Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, semakin kompleks
pula permasalahan yang terjadi sehingga alat-alat baru dikembangkan
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dengan kompleksitas dari 7
tools traditional, seperti: flowchart, cause-effect diagram,

Pareto,

Pengendalian Charts, scatter diagram, checklist sheet , dan Histogram.


Dengan pemikiran dari bidang keilmuan di Jepang, perbaikan terusmenerus telah berhasil mengembangkan 7 tools traditional menjadi new 7
tools . menjadi new 7 tools dirasa yang paling efektif

dan

masuk ke

dalam gelombang kedua dari kualitas . Akibatnya, alat-alat manajemen


mutu baru digunakan terutama untuk masalah kualitatif = dan juga
digunakan oleh manajemen menengah dan atas.
Diagram matriks adalah satu dari new 7 tools yang memiliki
kepentingan dengan dunia manufaktur. Tujuh alat-alat lain meliputi: afinity
diagram, arrow diagram, tree diagram, relation diagram , analysis matrix
diagram . Kualitas alat baru yang sangat bermanfaat bagi proses
pemecahan masalah. Diagram matriks secara khusus digunakan untuk
menggambarkan tindakan yang diperlukan untuk proses atau perbaikan
produk.

Meskipun

diagram

matriks

menunjukkan

pentingnya

dan

kemudahan, itu adalah alat yang paling umum digunakan. Alat ini sering
digunakan untuk menggambarkan tindakan yang diperlukan untuk suatu
perbaikan proses atau

produk. Matrix diagram terkadang disebut juga

sebagai Quality Function Deployment (QFD). Matrix diagram selalu terdiri


dari baris dan kolom yang menggambarkan hubungan dua atau lebih
faktor untuk mendapatkan informasi tentang sifat dan kekuatan dari
masalah sehingga kita bisa mendapatkan ide-ide untuk memecahkan
masalah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Diagram Matriks
Diagram Matriks menunjukkan hubungan antara dua, tiga atau
empat kelompok informasi. Terdiri dari sejumlah kolom dan baris, untuk
mengetahui sifat dan kekuatan dari masalah. Ini akan membantu kita
untuk sampai pada ide utama dan menganalisis hubungan atau tidak
adanya hubungan di persimpangan dan menemukan cara yang efektif
untuk mengejar metode pemecahan masalah. Hal ini memungkinkan ide
konsepsi hubungan dua dimensi dasar. Titik persimpangan juga disebut
poin gagasan konsepsi.
2.2 Bentuk dan Penggunaan Matrix Diagram
Matrix diagram dapat dibentuk dalam beberapa cara yang berbeda, yaitu
sebagai berikut:

L-matrix menghubungkan dua grup (grup B ke grup A) atau


menghubungkan item-item dalam satu grup (item-item dalam grup
A).
T-matrix menghubungkan tiga grup (grup B dan C ke grup A, tetapi
grup B dan C tidak saling terhubung).
Y-matrix menghubungkan tiga grup, masing-masing grup ini
berhubungan dengan dua grup lainnya dalam mode melingkar.
C-matrix menghubungkan tiga grup semuanya secara bersamaan,
berbentuk 3 dimensi.
X-matrix menghubungkan empat grup, masing-masing terhubung
dengan dua grup lainnya dalam mode melingkar.
Roof-matrix menghubungkan item-item dalam satu grup, ini
biasanya digunakan bersamaan dengan L-matrix atau T-matrix.

2.3 Jenis Matrix Diagram


Jenis matrix diagram antara lain:
1. L-Matrix Diagram
L-matrix, bersama dengan T-matrix, adalah matriks yang paling umum
digunakan. Matriks ini digunakan untuk menunjukkan keterkaitan antara
dua grup dalam format matriks. Format matriks terdiri dari grafik dua
dimensi sederhana yang terdiri dari baris dan kolom, di mana kolom berisi

anggota-anggota dari grup pertama dan baris berisi anggota-anggota dari


grup kedua.
Gambar 1 di bawah ini menunjukkan konsep dasar L-Matrix dengan A
sebagai grup pertama dan B sebagai grup kedua, umumnya baris utama
ditempatkan pada baris paling atas (bukan baris paling bawah) sehingga
L-matrix lebih tepatnya membentuk huruf L terbalik.

