Purwanto
(2006),
dalam
usaha
bisnis,
penerapan
gaya
masyarakat
alamiah
digantikan
oleh
masyarakat
politik,
dan
Indonesia di masa depan bisa bahkan sebaiknya meruju pada model masyarakat yang
dibangun Rasulullah SAW.
2.3. Karakter Seorang Pemimpin dalam Islam
2.3.1. Aqidah
Menurut Al-atsari (2006), aqidah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh
hati, dan jiwa menjadi tenteram karenannya. Sehingga menjadi suatu keyakinan yang
teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Dengan
kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang
yang meyakininya. Selain itu, harus sesuai dengan kenyataan, yang tidak menerima
keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada tingkat keyakinan yang
kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat
hatinya diatas hal tersebut (Hazzan, 2006).
Jadi pemimpin yang mempunyai aqidah menurut pandangan islam adalah
pemimpin yang mempunyai keyakinan yang kokoh terhadap Allah SWT dan tidak
mempunyai keraguan apapun terhadap Allah SWT. Jika pemimpin mempunyai
keyakinan kepada Allah SWT, maka pemimpin tersebut bisa meyakini keyakinan diri
sendiri apa yang ia harus lakukan sebagia seorang pemimpin tanpa mempunyai
keraguan karena pemimpin tersebut mempunyai keyakinan yang kokoh kepada Allah
SWT (Marzuki, 2008).
Menurut Yazid (2006), menyatakan bahwa aqidah tauhid merupakan prinsip
dan menentukan bagi kehidupan manusia didunia dan akhirat. Karena tauhid
merupakan pondasi bangunan agama dan menjadi dasar bagi setiap amalan yang
dilakukan hamba-Nya. Aqidah yang benar adalah perkara yang amat penting dan
kewajiban yang paling besar yang harus diketahui setiap muslim, karena
5
sesungguhnya sempurna atau tidaknya suatu amal, diterima atau tidaknya suatu amal
tersebut bergantung apada aqidah yang benar.
Menurut Ali (2007), menerangkan bahwa akhlaq adalah sebuah keimanan,
Rasulluloh menegaskan, Sungguh saya diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang
mulia. Alloh SWT sendiri secara khusus memuji ketinggian akhlaq Rosul-rosulnya
Sungguh Engkau berada diatas akhlaq mulia (QS: Al-qalam: 4). Akhlaq dan aqidah
yang diajarkan Rosulluloh mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Akhlaq
berhubungan dengan tuhannya, akhlaq dengan dirinya sebagai Rosul Alloh SWT.
2.3.2. Ahli Ekonomi
Menurut Yatim (2008), mengungkapkan bahwa pada masa pemerintahan
Abu Bakar yang hanya berlangsung selama dua tahun Abu Bakar lebih banyak
terkonsentrasi pada persoalan dalam negeri, dimana saat itu harus berhadapan dengan
kelompok murtad, pembangkang zakat dan nabi palsu, yang terakhir keputusan untuk
berperang yang kemudian dikenal dengan perang riddah, perang melawan
kemurtadan. Menurut Malahayati (2010), Abu Bakar pula berjual beli dan
mengorbankan hartanya untuk mendukung Islam dan kaum muslimin sejak dia
berada di makkah sebelum hijrah, demikian pula setelah hijrah, dia memberikan
sebagian besar hartanya karena Alloh SWT.
Menurut Salikin (2013), menerangkan bahwa mengenai pembangunan
ekonomi berkelanjutan adalah menjaga kesejahteraan umat manusia baik dalam
kehidupan sekarang hingga akhir hayat, pendekatan ekonomi berkelanjutan berbasis
pada konsen maksimalisasi aliran pendapat antar generasi dengan cara merawat dan
menjaga cadangan sumber daya atau modal yang mampu menghasilkan keuntungan.
Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan
6
dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula, dan dalam harta benda itu terdapat hak
untuk orang miskin yang selalu meminta, oleh karena itu harus dinafkahkan sehingga
dicapai pembagian rizki (Barsamian, 2008).
2.3.3. Abdullah Sebagai Ahli Strategi
Strategi adalah rancangan yang teratur dengan mengambil berbagai faktor
bagi mencapai martabat ataupun kejayaan. Apa saja yang ingin dicapai perlu bermula
dengan mengatur strategi yang baik. Salah satu contoh bahwa Abdullah Bin Abu
Bakar dikatakan sebagai ahli strategi yaitu pada saat ia melakukan rancangan strategi
agar Rosulluloh dapat hijrah ke madinah dengan tenang tanpa ada gangguan dari
masyarakat Makkah. Strategi beliau ini jelas menggambarkan ketelitiannnya dalam
mengatur rancangan bagi memastikan beliau mempunyai penyongkong kuat.Strategi
yang diutarakan oleh beliau adalah menyuruh Rosulluloh pergi ke Quatsur dan
menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk meniduri kasur Rosulluloh untuk mengelabui
kaum Quraisy dan jalan yang ditempuh oleh Rosulluloh berbeda-beda dengan
biasannya Abdullah menyuruh agar jalan yang digunakan harus berbeda (Roziah,
2007).
Abdullah bin Abu Bakar adalah seseorang sayyid dan syarif (julukan khusus
untuk keturunan nabi Muhammad) imam para Wali dan orang-orang saleh beliau Abu
Muhammad dan bergelar Al
Beliau mempelajari ilmu tasawuf dan belajar dari seorang guru Al-imran Syekh
Umar Muhdor yang membekali dirinya sebagai orang sufi (Muhaimin, 2007).
Menurut Marrus (2007), menerangkan menjadi seorang pemimpin adalah
petugas yang bersedia dengan tujuan dan cita-cita bersama dengan berusaha
mencapai tujuan dan cita-cita bersama mereka yang dipimpinnya melalui suatu
7
yang
menjunjung
tinggi
nilai
kebersamaan
antar
manusia
(Mangunhardjana, 2005).
