Anda di halaman 1dari 18

Plutonium

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Tekanan uap

neptunium plutonium amerisium

Sm

Pu

(Uqq)
94Pu
Tabel periodik

Nama, Lambang, Nomor atom


Deret kimia
Golongan, Periode, Blok

Keterangan Umum Unsur


plutonium, Pu, 94
aktinida
n/a, 7, f
putih keperakan

Penampilan

Massa atom
Konfigurasi elektron
Jumlah elektron tiap kulit

(244) g/mol
[Rn] 5f6 7s2
2, 8, 18, 32, 24, 8, 2
Ciri-ciri fisik
padat
19,816 g/cm
16,63 g/cm
912,5 K
(639,4 C, 1182,9 F)
3505 K
(3228 C, 5842 F)
2,82 kJ/mol
333,5 kJ/mol
(25 C) 35,5 J/(molK)

Fase
Massa jenis (sekitar suhu kamar)
Massa jenis cair pada titik lebur
Titik lebur
Titik didih
Kalor peleburan
Kalor penguapan
Kapasitas kalor

P/Pa

10

100

1k

10 k

100 k

pada T/K

1756

1953

2198

2511

2926

3499

Struktur kristal

Ciri-ciri atom
monoklinik

6, 5, 4, 3
(Oksida amfoter)
1,28 (skala Pauling)
pertama: 584,7 kJ/mol
175 pm
Lain-lain
tiada data
(0 C) 1,460 m
(300 K) 6,74 W/(mK)
(25 C) 46,7 m/(mK)
(20 C) 2260 m/s
96 GPa
43 GPa
0,21
7440-07-5
Isotop

Bilangan oksidasi
Elektronegativitas
Energi ionisasi
Jari-jari atom
Sifat magnetik
Hambat jenis listrik
Konduktivitas termal
Ekspansi termal
Kecepatan suara (kawat tipis)
Modulus Young
Modulus geser
Nisbah Poisson
Nomor CAS

iso
238

Pu

239

Pu

240

Pu

241

Pu

242

Pu

244

Pu

NA

waktu paruh

syn

88 thn

syn

2,41 104 thn

syn

6,5 103 thn

syn

14 thn

syn

3,73 105 thn

kelumit

8,08 107 thn

DM

DE (MeV)

DP

SF

5,5

234

SF

5,245

235

SF

5,256

236

0,02078

241

SF

SF

4.984

238

4,666

240

SF

U
U
U
Am

U
U

Referensi

Plutonium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pu dan
nomor atom 94. Ia merupakan unsur radioaktif transuranium yang langka dan merupakan
logam aktinida dengan penampilan berwarna putih keperakan. Ketika terpapar dengan udara,
ia akan mengusam oleh karena pembentukan plutonium(IV) oksida yang menutupi
permukaan logam. Unsur ini pada dasarnya memiliki enam alotrop dan empat keadaan
oksidasi. Ia bereaksi dengan karbon, halogen, nitrogen, dan silikon. Ketika terpapar dengan
kelembaban udara, ia akan membentuk oksida dan hidrida dengan volume 70% lebih besar
dan menjadi bubuk yang dapat menyala secara spontan. Ia juga merupakan racun radiologis
yang dapat berakumulasi dalam sumsum tulang. Oleh karena sifat-sifat seperti inilah, proses

penanganan plutonium cukup berbahaya, walaupun tingkat toksisitas keseluruhan logam ini
kadang-kadang terlalu dibesar-besarkan.
Istotop terpenting plutonium adalah plutonium-239 yang memiliki umur paruh 24.100 tahun.
Plutonium-239 merupakan fisil, yakni ia dapat memecah ketika dibombardir oleh neutron
termal, melepaskan energi, radiasi gamma, dan neutron yang lebih banyak. Oleh karena itu,
dia dapat mempertahankan reaksi rantai nuklir setelah mencapai massa kritis. Sifat-sifat
inilah yang memungkinkan plutonium digunakan sebagai senjata nuklir dan digunakan pada
beberapa reaktor nuklir. Isotop paling stabil plutonium adalah plutonium-244, dengan umur
paruh sekitar 80 juta tahun. Umur paruh ini cukup panjang untuk bisa ditemukan secara alami
dalam jumlah kecil. Plutonium-238 memiliki umur paruh 88 tahun dan memancarkan partikel
alfa. Ia adalah sumber panas pada generator termolistrik radioisotop (digunakan pada
beberapa pesawat antariksa). Plutonium-240 memiliki laju fisi spontan yang tinggi sehingga
akan meningkatkan tingkat neutron latar pada sampel. Keberadaan Pu-240 akan membatasi
potensi daya dan senjata suatu sampel. Ia juga digunakan sebagai titik tolok penentuan
tingkat (grade) plutonium: tingkat senjata (< 7%), tingkat bahan bakar (719%), dan tingkat
reaktor (> 19%). Pu-238 dapat disintesis dengan membombardir uranium-238 dengan
deuteron, sedangkan Pu-239 dengan disintesis dengan membombardir uranium-238 dengan
neutron.
Unsur 94 pertama kali disintesis oleh sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Glenn T.
Seaborg dan Edwin McMillan di Universitas California, Berkeley pada tahun 1940.
McMillan kemudian menamai unsur baru tersebut plutonium (atas nama Pluto). Penemuan
plutonium kemudian menjadi bagian penting dalam Proyek Manhattan untuk
mengembangkan bom atom selama Perang Dunia II. Uji nuklir pertama, "Trinity" (Juli 1945),
dan bom atom kedua ("Fat Man") yang digunakan untuk menghancurkan kota Nagasaki
(Agustus 1945) memiliki inti Pu-239.

