samping itu juga harus
mempergunakan tatabahasa yang baik dan mempergunakan kata-kata yang baik .Objektif
dalam arti bebas dari emosi dan sikap.
C.

Matematika
Pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik, informatif tanpa
konotasi emosional. Contoh :
25

z=y:x
z : lamanya seseorang berjalan kaki
x : kecepatan
y : jarak yang ditempuh
Matematika memungkinkan untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif.
Sedangkan bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif ,
tidak bersifat eksak yang menyebabkan daya prediktif dan kontrol kurang cermat dan tepat,
misalnya gajah lebih besar daripada semut . Matematika mengembangkan konsep pengukuran
dengan memberi ukuran berat pada gajah dan semut tersebut.
Ilmu sosial mengalami kesukaran dalam pengukuran, tetapi sekarang sudah dapat
diatasi dengan mempergunakan matematika dan statistika. Selanjutnya perkembangan ilmu
dapat dibagi dalam tiga tahap :
1.
Sistematik
2.
Komparatif
3.
Kualitatif
Tahap sistematik ilmu menggolongkan objek empiris ke dalam kategori-kategori
tertentu. Tahap komperatif , melakukan perbandingan antara objek yang satu dengan objek
yang lain, kategori yang satu dengan kategori yang lain, dan seterusnya. Tahap kuantitatif
mencari hubungan sebab akibat berdasarkan pengukuran yang eksak dari objek yang kita
selidiki.
Berdasarkan perkembangannya, masalah yang dihadapi logika makin lama makin
rumit dan membutuhkan struktur analisis yang sempurna. Di sini logika berkembang menjadi
matematika dan sejarah perkembangan matematika adalah sebagai berikut :
1.
Matematika kuno ( zaman Mesir kuno )
2.
Matematika estetika
3.
Matematika sebagai ilmu hitung dan aljabar
4.
Matematika modern.
Peranan matematika dalam hubungan dengan komunikasi ilmiah yaitu sebagai ratu dan
sekaligus sebagai pelayan. Sebagai ratu dalam arti merupakan bentuk tertinggi dari logika.
Sebagai pelayan dalam arti memberikan pelayanan terhadap sistem dan bentuk model
matematik.
Beberapa aliran dalam filsafat matematika :
1.
Logistik, berpendapat bahwa matematika merupakan cara berpikir logis yang hasilnya
ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris
2.
Intusionis, berpendapat bahwa intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang
matematika bilangan
3.
Formalis, berpendapat bahwa banyak masalah-masalah dalam bidang logika yang
samasekali tidak ada hubungannya dengan matematika.
Ketiga aliran tersebut dalam perkembangannya saling melengkapi.
Matematika hampir sama tuanya dengan peradaban manusia. Sekitar 3500 tahun
sebelum Masehi bangsa Mesir kuno telah ahli dalam matematika dengan pengukuran sungai
Nil dan dapat meramalkan timbulnya banjir. Matematika pada waktu itu dianggap keramat dan
hanya diketahui oleh kalangan tertentu yang sebenarnya untuk mempertahankan
kekuasaannya.
Penduduk yang pertama adalah talking animal ( makhluk yang berbicara dan
penduduk setelah itu adalah calculating animal ( makhluk yang berhitung ). Matematika
tanpa disadari bisa menjadi tujuan dan bukan alat. Di samping itu bagaimana rumit dan
dalamnya matematika seyogyanya dapat dikomunikasikan dengan kata-kata sederhana.
26

D.

Statistika
Suatu kemungkinan dapat dihitung dengan teori peluang yang merupakan dasar dari
teori statistika. Statistika merupakan ilmu yang memungkinan kita menghitung tingkat
peluang dengan eksak. Di samping itu pengujian dengan meneliti seluruh populasi sangat
menyulitkan karena memakan waktu yang lama dan menghabiskan biaya yang mahal. Untuk
mengatasi masalah tersebut statistika memberikan jalan keluar dengan jalan hanya meneliti
sebagian populasi yang bersangkutan ( sample ).
Statistika mampu memberikan secara kuantitaif tingkat ketelitian dari kesimpulan
dengan catatan makin banyak contoh yang diambil maka ketelitian kesimpulannya akan makin
tinggi. Tingkat ketelitian yang diperlukan disesuaikan dengan hakekat permasalahan yang
dihadapi. Contoh, operasi otak manusia harus lebih teliti dibandingkan dengan penelitian
terhadap tinggi badan anak usia 10 tahun.
Statistika juga memberikan kemampuan untuk mengetahui hubungan kausalita antara 2
faktor atau lebih bersifat kebetulan atau benar-benar terkait dalam hubungan yang bersifat
empiris, misalnya hubungan antara pemupukan dengan pertumbuhan padi. Dalam hal ini
statistika tidak dapat mencapai kebenaran yang sempurna tetapi bagaimanapun dapat
memberikan suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita melakukan kegiatan ilmiah
secara ekonomis. Di samping itu juga menghindari penarikan kesimpulan induktif secara tidak
benar karena yang dipakai adalah matematika, padahal hanya logika deduktif yang berkaitan
dengan matematika.
Kesimpulan yang didapat dalam berpikir deduktif merupakan hal yang pasti sepanjang
premis yang dipakai kita percayai kebenarannya. Sedangkan kesimpulan yang ditarik secara
induktif memberikan sekedar peluang. Contoh bulan Nopember untuk beberapa tahun, hujan,
maka Nopember tahun ini kemungkinan besar juga akan hujan.
Menurut bidang pengkajiannya, statistika dibedakan dalam :
1.
Statistika teoritis, mengkaji dasar-dasar teori statistika, misalnya teori pengambilan
sampel
2.
Statistika terapan, penggunaan teori statistika untuk pemanfaatan tujuan tertentu,
misalnya bagaimana menghitung harga rata-rata
3.
Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar keseimbangan
berpikir deduktif dan induktif yang merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan
dengan baik. Dengan demikian jangan sampai statistika dianggap sebagai kebohongan
seperti yang dikatakan oleh Disraeli, bahwa ada tiga kebohongan yakni, dusta, dusta
besar, dan statistik. Dulu terhadap matematika juga seperti itu, yaitu seperti yang
dikatakan oleh Agustinus : Hati-hati terhadap ahli matematika karena merekalah yang
membuat ramalan-ramalan dusta ! .