2.3.4. Amir bin Fuhairah Seorang Penggembala Kambing ( Ahli Kekuatan
Fisik)
Amir bin Fuhairah adalah hamba sahaya Abu Bakar dan penggembala
ternaknya. Ia mengetahui seluk-beluk jalan dan arah. Dia juga teladan yang baik
dalam hal taat kepada Alloh SWT, Rosul, dan majikannya yaitu Abu Bakar. Ia
mempersembahkan dirinya untuk kepentingan Islam, yaitu semenjak Alloh SWT
melapangkan hatinya (Muhammad, 2005).
Amir bin Fuhairah adalah seorang penggembala kambing dan hamba sahaya
dari Abu Bakar. Karena mempunyai kepandaian dalam seluk beluk jalan tetapi Amir
juga mempunyai kekuatan fisik yang lebih maka dari itu ia ditugasi oleh Rosulluloh
untuk menggembalakan kambingnya dan Abu Bakar. Selain itu Amir ditugaskan
untuk menjadi intel bagi Rosulluloh karena memiliki kepandaian untuk memberikan
petunjuk jalan bagi Rosulluloh dan Amir diperintahkan untuk menghapus jejak
Rosulluloh (Zaenal, 2007).
Menurut Mirtha (2007), menyatakan bahwa kekuatan fisik adalah
kemampuan untuk mempengaruhi kelakuan dengan car-cara yang hanya kelompokkelompok yang memiliki kekuasaan dapat mengancam untuk menggunakan
kekuasaan. Sedangkan ancaman tersebut merupakan kekuasaan. Maka dari itu salah
satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah memiliki kekuatan fisik
yang baik.
2.3.5. Ali bin Abi Thalib dan Asma binti Abu bakar (Ahli Kecerdasan)
Menurut Muhaimin (2007), Ali bin Abi Thalib membantu perjalanan
Rosulluloh saat hijrah, Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah oleh sebagian orang
dianggap kemenangan bagi pihak yang menganut ide hak legitimasi. Sungguh hal ini
tidak dikehendaki oleh ali sendiri namun yang jelas keadaan ini telah
menempatkannya di posisi yang sulit dan tidak menguntungkan selama 5 tahun Ali
bin Abi Thalib memangku jabatan sebagai khalifah beliau harus menghadapi
bermacam-macam reaksi yang keras.
Menurut Amin (2010), menyebutkan bahwa Asma bin Abu bakar adalah
perempuan yang dikenal yang mempunyai dua buah ikat pinggang. Dia mempunyai
sikap yang agung dalam pencatatan sejarah agama Islam sejak dulu. Asma adalah
salah seorang wanita yang pertama kali masuk Islam. Asma juga sangat berjasa pada
saat Rosulluloh ingin hijrah ia membuatkan makanan dan minuman kepada
Rosulluloh dan menaruhnya di dua ikat pinggangnya. Ia menaruhnya di ikat
pinggangnya dikarenakan pada saat perjalanan ia kehilangan tali dan dengan
kecerdasannya ia membelahnya menjadi dua bagian untuk mengikat makanan
(Qardhawi, 2009).
Menurut Anwar (2010), menerangkan bahwa seseorang yang intelektual
hendaknya berkarakter kenabian. Karakternya sudah sempurna sebagaimana sudah
disampaikan oleh para nabi dalam kehidupan sehari-hari, bila seseorang memahami
akhlaq para nabi dan turut mengutamakannya dalam kehidupan sehari-hari berarti
orang tersebut telah memiliki karakter kecerdasan agar dapat memiliki karakter yang
9
baik maka ada tiga aspek lama dalam diri manusia yakni emosi,
akal dan
kecerdasan.
Menurut Taufik (2007), menerangkan bahwa terdapat dua macam peran
dengan dua macam pola pikir merupakan konsekuensi logis dari tuntutan perubahan.
Perilaku yang merupakan dampak dari perubahan lingkungan eksternal disamping itu
kapasitasnya sepuluh otak dari manusia yang mendasari adanya perbedaan terhadap
interest dan pretensi yang ada pada gilirannya akan terlihat dalam perbedaan
kompetensi seseorang manajer dan leader terhadap faktor-faktor berbeda. Jadi
seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan intelektual yang cukup.
10
(Inayatullah, 2007). Jika seorang pemimpin tidak mempunyai sifat amanah, tentu
yang terjadi adalah penyalah gunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak
baik. Itulah mengapa nabi Muhammad SAW juga mengingatkan kepada umatnya
agar menjaga amanah kepemimpinannya, karena hal itu akan dipertanggung
jawabkan didunia maupun akhirat. Seperti sabda Rasullullah, Setiap kalian adalah
pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya
(HR.Buckhori). Nabi Muhammad SAW juga bersabda, Apabila amanah disia-siakan
maka tunggulah saat kehancuran, waktu itu ada seorang sahabat rosul bertanya:
apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah
saat kehancurannya, (HR.Bukhori) (Dewi, 2009).
3.1.
12
oleh seorang pemimpin. Pemimpin yang baik dan bijaksana adalah pemimpin yang
dapat menyelesaikan suatu permasalahan didalam kelompoknya dengan melakukan
tindakan yang inspiratif. Selain itu juga pemimpin dapat memberika inspirasi bagi
seluruh anggotanya.
3.1.4. Sabar
Suhaib Ra, Rasulluloh bersabda, sungguh menakjubkan perkaranya orang
yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian
itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mumini, yaitu jika ia mendapatkan
kebahagiaan, ia bersyukur, karena (Ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan
yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik dirinya, (HR.Muslim).