Daftar isi

1 Karakteristik
o 1.1 Fisik
o 1.2 Alotrop
o 1.3 Fisi nuklir
o 1.4 Isotop dan sintesis
o 1.5 Panas peluruhan dan properti fisi
o 1.6 Sifat kimiawi dan senyawa plutonium
o 1.7 Aloi
o 1.8 Keberadaan

2 Sejarah

o 2.1 Penemuan
o 2.2 Penelitian awal
o 2.3 Produksi semasa Proyek Manhattan
o 2.4 Bom atom Trinity dan Fat Man
o 2.5 Penggunaan pada Perang Dingin dan limbah nuklir
o 2.6 Percobaan medis

3 Penerapan
o 3.1 Bahan peledak
o 3.2 Penggunaan limbah nuklir
o 3.3 Sumber tenaga dan panas

4 Wewanti
o 4.1 Toksisitas
o 4.2 Massa kritis
o 4.3 Kemudahbakaran

5 Lihat pula

6 Catatan kaki

7 Referensi

8 Bibliografi

9 Pranala luar

Karakteristik
Fisik
Sama seperti logam-logam lainnya, plutonium memiliki penampilan perak mengkilat. Namun
ketika terpapar dengan udara bebas, plutonium(IV) oksida akan terbentuk dengan cepat dan
membuat logam tersebut menjadi kusam kelabu. Selain itu warna kuning dan hijau zaitun
juga pernah dilaporkan.[1][2] Pada suhu kamar, plutonium berada dalam bentuk alotop alfanya.
Bentuk alotrop inilah yang merupakan bentuk yang paling umum dan memiliki tingkat

kekerasan seperti besi cor, terkecuali apabila ia dialoi dengan logam lainnya dan membuatnya
menjadi lunak dan dapat dengan mudah diubah bentuk.[1] Berbeda dengan kebanyakan jenis
logam, plutonium bukanlah konduktor panas dan listrik yang baik.[1] Ia memiliki titik leleh
yang rendah (640 C) dan titik didih yang sangat tinggi (3,327 C).[1]
Emisi partikel alfa yang merupakan pelepasan inti helium berenergi tinggi adalah bentuk
radiasi paling umum yang dipancarkan oleh plutonium.[3] Panas yang dilepaskan selama
pelepasan dan deselerasi partikel-partikel alfa ini membuat plutonium dengan ukuran sebesar
bola sofbol terasa hangat ketika disentuh, sedangkan untuk massa plutonium yang lebih
besar, ia dapat mendidihkan satu liter air dalam waktu beberapa menit (bervariasi tergantung
pada komposisi isotop).[4][5]
Resistivitas plutonium pada suhu kamar sangatlah tinggi jika dibandingkan dengan logam
lain dan ia akan semakin tinggi ketika temperatur diturunkan.[6] Tren peningkatan resistivitas
ini akan diteruskan sampai dengan 100 K. Di bawah temperatur ini, resistivitas akan menurun
drastis.[6] Ketika temperatur menurun sampai dengan 20 K, resistivitas meningkat kembali
oleh karena kerusakan radiasi (laju peningkatan sesuai dengan komposisi isotop).[6]
Oleh karena swa-iradiasi (self-irradiation) plutonium, ia akan memperlihatkan kelelahan
(fatigue) pada keseluruhan struktur kristalnya, yang berarti bahwa penataan atom pada kristal
akan dikacaukan oleh radiasi tersebut dari waktu ke waktu.[7] Namun, swa-iradiasi juga dapat
mengakibatkan pelunakan yang dapat mengimbangi beberapa efek lelah ketika temperatur
ditingkatkan di atas 100 K.[8]

Alotrop
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Alotrop plutonium

Plutonium memiliki enam alotrop pada tekanan biasa: alfa (), beta (), gamma (),
delta (), delta prime (), & epsilon ()[9]
Plutonium umumnya mempunyai enam alotrop. Pada temperatur yang tinggi dan jangka
tekanan tertentu, alotrop ketujuh (zeta, ) dapat terbentuk.[9] Alotrop-alotrop ini memiliki
tingkat energi yang hampir sama, namun densitas dan struktur kristal yang sangat berbeda.
Hal ini membuat plutonium sangat sensitif terhadap perubahan temperatur, tekanan, dan
lingkungan kimiawi. Selain itu, perubahan volume yang dramatis selama transisi fase dari

satu alotrop ke alotrop lainnya juga memungkinkan.[7] Tidak seperti bahan-bahan lainnya,
densitas plutonium akan meningkat ketika ia meleleh (sebesar 2,5%). Namun cairan logam
plutonium itu sendiri menunjukkan penurunan secara linear pada densitasnya seiring dengan
meningkatnya temperatur.[6] Densitas berbagai alotrop plutonium berkisar dari 16,00 g/cm3
sampai dengan 19,86 g/cm3.[10]
Keberadaan banyak alotrop ini membuat pemrosesan plutonium sangat sulit. Sebagai
contohnya bentuk plutonium terbentuk pada suhu kamar dan ia memiliki karakteristik yang
mirip dengan besi cor, namun akan berubah menjadi seperti plastik dan mudah diubah bentuk
ketika ia berubah menjadi alotrop (beta) pada temperatur yang sedikit lebih tinggi.[11]
Alasan mengapa plutonium memiliki diagram fase yang rumit belumlah sepenuhnya
diketahui.
Plutonium dalam bentuk (delta) umumnya terbentuk pada kisaran suhu 310 C sampai
dengan 452 C, namun ia stabil pada suhu kamar apabila dialoi dengan galium, aluminium,
ataupun serium dalam persentase rendah.[11] Bentuk delta plutonium memiliki sifat-sifat yang
lebih mirip dengan sifat logam pada umumnya. Ia kira-kira sekuat dan selunak aluminium.[9]

Fisi nuklir
Plutonium merupakan logam aktinida radioaktif. Isotop plutonium-239 (Pu-239) merupakan
salah satu dari tiga isotop fisil utama[12] (sisanya adalah uranium-233 dan uranium-235).[13]
Agar dapat dianggap sebagai fisil, inti atom sebuah isotop haruslah dapat memecah (fisi)
ketika ditembakkan dengan neutron dan melepaskan sejumlah neutron tambahan yang cukup
untuk mempertahankan reaksi berantai nuklir dengan memecahkan inti selanjutnya.