27

BAB IX
ILMU DAN KEBUDAYAAN
A.

Manusia dan Kebudayaan


Menurut E.B. Taylor (1871), kebudayaan adalah keseluruhan yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan mencerminkan tanggapan
manusia terhadap kebutuhan hidupnya. Maslow mengidentifikasikan lima kelompok
kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan fisiologi, rasa aman , afiliasi, harga diri, dan
pengembangan potensi. Kebutuhan binatang hanya terpusat pada kebutuhan fisiologis dan rasa
aman saja dan diperolehnya dengan
instink, sedangkan manusia mencapai semua
kebutuhannya bukan dengan instink melainkan melalui kebudayaan.
Keseluruhan segi kebudayaan diperoleh manusia secara sadar melalui pendidikan atau
proses pembelajaran dan terdapat enam nilai dasar dalam kebudayaan yakni : teori, ekonomi,
estetika, sosial, politik, agama.Teori adalah hakekat penemuan kebenaran. Nilai ekonomi
adalah kegunaan benda dalam memenuhi kebutuhan manusia. Nilai estetika adalah keindahan
dan segi artistik. Nilai sosial adalah hubungan antar manusia. Nilai politik adalah kekuasan
dan pengaruh. Nilai agama adalah usaha manusia untuk mengerti dan memberi arti bagi
kehadirannya di muka bumi.
Masalah pertama yang dihadapi oleh pendidikan adalah menetapkan nilai budaya apa
yang harus dikembangkan dalam diri anak didik kita dengan syarat :
1.
Relevan dengan zamannya
2.
Eksplisit dan definitif ( jelas dan pasti)
Pada kenyataannya banyak pendidikan diberikan tetapi sudah tidak sesuai dengan
perkembangan zaman atau ketinggalan zaman. Hal ini diperparah lagi dengan kelompok
pendidik yang bersifat konservatif dan tidak mau melakukan pembaruan dan perubahan.
Untuk melakukan perubahan, langkah yang harus ditempuh adalah membuat skenario
masyarakat di masa yang akan datang yang mempunyai karakteristik :
1.
Masyarakat Indonesia akan beralih dari masyarakat tradisional agraris
menjadi
masyarakat modern yang berorientasi industri. Untuk itu diarahkan kepada :
a.
Kemampuan analitik
b.
Kemampuan individual (mandiri)
Kedua hal ini akan mendorong ke arah lebih percaya diri dan berani mengambil
keputusan sendiri.
2.
Lebih menjunjung tinggi Pancasila sebagai filsafat dan pandangan hidup Bangsa
Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya kita mengenal masyarakat modern yang mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Bertumpu pada ilmu dan teknologi
2.
Kehidupan bermasyarakat ditata secara rasional berdasarkan anlisis
3.
Pengambilan keputusan didasarkan pada argumentasi yang didukung oleh penalaran
yang kuat dan bukan berdasarkan intuisi, perasaan, dan tradisi.
Sebagai pelengkap, pendidikan modern akan mendorong kreativitas yaitu kemampuan
untuk menciptakan modus baru. Pendidikan juga harus dilengkapi dengan agama sebagai
sumber moral bagi setiap kegiatan dan dapat meningkatkan martabat manusia.Agama
memberikan kompas dan tujuan.Sehubungan dengan ini Einstein mengatakan bahwa ilmu
tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh.Dengan demikian pendidikan
28

harus dapat mewujudkan anak didik menjadi manusia yang taqwa, terdidik, bermoral luhur,
dan estetik ( mau bekerja keras dan mandiri ).
B.

Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional


Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari
kebudayaan. Kebudayaan merupakan seperangkat sistem nilai, tata hidup, dan sarana bagi
manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang mencerminkan
aspirasi dan cita-cita suatu bangsa.
Ilmu dan kebudayaan saling tergantung dan saling mempengaruhi. Dalam rangka
pengembangan kebudayaan nasional, ilmu mempunyai peranan sebagai berikut :
1.
Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan
2.
Ilmu mengisi pembentukan watak suatu bangsa
Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan dan ilmu
merupakan produk dari cara berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah memerlukan persyaratan yaitu :
1. Mempunyai alur jalan pikiran yang logis, artinya konsisten dengan pengetahuan ilmiah
yang sudah ada
2. Didukung oleh fakta
Kebenaran ilmiah tidak bersifat mutlak melainkan terbuka bagi koreksi dan penyempurnaan
Karakteristik ilmu adalah :
1.
Mempercayai rasio ( rasional ).
2.
Alur jalur pikiran yang logis dan konsisten dengan pengetahuan yang telah ada ( logis )
3.
Pengujian secara empiris ( objektif )
4.
Terbuka untuk koreksi ( terbuka )
Tambahan : Sifat kritis melandasi keempat sifat tersebut di atas
Ilmu sebagai asas moral karena menjunjung tinggi kebenaran dan melakukan
pengabdian secara universal. Namun dalam pelaksanaannya tidak mudah karena sering
dipengaruhi oleh struktur kekuasaan terutama di negara yang sedang berkembang karena
kegiatan keilmuan dilakukan oleh aparat negara.
Langkah-langkah yang diperlukan agar ilmu berperan dalam kehidupan kita adalah :
1.
Memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat karena ilmu merupakan bagian dari
kebudayaan.
2.
Menyadari bahwa ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran.
3.
Rasa percaya terhadap metode ilmiah yang digunakan
4.
Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral yang luhur.
5.
Pengembangan keilmuan harus disertai pengembangan filsafat ilmu.
6.
Kegiatan ilmiah harus bersifat otonom. Namun demikian diperlukan kontrol dari
pemerintah dan masyarakat.
C.

Dua Pola Kebudayaan


Polarisasi keilmuan di Indonesia membedakan antara ilmu alam dan ilmu sosial.
Polarisasi tersebut pada saat ini dianggap sudah tidak tepat karena ilmu sosial dalam
pengembangannya memerlukan matematika dan statistika untuk penelaahan kuantitatif,
sedangkan ilmu alam memerlukan pendalaman masalah sosial agar ilmu dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat. Oleh karena itu polarisasi tersebut perlu ditinjau kembali.

29

BAB X
ILMU DAN BAHASA
A.

Terminologi ilmu dan Pengetahuan


Dalam kaitannya dengan ini kita harus mengetahui perbedaan antara pengetahuan dan
ilmu. Pengetahuan ( knowledge ) adalah apa yang diketahui oleh manusia, sedangkan ilmu
(science) adalah bentuk pengetahuan yang mempunyai objek ontologis, epistemologi, dan
landasan aksiologis.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai sarana komunikasi antar manusia ( fungsi
komunikatif) dan juga sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang
mempergunakan bahasa tersebut. Contoh, pencanangan bahasa Indonesia bagi bangsa
Indonesia dalam Sumpah Pemuda tahun 1928 dapat mempersatukan Bangsa Indonesia yang
terdiri dari berbagai suku (fungsi kohesif).
B.

Politik Bahasa Nasional


Pengembangan bahasa nasional harus memperhatikan fungsi komunikatif dan fungsi
kohesif dengan menghimpun kata-kata terbaik dari seluruh daerah di Indonesia.

30

BAB XI
FILSAFAT PENDIDIKAN
A.

Pengertian Filsafat Pendididkan


Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany :
Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan.
Filsafat pendidikan merupakan satu segi dari filsafat umum yang menitikberatkan pada
pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar filsafat umum
dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis.
Filsafat Pendidikan bersandarkan pada filsafat umum seperti :
1.
Hakekat kehidupan, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapai kehidupan yang
baik;
2.
Hakekat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang ingin menerima
pendidikan;
3.
Hakekat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatuproses sosial;
4.
Hakekat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapai
hakekat pendidikan.
Filsafat pendidikan seperti halnya filsafat umum juga berusaha mencari hakekat
masalah, dan proses pendidikan. Sehubungan dengan itu, maka tugas filsafat pendidikan
adalah :
1.
Merancang dengan bijak dan arif usaha-usaha dan proses pendidikan untuk suatu
bangsa;
2.
Menyiapkan warga negara pada umumnya dan generasi muda pada khususnya agar
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa;
3.
Berusaha mengubah cara-cara hidup masyarakat ke arah yang lebih baik;
4.
Mendidik akhlak, seni, dan keindahan kepada masyarakat agar mereka menghormati
kebenaran dan mencapai segala sesuatu melalui kebenaran tersebut.
Filsuf pendidikan harus memiliki :
1.
Pikiran yang benar, jelas, dan menyeluruh tentang wujud dan segala aspek
yang berkaitan dengan Ketuhanan, kemanusiaan, pengetahuan alam, dan pengetahuan
sosial;
2.
Mampu memahami nilai-nilai kemanusiaan yang terpancar pada nilai-nilai kebaikan dan
keindahan.
Menurut Kneller, filsafat pendidikan, seperti halnya filsafat umum, juga bersifat
spekulatif, preskriptif, dan analitik :
1.
Spekulatif, karena berusaha membangun teori-teori tentang hakekat manusia,hakekat
masyarakat, dan hakekat dunia yang penuh dengan ketidakpastian;
2.
Preskriptif, karena tujuan yang akan dicapai dan cara mencapainya harus didasarkan
pada ketentuan-ketentuan yang telah berlaku pada masyarakat yang bersangkutan.
Contohnya adalah pendidikan Pancasila yang diajarkan di sekolah harus didasarkan
pada UUD 1945 dan peraturan perundang-pundangan lain yang berlaku.
3.
Analitik, karena menguji rasionalitas ide dan gagasan-gagasan pendidikan,
konsistensinya dengan gagasan lain, dan menguji konsep-konsep pendidikan.