Gambar 1. Konsep Dasar L-Matrix Diagram: A <> B (atau A <> A)


Anggota-anggota grup yang dimasukkan ke dalam baris / kolom yang
sama harus lah memiliki beberapa kesamaan sehingga dapat
merepresentasikan grup yang dimaksud. Sebagai contoh, jika kita ingin
membuat suatu L-matrix yang menghubungkan keterkaitan antara
berbagai proses dengan berbagai sebab keterlambatan pengiriman, kita
dapat menampilkan daftar proses pada baris utama dan history sebab
keterlambatan yang biasa terjadi pada kolom utama.
Kekuatan hubungan antara masing-masing proses dan setiap sebab
keterlambatan kemudian dapat dinotasikan baik dengan simbol maupun
angka pada sel dimana mereka saling berpotongan (misal diberi angka
bobot 1 atau 2, dimana bobot 2 menunjukkan hubungan terkuat), silahkan
perhatikan contoh penggunaan L-matrix pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Contoh L-Matrix Diagram Keterlambatan Waktu Pengiriman


Gambar 2 di atas menunjukkan L-matrix yang digunakan sebagai poin
penilaian (evaluation points) untuk mencari proses paling kritis yang

menyebabkan keterlambatan waktu pengiriman produk kepada


pelanggan. Evaluator membubuhkan simbol lingkaran atau segitiga jika
salah satu proses (pada baris utama) mengandung satu atau lebih sebab
keterlambatan pengiriman (yang telah didaftarkan pada kolom utama),
sebab yang sering terjadi (atau memiliki hubungan terkuat) diberi simbol
lingkaran untuk membedakan bobotnya dengan sebab yang diberi simbol
segitiga.
Tampaknya bahwa proses paling kritis adalah proses grinding karena
memiliki poin paling besar, namun pandangan lain mungkin akan
melihatbreakdown mesin dan rework sebagai sebab yang paling sering
terjadi, atau mungkin ada pandangan lain yang lebih luas yang melihat
bahwa kegagalan rencana produksi adalah akar penyebab masalahnya
karena memiliki efek berantai menimbulkan penyebab-penyebab lain
seperti kesulitan memperoleh material, manajemen persediaan tidak
jelas, dan breakdown mesin.
L-Matrix paling umum digunakan untuk mengkaji hubungan sebab-akibat,
atau membandingkan sasaran-sasaran dan cara-cara yang digunakan
untuk mencapai sasaran-sasaran yang dimaksud.
2. T-Matrix Diagram
T-matrix adalah matriks yang digunakan untuk menunjukkan hubungan
antara dua faktor yang berbeda dan bagaimana kaitannya dengan faktor
ketiga. Hal ini menunjukkan kombinasi antara dua L-matrix.
Perhatikan Gambar 3 di bawah ini, T-matrix menghubungkan saling
keterkaitan dua grup B dan C ke grup ketiga A. Anggota grup B muncul di
kolom utama di atas baris utama, sedangkan anggota grup C berada di
kolom utama di bawah baris utama. Baris utama merupakan tempat untuk
anggota grup A. Namun dalam T-matrix ini, anggota grup B tidak dapat
dihubungkan dengan anggota grup C.

Gambar 3. Konsep Dasar T-Matrix Diagram: B <> A <> C, tetapi tidak


B <> C

Menurut Gitlow (1990), T-matrix diterapkan secara umum untuk


menentukan kebutuhan pelatihan (p. 103). Sebagai contoh perhatikan
Gambar 4 di bawah ini, seorang manager sedang mendokumentasikan
tugas yang diberikan kepada tiga orang engineer-nya dalam format
matriks, kemudian dia menghubungkannya dengan tingkat keahlian
sesuai training yang pernah diikuti oleh tiga orang engineer tersebut.
Karena dia harus menghubungkan dua grup informasi yang berbeda
(tugas dan training) ke satu grup ketiga (engineer), maka format matriks
terbaik untuk kasus ini adalah T-matrix.

Gambar 4. Contoh T-Matrix Diagram Tugas Pekerjaan dan Pelatihan yang


Telah Diikuti oleh Tiga Orang Engineer
Perhatikan kembali Gambar 4 di atas, manager membubuhkan simbolsimbol lingkaran dan segitiga di atas baris utama T-marix untuk
memperlihatkan saling keterkaitan engineer dan tugas-tugasnya, dimana
lingkaran menunjukkan tanggung jawab utama/primer dan segitiga
menunjukkan tanggung jawab sekunder. Simbol-simbol ini memberikan
indikasi visual langsung dalam pembagian tugas sehingga ketika sekilas
melihat matriks tersebut, kita dapat menyimpulkan tugas-tugas telah
terbagi rata. Sedangkan untuk training yang pernah diikuti cukup
diberikan tanda check.
Dari contoh di atas, T-matrix tampak berguna ketika terdapat dua
kelompok pertanyaan berbeda tentang satu daftar inti, dimana kita dapat
menyimpulkan suatu hubungan tidak langsung di antara dua kelompok
pertanyaan tersebut.
3. Y-Matrix Diagram
Jika kita mempunyai T-matrix yang menghubungkan saling keterkaitan
dua grup A dan C ke grup ketiga B, kemudian kita ingin menghubungkan
juga keterkaitan antara dua grup A dan C, kita dapat membengkokkan
sel-sel anggota grup A dan C sehingga memungkinkan kita untuk saling
menghubungkannya. Inilah yang dinamakan Y-matrix (lihat Gambar 5).