Menurut Wahyudin (2007), sabar secara etimologi, sabar (ash-shabar) berarti
menahan dan mengekang (al-habs wa al-kuf), dan secara terminologinya sabar berarti
menahan dari segala sesuatu yang tidak disuka karena mengharap ridha dari Allah
SWT, yang tidak disuka itu tidak selamanya terdiri dari hal-hal yang tidak disenangi
seperti musinah. Maruf (2011), menjelaskan bahwa dalam agama Islam dijelaskan
bahwa yang dimaksud sabar ialah menahan diri dalam menanggung suatu
penderitaan, baik dalam menemukan sesuatu yang tidak di ingini dalam bentuk
kehilangan sesuatu yang disenangi. Dubrin (2011), menerangkan bahwa sabar sendiri
memang penting bagi seorang pemimpin, terutama jika dalam kelompoknya sedang
terjadi gangguan masa. Seorang pemimpin haruslah sabar dalam menghadapinya dan
tetap semangat untuk menyelesaikan maslah tersebut. Karena seorang pemimpin
yang baik adalah ia yang mampu memberikan teladan yang baik kepada anggotanya
dalam bentuk perbuatan, tingkah laku, ucapan, dan juga pemikiran, seperti nabi
Muhammad SAW (Hadi, 2006).
13
3.1.5.
Rendah Hati
Seorang pemimpin juga alangkah baiknya mempunyai sikap rendah hati
(tawadhu). Menurut Quha (2008), menyatakan bahwa rendah hati adalah suatu sikap
pribadi yang bersandar pada Allah dan menghormati orang lain. Sabar sangat erat
kaitannya dengan kejadian atau peristiwa yang tidak mengenakan. Tetapu bagi
seorang pemimpin, hal tersebut harus dihadapidengan pantang menyerah dan dengan
penuh kesabaran. Sebagai contoh jika ada slah satu dari anggotanya yang membuat
onar dan selalu komplain, maka seorang pemimpin harus sabar dalam menghadapi
hal tersebut.
3.1.6.
Musyawarah
Menurut Hamka (2007), menyatakan bahwa manusia pada dasarnya sama
dimata Allah, hal yang membedakannya hanyalah imannya. Hal tersebut dijelaskan
dalam pancasila yaitu sila ke-2, yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan
beradab, sementara itu dalam surah Al-Hujarat ayat 13, yang artinya hai manusia
sesungguhnya kami menciptakannmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling bertqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
mengena (Hatta, 2009). Oleh karena dalil dalam bentuk tersebut kedudukan
manusia sama dan sepantsnya dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam suatu
kelompok haruslah dilakukan dengan bermusyaawaraah untuk mufakat. Musyawarah
merupakan budaya Indonesia yang sudah ada sejak zaman dahulu, san sampai
sekarang masih tetap dipertahankan. Menurut Maarif (2009), nilai kemanusiaan itu
14
sejati, dalam hal ini menyangkut tentang musyawarah. Dalam kisah-kisah Rasul kita
juga sering mendengar cerita ataupun hadits yang menyebutkan dalam mmelakukan
sesuatu hal tentunya nabi Muhammad serign melakukakan musyawarah, dan
menyelesaikan permasalahan juga dengan bermusyawarah. Sepantasnya kita meniru
dan meneladani kisah Rasul tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan
di dunia,
agar semua anggota kelompok atau masyarakat merasa nyaman dan tidak ada yang
dirugikan.
3.1.7.
Komunikatif
Kominikatif atau berkomunikasi yang efekltif adalah komunikasi yang
dengan Allah SWT, karena jika pemimpin tidak dekat dengan Allah, maka akan
terjadi kehancuran baginya dan bagi organisasinya, karena kepemimpinan merupakan
amanah maka hubungan dekat dengan Alloh SWT dapat dikatakan bahwa seorang
pemimipin tersebut memiliki keimanan yang bagus (Iskandar, 2010). Dekat dengan
Alloh akan membuat seorang manusia bisa mengenal dirinya sendiri, bisa menjalin
hubungan harmonis dengan lingkungannya dan tentu saja bisa menjalin hubungan
harmonis dan bermakna dengan pencipta-Nya (Hadi, 2007). Tak ada pencapaian yang
lebih diinginkan seorang manusia, kecuali harmonisnya hubungan dia dengan
pencipta-Nya (Mustofa, 2006). Sedangkan tujuan hidup manusia ada dua, yaitu :
1. Tujuan hidup vertical, yaitu keridhan Alloh SWT, seperti yang tertulis dalam Q.S AlBaqarah: 265, yang artinya Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya
untuk mencari ridaha Alloh untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun
yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan tidak menyiraminya maka
embun (pun memadai) Allah Maha melihat apapun yang kamu kerjakan. Tujuan
utamanya mencari Rahmat Allah SWT, supaya kita bisa masuk ke surga-Nya.
2. Tujuan hidup horizontal, yaitu tujuan jengka pendek membuat dunia seindah
mungkin supaya nyaman untuk ditempati. Seperti Q.S Saba : 15 yang artinya,
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) ditempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun disebelah kanan dan kiri. (Kepada mereka dikatakan),
Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugrahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah
kamu kepadanya. (Negrimu) adalah negri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan
yang Maha pengampun.