31

B.

Manfaat Filsafat Pendidikan


Manfaat Filsafat Pendidikan yaitu dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan
kehidupan manusia di bidang pendidikan karena :
a.
Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan;
b.
Hanya manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan.
Masalah pendidikan bukan hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang hanya
terbatas pada pengalaman, melainkan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih
mendalam, dan lebih kompleks.
Tujuan akhir pendidikan perlu dipahami dalam kerangka hubungannya dengan tujuan
hidup, baik tujuan individu maupun kelompok.
Filsafat merupakan teori umum dari pendidikan. Filsafat pendidikan bukan terbatas
hanya pada pengalaman-pengalaman faktual inderawi, melainkan akan sampai pada
penyelesaian secara tuntas tentang baik dan buruk dan tentang persyaratan kehidupan yang
sempurna.
Ruang lingkup filsafat pendidikan harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut :
1.
Apakah pendidikan itu ?
2.
Mengapa manusia harus melaksanakan pendidikan?
3.
Apakah yang seharusnya dicapai oleh pendidikan?
4.
Dengan cara bagaimana cita-cita pendidikan yang tersurat maupun yang tersirat dapat
dicapai?
C.

Peranan Filsafat Pendidikan


Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana
pendidikan dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Dalam mengkaji peranan
filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari metafisika, epistemologi, dan aksiologi.
Hubungan metafisika dan pendidikan dapat dijelaskan bahwa, metafisika mencoba
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1.
Apakah alam semesta memiliki bentuk yang rasional dan apakah alam semesta memiliki
makna?
2.
Apakah yang dinamakan jiwa itu merupakan kenyataan dalam dirinya atau hanya suatu
bentuk materi dalam gerak?
3.
Apakah semua perilaku organisme termasuk manusia telah ditentukan atau memiliki
kebebasan?
4.
Siapakah manusia, darimanakah asalnya, apa yang diharapkan dari hidup ini, dan apa
yang akan dituju manusia?
5.
Apakah alam semesta ini terjadi dengan sendirinya atau ada yang menciptakan?
Pemikiran metafisika tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan tidak memiliki aplikasi
praktis, jadi metafisika berkaitan dengan konsep-konsep kejadian yang tidak dapat diukur
secara empiris, seperti pernyataan : Allah adalah pencipta alam semesta. Metafisika
berusaha untuk memecahkan masalah yang tidak mampu dipecahkan oleh sains. Metafisika
sangat membantu dunia pendidikan, Sebagai contoh, pendidikan harus bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan anak didik tentang mengapa manusia hidup dan siapa yang
menghidupkan manusia?
Sehubungan dengan metafisika, terdapat beberapa cabang filsafat yaitu :
1.
Teologi, yang membicarakan tentang Tuhan
2.
Kosmologi, membicarakan tentang jagad raya
3.
Manusia, membicarakan tentang hakekat manusia antara lain hakekat anak didik.
32

