Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, Indonesia
merupakan wilayah rawan bencana. Indonesia berada di atas kerak bumi yang
aktif dimana ada lima patahan lempeng bumi yang bertemu, bertumbukan dan
mengakibatkan pergerakan bumi Indonesia dinamis.
Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi
bencana yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis
bencana. Kondisi alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk dan
budaya di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam,
bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun disisi lain juga
kaya akan sumberdaya alam. Frekuensi bencana alam yang terjadi di
Indonesia cukup tinggi, terjadi silih berganti mulai dari bencana gempa bumi,
tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan gunung meletus.
Terjadinya bencana alam pastilah menimbulkan banyak kerugian baik
berupa metrial maupun korban jiwa bagi benduduk yang tertimpa bencana
tersebut. Untuk meminimalisir jumlah korban jiwa dan harta benda yang
diakibatkan oleh suatu bencana maka perlu dilakukan langkah-langkah
starategis dalam menghadapi kemungkinan bencana yang terjadi dengan
manajemen bencana. Terutama dalam masalah kesehatan para korban jiwa.
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana. Undang-undang tersebut, penyelenggaraan
penanggulangan bencana mencakup serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Manajemen bencana merupakan keseluruhan dari semua tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan yang akan terjadi terkait
dengan bahaya dan untuk meminimalkan kerusakan setelah suatu peristiwa
bencana terjadi atau telah terjadi dan untuk pemulihan langsung dari
kerusakan. Manajemen bencana terdiri dari beberapa langkah diantaranya
mitigation, preparadness, response dan recovery. Pada tahap recovery, terjadi
1

proses pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana dengan


memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Tahap
recovery terdiri dari rehabilitasi dan rekontruksi baik dari fisik, psikologis dan
komunitas.
Berdasarkan latar belakang di atas, Prodi D-IV Keperawatan Reguler
Politeknik Kesehatan Denpasar menerapkan metode pembelajaran praktik
Manajemen Risiko Bencana Pariwisata dimana teori dari mata kuliah ini telah
didapatkan di semester VI. Hasil dari proses pembelajaran praktik manejemen
risiko bencana pariwisata ini dimuat dalam laporan kegiatan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas adalah
sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bagaimana menetapkan konteks risiko bencana pariwisata ?


Bagaimana identifikasi risiko bencana pariwisata ?
Bagaimana analisis risiko bencana pariwisata ?
Bagaimana evaluasi risiko bencana pariwisata ?
Bagaimana penanganan risiko bencana pariwisata ?
Bagaimana pemahaman dan implementasi proses manajemen risiko
bencana pariwisata ?

1.3 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini dapat dibagi menjadi dua yaitu,
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran praktik dan orientasi
ditempat praktik, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
mengimplementasikan proses manajemen risiko bencana pariwisata

2. Tujuan Khusus
Capaian

pembelajaran

praktikum

yang

diharapkan

mahasiswa :
a.
b.
c.
d.
e.

Mampu menetapkan konteks risiko bencana pariwisata


Mampu mengidentifikasi risiko bencana pariwisata
Mampu menganalisis risiko bencana pariwisata
Mampu mengevaluasi risiko bencana pariwisata
Mampu menangani risiko bencana pariwisata

adalah

f. Mengimplementasi proses manajemen risiko bencana pariwisata


1.4 Bobot Praktikum
Bobot Praktik Manajemen Risiko Bencana Pariwisata ini adalah 4 SKS.
Waktu yang dibutuhkan selama : 4 x 10 minggu x 160 menit = 6.400 menit.
1.5 Kegiatan Praktik
Adapun kegiatan praktik manajemen risiko bencana pariwisata ini adalah :
1. Menetapkan konteks risiko bencana pariwisata
2. Mengidentifikasi risiko bencana pariwisata
3. Menganalisis risiko bencana pariwisata
4. Mengevaluasi risiko bencana pariwisata
5. Menangani risiko bencana pariwisata
6. Mengikuti Pre dan Post conference
7. Mendokumentasikan kegiatan/membuat laporan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Manajemen Risiko Bencana


Menurut Krishna (2002), manajemen

bencana

merupakan

pengetahuan yang terkait dengan upaya untuk mengurangi risiko, yang


meliputi tindakan persiapan sebelum bencana terjadi, dukungan, dan
membangun kembali masyarakat saat setelah bencana terjadi. Lebih lanjut
Krishna mengungkapkan bahwa lingkaran manajemen bencana (disaster
management cycle) terdiri dari tigakegiatan besar. Pertama adalah sebelum
terjadinya bencana (pre event), kedua yaitu saat bencana dan ketiga adalah
setelah terjadinya bencana (post event).
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang dinyatakan dalam
hidup, status kesehatan,mata pencaharian, aset dan jasa, yang dapat terjadi
pada suatu komunitas tertentu ataumasyarakat dalam suatu kurun waktu
tertentu (UNISDR, 2009). Risiko bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu
yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa
aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat.
Definisi risiko bencana mencerminkan konsep bencana sebagai hasil
dari hadirnya risiko secara terus menerus. Risiko bencana terdiri dari
berbagai jenis potensi kerugian yang sering sulit untuk diukur.Namun
demikian, dengan pengetahuan tentang bahaya, pola populasi, dan
pembangunansosial-ekonomi, risiko bencana dapat dinilai dan dipetakan,
setidaknya dalam arti luas.
Manajemen
risiko