16
3.3. Abdullah
Adapun orang-orang yang mengetahui kebenaran mengakui dirinya sebagai
hamba Allah dan melakukan amal shaleh akan dibalas dengan pahala mereka dengan
sempurna dan akan ditambahkan kepada mereka keuntungan (Quth, 2008). Segala
aktivitas dan perbuatan manusia sebenarnya adalah bentuk pegabdian. Dari shalat,
belajar, bekerja, sampai makan dan tidur, semuanya adalah bentuk pengabdian
kepada Allah SWT. Semua aktivitas itu dilakukan karena perintah Allah dalam
sabda-Nya demi kemakmuran dunia (Yusuf, 2005). Hal tersebut juga dibahas dan
tertulis dalam Q.S Adz-Dzariat: 56 yang artinya, Aku menciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka beirbadah kepada-Ku, untuk menjalankan itu harus ada tiga
unsur yang terpenuhi dalam hidup, yaitu, ketundukan kepada Allah, taat pada Allah,
dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah (Yani, 2008). Menjadi hamba Allah
tentunya harus bertaqwa kepada-Nya, Ibrahim (2006) menyatakan bahwa menurut
Umar bin Abdul Aziz takwa bukan hanya puasa pada waktu siang dan bangun pada
waktu malam atu gabungan dari keduanya. Sementara itu menurut Jazuli (2006),
menyatakna bahw Allah akan memberikan keberkatan bagi orang-orang yang
bertakwa, merka yang bertakwa akan memperoleh kejayaan didunia dan balasan di
akhirat.
3.4.
Khalifah Dibumi
Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah dibumi seperti dalam Q.S
17
18
4.1.
Efisien
Seorang pemimpin adalah mereka yang mampu untuk berefisien, terutama
19
Menurut Hamid (2009), menerangkan sifat yang tidak efisien itu timbul
karena dalam jiwa kepemimpinan tersebut masih terdaapat kekosongan-kekosongan,
baik itu kekosongan akal, hati, ataupun jiwa.
4.2.
Kekosongan Akal
Menurut Sukadiyanto (2010), menerangkan bahwa kekosongan akal sangat
erat kaitannya dengan faktor stress. Stres adalah suatu tekanan atau sesuatu yang
terasa menekan dalam diri suatu individu. Dalam hal ini berhubungan dengan tiga
kecerdasan yang ada pada manusia yaitu kecerdasa IQ, EQ, dan SQ. Menurut
Tasmara (2006), menjelaskan IQ (intellegence quotient) atau sering disebut dengan
kecerdasan intelektual adalah kemampuan seseorang dalam memainkan potensi
logika, kemampuan berhitung, menganalisa dan matematik.
EQ (Emotional Quotient) atau kecerdasan emosional adalah kecerdasan atau
kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri (sabar) dan kemampuan untuk
memahami irama, nada, musik dan nilai-nilai estetika. Kecerdasan emosi juga dapat
mempengaruhi kecerdasan fisik melalui saraf otonom, simpatik dan parasimpatik
(Habsari, 2007).
Seorang pemimpin tak lupa juga harus mempunyai SQ (Spiritual Quotient)
yang dapat mengendalikan IQ dan EQ. Menurut Suyanto (2006), menerangkan
bahwa kecerdasan emosi adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup
seorang pemimpin dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya serta kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih memiliki makna
dibanding orang lain.
4.3.
Kekosongan Jiwa
20
Kekosongan jiwa ini berhubungan dengan jiwa yang dalam diri seorang
individu tersebut. Menurut Syaharia (2010), menerangkan bahwa kekosongan jiwa
erat kaitannya dan berhubungan gangguan jiwa, gangguan jiwa adalah suatu istilah
yang menunjuk pada semua bentuk perilaku abnormal, mulai dariyang ringan sampai
yang melumpuhkan. Cara menangani keadaan semacam ini adalah dengan cara
senantiasa mendekatkan diri kepada Alloh, dan memperdalam keimanan. Selain itu
juga menjaga diri dengan melakukan hal yang menyenangkan agar tidak stres
(Simanjuntak dan Wardiyah, 2006).
4.4.
Kekosongan Hati
Kekosongan hati merupakan salah satu hal yang tidak boleh ada pada
seorang pemimpin, karena dengan adanya kekosongan hati maka akan menyebabkan
pemimpin tersebut kurang bijaksana dalam memimpin suatu organisasi atau
kelompok. Hartanoeh (2014), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hati nurani
adalah penghayatan tentang baik atau buruk berhubungan dengan tingkah laku
konkret kita. Jika tidak mengikuti hati nurani maka akan menghancurkan integritas
pribadi kita dan menghianati martabat terdalam dalam diri kita (Lestari, 2014). Cara
untuk mencegah terjadinya kekosongan hati ini dengan memperkuat iman serta
menjauhkan diri dari penyakit hati.
4.5.
Cara Mengefisiensikan Waktu bagi Pemimpin
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin agar
dapat mengefisiensikan waktu dengan baik dan bermanfaat. Selain itu supaya waktu
dapat berjalan sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita harus mengetahui cara
untuk mengefisiensikan waktu. Beberapa cara diantaranya yaitu:
4.5.1.
Dakwah
21
Dakwah berasal dari bahasa Arab, yang artinya ajakan, seruan, atau
panggilan (Amin, 2009). Dalam islam dakwah selalu diidentikan dengan ceramahceramah. Dakwah hendaknya dilakukan oleh setiap muslim yang sudah muhalaf,
bahkan dalam Al-Quran dakwah adalah sebagai kewajiban yang harus ditunaikan
secara mandiri, ayat tersebut berbunyi Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Q.S An-Nahl: 125.
Aslati (2013), menjelaskan bahwa dakwah bukan lagi kegiatan ceramah,
melainkan suatu hal dalam memberdayakan masyarakat yaitu dalam proses
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Abdul (2009), juga menyebutkan
bahwa dakwah merupakan proses untuk pendidikan masyarakat, komunikasi dan
perubahan sosial. Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasran
dakwah agar mau menerima ajaran islam dan mengamalkan dalam kehidupan
bermasyarakat (Hafidhudin, 2008).
4.5.2. Membaca
Cara lain untuk mengefisienkan waktu adalah dengan banyak membaca.