Plutonium tingkat senjata


Pu-239 memiliki faktor penggandaan (k) yang positif. Hal ini berarti bahwa jika logam
tersebut tersedia dalam jumlah massa yang mencukupi dan dalam bentuk geometri yang
tepat, ia dapat membentuk massa kritis.[14] Selama fisi, sebagian energi ikat yang mengikat
inti agar tetap bersama dilepaskan sebagai energi panas, energi kinetik, dan energi
elektromagnetik dalam jumlah yang besar. Satu kilogram Pu-239 dapat menghasilkan ledakan
yang setara dengan 20,000 ton TNT.[4] Jumlah energi yang sangat besar ini membuat Pu-239
sangat berguna pada reaktor dan senjata nuklir.
Keberadaan isotop plutonium-240 (Pu-240) pada suatu sampel akan membatasi potensial
bom nuklir plutonium. Hal ini dikarenakan Pu-240 memiliki laju fisi spontan yang tinggi
(~440 fisi per detik per gram setiap 1.000 neutron per detik per gram[15]), sehingga
meningkatkan tingkat neutron latar, yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko
pradetonasi.[16] Plutonium dapat dikategorikan ke dalam berbagai tingkatan, yaitu tingkat
senjata, tingkat bahan bakar, dan tingkat reaktor, bergantung pada persentase Pu-240 pada
suatu sampel. Plutonium tingkat senjata memiliki kadar Pu-240 kurang dari 7%, plutonium
tingkat bahan bakar mengandung 7% - 19% Pu-240, dan plutonium tingkat reaktor

mengandung lebih dari 19% Pu-240.[17] Isotop plutonium-238 (Pu-238) tidak dapat menjalani
fisi nuklir dengan mudah, walaupun ia dapat mengalami peluruhan alfa.[4]

Isotop dan sintesis


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Isotop plutonium
Terdapat setidaknya dua puluh isotop radioaktif plutonium yang telah diidentifikasi.[3] Isotop
yang berumur paling panjang adalah Pu-244, dengan umur paruh 80,8 juta tahun. Diikuti oleh
Pu-242 dengan umur paruh 373.300 tahun, dan Pu-239 dengan umur paruh 24.110 tahun.[3]
Isotop radioaktif sisanya memiliki umur paruh kurang dari 7.000 tahun.[3] Unsur ini juga
memiliki delapan keadaan metastabil, walaupun tidak ada satupun yang benar-benar stabil
dan hanya memiliki umur paruh kurang dari satu detik.[3]
Isotop plutonium memiliki bilangan massa yang berkisar dari 228 sampai dengan 247.[3]
Modus peluruhan utama isotop dengan bilangan massa yang lebih rendah daripada isotop
paling stabil Pu-244 adalah fisi spontan dan emisi alfa. Kebanyakan akan menjadi isotop
uranium (92 proton) dan neptunium (93 proton) sebagai produk peluruhan (dengan
mengabaikan anang inti (daughter nuclei) yang dihasilkan selama proses fisi).[3] Modus
peluruhan utama isotop yang memiliki bilangan massa lebih tinggi daripada Pu-244 adalah
emisi beta, kebanyakan akan menjadi isotop amerisium (95 proton) sebagai produk
peluruhan.[3] Pu-241 merupakan isotop induk deret peluruhan neptunium, meluruh menjadi
amerisium-241 via emisi beta maupun elektron.[4]
Pu-238 dan Pu-239 adalah isotop yang paling sering disintesis.[4] Pu-239 disintesis via reaksi
berikut yang menggunakan uranium (U) dan neutron (n) via peluruhan beta () dengan
neptunium (Np) sebagai zat antara:[18]
Dengan kata lain, neutron yang berasal dari fisi U-235 ditangkap oleh inti U-238, menjadi U239; peluruhan beta akan menambahkan sebuah proton, menjadi Np-239 (umur paruh
2.36 hari), dan peluruhan beta lebih lanjut akan mengubahnya menjadi Pu-239.[19]
Pu-238 disintesis dengan membombardir U-238 dengan deuteron (D, inti hidrogen berat)
menurut reaksi berikut:[20]
Pada persamaan ini, deuteron menghantam U-238 dan menghasilkan dua neutron berserta
Np-238. Np-238 secara spontan meluruh dengan memancarkan partikel beta negatif menjadi
Pu-238.

Panas peluruhan dan properti fisi


Isotop plutonium mengalami peluruhan radioaktif dan menghasilkan panas peluruhan. Isotop
yang berbeda menghasilkan panas per massa yang berbeda. Panas peluruhan biasanya
dinyatakan dengan satuan watt/kilogram atau milliwatt/gram. Pada plutonium dengan jumlah
besar dan pembuangan panas yang tidak cukup maka panas ini dapat berdampak signifikan.
Semua isotop menghasilkan gamma lemah ketika meluruh.

Isotop

Mode

Panas peluruhan isotop plutonium[21]


Paruh
Panas
Neutron

Komentar

peluruhan

waktu
(tahun)

fisi
peluruhan
spontan (1/
(W/kg)
(gs))

238

alfa menjadi
87.74
234
U

560

2600

239

alfa menjadi
24100
235
U

1.9

0.022

240

alfa menjadi
236
U, fisi
6560
spontan

6.8

910

4.2

0.049

0.1

1700

Pu
Pu

Pu

beta-minus,
Pu menjadi
14.4
241
Am
alfa
menjadi
242
Pu 238
376000
U
241

Panas peluruhan sangat tinggi.


Dalam jumlah kecilpun berdampak
signifikan. Digunakan pada
generator termolistrik radioisotop.
Isotop utama yang banyak
digunakan.
Impurity utama pada sampel isotop
239
Pu. Plutonium-grade biasanya
dinyatakan dalam persentase 240Pu.
Fisi spontan yang tinggi
menghalangi penggunaan pada
senjata nuklir.
Meluruh menjadi americium-241;
its buildup presents a radiation
hazard in older samples.