bencana

adalah

pengaturan

upaya

penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor yang


mengurangi risiko secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh
pada saat sebelum terjadinya bencana.
Jadi kesimpulan dari manajemen risiko bencana adalah upaya untuk
mengurangi bahaya atau konsekuensi yang dapat terjadi pada penghidupan
masyarakat

yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor

nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban


jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis dengan cara tindakan persiapan sebelum bencana terjadi,
dukungan, dan membangun kembali masyarakat saat setelah bencana
terjadi.
2.2

Tujuan Manajemen Risiko Bencana


Banyak pihak yang kurang menyadari pentingnya mengelola
bencana dengan baik. Saah satu faktor adalah karena bencana belum pasti
tejadinya dan tidak diketahui kapan akan terjadi. Sebagai akibatnya,
manusia sering kurang peduli, dan tidak melakukan langkah pengamanan
dan pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.
Untuk itu diperlukan sistem manajemen bencana yang bertujuan
untuk:
1. Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian yang
tidak diinginkan.
2. Menekan kerugian dan korban yang dapat timbul akibat dampak suatu
bencana atau kejadian.
3. Meningkatkan
organisasai

kesadaran

tentang

semua

bencana

pihakdalam

sehingga

masyarakat

terlibat

dalam

atau
proses

penanganan bencana
4. Melindungi anggota masyarakatdari bahaya atau dampak bencana
sehingga korban dan penderitaan yang dialami dapat dikurangi.
5. Mengurangi, atau mencegah, kerugian karena bencana
6. Menjamin terlaksananya bantuan yang segera dan memadai terhadap
korban bencana
7. Mencapai pemulihan yang cepat dan efektif.

2.3

Manfaat Manajemen Risiko Bencana


Menurut Pamungkas (2010), manejemen resiko/ bencana memiliki
empat manfaat, yang mana diantaranya adalah sebagai berikut:

Evaluasi dari program pengendali bencana akan dapat memberikan

b
c

gambaran mengenai keberhasilan dan kegagalan operasi perusahaan


Memberikan sumbangan bagi peningkatan keuntungan perusahaan
Ketenangan hati yang dihasilkan oleh manajemen bencana yang baik

akan membantu meningkatkan produktifitas dan kinerja


Menunjukkan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap karyawan,
pelanggan dan masyarakat luas

2.3

Tim Bencana
Tim bencana merupakan orang. orang yang mengkoordinir atau
memiliki tanggung jawab terhadap manajemen bencana. Tim bencana
yang biasanya digunakan dihotel biasanya adalah Emergency Responsible
Teamdan Fire Brigade, sedangkan menurut BPBD Kota Denpasar
beberapa jenis tim bencana

adalah Publict Save Community (PSC),

Barisan Relawan Bencana (BALANA), dan Search and Rescue (SAR).


Adapun jenis - jenis tim bencana tersebut adalah sebagai berikut:
a. Emergency Responsible Team
Emergency Responsible Team (ERT) didefinisikan oleh Georgetown
University (2014) sebagai berikut, The Emergency Responsible Team
(ERT) is responsible team for coordinating the response to crises
affecting the safety and operation of some disaster. They will be called
to assist inthe management of the emergency situation. Tim ini
merupakan tim khusus yang menangani masalah bencana, tim ini
selain dibentuk oleh Georgetown University juga dibentuk oleh
berbagai organisasi termasuk hotel.
b. Fire Brigade
Fire Brigade didefinisikan sebagai berikut Fire Brigade is a private or
temporary organization of individual equipped to fight fires. Fire
Brigade

tersebut

merupakan

organisasi

yang

bertugas

untuk

menanggulangi segala jenis bencana yang berhubungan dengan


kebakaran. Selain dari pemerintah, tim ini biasanya juga dibentuk oleh
hotel - hotel.
c. Public Save Community (PSC)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Public Save Community merupakan
petugas yang memberikan pelayanan kedaruratan kepada masyarakat
Kota, dioprasikan oleh petugas khusus yang dilengkapi dengan tiga
6

mobil ambulance, dan siaga 24 jam di setiap pos jaga. Petugas PSC
bergerak mengikuti pergerakan mobil pemadam pada saat terjadi
kebakaran dan PSC setiap saat bertugas mengevakuasi korban
kecelakaan lalulintas dan bencana lainya.
d. Search and Rescue (SAR)
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43 Tahun 2005
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, Searh
and Rescue (SAR)memiliki pengertian yaitu badan yang berfungsi
melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian potensi
Search and Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan
material yang hilang atau dikhawatirkan hilang, atau menghadapi
bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan
bantuan

SAR

dalam

penanggulangan

bencana

dan

musibah

lainnyasesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional.


e. Barisan Relawan Bencana (BALANA)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Barisan Relawan Bencana (BALANA)
merupakan barisan relawan bencana yang direkrut dari pegawai Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan Pemerintah Kota
Denpasar yang ditugaskan ikut serta menangani bencana.
2.4
A.