Dengan membaca, pemimpin dapat mengetahui informasi yang berkembang, baik itu
yang ada disekitarnya maupun yang ada didunia luar. Membaca juga bermanfaat
sebagai peneman hidup agar tidka stres. Karatwijaya (2011), menyatakan bahwa
membaca
dapat
mengembangkan
kemampuan
intelektual
sekaligus
dapat
keterampilan
membaca
pemahaman
Suka menolong
Manusia haruslah bekerjasama, tolong-menolong, saling menghormati dan
saling memberikan kesempatan kepada orang lain (Gemala, 2006). Semua itu
dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa hidup
sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
Manusia dengan manusia lainnya saling membutuhkan satu sama lain guna
memenuhi kehidupannya (Mulyani, 2010).
Menurut Ishak (2011), menuyatakan bahwa nilai yang terkandung dalam
ajaran agama islam salah satunya adalah tolong-menolong. Hal tersebut memperjelas
bahwa saling tolong-menolong adalah diwajibkan bagi seluruh umat manusia, namun
dalam hal tersebut berkaitan dengan kebaikan saja. Tolong-menolong dalam ajaran
agama islam salah satu bentuk menjalin tali silaturahim dan mempererat
persaudaraan antar umat (Mukhsin, 2006).
4.5.4.
lain dan menjalin hubungan masyarakat dengan lingkungan sekitar. Sebagai seorang
pemimpin haruslah mampu bergaul dengan baik agar antara anggota dan
pemimpinnya tidak ada sekat atau kecanggungan dalam menjalani kehidupan satu
sama lain. Menurut Hamid (2009), menyatakan bahwa dalam melakukan pergaulan
haruslah
memiliki
kemampuan
berkomuikasi
23
yang
baik
agar
tidak
ada
24
5.1.
Penolong
Kepemimpinan di dunia ini, terutama dalam ajaran agama Islam tidak
25
ini. Pada dasarnya urusan tolong menolong dengan cara asuransi secara syariah
sudah diatur oleh pihak bank, terutama bank syariah yang sudah tersebar luas di
Indonesia. Dengan adanya tolong menolong diharapkan antara pempimpin dengan
bawahannya bisa terjalin rasa kekeluargaan yang akan membawa ke masyarakat yang
modern dan lebih baju.
Tolong menolong dalam perintah Alloh SWT, adalah tolong menolong
dalam hal kebaikan dan ketaqwaan. Ciri-ciri bagi pemimpin yang memiliki sifat
penolong dalam hal ini yaitu :
5.1.1. Dekat dengan Tuhan
Dekat dengan Allah akan membuat seorang manusia bisa mengenal dirinya
sendiri, menjalin hubungan harmonis denan lingkungannya dan tentu saja bisa
menjalin hubungan harmonis dengan bermakna dengan pencipta-Nya. Tidak ada
pencapaian yang lebih diinginkan seorang manusia kecuali harmonisnya hubungan
dia dengan Allah (Mustafa, 2005). Agus (2014), menyatakan bahwa Islam juga
menawarkan konsep mengenai teori kepemimpinan yang telah dikemukakan pada 15
abad yang lalu. Teori sifat kepemimpinan tersebut dinyatakan dalam kepribadian
Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah yang selalu dekat dengan Pencipta-Nya.
5.1.2. Peduli Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh bagi
seorang pemimpin (Wibowo, 2009). Lingkungan merupakan dasar moralitas yang
memberikan pedoman bagi individu dan masyarakat dalam berperilaku dan
bertindak dalam menghadapi dan menyikapi segala sesuatu berkaitan dengan
lingkungan sebagaikesatuan pendukung kehidupan manusia (Anies, 2006).
26
kaumnya
yang
tidak
bermoral
itu,
Nabi
Luth
menegur
dan
27
salah satu contoh tolong menolong dalam hal kebaikan yang diajarkan oleh Nabi
Luth kepada kita semua dalam melarang setiap umatnya untuk melakukan hal-hal
yang dilarang oleh Alloh SWT.
5.1.4. Larangan Tolong Menolong dalam Hal Kejahatan dan Dosa
Kejahatan merupakan salah satu perbuatan dimana seseorang melakukan
penindasan dan perampasan hak dari orang lain. Dalam dunia ini banyak sekali jenis
kejahatan misalnya perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dsb. Menurut Daniaty
(2012), menyatakan bahwa kejahatan adalah suatu konsep yuridis tingkah laku
manusia yang dapat dihukum berdasarkan hukum pidana. Kejahatan juga bukan
hanya suatu gejala hukum.
Dalam Islam, pertolongan itu harus dilaksanakan atas dasar kebajikan, dan
merupakan tolong-rnenolong dalam kebajikan atau kebaikan. Manusia tidak boleh
bekerja sama dalam kejahatan. Mengapa? Karena fasilitas untuk menolong itu
hakikatnya dan Tuhan. Fasilitas itu hendaknya dimanfaatkan dengan benar (Chodjim,
2008). Dosa kecil adlah segala perbuatan yang tidak secara langsung ditegaskan
sebagai perbuatan dosa besar baik dalam Al-Quran maupun Hadist, sedangkan dosa
besar adalah larangan yang tertera dalam Al-Quran dan sabda Rasulullah yang
dilakukan secara sadar (Ilmy, 2008).
Solihin (2007), menyatakan bahwa dalam Islam prinsip tolong-menolong
sudah diajarkan. Tolong-menolong yang diajarkan di dalam ajaran Agama Islam
bukan dalam rangka mengokohkan kejahatan atau melindungi maksiat, hanya saja
Islam memperbolehkan tolong menolong dalam hal kebaikan saja dan melarang
tolong-menolong dalam perbuatan dosa. Seperti firman Alloh yang berbunyi, : Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jongan
28
30
VI.