Sifat kimiawi dan senyawa plutonium

Berbagai keadaan oksidasi Pu dalam larutan


Pada suhu kamar, plutonium murni berwarna perak dan ia akan mengusam ketika teroksidasi.
[4]
Unsur ini menunjukkan empat keadaan oksidasi ionik dalam larutan:[10]

Pu(III), as Pu3+ (biru lavender)

Pu(IV), as Pu4+ (kuning coklat)

Pu(V), as PuO2+ (merah jambu)[catatan 1]

Pu(VI), as PuO22+ (merah mudah oranye)

Pu(VII), as PuO53 (hijau) ion heptavalen ini sangat jarang

Warna larutan yang ditampilkan oleh larutan plutonium bergantung pada keadaan oksidasi
dan sifat-sifat anion asam.[22] Anion asam akan memengaruhi derajat kompleksasi plutonium.
Logam plutonium dihasilkan dengan mereaksikan plutonium(IV) fluorida dengan barium,
kalsium ataupun litium pada suhu 1200 C.[23] Ia akan diserang oleh asam, oksigen, dan uap,
namun tidak oleh alkali dan akan larut dengan mudahnya ke dalam asam klorida, asam iodat,
dan asam perklorat pekat.[24] Lelehan logam plutonium harus disimpan dalam keadaan vakum
ataupun pada atmosfer inert untuk menghindari terjadinya reaksi dengan udara.[11] Pada suhu
135 C, logam plutonium akan menyala dan meledak jika diletakkan dalam karbon
tetraklorida.[25]

Sifat piroforik plutonium dapat menyebabkannya tampak seperti bara api yang menyala.
Plutonium merupakan logam yang reaktif. Pada kelembaban udara ataupun argon, logam ini
akan teroksidasi dengan cepat, menghasilkan campuran oksida dan hidrida.[1] Jika logam
tersebut terpapar cukup lama dengan sejumlah uap air, permukaan berbentuk bubuk PuO2
yang membungkus logam akan terbentuk.[1] Selain itu, juga terbentuk plutonium hidrida.
Apabila terpapar dengan uap air yang berlebihan, hanya akan terbentuk PuO2.[24]
Dengan adanya pembungkusan hidrida ini, logam plutonium bersifat piroforik, yang berarti ia
akan menyala secara spontan. Oleh karena itu, logam plutonium biasanya ditangani dalam
atmosfer yang inert dan kering (misalnya argon dan nitrogen).[1] Oksigen akan memperlambat
efek-efek yang disebabkan oleh kelembaban dan berperan sebagai agen pemasifan.[1]
Plutonium bereaksi dengan oksigen menjadi PuO dan PuO2 beserta intermediat oksida
lainnya;[10] plutonium oksida memiliki volume 40% lebih besar daipada logam plutonium.[25]
Ia bereaksi dengan halogen dan menghasilkan senyawa seperti PuX3 (X dapat berupa F, Cl,
Br ataupun I); PuF4 dan oksihalida seperti PuOCl, PuOBr dan PuOI juga dilaporkan
terbentuk.[10] Selain itu, reaksi dengan karbon menjadi PuC, nitrogen menjadi PuN, dan
silikon menjadi PuSi2 juga dapat terjadi.[10]
Krus yang digunakan untuk menampung plutonium haruslah tahan terhadap lingkungan
reduksi yang kuat.[11] Logam tahan api seperti tantalum dan tungsten berserta oksida stabil
borida, karbida, nitrida, dan silikida dapat menoleransi lingkungan seperti ini.[11] Peleburan
pada tungku busur elektrik dapat digunakan untuk menghasilkan batangan logam kecil tanpa
memerlukan krus.[11]
Plutonium dapat membentuk aloi dengan kebanyakan logam. Pengecualian terdapat pada
logam alkali seperti litium, kalium, dan natrium, logam alkali tanah seperti barium, kalsium,
dan stronsium, dan logam tanah nadir seperti europium dan iterbium.[24] Pengecualian parsial

terdapat pada logam tahan api seperti kromium, molibdenum, niobium, tantalum, dan
tungsten, yang dapat larut dalam plutonium cair, namun tidak dapat larut pada plutonium
padat.[24]

Aloi
Plutonium dapat membentuk aloi dan senyawa intermediet dengan kebanyakan logam
lainnya. Perkecualian dengan litium, natrium, kalium, rubidium dan sesium dari logam alkali;
dan magnesium, kalsium, stronsium, dan barium dari logam alkali tanah; dan europium dan
ytterbium dari logam tanah jarang.[24] Perkecualian parsial diantaranya dengan kromium,
molybdenum, niobium, tantalum, dan tungsten, yang larut pada plutonium cair, namun tidak
larut atau larut sedikit pada plutonium padat.[24] Galium, aluminium, americium, skandium
dan serium dapat menstabilkan fase- plutonium dalam suhu ruang. Silikon, indium, zinc dan
zirkonium dapat membentuk fase metastabil ketika didinginkan cepat. Sejumlah besar
hafnium, holmium dan talium juga dapat mempertahankan fase- pada suhu ruang.
Neptunium adalah satu-satunya elemen yang dapat menstabilkan fase- pada suhu tinggi.[7]

Plutoniumgalium digunakan untuk menstabilkan fase- plutonium. Digunakan pada


pit senjata nuklir.[26]

Plutoniumaluminium adalah alternatif aloi PuGa. Awalnya merupakan elemen


yang digunakan untuk stabilisasi fase-, namun kecenderungannya untuk bereaksi
dengan partikel alfa dan melepas neutron mengurangi penggunaannya pada pit senjata
nuklir. Aloi Plutoniumaluminium juga dapat digunakan sebagai komponen bahan
bakar nuklir.[27]

Aloi Plutoniumgalliumkobalt (PuCoGa5) adalah superkonduktor unconventional,


bersifat superkonduktif dibawah 18.5 K.[28][29]

Aloi Plutoniumzirkonium dapat digunakan sebagai bahan bakar nuklir.[30]

AloiPlutoniumserium dan plutoniumseriumkobalt digunakan sebagai bahan


bakar nuklir.[31]

Aloi Plutoniumuranium, sekitar 1530 %mol plutonium, digunakan sebagai bahan


bakar nuklir pada reaktor peranakan cepat. Penambahan titanium dan/atau zirkonium
akan meningkatkan titik lebur aloi secara signifikan.[32]