Proses Siklus Manajemen Risiko Bencana


Pra bencana
Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra
bencana meliputi kesiagaan, peringatan dini dan mitigasi.
1. Kesiapsiagaan
Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiagaan adalah tahapan
yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota
masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu bencana.
2. Peringatan dini
Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak,
khususnya mereka yang potensi terkena bencana akan kemungkinan
datangnya suatu bencana di daerahnya masing-masing. Peringatan
didasarkan berbagai informasi teknis dan ilmiah yang dimiliki diolah

atau diterima dari pihak berwenang mengenai kemungkinan


datangnya suatu bencana.
3. Mitigasi
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008, mitigasi
bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang
ditimbulkan akibat suatu bencana. Upaya memperkecil dampak
negative bencana. Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk
mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang
berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain
rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur
ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan
dinding pantai, dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat
dilakukan

dalam

bentuk

non

struktural,

diantaranya

seperti

menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi


lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang
dan wilayah serta dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah
daerah.
Contoh: zonasi dan pengaturan bangunan (building codes), analisis
kerentanan; pembelajaran public.
Mitigasi harus dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui
berbagai upaya dan pendekatan antara lain:
a) Pendekatan teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi
dampak suatu bencana misalnya membuat material yang tahan
terhadap bencana, dan membuat rancanagan pengaman,
misalnya tanggul banjir, lumpur dan lain sebagainya.
b) Pendekatan manusia
Pendekatan manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang
paham dan sadar mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku

dan cara hidup manusia harus dapat diperbaiki dan disesuaikan


dengan

kondisi

lingkungan

dan

potensi

bencana

yang

dihadapinya.
c) Pendekatan admisnistratif
Pemerintah

atau

pimpinan

organisasi

dapat

melakukan

pendekatan administratif dalam manajemen bencana, khususnya


di tahap mitigasi sebagai contoh:
1)

Penyususnan

tata

ruang

dan

tata

lahan

yang

memperhitungkan aspek risiko bencana


2)

Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan


pembangunan industry berisiko tinggi.

3)

Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi


tanggap darurat di setiap organisasi baik pemerintahan
maupun industry berisiko tinggi.

d) Pendekatan kultural
Pendekatan kultural diperlukan untuk meningkatkan kesadaran
mengenai bencana. Melalui pendekatan kultural, pencegahan
bencana disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang
telah mebudaya sejak lama.
B.

Saat Bencana
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat
bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan
dini, maupun tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi
dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian
dapat diminimalkan.
1) Tanggap darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan

dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,


perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
sarana prasarana. Tindakan ini dilakukan oleh Tim penanggulangan
bencana yang dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi.
Menurut PP No. 11, langkah-langkah yangdilakukan dalam
kondisi tanggap darurat antara lain:
a)

Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan


sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude
bencana, luas area yang terkena dan perkiraan tingkat
kerusakannya.

b)

Penentuan status keadaan darurat bencana.

c)

Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana


sehingga dapat pula ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat
bencana terlalu besar dan berdampak luas, mungkin bencana
tersebut dapat digolongkan sebagai bencana nasional.

d)

Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.


Langkah selanjutnya adalah melakukan penyelamatan dan

evakuasi korban bencana. Hal yang dapat dilakukan antara lain:


a) Pemenuhan kebutuhan dasar
b) Perlindungan terhadap kelompok rentan (anak-anak, lansia, orang
dengan keterbatasan fisik, pasien rumah sakit, dan kelompok yang
dikategorikan lemah)
c) Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital.
2)

Penanggulangan bencana
Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah
menanggulangi bencana yang terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya.
Penanggulangan bencana memerlukan keahlian dan pendekatan khusus
menurut kondisi dan skala kejadian.

10

Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala


bentuk bencana. Oleh karena itu Tim tanggap darurat harus
diorganisisr dan dirancang untuk dapat menangani berbagai jenis
bencana.
Contoh aktivitas pada fase ini :
a. Evakuasi dan pengungsi (Evacuation and migration)Melakukan
evakuasi dan pengungsi ketempat evakuasi yang aman.
b. Pencarian dan Penyelamatan (Search and rescue

SAR)Malakukan pencaharian baik korban yang meninggal dan


korban yang hilang.
c. Penilaian paska bencana (Post-disaster assessment)Melakukan
penilaian terhadap bencana yang terjadi
d. Respon dan Pemulihan (Response and relief)Memberikan respond
an pemulihan terhadap korban bencana
e. Logistik dan suplai (Logistics and supply)Manyalurkan bantuan
logistik kepada korban bencana
f. Manajemen Komunikasi dan Informasi (Communication and
information management)Memberikan informasi dan komunikasi
kepada media massa mengenai jumlah kerugian korban bencana
g. Respon dan pengaturan orang selamat (Survivor response and
coping)
Melakukan mendata jumlah korban bencana yang selamat baik. Ibu
Hamil, anak-anak dan orang Manula
h. Keamanan (Security)Mamberikan pelayanan keamanan terhadap
korban jiwa, baik itu harta benda dan yang lain.
i. Manajemen pengoperasian emergensi (Emergency operations
management)Melakukan manajemen pengoperasian emergenci
pada saat terjadinya bencana
C.