31
Keluarga dalam prespektif islam adalah contoh kecil dari umat yang
berdasarkan syariah dan dijalankan dengan sikap musyawarah, seperti akad nikah
atau akan jual beli. nilai-nilai dan moralitas adalah pondasi bagi laki-laki dan
perempuan tanpa perbedaan. Hal ini sesuai dengan nilai keislaman (Maryati, 2006).
Keluarga darimana remaja berasal dapat mempengaruhi remaja menjadi
delikuen atau tidak. keluarga yang kurang memiliki kohesivitas (kurang dekatnya
antar anggota keluarga), hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga merupakan
suatu prediktor akan timbulnya delinkuensi (Singgih, 2005).
Keluarga adalah bentuk dasar dari bangunan dari suatu umat bangsa yang
terbentu dari hubungan suatu umat bangsa yang terbantuk dari keluarga yang
berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya dan pastilah kuat lemahnya
bangunan umat itu tergantung pada kuat lemahnya batu dasar itu (Daud, 2010).
Dalam keluarga terdapat disorganisasi. Disorganisasi keluarga adalah
perpecahan keluarga sebagau suatu unit, karena anggotanya gagal memenuhi
kewajiban yang sesuai dengan peranan sosialnya. Bentuk disorganis keluarga yaitu
keluarga yang tidak lengkap karena hubungan diluar nikah (Yusmansyah, 2008).
VI.3. Hayati atau Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan kita ditentukan oleh harkat kemerdekaan adalah hak
manusia yang paling asasi, paling penting dan paling utama. Nilai kemanusiaan kita
ditentukan oleh harkat kemerdekaan yang kita hayati. Semakin tinggi harkat
kemerdekaan yang kita hayati, semakin tinggi pula nilai kemusiaan kita (Rahim,
2009).
Nilai-nilai kemanusiaan sungguh mutlak kita hayati dalam kehidupan umat
manusia diabad pasca modern yang galau ini. Disatu pihak masyarakat bangsa barat
32
yang terlalu menekankan dimensi anthroposentris hanya mempertimbangkan nilainilai kemanusiaan dan kehidupan dengan menyangkai dimensi ketuhanan (Masudi,
2011).
Nilsi kemanusiaan yang sudah ditemukan dalam narasi kemudian
dikonfrontasikan denhgan nilai siswa sendiri. Para siswa perlu menggali lagi
pengalaman mereka dalam menyikapi nilai nilai tersebut. Dalam menggali
pengalaman siswa juga mengungkapkan perasaannya baik yang negatif maupun yang
positif (Komisi, 2008).
Dalam kemanusiaan pada hakekatnya orang yang gugur dalam perjuangan
mempertahankan hak dan kemerdekaan ini tetap hidup. apanyakah yang hidup jika
tubuhnya terbaring tak bergerak lagi. Tidak lain adalah kemanusiaan yang memang
abadi (Mahfud, 2012).
VI.4. Adil atau Nilai Keadilan
Keadilan adalah perlakuan yang sama terhadap mereka yang sederajat
didepan menerapkan hukum yang sama kepada setiap orang atau keadilan hanya bias
diberikan pemerintah berdasarkan hukum. Pemberian hukum sebaiknya melihat pada
tingkat keseriusan tindak pidana tersebut (keadilan bagi pelaku pidana) (Asmarawati,
2013).
Keadilan merupakan dimensi yang paling sentral diseluruh tata nilai
kehidupan manusia dimana pun dan kapan pun, termasuk di Indonesia. Adil berada
pada titik pusat atau tengah dari keseluruhan lingkaran sifat-sifat kemarahaan Tuhan
sang pencipta yang disebut dalam asmaul husna (Abdulah, 2006).
Institusi yang dapat menunjukan sikap keadilan atau ketidak adilan dalam
berbagai level adalah masyarakat. Rule of law dalam sistem hukum. Masyarakat
33
dapat dikatakan adil atau tidak adil dalam berbagai cara yang berbeda. Keadilan
dapat menjadi adil atau tidak adil dalam berbagai tingkatan (Martonggo, 2011).
Keadilan merupakan suatu nilai yang mewujudkan suatu keseimbangan
antara tujuan pribadi dan tujuan bersama. Nilai ini tidak mengenal kompromi
(keadilan bagi masyarakat atau korban). Mill termasuk dalam aliran utilitarianism.
Menurut mill bahwa keadilan adalah bagian dari moralitas. Hukum yang dijatuhkan
harus sesuai dengan nilai yang berlaku di dalam masyarakat dan adil bagi masyarakat
(Wijaya, 2008).
VI.5. Amanah atau Kejujuran
Kejujuran merupakan suatu kenyataan yang berlaku dan berlakunya tidak
terhantung dari tempat dan waktu tertentu. begitu kita berhadapan dengan tindakan
jujur, kita mengenal kembali kejujuran itu. Nilai kejujuran tidak bergantung dari
adanya orang jujur. Nilai-nilai itu sendiri mandahului segala pengalaman dan tidak
tergantung pada sebuah konteks (Setianto, 2013).
Kejujuran merupakan kemampuan untuk mengatakan suatu kenyataan
sebagaimana adanya . kejujuran membutuhkan keberanian jiwa, karena sering kali
suatu kenyataan yang diungkapkan sebagaimana adan ya mempunyai dampak yang
tidak menguntungkan bagi pengungkap (Mulyadi, 2007).
Kejujuran merupakan nilai yang harus dijunjung tinggi. Setiap hubungan
antar manusia dilandasi oleh nilai kejujuran ini. Hubungan dalam kebenaran hidup
yaitu saling berbagi hidup dalam kejujuran. Maka, kejujuran merupakan suatu nilai
yang harys selalu diperjuangkan bila kepercayaan satu sama lain ingin diciptakan
(Darminta, 2006).