Aloi Plutoniumuraniumtitanium dan plutoniumuraniumzirkonium telah


diteliti untuk digunakan sebagai bahan bakar nuklir. Penambahan elemen ketiga dapat
meningkatkan resistensi korosi, mengurangi kemungkinan terbakar, meningkatkan
keuletan, fabrikabilitas, kekuatan, dan ekspansi termal. Plutoniumuranium
molybdenum memiliki resistensi korosi terbaik, namun biasanya titanium dan
zirkonium lebih dipilih.[32]

Keberadaan
Sejumlah kecil isotop plutonium (Pu-239 dan Pu-244) dapat ditemukan di alam. Pu-244 dapat
ditemukan dalam jumlah kecil karena ia merupakan produk minor peluruhan pada bijih

uranium dan mempunyai umur paruh sekitar 80 juta tahun yang cukup panjang.[33] Pu-239
dapat ditemukan dalam jumlah yang lebih kecil lagi (dalam satuan bagian per triliun) dan
produk peluruhannya dapat secara alami ditemukan pada beberapa bijih uranium[34][35]
Sejumlah kecil plutonium juga dapat ditemukan pada tubuh manusia oleh karena uji nuklir di
atas daratan dan beberapa kecelakaan nuklir besar yang pernah terjadi.[25] Kebanyakan uji
nuklir atsmosferik telah dihentikan sejak tahun 1963, namun Perancis masih terus
melakukannya sampai dengan tahun 1980-an. Selain itu, beberapa negara juga masih terus
melakukan uji nuklir tersebut setelah tahun 1963. Oleh karena Pu-239 merupakan hasil
peluruhan radioaktif bijih uranium serta isotop plutonium yang paling banyak dibuat, ia
merupakan isotop yang paling melimpah.[25]

Sejarah
Penemuan
Pada tahun 1934, Enrico Fermi dan sekelompok ilmuwan Universitas Roma La Sapienza
melaporkan bahwa mereka telah menemukan unsur 94.[36] Fermi menyebut unsur ini sebagai
hesperium.[37] Namun, sampel yang diduga sebagai unsur 94 ini sebenarnya hanyalah
campuran barium, kripton, dan unsur-unsur lainnya. Tetapi hal ini tidak diketahui pada saat
itu karena fisi nuklir masih belum ditemukan.[38]

Glenn T. Seaborg dan kelompok ilmuwan Berkeley adalah yang pertama memproduksi
plutonium.
Plutonium (Pu-238) pertama kali diproduksi dan diisolasi pada tanggal 14 Desember 1940
oleh Dr. Glenn T. Seaborg, Edwin M. McMillan, J. W. Kennedy, Z. M. Tatom, dan A. C.
Wahl dengan menembakkan uranium dengan deuteron. Unsur ini kemudian berhasil
diidentifikasi secara kimiawi pada 23 Februari 1941.[39] Pada percobaan tahun 1940,
neptunium-238 berhasil dihasilkan secara langsung dengan penghantaman, tetapi ia kemudian
meluruh dengan mamancarkan emisi beta dua hari kemudian. Hal ini mengindikasikan
terbentuknya unsur 94.[25]
Sebuah laporan ilmiah yang mendokumentasikan penemuan unsur plutonium kemudian
dipersiapkan oleh para ilmuwan Universitas California, Berkeley tersebut dan dikirim ke

jurnal Physical Review pada Maret 1941.[25] Tetapi laporan tersebut ditarik kembali sebelum
publikasi, setelah ditemukan bahwa isotop unsur baru tersebut (Pu-239) dapat menjalani fisi
nuklir yang dapat digunakan pada bom atom. Publikasi penemuan unsur tersebut kemudian
ditunda setahun setelah akhir Perang Dunia II oleh karena kekhawatiran pada masalah
keamanan dunia.[12]
Edwin McMillan yang sebelumnya telah menamai unsur transuranium pertama dengan nama
neptunium (berasal dari nama planet Neptunus) mengajukan bahwa unsur 94, sebagai unsur
transuranium kedua, dinamakan dari planet Pluto.[4][catatan 2] Seaborg pada awalnya
mempertimbangkan nama "plutium", namun kemudian merasa bahwa nama tersebut tidak
sebagus "plutonium".[40] Pemilihan simbol "Pu" oleh Seaborg pada awalnya hanyalah sebagai
lelucon, namun ternyata simbol tersebut kemudian tanpa disadari telah terdaftar ke dalam
tabel periodik.[catatan 3] Nama-nama alternatif lainnya yang pernah Seaborg dan ilmuwan
lainnya pertimbangkan adalah "ultimum" ataupun "extremium" karena terdapat kepercayaan
bahwa mereka telah menemukan unsur terakhir pada tabel periodik.[41]

Penelitian awal
Sifat-sifat kimiawi plutonium ditemukan mirip dengan uranium setelah dilakukan kajian awal
selama beberapa bulan.[25] Penelitian kemudian dilanjutkan di laboratorium rahasia di
Universitas Chicago. Pada 18 Agustus 1942, sejumlah kecil unsur ini diisolasi dan diukur
untuk pertama kalinya. Sekitar 50 mikrogram plutonium-239 beserta uranium dan produk fisi
diproduksi, namun hanya 1 mikrogram yang diisolasi.[34] Prosedur ini mengizinkan para
kimiawan menentukan massa atom unsur baru ini.[42][catatan 4]
Pada November 1943, beberapa plutonium trifluorida berhasil direduksi dan menghasilkan
sampel logam plutonium yang pertama.[34] Plutonium yang dihasilkan cukup banyak dan
membuat plutonium sebagai unsur pertama yang dihasilkan secara sintetik yang dapat dilihat
dengan mata telanjang.[43]
Sifat-sifat nuklir plutonium-239 juga dikaji; para peneliti menemukan bahwa ketika ia
ditembakkan dengan neutron, ia akan memecah (fisi) dan melepaskan lebih banyak neutron
dan energi. Neutron-neutron ini kemudian dapat menghantam atom plutonium-239 lainnya,
dan mengakibatkan reaksi berantai yang meningkat secara eksponensial. Reaksi berantai ini
dapat mengakibatkan ledakan yang cukup besar untuk menghancurkan sebuah kota apabila
isotop dalam jumlah yang cukup dikonsentrasikan dan mencapai massa kritis.[25]