Pasca Bencana
Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati,
maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
1) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
public atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah

11

pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau


berjalannya secara wajarsemua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.
2)

Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, social, dan budaya, tegaknya
hukum, dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana

2.2

Identifikasi Risiko Bencana


Unsur berikutnya dalam sistem manajemen bencana adalah
identifikasi dan penilaian risiko bencana. Identifikasi bencana mutlak
diperlukan sebelum mengembangkan sistem manajemen bencana.Menurut
PP No. 21 tahun 2008 , risiko bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu
dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta. Dan gangguan kegiatan
masyarakat.
Persyaratan analisi risiko bencana sebagaimana ditetapkan dalam PP
tersebut antara lain sebagai berikut:
a

Tujuan identifikasi bencana adalah untuk mengetahui dan menilai


tingkat risiko dari suatu kondisi atau kegiatan yang dapat
menimbulkan bencana.

Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh kepala


BNPB dengan melibatkan instansi/lembaga terkait.

Persyaratan

analisi

bencana

digunakan

sebagai

dasar

dalam

penyususnan analisis mengenai dampak lingkungan, penaataan ruang


serta pengambilan tindakan pencegahan dan mitigasi bencana.

12

Pasal 12: setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi


menimbulkan bencana, wajib dilengkapi dengan analisis risiko
bencana.

Analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan


persyaratan analisis risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian
terhadap suatu kondisi atau kegiatan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana.

Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang


disahkan oleh pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

BNPB atau BNBD sesuai dengan kewenangannya melakukan


pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksaan analisis risiko bencana.
Berdasarkan peraturan di atas, jelas terlihat bahwa setiap organisasi

atau kegiatan yang mengandung risiko bencana tinggi wajib melakukan


Analisis Risiko Bencana (ARISCANA). ARISCANA dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh informasi dan data mengenai potensi bencana
yang mungkin dapat terjadi dilingkungan masing-masing serta potensi atau
tingkat risiko atau keparahannya.
Risiko adalah merupakan kombinasi antara kemungkinan dengan
tingkat keparahan bencana yang mungkin terjadi. Semakin tinggi ancaman
bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah tersebut terkena
bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat
atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi
sebaliknya, semakin tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin
kecil risiko yang dihadapinya. Dengan menggunakan perhitungan analisis
risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko yang dihadapi oleh daerah
yang bersangkutan.
Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah
pengenalan bahaya/ancaman di daerah yang bersangkutan. Semua

13

bahaya/ancaman

tersebut

diinventarisasi,

kemudian

di

perkirakan

kemungkinan terjadinya (probabilitasnya) dengan rincian:

Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya


apabila bencana itu memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak
antara lain:
1. jumlah korban;
2. kerugian harta benda;
3. kerusakan prasarana dan sarana;
4. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
5. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,

Maka, jika dampak ini pun diberi bobot sebagai berikut:

14

Maka akan didapat tabel sebagaimana contoh di bawah ini :

Gambaran potensi ancaman di atas dapat ditampilkan dengan model


lain dengan tiga warna berbeda yang sekaligus dapat menggambarkan
prioritas seperti berikut:

Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis


ancaman bahaya yang perlu ditangani.Ancaman dinilai tingkat bahayanya
dengan skala (3-1)
1. Bahaya/ancaman tinggi nilai 3 (merah)
2. Bahaya/ancaman sedang nilai 2
3. Bahaya/ancaman rendah nilai 1

15

Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana


melalui tiga langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi Bencana
Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang
ada disuatu daerah atau perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan,
kondisi geografis, cuaca, alam, aktivitas manusia, dan industry,
sumberdaya alam serta sumber lainnya yang berpotensi menimbulkan
bencana. Identifikasi bencana ini dapat didasarkan pada pengalaman
bencana sebelumnya dan prediksi kemungkinan suatu bencana yang
dapat terjadi.
2) Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana
Berdasarkan

hasil

identifikasi

bencana

dilakukan

penilaian

kemungkinan dan skala dampak yang mungkin ditimbulkan oelh


bencana tersebut. Dengan demikian dapat diketahui, apakah potensi
sebuah bencana di suatu daerah tergolong tinggi atau rendah.
a

Penilaian Risiko Bencana


Untuk menentukan tingkat risiko bencana tersebut, dapat dilakukan
melalui penilaian Risiko Bencana. Banyak metode yang dapat
dilakukan untuk menilai tingkat risiko bencana. Misalnya dengan
menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau
dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan
permodelan risiko.

Evaluasi Risiko
Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, selanjutnya ditentukan
peringkat risiko yang mungkin timbul dengan mempertimbangkan
kerentanan dan kemampuan menahan atau menanggung risiko.
Risiko tersebut di bandingkan dengan kriteria yang ditetapkan,
misalnya oleh pemerintah atau berdasarkan referensi yang ada.