Pembahasan tentang manusia merupakan hal yang sangat mendasar dalam filsafat
pendidikan karena manusia memiliki beberapa dimensi yaitu :
1.
Manusia sebagai makhluk individu
2.
Manusia sebagai makhluk sosial
3.
Manusia sebagai makhluk susila
4.
Manusia sebagai makhluk ber-Tuhan.
Hubungan epistemologi dan pendidikan dapat dijelaskan bahwa filsafat pendidikan
berusaha menjawab tentang bagaimana menentukan tentang muatan yang benar mengenai apa
yang akan diajarkan dan alat apa yang paling tepat untuk itu dan sebagainya. Sehubungan
dengan itu terdapat beberapa cara untuk mengetahui apa yang diperlukan oleh pendidik :
1.
Mengetahui berdasarkan otoritas, yaitu yang diperoleh dari para pakar, buku teks,
penguasa, dan sebagainya
2.
Mengetahui yang didasarkan pada wahyu Tuhan
3.
Mengetahui berdasarkan pengalaman
4.
Mengetahui berdasarkan nalar, yaitu dengan menggunakan analisis yang logis
5.
Mengetahui berdasarkan intuisi.
Hubungan antara aksiologi dan pendidikan dapat dijelaskan bahwa filsafat pendidikan
berusaha agar pendidikan mempunyai manfaat yang maksimal, oleh karena itu, maka
pendidikan harus mempunyai tujuan yang jelas karena nilai atau manfaat pendidikan terletak
pada tujuannya.Untuk itu pendidikan harus mendasarkan pada etika dan estetika.
Hubungan antara logika dan pendidikan dapat dijelaskan bahwa filsafat pendidikan
mengajarkan para siswa bagaimana berpikir yang didasarkan pada nalar sehingga tercapai
kesimpulan-kesimpulan yang sahih. Dalam hal ini anak didik harus menguasai pemikiran
deduktif dan induktif.
D.
1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.

Tujuan Filsafat Pendidikan


Filsafat pendidikan mempunyai tujuan sebagai berikut :
Merencanakan pendidikan yang terbaik
Memberikan arah yang terbaik dalam suatu konteks politik, sosial, dan ekonomi
Memberikan koreksi terhadap penyimpangan pendidikan
Menyesuaikan dengan isu-isu yang berkembang dalam praktek pendidikan melalui
penelitian empiris atau pemeriksaan
Selalu melaksanakan penilaian dan pembaruan menuju ke era pembelajaran yang
modern.
Pendidik dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki keyakinan terhadap :
Pengajaran dan Pembelajaran
Siswa
Pengetahuan yang diajarkan
Apa yang perlu diketahui anak didik.

33

BAB XII
STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DI INDONESIA
A.

Fungsi dan Peranan Pancasila


Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri, sehingga Pancasila mempunyai
fungsi dan peranan yang sangat luas. Fungsi dan peranan tersebut terus berkembang sesuai
dengan tuntutan zaman. Itulah sebabnya, Pancasila memiliki berbagai sebutan nama yang
menggambarkan fungsi dan peranannya.
Pemerintah menurut Surajiyo mengemukakan sepuluh fungsi dan peranan Pancasila
yaitu sebagai :
1.
Jiwa bangsa;
2.
Kepribadian Bangsa Indonesia;
3.
Dasar Negara Republik Indonesia;
4.
Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia;
5.
Perjanjian luhur;
6.
Pandangan hidup Bangsa Indonesia;
7.
Cita-cita dan tujuan Bangsa Indonesia;
8.
Satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
;
9.
Moral Pembangunan;
10.
Pembangunan Nasional (pengamalan Pancasila).
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat
Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional dengan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan
perkembangan global. Muncul persoalan sejauh mana Pancasila sebagai paradigma
pembangunan khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
B.
1.

Landasan Filsafat Pancasila


Landasan Ontologis Pancasila
Atas dasar pengertian dari ontologi, pandangan ontologi dari Pancasila adalah Tuhan
(Sila Ketuhanan), manusia (Kemanusiaan yang adil dan beradab), satu (Persatuan),
rakyat ( Kerakyatan yang dipimpin oleh hihmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan), adil (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).
Tuhan, adalah sebab pertama dari segala sesuatu, yang esa dan segala sesuatu
tergantung kepadanya.
Manusia mempunyai susunan hakekat pribadi yang monopluralis,yakni bertubuh,
berjiwa, bersifat individu, makhluk sosial, berkedudukan sebagai pribadi, makhluk
Tuhan yang religius.
Satu secara mutlak tidak dapat dibagi.Rakyat adalah keseluruhan jumlah semua orang.
Hakekat rakyat dalah pilar negara yang berdaulat.Adil adalah dipenuhinya semua
kewajiban bagi semua orang.
2.

Landasan Epistemologi Pancasila


Epistemologi Pancasila dimaksudkan mencari sumber-sumber pengetahuan dan
kebenaran dari Pancasila. Sumber pengetahuan dalam epistemologi ada dua aliran ,
yaitu empirisme dan rasionalisme.

34

Pengetahuan empiris Pancasila menunjukkan bahwa Pancasila merupakan cerminan


dari masyarakat Indonesia pada saat kelahirannya digali dari budaya bangsa Indonesia
sendiri.
Pengetahuan rasionalis Pancasila menunjukkan bahwa Pancasila merupakan
hasil perenungan yang mendalam dari tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia untuk
mengarahkan kehidupan bangsa Indonesia dalam bernegara.
Kebenaran Pancasila dapat diuji dengan teori-teori kebenaran dalam
pengetahuan yaitu dengan teori koherensi, teori korespondensi, dan teori pragmatis.
Teori koherensi dalam Pancasila dapat dinyatakan bahwa pernyataan-pernyataan
yang bersumber dari Pancasila konsisten dan tidak terdapat kontradiksi dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Teori korespondensi dalam Pancasila dapat dinyatakan bahwa pernyataan dalam
Pancasila berhubungan dengan objek yang dituju oleh pernyataan itu karena Pancasila
dinyatakan sebagai jiwa bangsa Indonesia, sebagai pandangan dan pedoman hidup
bangsa Indonesia.
Teori pragmatis dalam Pancasila dapat dinyatakan bahwa pernyataanpernyataan Pancasila mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan bangsa Indonesia
yaitu antara lain sebagai pemersatu bangsa Indonesia.
3.