Gambar 5. Konsep Dasar Y-Matrix Diagram: A <> B <> C <> A


Sebagai contoh perhatikan Gambar 6 di bawah ini. Sebuah Y-matrix
memperlihatkan hubungan antara kebutuhan pelanggan, metrik proses
internal, dan tanggung jawab departemen, yang mana matriks ini
menggambarkan sebuah gambaran tentang pengiriman produk tepat
waktu kepada pelanggan.

Gambar 6. Contoh Y-Matrix Diagram Tanggung Jawab Kinerja terhadap


Kebutuhan Pelanggan
Tampak bahwa departemen distribusi diberikan tanggung jawab utama
untuk pengiriman produk tepat waktu kepada pelanggan. Hal ini ditandai
dengan adanya simbol hubungan primer di antara keduanya, sama halnya
dengan tanggung jawab departemen produksi terhadap kapasitas
produksi. Dua metrik paling kuat terkait dengan pengiriman tepat waktu
adalah tingkat persediaan dan lead-time order, sementara tanggung
jawab departemen distribusi memiliki hubungan minor terhadap lead-time
order dan sama sekali tidak ada hubungan dengan tingkat persediaan.
Tingkat persediaan adalah tanggung jawab utama departemen
perencanaan (planning) serta tanggung jawab sekunder bersama
departemen pembelian (purchasing) dan departmen produksi.

4. C-Matrix Diagram
C-matrix adalah matriks 3-dimensi sehingga C bisa anda artikan sebagai
cube (kubus). Matriks ini tidak mudah untuk digambarkan dan jarang
digunakan, tapi ini penting untuk menghubungkan tiga variabel secara
bersamaan, lihat konsep dasarnya pada Gambar 7 di bawah ini.

Gambar 7. Konsep Dasar C-Matrix Diagram


Untuk lebih mudah memahaminya, lihat contoh C-matrix pada Gambar 8
di bawah ini. Gambar ini memperlihatkan satu titik pada sebuah C-matrix
terkait hubungan model produk, pelanggan, dan lokasi pabrik. Tampak
bahwa model C untuk pelanggan no. 2 diproduksi di pabrik yang berlokasi
di Serang, Banten.

Gambar 8. Contoh C-Matrix Diagram Matriks yang Menghubungkan


Produk, Pelanggan, dan Lokasi Pabrik
5. X-Matrix Diagram

Jika kita menempatkan dua T-matrix saling membelakangi maka akan


menghasilkan matriks berbentuk X sehingga X-matrix merupakan
perluasan dari T-matrix. X-matrix menghubungkan empat grup, masingmasing grup terhubung dengan dua grup lainnya di kiri dan kanan atau di
atas dan bawah.
Perhatikan Gambar 9 di bawah ini. X-matrix menghubungkan empat grup
A, B, C, dan D; yang mana hubungannya adalah sebagai berikut:
A <> B <> C <>D<> A, tetapi tidak A <> C <> atau B <> D.
Grup A ke grup C dan grup B ke grup D tidak memiliki kesamaan dan tidak
perlu dibandingkan. Misal, kita ingin membandingkan laki-laki (A) dan
perempuan (C) terhadap hobi olahraga (B) dan baca buku (D), dalam hal
ini laki-laki dan perempuan berlawanan sehingga kita tidak perlu
membandingkannya.

Gambar 9. Konsep Dasar X-Matrix Diagram: A <> B <> C <>D<> A,


tetapi tidak A <> C <> atau B <> D
Saya sering melihat X-matrix ini digunakan sebagai alat dalam
pelaksanaan hoshin kanri atau penjabaran kebijakan (policy deployment)
[1]. X-matrix secara grafis dan logis dapat menghubungkan apa, siapa,
kapan, bagaimana, dan berapa banyak elemen perencanaan atau strategi
penjabaran dalam satu tempat secara bersama sehingga semua orang di
dalam organisasi dapat mengelolanya secara bersama-sama. Gambar 10
di bawah ini adalah contoh sederhana X-matrix dalam pelaksanaan hoshin
kanri untuk manajemen dan reduksi biaya WIP.

Gambar 10. Contoh X-Matrix Diagram Hoshin Kanri untuk Manajemen


dan Reduksi Biaya WIP
6. Roof-Matrix Diagram
Roof-Matrix adalah matrix yang menghubungkan item-item dalam satu
grup, yang mana bentuknya menyerupai roof atau atap dari sebuah
rumah (lihat Gambar11). Biasanya digunakan bersama L-matrix atau Tmatrix untuk membentuk house of quality sebagai bagian dari Quality
Function Deployment(QFD).