3) Pengendalian Risiko Bencana


Hasil identifikasi dan analisa risiko yang telah dilakukan maka langkah
selanjutnya adalah menetapkan strategi pengendalian yang sesuai.

16

Pengendalian risiko bencana menurut konsep manajemen risiko dapat


dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a

Mengurangi kemungkinan
Strategi

pertama

adalah

dengan

mengurangi

kemungkinan

terjadinya bencana. Semua bencana pada dasarnya dapat dicegah,


namun untuk bencana alam terdapat pengecualian.
b

Mengurangi dampak atau keparahan

Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan,


maka langkah yang harus dilakukan adalah mengurangi keparahan
atau konsekuensi yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil identifikasi
bahaya, penilaian risiko bencana dan langkah pengendalaian
tersebut dapat disusun analisa risiko bencana yang terperinci dan
mendasar

untuk

selanjutnya

dikembangkan

program

kerja

penerapannya.
2.3

Analisis Risiko Bencana


Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara
dengan potensi bahaya yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana
alam, ataupun bencana akibat ulah manusia. Beberapa potensi tersebut
antara lain adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, tanah
longsor, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, kebakaran perkotaan dan
permukiman, angin badai, wabah penyakit, kegagalan teknologi dan konflik
sosial.
Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi 2 kelompok utama, yaitu:
1. Potensi bahaya utama (main hazard)
Potensi bahaya utama (Main hazard) ini dapat dilihat antara lain
pada peta rawan bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa
Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta
kerentanan bencana tanah longsor, peta daerah bahaya bencana letusan
gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir,
dan lain-lain.
2. Potensi bahaya ikutan (collateral hazard)
Potensi bahaya ikutan (Collateral Hazard) merupakan suatu
potensi bahaya yang kemungkinan terjadi setelah bahaya utama terjadi

17

dan dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya adalah likuifaksi,


persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, dan
kepadatan industri berbahaya.
Potensi bahaya ikutan (collateral hazard potency) ini sangat tinggi
terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan penduduk dan
bangunan, persentase bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman
kumuh perkotaan), dan jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Dengan
indikator di atas, perkotaan Indonesia merupakan wilayah dengan
potensi bencana yang sangat tinggi.
Dalam melakukan pemetaan bencana harus dianalisa terkebih dahulu
jenis bahaya yang kemungkinan terjadi bada suatu daerah tersebut. Dengan
menganalisa jenis bahaya, dapat diperkirakan seberapa luas daerah yang
kemungkinan terkena dampak langsung dan tidak langsung dan bahaya
ikutan yang kemungkinan terjadi setelah bahaya utama terjadi, sehingga
dapat ditentukan langkah yang cepat dan tepat untuk mencegah ataupun
menanggulangi dampak yang besar dari bencana tersebut.
2.4

Manajemen Bencana Pada Industri Pariwisata


Definisi bencana menurut Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkanoleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.Sedangkan menurut Laws
(2005) bencana dalam industri pariwisata adalah Crisis or disaster in
tourism industry usually refers to an event that leads to a shock resulting in
the sudden emergence of an adverse situation. Berdasarkan sumbernya,
bencana menurut UU No 24 Tahun 2007 dapat dikelompokkan menjadi tiga
sumber yaitu:
1. Bencana Alam
Adalah bencana yang bersumber dari fenomena alam seperti banjir,
gempa bumi, dan letusan gunung berapi, tsunami dan lain-lain.
2. Bencana Non Alam

18

Adalah peristiwa yang disebabkan oleh faktor non alam antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemik, dan wabah
penyakit.
3. Bencana Sosisal
Adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok, antar komunitas masyarakat dan teror.
Rosyidie (2004) lebih lanjut mengungkapkan bahwa bencana dapat
terjadi dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja. Frekuensi dan seberapa
kuat atau besar bencana tersebut pun susah untuk diprediksi. Melihat sifat
dari bencana tersebut, maka sering kali terjadi banyak kerugian dan korban
meninggal dunia maupun luka-luka.
Pengertian bencana menurut Undang Undang Nomor 24 Tahun
2007, terfokus pada asal dari gangguan tersebut, sedangkan pengertian
Rosyidie (2004) yang terfokus pada sifat dari bencana tersebut.
Berdasarkan definisi bencana menurut para ahli tersebut maka
definisi bencana dalam penelitian ini yaitu gangguan atau ancaman dari
keadaan normal hingga menyebabkan kerugian dari gangguan tersebut yang
bersumber dari alam, non alam dan sosial. Gangguan tersebut tidak dapat
diprediksi kapan, dimana dan kepada siapa terjadinya.
Bencana ini dapat terjadi di belahan dunia manapun dan pada bidang
apapun, termasuk di suatu industri pariwisata, yang mana industri pariwisata
menurut Yoeti (1985) adalah kumpulan dari macam - macam perusahaan
yang secara bersama menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam
perjalanan. Menurut Spillane (1987) ada lima unsur industri pariwisata
yang sangat penting yaitu:
1. Attraction (daya tarik)
Attraction dapat digolongkan menjadi site attraction (seperti kebun
binatang, dan museum), event attraction(seperti festival, pameran atau
pertunjukkan kesenian daerah).
2. Facilities(fasilitas yang diperlukan).
Selama tinggal di tempat tujuan wisata,wisatawan memerlukan tidur,
makan, minum oleh karena itu diperlukan fasilitas penginapan. Selain
itu diperlukan pulaindustri penunjang seperti took sourvenir, jasa
laundry, dan jasa pemandu.
19

3. Infrastructure
Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau
belum

ada

infrastruktur

dasar.