Landasan Aksiologis Pancasila


Landasan aksiologis Pancasila ditunjukkan pada nilai-nilai dasar yang terdapat
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan menjiwai perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.

C.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung arti bahwa segala
aspek pembangunan harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan dan peningkatan harkat serta martabat bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) .Pancasila telah memberi dasar nilainilai bagi pengembangan iptek demi kesejahteraan hidup. Penegembangan iptek harus
didasarkan pada moral Pancasila, oleh karena ,sila-sila Pancasila harus merupakan sumber
nilai, kerangka pikir, serta moralitas bagi pengembangan iptek.
D.

Strategi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia


Menurut Kunto Wibisono yang dikutip oleh Surajiyo, strategi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang paling tepat harus diletakkan pada dimensi-dimensi sebagai
berikut :
1.
Teleologis (tujuan), dalam arti bahwa ilmu pengetahuan hanya sekedar sarana yang
digunakan untuk mencapai suatu tujuan yaitu mewujudkan cita-cita yang dicantumkan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
2.
Etis, dalam arti bahwa manusia harus diletakkan pada tempat yang sentral untuk
meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia
3.
Integratif, dalam arti bahwa penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan kualitas manusia harus sekaligus integral meningkatkan kualitas
masyarakatnya.
Menurut Abbas Hamami Mintareja yang dikutip oleh Surajiyo, strategi pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.
Ilmu harus mampu mewadahi kebudayaan masyarakat agar sesuai dengan yang
35

2.
3.
4.

diinginkan oleh masyarakat


Perlu disadari bahwa ilmu bukan satu-satunya sarana untuk memperoleh kebenaran
Pendidikan moral Pancasila dan keagamaan merupakan syarat mutlak bagi ilmuwan di
Indonesia
Diperlukan pendidikan filsafat ilmu di tingkat pendidikan tinggi .

36

DAFTAR PUSTAKA
Suria Sumantri, Jujun S., 2007, Filsafat Ilmu (Sebuah Pengantar Populer), Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan
Surajiyo, 2008, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia (Suatu Pengantar),
Jakarta, cetakan kedua, Bumi Aksara
Gie, The Liang, 1987,Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Yayasan Ilmu dan Teknologi
Ahmad Saebani, Beni, 2009, Filsafat Ilmu (Kontemplasi Filosofis tentang Seluk Beluk Sumber
dan Tujuan Ilmu Pengetahuan), Bandung, Pustaka Setia
Adib, Mohammad, 2010, Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, Yogyakarta, edisi ke-2 cetakan I, Pustaka Pelajar
Ali

Maksum, 2009, Pengantar Filsafat (Dari asa Klasik hingga Postmodernisme),


Yogyakarta, cetakan II,Ar-Ruzz Media

Ravertz, Jerome R, 2009, Filsafat Ilmu (Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan), Yogyakarta,
cetakan IV, Pustaka Pelajar
Sadulloh, Uyoh, 2008, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, cetakan kelima, Alfabeta
Suwidi Tono, 2008, Ramalan Jayabaya (Indonesia Masa Lampau, Masa Kini, dan Masa
Depan),Depok, cetakan XI, Visi Gagas Komunika
Drajat, Amroeni, 2006, Filsafat Islam, Jakarta, Penerbit Erlangga
Admiranto, A. Gunawan, 2009, Menjelajahi Bintang, Galaksi, dan Alam Semesta, Yogyakarta,
edisi kedua, Penerbit Kanisius

37

Lampiran I
Ringkasan
" Awal Mula Alam Semesta "
A.

Pendahuluan

1.

Alam semesta sebelum ada isinya, masih berupa ruang kosong maha luas tanpa batas,
tanpa sinar, tanpa gaya, tanpa gravitasi, tanpa atas bawah, tanpa kiblat.
Sekitar 15 miliar tahun yang lalu, ada sebongkah besar inti atom padat meledak sangat
dahsyat dan melepaskan zat hidrogen ke segala arah menjadi miliaran galaksi yaitu
kumpulan bintang-bintang (Big BangTheory/Teori Ledakan Besar)
Jumlah galaksi diperkirakan sebanyak 1 milyar dan di dalam setiap galaksi terdapat
ratusan milyar bintang dan matahari. Setiap matahari mempunyai sistem tata suryanya
sendiri-sendiri.
Sebagai akibat ledakan besar tadi semua benda langit mempunyai gerakan yang sama
yaitu gerak rotasi (berputar pada porosnya) dan revolusi (bergerak ke tempat lain
mengelilingi sesuatu).
Dari muka bumi galaksi-galaksi tadi hanya tampak seperti sebuah bintang yang tidak
bergerak karena jauhnya.
Bumi kita inipun termasuk dalam gugusan galaksi yang dinamakan galaksi Bima Sakti
(Milky Way) yang mempunyai garis tengah sejauh 100 ribu tahun cahaya.