Produksi semasa Proyek Manhattan


Semasa Perang Dunia II, pemerintah AS mencanangkan Proyek Manhattan yang ditugaskan
untuk mengembangkan bom atom. Tiga tempat riset dan produksi utama proyek ini adalah
fasilitas produksi plutonium Hanford Site, fasilitas pengayaan uranium di Oak Ridge,
Tennessee, dan laboratorium riset dan desain senjata yang sekarang ini dikenal sebagai
Laboratorium Nasional Los Alamos.[44]

Muka Reaktor B Handord yang sedang dalam konstruksi, ia merupakan reaktor produksi
plutonium yang pertama
Reaktor produksi pertama yang memproduksi plutonium-239 adalah Reactor Grafit X-10. Ia
mulai bekerja pada tahun 1943 dan dibangun di sebuah fasilitas di Oak Ridge yang kemudian
menjadi Laboratorium Nasional Oak Ridge.[25][catatan 5]
Pada 5 April 1944, Emilio Segr yang berada di Los Alamos menerima sampel pertama
plutonium yang dihasilkan oleh reaktor di Oak Ridge.[45] Dalam waktu sepuluh hari, ia
menemukan bahwa plutonium yang dihasilkan itu memiliki konsentrasi isotop Pu-240 yang
lebih tinggi daripada plutonium yang dihasilkan dari siklotron. Pu-240 memiliki laju fisi
spontan yang tinggi dan akan meningkatkan tingkat neutron latar sampel plutonium. Desain
senjata plutonium awal yang diberi kode nama "Thin Man" terpaksa dibatalkan karena
peningkatan jumlah neutron spontan akan meningkatkan probabilitas terjadinya pra-detonasi.
Desain senjata plutonium yang dikerjakan di Los Alamos kemudian diubah menjadi bentuk
implosi yang lebih rumit, diberi kode nama "Fat Man." Senjata implosi (implosion) ini
memiliki desain plutonium berbentuk bola padat yang dikompres menjadi bertekanan tinggi
dengan lensa yang mudah meledak.[45]
Konstruksi reaktor B Hanford, reaktor nuklir berskala industri yang pertama, diselesaikan
pada Maret 1945.[46] Reaktor B memproduksi bahan fisil yang digunakan untuk senjata
plutonium yang digunakan semasa Perang Dunia II.[catatan 6]

Bom atom Trinity dan Fat Man

Oleh karena keberadaan Pu-240 pada plutonium yang dihasilkan oleh reaktor, desain implosi
dikembangkan pada senjata "Fat Man" dan Trinity"
Uji bom atom pertama, diberi kode nama "Trinity" dan didetonasi pada 16 Juli 1945 dekat
Alamogordo, New Mexico, menggunakan plutonium sebagai bahan fisilnya.[34] Desain
implosi senjata ini menggunakan lensa-lensa peledak yang digunakan untuk mengompres
bola plutonium agar mencapai massa superkritis. Bola plutonium tersebut kemudian dihujani
neutron yang dihasilkan oleh inisiator yang dibuat dari berilium dan polonium.[25] Dengan
demikian, ia akan menjamin terjadinya reaksi berantai dan ledakan. Keseluruhan senjata ini
memiliki berat lebih dari 4 ton, walaupun plutonium yang digunakan pada inti senjata
hanyalah seberat 6,2 kg.[47]Sekitar 20% plutonium yang digunakan dalam senjata Trinity
menjalani fisi, menghasilkan ledakan dengan energi setara dengan kira-kira 20.000 ton TNT.
[48][catatan 7]

Desain identik yang digunakan pada bom atom "Fat Man" dijatuhkan ke Nagasaki, Jepang
pada 9 Agustus 1945, menewaskan 70.000 orang dan mencederai 100.000 lainnya.[25] Bom
"Little Boy" yang dijatuhkan ke Hiroshima tiga hari sebelumnya menggunakan uranium-235,
dan bukannya plutonium. Jepang menyerah tanpa syarat pada 15 Agustus, secara efektif
mengakhiri perang. Hanya setelah pengumuman bom atom pertama inilah keberadaan unsur
plutonium diberitakan kepada publik.

Penggunaan pada Perang Dingin dan limbah nuklir


Sejumlah besar timbunan plutonium tingkat senjata diproduksi oleh Uni Soviet dan Amerika
Serikat selama Perang Dingin. Reaktor-reaktor milik Amerika Serikat di Hanford dan
Savannah River Site di Carolina Selatan memproduksi 103 ton plutonium,[49] dan
diperkirakan 170 ton lainnya diproduksi di Rusia.[50][catatan 8] Setiap tahun, sekitar 20 ton unsur
ini masih diproduksi sebagai produk samping industri tenaga nuklir.[10] Sebanyak 1000 ton
plutonium masih dalam penyimpanan, dengan 200 ton di antaranya berada di dalam atau
diekstraksi dari senjata nuklir.[25]

Desain terowongan penyimpan limbah nuklir yang diajukan untuk pusat penyimpanan limbah
nuklir Gunung Yucca.
Sejak berakhirnya Perang Dunia, timbunan plutonium ini telah menjadi fokus utama
proliferasi nuklir. Di Amerika Serikat, beberapa plutonium yang diekstraksi dari senjata
nuklir yang telah dibongkar dilebur menjadi dalam bentuk gelondongan gelas plutonium
oksida seberat dua ton.[25] Gelas ini dibuat dari borosilikat yang dicampur dengan kadmium
dan gadolinium.[catatan 9] Gelondongan-gelodongan ini direncanakan ditutup dengan baja dan di
simpan di lubang bawah tanah sejauh 4 km yang ditopang oleh beton.[25] Sampai dengan
tahun 2008, hanya tempat penyimpanan limbah nuklir Gunung Yucca yang dijadwalkan

untuk menyimpan plutonium dengan cara demikian.[51] Berbagai penentangan terhadap


rencana ini telah menunda usaha penyimpanan limbah nuklir di Gunung Yucca ini.