Pemenuhan

atau

penciptaan

infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana cocok bagi


perkembangan pariwisata.
4. Transportations(transportasi)
Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi sangat dibutuhkan
karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan
wisata. Transportasi baik transportasi darat, laut dan udara merupakan
unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala
pariwisata
5. Hospitality(keramahtamahan).
Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal
memerlukan kepastian jaminan keamanan. Kebutuhan dasar akan
keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta
keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya
wisatawan merasa aman dan nyaman selama melakukan perjalanan
wisata.
Berdasarkan definisi industri pariwisata tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa industri pariwisata merupakan kumpulan industri yang
menghasilkan barang ataupun jasayang diperlukan oleh wisatawan dimulai
dari daerah asalnya hingga sampai di destinasi tujuan dan balik lagi ke
daerah asalnya. Adapun industri pariwisata yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah hotel yang merupakan tempat tinggal sementara wisatawan
selama melakukan perjalanan.
Untuk meminimalkan segala dampak yang disebabkan oleh bencana
tersebut, maka industri perhotelan perlu menerapkan sebuah manajemen
bencana, yang mana pengertian dari manajemen bencana. Selain dengan
menerapkan kegiatan manajemen bencana, untuk mengurangi kerugian yang
mungkin terjadi akibat bencana, diperlukan pula beberapa upaya
peningkatan keamanan sebagai berikut: menurut Pizam (2010), untuk
meningkatkan keamanan, hotel harus menginstal CCTV, fire sprinklers,
pendeteksi asap, dan pintu elektronik.
Sedangkan menurut Henderson, et.al. (2010) untuk meningkatkan
kemanan hotel memerlukan personel keamanan dan pelatihan kebencanaan.

20

Personel keamanan merupakan orang yang bertanggung jawab untuk


menjaga keamanan hotel, wisatawan, karyawan serta aset perusahaan.
Human

Resource

Department

suatu

hotel

harus

menunjuk

dan

mempekerjakan personel keamanan yang professional, dengan pengalaman


yang baik terhadap penanganan suatu bencana. Karyawan secara umum, dan
personel keamanan khususnya, harus mengikuti workshop dan pelatihan dari
pemerintah

mengenai

penaganan

pertama

terhadap

kecelakaan.

Bagaimanapun, mereka harus mendapatkan pelatihan pemadaman kebakaran


dan cara evakuasi apabila bencana terjadi.
Kegiatan lainnya yang dilakukan adalah dengan memasang rambu rambu keselamatan. Menurut Occupational Health and Safety Assessment
Series (OHSAS) (2012) rambu - rambu keselamatan adalah peralatan yang
bermanfaat untuk membantu melindungi kesehatan dan keselamatan
karyawan dan pengunjung yang sedang berada di tempat kerja. Adapun jenis
rambu dapat berupa: rambu dengan simbol, rambu dengan simbol dan
tulisan, dan rambu berupa pesan dalam bentuk tulisan

21

BAB III
LAPORAN HASIL KEGIATAN
3.1 Hasil Kegiatan
Setelah melakukan kegiatan praktik selama 3 minggu adapun hasil serta kegiatan dilampirkan dalam bentuk tabel yaitu sebagai
berikut :
NO HARI/TANGGAL
1

URAIAN TUGAS

NAMA PENGAWAS

Senin, 21

08.00 Serah terima mahasiswa di UPT Pusdalops PB Provinsi Bali.

November 2016

Mahasiswa diserahkan oleh dosen pembimbing praktik, yaitu Bapak I D. P. G.

Pukul 08.00

Putrayasa,

11.00 WITA

S.Kep.,Ners.,M.Pd. dan diterima oleh Kepala UPT Pusdalops PB Provinsi Bali

dilanjutkan dinas

Bapak Drs. I G. M. Jaya Serataberana, M.Si.

sore pukul 20.00


Selasa, 22
November 2016

S.Kp.,M.Kep.,Sp.MB.

8.10 Pengarahan oleh Bapak

dan

Bapak

Drs.

Made

Widastra,

Drs. I G. M. Jaya Serataberana, M.Si

mengenai sistematika praktik dan pembagian jadwal praktik selama 3

pukul 08.00 WITA

minggu di UPT Pusdalops PB Provinsi Bali.