2.
3.
4.
5.
6.
B.

Alam Semesta Sepi

1.

Jarak antar bintang dinyatakan dengan tahun cahaya, yaitu jarak yang ditempuh oleh
seberkas cahaya dalam waktu satu tahun.
Kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik yang berarti cahaya dapat mengelilingi
bumi sebanyak 7,5 kali dalam waktu satu detik, padahal keliling bumi adalah
40.000 km.
Jarak Bumi ke matahari adalah 150 juta km dan ditempuh oleh kecepatan cahaya
dalam waktu 8 1/3 menit.
Bentuk galaksi bermacam-macam, ada yang bulat seperti bola, pipih, spiral, dan ada
yang tidak berbentuk.
Bimasakti berbentuk spiral konsentril (seperti obat nyamuk bakar).
Garis tengah Bimasakti 100.000 tahun cahaya dan tebalnya 3 ribu tahun cahaya
Galaksi yang terdekat dengan Bimasakti adalah galaksi Magelanik dengan jarak
170.000 tahun cahaya.

2.

3. Salah satu dari ratusan bintang dalam galaksi Bimasakti adalah matahari kita yang
dikelilingi oleh 8 planet dalam sisten tata surya.
Planet-planet tersebut adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus,
Uranus, Neptunus (urutan dimulai dari yang paling dekat dengan matahari)
38

Sebagian besar planet tersebut mempunyai bulan yang mengelilinginya.


Bumi mempunyai bulan satu buah, Mars dua buah, Jupiter 11 buah, Saturnus sembilan
buah, Uranus lima buah, dan Neptunus dua buah.
4.

Dalam galaksi Bimasakti terdapat kira-kira 100.000 bintang yang sinarnya seperti
matahari dengan suhu 6.000 derajat Celcius dan mempunyai tatasurya seperti
tatasurya kita dengan planet-planet yang mengelilingi matahari.
Jumlah bumi dalam galaksi Bimasakti diperkirakan sebanyak 100.000.Apabila
jumlah bumi dianalogkan dengan bumi yang ada di Bimasakti, maka jumlah bumi
di seluruh galaksi adalah 100.000 x 1 miliar = 100 trilyun bumi.
Di antara planet bumi tersebut mungkin terdapat planet yang dapat dihuni seperti
bumi kita.

5.

Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan 1.600 km per jam dan bumi
mengelilingi matahari dengan kecepatan 106.200 km per jam.Satu kali bumi berputar
pada porosnya selama 24 jam dan bumi mengelilingi matahari selama 365,25 hari atau
satu tahun.
Begitu besarnya kecepatan rotasi dan revolusi tetapi kita tidak merasakan, karena bumi
bergerak dalam ruang kosong sehingga tidak berbenturan dengan apapun.

6.

Suatu saat hidrogen yang dimiliki oleh matahari akan habis dan kalau habis, matahari
tidak bisa bersinar lagi dan tatasurya kita termasuk bumi akan hancur dan musnah
karena berbenturan dengan bangkai matahari dan planet-planet yang lain.

C.

Teori Big Bang


Berdasarkan teori big bang, maka setelah terjadi ledakan besar, maka terbentuklah
galaksi, bintang, planet dan bumi
Luas alam semesta dapat dihitung dengan mengalikan jumlah bintang dengan jarak
antar bintang.
Jumlah galaksi di alam semesta 1 miliar dan tiap galaksi mengandung 100 milyar
bintang. Jadi jumlah bintang = 1 milyar x 100 miliar = 100 juta triliun.
Jarak bumi dengan bintang yang terdekat adalah 38 triliun km atau 4 tahun cahaya
Kalau kita naik pesawat Garuda yang mempunyai kecepatan 800 km per jam, maka
akan sampai ke bintang yang terdekat tersebut setelah 5,5 juta tahun.
Jadi luas alam semesta minimal adalah 100 juta triliun x 38 triliun km persegi.
Biar anak cucu kita saja yang menghitung karena luas tersebut adalah minimal dan
bintang terus bergerak makin menjauh satu sama lain.

D.

Penutup
Terbentuknya galaksi, bintang-bintang, planet-planet, dan bumi bersifat self propelling
growth, artinya mempunyai dorongan sendiri untuk tumbuh dan berubah.
Berdasarkan self propelling growth tersebut makhluk hidup dibumi berkembang dan
tidak ada yang bersifat instan.
Semua makhluk hidup diberi siklus hidup yang sama yaitu, lahir, dewasa, tua dan
mati.Benda matipun juga diberi siklus, yaitu dari tidak ada menjadi ada dan kembali
menjadi tidak ada lagi.Jadi yang semula alam semesta kosong, kemudian ada ledakan
39

besar sehingga muncul galaksi, bintang, planet, dan bumi, nantinya akan tidak ada lagi
dan alam semesta menjadi kosong kembali.