Nilai kejujuran tidak dapat dilepaskan dengan pandangan bahwa segala
perbuatan manusia akan mendapat penilaian dari sang Khaliq (Ilmy, 2007). Sejalan
dengan pandangan budaya jawa sapa nandhur bakal ngunduh siapa menanam akan
memetik. Dalam membangun keharmonisan sikap social, sikap kejujuran sangan
34
diperlukan bagi semua individu yang bergabung dalam relasi sosial. Kejujuran yang
diperankan seseorang tidak hanya terbatas pada masalah duniawi, tapi juga pada
penilaian tuhan (Prabowo, 2012).
35
VII.
Pengendalian Mutu
Menurut Hadi (2005), menyatakan bahwa Seorang pemipin harus punya
mengatakan jika tidak bekrja maka tidak akan makan. Menurut Yudantara (2008),
menjelaskan bahwa bekerja adalah kewajiban setiap individu untuk menempuh
kebahagiaan individu itu sendiri. Bekerja tidak perlu memilih, sesuai dengan bakat
dan keahliannya. Semua pekerjaan dapat dipelajari asal ada kemauan dengan
kesungguhan. Bekerja dengan keahliannya adalah bekerja yang sesuai dengan bidang
yang di gelutinya. Eka (2009), menyatakan bahwa salah satu sumber peningkatan
keahlian dapat berasal dari pengalaman-pengalaman pribadi dalam bidang tertentu.
37
Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap dan dilakukan
berulang ulang, seperti pelaksanaan tugas-tugas, pelatihan ataupun kegiatan lainnya
yang berkaitan dengan pengembangan keahlian seseorang.
Madura (2007), menyatakan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin harus
memiliki empat jenis keahlian yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, antara
lain keahlian konseptual, keahlian interpersonal, keahlian teknis, dan keahlian
pengambilan keputusan. Seluruh keahlian tersebut dibutuhkan oleh para pemimpin
agar meraih kesuksesan dalam menjadi seorang pemimpin. Menurut Robbins (2008)
ada tiga keahlian mendasar dalam manajemen bagi seorang pemimpin yaitu, teknis,
personal, dan konseptual. Jika ketiga keahlian ini dimiliki pasti pemimpin itu dapat
mempimpin anak buahnya dengan adil, makmur, aman, dan sentosa.
Keahlian adalah profesionalisme yang harus di lakukan sebagai seorang
pemimpin. Seorang pemimpin sangatlah perlu keahlian dalam menjalankan tugasnya,
terutama dalam bidang kepemimpinan, agar dapat melakukan segala sesuatu dengan
optimal dan semaksimal mungkin. Seorang pemimpin memerlukan keahlian dalam
manajemen organisasi, agar nantinya tujuan yang telah menjadi visi misi pada
organisasi tersebut dapat tercapai (Moeljono, 2004).
7.3.
Allah yang ditangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha kuasa atas segala
sesuatu. Dalam hal ini kekuatan manusia untuk mengendalikan perusahaan karena
kemampuan dan ilmunya bukan berarti menyamai kekuasaan Allah yang menguasai
seluruh langit dan bumi (Hakim, 2007). Arti bekerja ilmu disini adalah bekerja
dengan menggunakan ilmu yang dimiliki dan sesuai bidangnya. Seperti firman Allah
38
yang artinya Janganlah engkau mengikuti apa-apa yang kamu tidak memiliki
pengetahuan tentang hal tersebut, karena pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya. (Q.S. Al-Israa:36)
(Soernarjo, 2005).
Pengalaman merupakan guru yang sangat bijak, pepatah itu mungkin sudah
sering kita dengar dan memang itu adalah nyata adanya. Seseorang haruslah selau
berlatih dan belajar, belajar bukan hanya tentang ilmu-ilmu formal, tetapi juga harus
belajar tentang soft skill. Soft skill ini sangatlah penting bagi seorang pemimpin.
Belajar dibangku formal biasanya tentang ilmu dasar kepemimpinan dan
pengembangannya, setelah itu ia harus terus melatih ilmu yang telah didapatkannyaa
dan yang dia miliki supaya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
bertujuan supaya kepercayaan diri yang ia miliki dapat seimbang dengan ilmu yang
ia miliki (Wardana, 2007).
Semakin besar kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang
pemimpin, tentunya akan menjadikan pemimpin terebut lebih berpengalaman dan
lebih matang dalam menjalankan tugasnya menjadi seorang pemimpin. Apalagi jika
terhadap urusan pekerjaan, pengaruhnya akan semakin kuat terhadap perusahaan atau
organisasi tersebut Seperti halnya firman Alloh SWT dalam (QS. Al-Mulk : 1)
Kekuasaan berada ditangan-Nya sehingga Dia mampu berbuat apa saja yang
dikehendaki (Utsman, 2006). Kekuasaan berada ditangan-Nya sehingga Dia mampu
berbuat apa saja yang dikehendaki. Karena tidak ada yang mampu berbuat apa saja
kecuali Allah. Maka dari itu pemimpin atau manusia harus selalu ingat bahwa Allah
SWT adalah diatas segala-galanya dan juga rencana Allah merupakan rencana yang
terbaik untuk kita (Hatta, 2009).
39
7.4.
Menghargai Waktu
Ciri pemimpin yang menghargai waktu adalah tekun melaksanakan
pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Akibat sikap tidak menghargai waktu antara lain
dipandang hina di dalam masyarakat, mendapat kerugian di dunia akherat,
masyarakat dan negara akan menjadi mundur, serta akan menjadi orang yang merugi
karena tidak menghargai dan menggunakan waktu sebaik-baiknya (Al Muslimin,
2007).
Pemimpin yang profesional bisa membagi waktunya dengan baik dengan
caranya sendiri, tentunya diisi dengan kegiatan yang positif. Adapun cara mengisi
waktu luang, diantaranya melakukan hal-hal atau kegiatan yang kita senangi secara
mendalam. Hal ini tentunya berkaitan dengan potensi dan bakat unik yang masih
tersembunyi (Harefa, 2004).