Percobaan medis
Semasa dan setelah berakhirnya Perang Dunia II, para ilmuwan yang terlibat dalam Proyek
Manhattan dan proyek-proyek riset senjata nuklir lainnya melakukan berbagai kajian pada
efek plutonium terhadap hewan dan manusia.[52] Pada kajian hewan, ditemukan bahwa
beberapa miligram plutonium per kilogram jaringan tubuh merupakan dosis yang mematikan.
[53]

Sedangkan pada kasus percobaan pada manusia, disuntikkan larutan yang mengandung lima
mikrogram plutonium ke tubuh pasien rumah sakit yang telah menderita sakit parah ataupun
yang memiliki tingkat harapan hidup yang lebih kecil dari sepuluh tahun baik oleh karena
usia maupun kondisi penyakit yang kronis.[52] Kadar suntikan ini diturunkan menjadi satu
mikrogram pada Juli 1945 setelah dari data percobaan hewan, ditemukan bahwa cara
plutonium mendistribusikan dirinya pada tulang ternyata lebih berbahaya daripada radium.[53]
Delapan belas subjek percobaan manusia disuntikkan plutonium tanpa sepengetahuan
mereka.[52] Percobaan ini dilakukan untuk mengembangkan alat diagnostik yang dapat
menentukan kadar penyerapan plutonium dalam tubuh, sehingga dapat dikembangkan sebuah
standar keamaan pekerjaan yang melibatkan plutonium.[52]
Pada zaman sekarang, percobaan pada manusia ini dianggap sebagai pelanggaran kode etik
kedokteran dan sumpah Hippokrates yang serius.

Penerapan
Bahan peledak

Bom atom yang dijatuhkan ke Nagasaki, Jepang pada tahun 1945 mempunyai inti plutonium.
Oleh karena kemudahan isotop Pu-239 menjalani fisi dan ketersediaannya, ia merupakan
komponen fisil utama dalam pembuatan senjata nuklir. Dengan membungkus bola plutonium
padat dengan pemadat (lapisan tambahan yang dibuat dari bahan-bahan padat) akan
menurunkan jumlah plutonium yang diperlukan untuk mencapai massa kritis dengan
memantulkan kembali neutron yang lolos kembali ke inti plutonium. Hal ini akan
menurunkan jumlah plutonium yang diperlukan dari 16 kg menjadi 10 kg, berupa bola
berdiameter 10 cm.[54] Massa kritis ini adalah sekitar sepertiga daripada massa kritis U-235.[4]

Bom plutonium jenis "Fat Man" yang diproduksi semasa Proyek Manhattan menggunakan
kompresi eksplosif plutonium untuk mendapatkan tingkat densitas plutonium yang lebih
besar daripada biasanya dan menggabungkannya dengan sumber neutron untuk memulai
reaksi dan meningkatkan efisiensi. Sehingga, hanya diperlukan 6,2 kg plutonium untuk
mendapatkan daya ledak yang setara dengan 20 kiloton TNT.[48][55] Secara teoretis, hanya
diperlukan sejumlah kecil 4 kg plutonium (atau bahkan lebih kecil dari itu) untuk membuat
bom atom dengan desain perakitan yang canggih.[55]

Penggunaan limbah nuklir


PUREX (PlutoniumURanium EXtraction) memroses ulang bahan bakar nuklir yang telah
digunakan untuk mengekstraksi uranium dan plutonium dalam bentuk bahan bakar oksida
campuran (MOX) yang dapat digunakan kembali dalam reaktor nuklir. Plutonium tingkat
senjata dapat kemudian ditambahkan ke campuran bahan bakar tersebut. Bahan bakar MOX
digunakan pada reaktor air ringan dan terdiri dari 60 kg plutonium per ton bahan bakar.
Setelah empat tahun, tiga per empat plutonium tersebut akan telah habis digunakan (berubah
menjadi unsur lain).[25] Reaktor pembiak secara spesifik dirancang untuk mendapatkan bahan
fisil dengan laju yang lebih cepat daripada laju konsumsi bahan tersebut.
Bahan bakar MOX telah digunakan sejak tahun 1980-an dan secara luas digunakan di Eropa.
[56]
Pada bulan September 2000, Amerika Serikat dan Rusia menandatangani Perjanjian
Pengelolaan dan Disposisi Plutonium (Plutonium Management and Disposition Agreement)
yang mana masing-masing pihak setuju untuk membuang 34 ton plutonium tingkat senjata.[57]
Departemen Energi AS berencana membuang 34 ton plutonium tingkat senjata sebelum akhir
2019 dengan mengubahnya menjadi bahan bakar MOX yang dapat digunakan pada reaktor
nuklir komersial.[57]
Efisiensi juga bisa didapatkan melalui pemrosesan ulang, yakni batangan bahan bakar
diproses untuk menghilangkan produk limbah yang mencapai 3% berat total batangan
tersebut setelah tiga tahun penggunaan.[25] Isotop uranium dan plutonoum apapun yang
dihasilkan selama tiga tahun tersebut ditinggalkan dan batangan tersebut kembali digunakan.
[catatan 10]
Namun, keberadaan 1% galium per massa plutonium tingkat senjata memiliki potensi
membatasi operasi jangka panjang reaktor air ringan.[58]
241

Am baru-baru ini telah diajukan untuk digunakan sebagai agen detanurasi batangan bahan
bakar reaktor dengan membuat bahan bakar tersebut tidak dapat digunakan kembali lagi
untuk konversi senjata nuklir.[59]