Lampiran II
ATOM dan NUKLIR
1. Atom merupakan bagian terkecil dari materi
2. Setiap atom digambarkan seperti bola yang terdiri dari :
a. Kulit atom, di bagian luar :
a.
terdapat elektron-elektron bermuatan listrik negatif
b.
bergerak mengelilingi atom
b. Inti atom, di bagian tengah
1) terdapat proton bermuatan listrik positif
2) terdapat neutron tidak bermuatan listrik (netral)
3. Contoh atom :
a. Sebutir nasi terdiri dari molekul-molekul
b. Satu molekul rumus kimianya C6 H12 O6, berarti terdiri dari :
+ 6 atom carbon
+ 12 atom hidrogen
+ 6 atom oksigen
c. Satu atom carbon berisi :
+ 6 buah electrn pada kulit atom
+ 6 buah proton pada inti atom
+ 6 buah neutron pada inti atom
Gambar :

40

4. Nuklir, Nuklir adalah inti atom


5. Pada tahun 1938, Otto Hahn dan Fritz Strasmann menemukan cara membelah inti
inti atom dengan meenembak unsur Uranium-235 dengan partikel neutron yang
ternyata pecah menjadi inti-inti atom yang lebih kecil lalu dipancarkan partikel
neutran baru yang ternyata menimbulkan panas.
6. Penemuan tersebut kemudian dikembangkan oleh Albert Einstein yang akhrnya
menemukan rumus E=MC2

41

Lampiran III

Ringkasan
Teori Relativitas Albert Einstein
1.

Teori Relativitas ditemukan oleh Albert Einstein ( bangsa Yahudi ) yang lahir di
Jerman tahun 1879 dan meninggal th. 1955.
Teori tersebut dibagi 2 yaitu :
Teori Relativitas Khusus (diketemukan th. 1905 )
Teori Relativitas Umum ( diketemukan th. 1915 )
Teori tesebut menjadi dasar :
Energi nuklir
Mesin waktu

2.

Relativitas Khusus menjelaskan bahwa waktu adalah relatif, tergantung pada


kecepatan suatu benda bergerak. Makin cepat benda tersebut bergerak, maka waktu
yang dipakai makin lambat.
Contoh pertama :
Kalau seseorang naik kereta api, maka jam yang dipakai akan berdetak lebih lambat
daripada jam yang dipakai seseorang yang berada di luar dan sedang berdiam diri.
Contoh kedua :
A pergi ke luar angkasa dengan roket yang mempunyai kecepatan mendekati kecepatan
cahaya dan kemudian kembali lagi ke bumi, sedangkan si B tetap tinggal di
bumi.Ternyata si A menghabiskan waktu 5 tahun dan si B pada waktu bertemu kembali
dengan si A berumur jauh lebih tua dari si A karena si B menghabiskan waktu di bumi
selama 50 tahun.

3.

Teori Relativitas Khusus juga menjelaskan bahwa masa/zat adalah merupakan satu
kesatuan dan bukan dua hal yang berbeda.
42

Kalau masa yang berada dalam suatu atom bergerak dengan kecepatan cahaya maka
akan menciptakan kekuatan yang maha dahsyat.
Disini berlaku rumus Einstein yang terkenal : E = mc2
E adalah energi
M adalah masa
C adalah kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya yaitu 180.000 km per detik
4.

Tahun 1939 Einstein yang sudah pindah ke Amerika ( pindah ke Amerika karena
takut ditangkap Hitler ),menulis surat kepada Presiden Rosevelt bahwa dia bisa
membuat bom atom, oleh karena itu dianjurkan agar segera membuat bom atom
sebelum didahului oleh Jerman. Akhirnya Amerika membuat bom atom yang
kemudian dijatuhkan di Jepang agar Jepang menyerah dan kemudian perang
bisa berhenti..

5.

Relativitas Umum menjelaskan bahwa gravitasi bukan disebabkan oleh


gaya tarik bumi atau benda langit lainnya seperti yang dinyatakan oleh Newton,
melainkan oleh curvature ( pusaran )
Pusaran tersebut tercipta karena ruang dan waktu yang melengkung apabila melalui
benda langit raksasa.

6.

Teori Relativitas Khusus Einstein bertahan seratus tahun lebih dan tidak ada yang
bisa membantahnya. Namun baru-baru ini ada sejumlah ilmuwan dari Australia
yang membantah kebenaran Teori Relativitas Khusus Einstein. Ilmuwan-ilmuwan
tersebut mengatakan dapat membuktikan bahwa kecepatan cahaya tidaklah konstan
seperti yang dinyatakan dalam rumus Einstein karena kecepatan cahaya bisa berkurang.
Teori ini sekarang sedangkan dikembangkan dan belum diakui oleh semua ilmuwan.

43

44

Anda mungkin juga menyukai