8.40 Pengarahan dari dosen pembimbing mengenai mekanisme praktikum

Tempat Tugas :

manajemen risiko bencana pariwisata


9.30 Pemberian materi oleh dr. Komang Arya mengenai ESR (Emergency

22

PARAF

SPGDT

Service Response) yang meliputi pengertian ESR, anggota tim ESR,


operasional ESR, dan SOP harian ESR.
- Pengertian ESR : Kegiatan untuk pelayanan kesehatan, keamanan,
ketentraman, ketertiban, perlindungan masyarakat sesuai dengan Bali
-

Mandara
Anggota Tim ESR :
a. tim ambulans (dokter, paramedis, sopir)
b. tim SPGDT/PSC
c. tim administrasi dan radio medik
Operasional ESR :
SOP Harian ESR :
a Menerima dan memastikan infromasi dari masyarakat melalui
b

telepone, radio, media sosial dan lainnya (5 W 1H)


Tim Ambulance ESR menyiapkan personil dan peralatan terkait
pelaksanaan kegiatan kegawatdarurat setiap hari, setiap berganti

jadwal piket.
Tim ESR melaporkan kepada koordinator piket Pusdalops PB
(Fleksibel sesuai dengan situasi dan kondisi) tentang persiapan

dan pelayanan kegiatan kejadian sehari-hari


Mengutamakan keselamatan tim sesuai

perundangan yang berlaku


Langkah-langkah dalam alur informasi dan tindak lanjut

peraturan

kegawatdaruratan/bencana serta penanganan korban

23

dan

10.0 Orientasi kantor UPT Pusdalops PB Provinsi Bali (Ruang Obat, Ruang

Dokter, Ruang SPGDT, Ruang Radio, Dapur, Ruang Istirahat) dan


pengenalan di masing-masing ambulans I, II, III, IV mengenai fungsi,
kelengkapan, dan wilayah kerjanya.
Hasil :
- Ambulance I di tugaskan di daerah Imam Bonjol sampai ke daerah
-

Bali Selatan ( Kuta, Nusa Dua, Kerobokan dll)


Ambulance II biasanya digunakan untuk pemulasaran jenasah
Ambulance III di tugaskan di daerah Posko Induk di UPT Pusdalops
PB ) wilayah kerjanya : Dentim, Densel, Denut, Sanur, Gatsu, Ubung

dan sekitarnya.
Ambulance IV ditugaskan di daerah Mantra ( Jl. Bypass Ida Bagus

Mantra)
11.0 Pengenalan tim jaga pagi pos induk pusdalops PB provinsi Bali.
JAGA MALAM
20.00 Menerima operan dari rekan dinas sore yang menginformasikan hasil
sharing dengan senior atau pembimbing di SPGDT. Adapun operan yang
disampaikan yaitu:
a. Pengertian SPGDT

24

b. Cara melakukan roundtable SPGDT


21.30 Melakukan jaga pos di kantor Pusdalops PB Prov. Bali, tim akan
bergerak jika ada panggilan dari masyarakat.
08.00 Melakukan operan jaga ke rekan dinas pagi. Rekan yang jaga pagi , hal
yang disampaikan adalah hasil kegiatan dari awal jaga sore sampai operan
sesuai dengan yang ditulis diatas.
2

Selasa, 22

LIBUR (DINAS MALAM)

November 2016

Mengerjakan laporan yang diberikan.


Menginput laporan tulis tangan ke laptop

Rabu, 23

JAGA SORE

November 2016

14.00 Menerima operan dari rekan jaga pagi di SPGDT. Rekan melaporkan

Pukul 14.00 - 20.00


WITA
Tempat Tugas :
SPGDT

tentang kondisi dan situasi di SPGDT saat dinas pagi.


15.00 Sharing ilmu oleh tim SPGDT jaga sore (Sugiani) mengenai ruang
lingkup SPGDT yaitu RS Sanglah, RS Badung, RS Wangaya, RS Tabanan, dan
RS Gianyar. Jadwal SPGDT yaitu 09.00 WITA, 16.00 WITA, dan 21.00 WITA,
dan hal-hal apa saja yang dilakukan ketika roundtable SPGDT antara lain:
mengecek personil tenaga kesehatan serta driver, ambulance, ketersediaan

25

ruangan, ketersediaan VAR dan ada tidaknya bencana agar apabila terjadi
bencana, tim SPGDT bisa mengarahkan tim di lapangan untuk merujuk ke
rumah sakit.
16.00 Melakukan roundtable di ruang lingkup SPGDT Pusdalops PB Prov
Bali
1. RS Sanglah
Operator : dr. Elfrida
Ambulan : 3 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 9 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
2. RS Wangaya
Operator : Gek Is
Ambulan : 5 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD 4, Kls I 4, II 4, III 6, VIP 1, ICU 2, HCU 3, ICCU 2,
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
3. RS Badung
Operator : Anik
Ambulan : 7 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 3 org
Ruangan : Kls I 2, II 9, III 7, VIP 2, ICU 1, BOX 4
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
4. RS Gianyar
Operator : Kadek
Ambulan : 3 unit

26

Personil : dr. 2 org Prwt : 5 org Sopir : 1 org


Ruangan : Ruangan Full
Var : nihil (-) Kebencanaan : nihil (-).
5. RS Tabanan
Operator : Septian Adi
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 8 org Sopir : 2 org
Ruangan : Ruangan full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
17.00 Melakukan penjaagan Pos di kantor Pusdalops PB Prov. Bali.
20.00 Operan dengan rekan jaga malam mengenai kondisi SPGDT dan situasi
4

Kamis, 24

saat jaga sore.