Menurut Mangkupawira (2011), Seorang pemimpin yang mampu
menghargai waktu dengan menggunakan setiap waktu yang dimiliki secara efisien
akan mencapai apa yang dicita-citakan dengan lebih cepat. Dalam hal ini tentunya
harus efisien dalam memberdayakan atau menggunakan waktu. Seorang pemimpin
haruslah pintar memanage waktu, misalkan waktu untuk dirinya sendiri, untuk
keluarganya dan tentu yang paling penting adalah waktu bagi bawahannya atau
anggota kelompoknya.
Lebih lanjut adapun beberapa akibat yang ditimbulkan jika tidak
menghargai waktu, diantaranya akan dipandang hina oleh masyarakat luas, mendapat
kerugian di dunia maupun di akhirat, dan juga masyarakat serta Negara pun akan
menjadi mundur (Al muslimin, 2007). Islam sangat sangat menghargai nilai waktu,
dan itu dibuktikan dengan pepatah yang mengatakan, waktu itu seperti pedang, jika
40
engkau tidak memotongnya maka engkau akan dipotong oleh dia. Adapun tanda
orang yang beriman adalah meghargai waktu. Selain itu dalam agama Islam
pengefisienan waktu atau pembagian waktu yang sangat sudah sangat jelas
terpaparkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam melaksanakan shalat lima
waktu.
7.5.
41
pemimpin yakin akan ALLOH SWT maka ia akan bekerja dengan bersungguhsungguh (Sirsaeba, 2007).
7.6.
Bekerja dengan Amanah
Bekerja merupakan salah satu amanah dan mempunyai tanggung jawab
yang sangat besar yang harus diemban oleh manusia untuk mewujudkan rencana
Tuhan di dunia. Amanah berasal dari kata alm amn yang memiliki arti rasa aman atau
percaya. Amanah mengandung makna bahwa sesuatu diserahkan kepada pihak lain
karena yakin dan percaya bahwa di tangannya sesuatu akan aman dan terpelihara
dengan baik (Supriono, 2006).
Menurut Chen (2011), menyatakan bahwa seorang pemimpin yang memiliki
kesadaran bahwa bekerja adalah sebuah amanah dan tanggung jawab akan
melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, karena seringkali dapat berdampak
nyata terhadap peningkatan semangat kerja dan kualitas hasil kerja yang diperoleh.
Pekerjaan bukan lagi sebagai pengisi waktu, akan tetapi di dalam pekerjaan itulah
martabatnya sebagai manusia secara konkret dipertaruhkan sehingga ia akan lebih
bertanggung jawab atas tugas yang diemban.
Seorang muslim yang profesional haruslah memiliki sifat amanah. Banyak
orang yang ahli serta mempunyai etos kerja yang tinggi, tapi karena tidak memiliki
sifat amanah, justru memanfaatkan keahliannya untuk melakukan berbagai tindak
kejahatan. Amanah merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin, amanah
sendiri memiliki arti dapat dipercayai (Yusanto, 2007).
Siapa yang menerima amanah, menjaganya serta menunaikan hak-haknya
maka dia akan mendapatkan kemenangan dan pahala yang besar. Dan yang menyianyiakan amanah maka dia akan merugi dan mendapatkan siksa. Maka dalam lanjutan
42
ayat Allah menjelaskan tiga golongan manusia dalam menunaikan amanah tersebut,
yaitu munafik, musyrik, dan mukmin (Bahron dalam Aziz, 2008).
7.7.
penyerahan diri sepenuhnya kepada Alloh. Maka makna paling hakiki dari ibadah
adalah menjadikan semua gerak kita, baik gerak fisik, mapun gerak piiran dan jiwa,
senantiasa mengarah kepada apa yang dicintai dan diridhai Alloh SWT. Dalam
makna ini seluruh pikiran, seluruh perasaan, ucapan dan tindakan baik ketika kita
hanya berhubungan dengan Alloh, maupun dengan seama makhluk akan bergerak
menuju satu titik Alloh (Silver,2006).
Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Tuhan, ibadah yang merupakan
tujuan penciptaan manusia menegaskan bahwa mereka diciptakan hanya untuk
melaksanakan tugas ibadah kepada Alloh. Dia memerintahkan dan membimbing
setip hambanya untuk melaksanakan tugas ini ( Siahaan, 2010).
Bekerja sebagai ibadah juga menutut pengorbanan. Pengorbanan dalam hal
waktu, tenaga, pikiran, harta, dan perasaan. Pengorbanan ini sangatlah dibutuhkan
bagi seorang pemimpin. Ibadah adalah perjuangan atau jihad djalan Alloh SWT. Oleh
karena itu, kerelaan berkorban dan keikhlasan menerima segala cobaan juga sebagai
ibadah. Syarat terbesar dalam mengerjakan pekerjaan dengan ibadah adalah ikhlas
dalam jiwa dan raga (Luth, 2010).
Pada saat sekarang bekerja adalah ibadah merupakan hal yang langka.
Seringkali kita bekerja mengejar uang untuk memenuhi kebutuhan kita yang tidak
pernah tercukupi. Apalagi bekerja sebagai ibadah dengan ikhlas merupakan sesuatu
yang sangat sulit kita capai. Kita berusaha untuk dapat bekerja sebagai ibadah dengan
43
ikhlas karena merupakan modal yang luar biasa nilainya. Maka dari itu kita harus
berniat ibadah ketika melakukan sebuah pekerjaan (Sanyoto, 2008).
7.8.
Kerjasama
Menurut Widiarti (2009), pemimpin identik dengan pengatur dan tugas
44
bekerja dengan otak lebih dari satu, menambah tali persaudaraan dan juga
mendapatkan pahala dari Allah SWT.
45