Gambar 11. Konsep Dasar Roof-Matrix Diagram: A <> A


Activity relationship chart (ARC) yang umum digunakan dalam
perencanaan tata letak pabrik (plant layout) juga dapat dikategorikan
sebagai Roof-matrix (lihat Gambar 12).

Gambar 12. Contoh Roof-Matrix Diagram Perancangan Tata Letak Pabrik


2.4 Cara Membuat Matrix Diagram
Berikut adalah urutan untuk membuat sebuah matrix diagram (Gitlow,
1990, pp. 104-110):
1. Pilih suatu topik atau masalah.
2. Bentuk sebuah team terdiri dari 4-5 orang. Tim harus mengidentifikasi
permasalahan yang ada.
3. Pilih fasilitator untuk mengkoordinasi kegiatan team.
4. Tentukan variabel-variabel produk atau proses yang akan dipelajari.
5. Tentukan bentuk matriks berdasarkan tugas.
6. Tempatkan informasi dalam matriks.
7. Tarik garis dari matriks.
8. Tentukan simbol-simbol yang akan digunakan termasuk keterangannya,
sebagai contoh
lihat Gambar 13 di bawah ini.

Gambar 13. Simbol-Simbol Matrix Diagram yang Sering Digunakan


9. Masukkan simbol-simbol ke dalam sel-sel matriks yang tepat.
10. Analisis matrix diagram, pelajari dan pahami hubungan yang penting
bagi proses pengambilan keputusan.
Saat ini matrix diagram semakin banyak digunakan oleh industri-industri
manufaktur. Dengan memahami langkah dasar untuk membuat matrix
diagram, kita akan menemukan bahwa alat ini merupakan alat yang
sangat serbaguna yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi di
industri manufaktur sebelum membuat sebuah keputusan besar.
2.5 Contoh Penggunaan Diagram Matriks
Sebuah departemen personalia ingin meningkatkan aktivitas sosial
dalam perusahaan dalam rangka untuk meningkatkan tingkat loyalitas.
Sebuah teori dimasukkan ke depan yang halus-pelatihan keterampilan
memberikan kontribusi signifikan dalam hal ini bersosialisasi di rumah.
Manajer personalia akibatnya memutuskan untuk menggunakan Diagram
Matriks untuk menyelidiki ini. Langkah-langkah yang diambil adalah:

Tujuan: Menyelidiki efek dari soft-pelatihan keterampilan aktivitas


sosial.

Diagram Matriks: T, dengan orang-orang di batang utama, kursus


pelatihan in-house ke kiri, kehadiran klub sosial ke kanan, ditambah
kolom tambahan selama bertahun-tahun pelayanan.

Perbandingan: In-house training - centang untuk kehadiran dalam


waktu tiga tahun terakhir; klub sosial - tiga band yang sesuai
dengan di bawah 30%%, 30% sampai 70 dan lebih dari 70%
kehadiran pada periode yang sama.

Matriks yang dihasilkan, seperti yang ditunjukkan di bawah ini


menunjukkan bahwa orang dengan tingkat pelatihan sosial juga
cenderung lebih berkomitmen menjadi anggota klub sosial. Hal itu juga
memperhatikan bahwa tampaknya ada peningkatan dalam komitmen
tertentu setelah terjadi program membangun tim. Panjang pelayanan
tidak menunjukkan pola tertentu.

Akibatnya, pelatihan ini diperluas, dan orang-orang diberi lebih


banyak dorongan untuk menghadiri (terutama tentu saja tim-bangunan).
Hal ini mengakibatkan peningkatan yang stabil dalam kegiatan sosial dan
penurunan tingkat putus sekolah. Contoh lain:

Sebuah tim menguji produk menggunakan L-matriks untuk


menentukan efektivitas uji dengan membandingkan jenis cacat
ditemukan dengan tes bernama.

Sebuah matriks L digunakan oleh kelompok pemasaran untuk


menghasilkan dan memvalidasi satu set alat-alat penjualan yang
meliputi sektor target pasar semua.

Seorang manajer proyek menggunakan matriks T dalam


perencanaan, dengan tugas bawah batang utama, maka sumber
daya dan tanggung jawab untuk dua daftar samping. Segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk satu tugas kemudian dapat dilihat
pada satu baris, dan realokasi kemudian dilakukan untuk
menyeimbangkan jadwal. (Hendra Poerwanto G)

Daftar Pustaka
Gitlow, H. S. (1990). Planning for quality, productivity, and competitive position. Illinois:
Business One Irwin.
Tague, N. R. (2005). The quality toolbox. (2th ed.). Milwaukee, Wisconsin: ASQ Quality Press.
Available from http://asq.org/quality-press/display-item/index.html?item=H1224

Anda mungkin juga menyukai