Sumber tenaga dan panas

Pelet 238PuO2 yang berpijar

Isotop plutonium-238 (Pu-238) memiliki umur paruh 87,5 tahun. Ia memancarkan sejumlah
besar energi termal dengan tingkat pancaran sinar gama dan partikel neutron spontan yang
rendah.[60] Sebagai pemancar partikel alfa, ia memancarkan radiasi berenergi tinggi dengan
tingkat penetrasi yang rendah, sehingga hanya diperlukan pemerisaian yang minimal.
Selembar kertas dapat digunakan untuk memerisai partikel alfa yang dipancarkan oleh Pu238 manakala satu kilogram isotop ini dapat menghasilkan 22 juta kilowat jam energi panas.
[4][60]

Sifat-sifat ini membuat isotop Pu-238 sangat cocok digunakan sebagai sumber listrik
peralatan yang harus berfungsi tanpa pemeliharaan secara langsung selama seumur hayat
manusia. Oleh karenanya, ia digunakan dalam pembangkit termolistrik radioisotop dan unit
pemanas radioisotop yang digunakan pada misi penjelajahan luar angkasa Cassini, Voyager
dan New Horizons.
Plutonium-238 juga telah sukses digunakan untuk menenagai pemacu jantung buatan,
sehingga mengurangi risiko pembedahan ulang.[61][62] Ia umumnya telah digantikan dengan sel
primer berbasis litium. Namun, sampai dengan tahun 2003, masih terdapat sekitar 50 sampai
dengan 100 pemacu jantung yang ditenagai plutonium yang masih ditanam dan berfungsi.[63]
Plutonium-238 yang dicampur dengan berilium digunakan untuk menghasilkan neutron untuk
tujuan riset.[25]

Wewanti
Toksisitas
Isotop dan senyawa plutonium sangat beracun oleh karena radioaktivitasnya.[64] Dari sudut
pandang toksisitas kimiawi, arsen dan sianida lebih beracun daripada plutonium, dan
plutonium sama beracunnya dengan kafeina.[65][66]
Plutonium lebih berbahaya ketika terhirup daripada tertelan. Risiko kanker paru-paru
meningkat seketika radiasi yang terhirup melebihi 400 mSv.[67] Ia tidak akan diserap ke dalam
tubuh secara efisien apabila tertelan; hanya sekitar 0,04% plutonium oksida yang diserap
setelah ditelan.[25] Ketika plutonium diserap ke dalam tubuh, ia akan diekskresikan dengan
sangat lambat, dengan waktu paruh hayati selama 200 tahun.[68] Plutonium mempunyai rasa
seperti logam.[69]
Radiasi alfa yang dipancarkan plutonium tidak dapat menembus kulit, namun dapat
mengiradiasi organ-organ dalam ketika plutonium terhirup ataupun tertelan.[25] Orang tubuh
yang paling berisiko terkena iradiasi adalah tulang (di mana ia paling berkemungkinan
diserap ke permukaan tulang) dan hati (di mana ia dikumpulkan dan menjadi terkonsentrasi).
[24]

Plutonium dalam jumlah yang sangat besar dapat menyebabkan keracunan radiasi yang akut
dan kematian jika ditelan ataupun dihirup; namun, sampai sekarang tidak ada satupun
manusia yang diketahui meninggal oleh karena menghirup ataupun menelan plutonium.
Selain itu banyak orang mempunyai sejumlah kecil plutonium yang dapat dideteksi dalam
tubuh mereka.[66]

Massa kritis

Reka ulang percobaan yang dilakukan oleh Harry Daghlian dengan bola plutonium yang
dikelilingi oleh wolfram karbida yang dapat memantulkan neutron
Selain permasalahan pada toksisitas plutonium, akumulasi sejumlah plutonium yang
mencapai massa kritis juga harus dihindari, terutama karena massa kritis plutonium hanyalah
sepertiga daripada massa kritis uranium-235.[4] Plutonium yang mencapai massa kritis akan
memancarkan sejumlah neutron dan sinar gama dalam kadar yang mematikan.[70] Plutonium
dalam larutan lebih berkemungkinan membentuk massa kritis daripada plutonium dalam
bentuk padatan.[10]
Dalam sejarahnya, telah terjadi beberapa kecelakaan yang melibatkan pembentukan massa
kritis ini. Penanganan yang tidak hati-hati pada bata wolfram karbida yang diletakkan di
sekitar 6,2 kg bola plutonium menyebabkan radiasi dengan dosis fatal pada tanggal 21
Agustus 1945 di Los Alamos, yang mana ilmuwan Harry K. Daghlian, Jr. menerima dosis
yang diperkirakan setara dengan 5,1 Sievert dan meninggal 28 hari sesudahnya.[71] Sembilan
bulan kemudian, ilmuwan Los Alamos lainnya, Louis Slotin, juga meninggal dalam
kecelakaan yang melibatkan reflektor berilium dan inti plutonium yang sama, yang
sebelumnya telah menyebabkan kematian Daghlian (bola plutonium ini kemudian diberi
nama panggilan "demon core").[72] Insiden ini kemudian diangkat ke dalam film tahun 1989
Fat Man and Little Boy.
Pada bulan Desember 1958, selama proses pemurnian plutonium di Los Alamos, massa kritis
terbentuk di dalam tabung pencampuran, menyebabkan kematian operator derek.[73] Selain
itu, kecelakaan nuklir lainnya juga pernah terjadi di Uni Soviet, Jepang, dan negara-negara
lainnya.[73]

Kemudahbakaran
Logam plutonium juga merupakan bahan yang mudah terbakar. Ia akan bereaksi dengan
oksigen dan air, yang akan menyebabkan akumulasi plutonium hidrida. Plutonium hidrida
merupakan bahan piroforik dan akan menyala ketika terkena udara bebas pada suhu kamar.
Plutonium akan mengembang melebihi 70% volume awal ketika ia teroksidasi, sehingga
dapat merusak wadah penampung. Pasir magnesium oksida merupakan bahan yang paling
efektif dalam memadamkan api plutonium. Ia mendinginkan bahan yang terbakar, dan
bekerja sebagai sungap panas (heat sink) serta memblok oksigen. Untuk menghindari
terjadinya kebakaran, penanganan yang khusus perlu diterapkan. Umumnya diperlukan
penanganan dalam atomosfer inert
https://id.wikipedia.org/wiki/Plutonium

Anda mungkin juga menyukai