JAGA PAGI

November 2016

08.00 Menerima operan dari rekan jaga malam. Rekan melaporkan tentang

Pukul 08.00-14.00
WITA
Tempat Tugas :
SPGDT

kondisi dan situasi di SPGDT saat dinas pagi.


09.00 Melakukan roundtable di ruang lingkup SPGDT Pusdalops PB Prov
Bali
1. RS Sanglah
Operator : dr. Eka
Ambulan : 3 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 7 org Sopir : 1 org
Ruangan : Kls I, II 3, III 7, ICU 3.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
2. RS Wangaya

27

Operator : Endang
Ambulan : 5 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD 2, Kls I 1, III 6, VIP 2, ICU 2, ICCU 2,
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
3. RS Badung
Operator : Anik
Ambulan : 7 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 3 org
Ruangan : Kls I 1, II 4, III 8, BOX 4, PICU 2
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
4. RS Gianyar
Operator : Ketut
Ambulan : 3 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 6 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : nihil (-) Kebencanaan : nihil (-).
5. RS Tabanan
Operator : Angga
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 8 org Sopir : 2 org
Ruangan : Ruangan full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
11.00 Melakukan mobiling di wilayah ambulan I ( Teuku Umar, Imam
Bonjol, Sunset Road, Sesetan, Panjer dan sekitarnya) Melakukan penjaagan Pos
di kantor Pusdalops PB Prov. Bali.
14.00 Operan dengan rekan jaga sore mengenai kondisi dan situasi jaga pagi.

28

Jumat, 25

JAGA MALAM

November 2016

13.30

Pukul 20.00

Menerima operan dari rekan dinas pagi. Rekan dinas pagi melakukan
Round table dan mencatat hasil round table serta melakukan diskusi

08.00 WITA

dengan dr. Komang Arya mengenai evakuasi pasien, hasil diskusi yaitu:
a. Evakuasi adalah kegiatan pemindahan korban dari lokasi bencana ke

Tempat Tugas :

wilayah yang lebih aman untuk mendapatkan pertolongan


b. Tujuan evakuasi :

SPGDT

1. Menyelamatkan jiwa seseorang


2. Mencegah terjadinya kecacatan
3. Membantu proses penyembuhan
4. Memindahkan korban ke tempat yang fasilitasnya lebih memadai
c. Prinsip Evakuasi :
1. Memakai APD (Alat Perlindung Diri)
2. Evakuasi di lakukan jika mutlak perlu
3. Menggunakan teknik yang cepat dan tepat
4. Jangan membuat cedera lebih banyak
5. Penolong harus memiliki fisik yang prima
d. Alat-alat evakuasi :
1. Scoop stretcher
2. Ambulance stretcher

29

3. Long Spinal Board


4. Stretcher chair
5. Kursi
6. Sheet Stretcher
7. Basket Stretcher
e. Teknik evakuasi :
1. 1 orang penolong : Tarikan bahu , tarikan lengan, tarikan selimut,
tarikan kaki (ankle drag), menggendong ( Piggy back carry dan
honey moon carry) , Memapah (Human Cruth), firefighter carry
2. 2 orang penolong : Two handed seat, Extremity lift
3. 3 orang penolong : Direct Ground Lift (Penolong di satu sisi)
f. Evakuasi pasien dengan menggunakan chair stretcher yang dilakukan
dengan dua orang penolong , fungsi dari chair stretcher adalah alat
evakuasi yang di gunakan untuk melewati tangga.
g. Evakuasi pasien menggunakan tandu ( 5 orang penolong )
Mekanismenya :
Pasien (curiga cedera tulang belakang, fraktur servikal) di pindahkan
dengan teknik Log Roll ( 3 orang penolong yang berada di badan, 1
orang penolong bertugas fiksasi kepala , 1 orang bertugas memasang

30

LSB). Pada saat proses evakuasi , 1 orang penolong bertugas fiksasi


kepala, 2 orang penolong berada disisi kanan dan 2 orang penolong
14.30

berada di sisi kiri korban.


Melakukan diskusi dengan Drs. IGM jaya Serataberana, M.Si tentang
penulisan laporan praktik mahasiswa di BPBD. Penulisan laporan harus
lengkap dan ada 5W+1H.

15.00 Menanyakan kepada staf siapa penanggung jawab yang bertugas di


SPGDT.
15.30 Stand by di Pusdalops untuk menunggu jika ada panggilan di wilayah
ambu IV
17.00 Mengobservasi teman yang melakukan kegiatan round table SPGDT
yaitu Dayu Ari dan Merry di wilayah RS Sarbagita melalui telepon. Hasilnya:
6. RS Sanglah
Operator : dr. Eka
Ambulan : 3 unit
Personil : dr. 2org Prwt : 7 org Sopir : 1 org
Ruangan : I 1, II 2, III 7.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
7. RS Wangaya
Operator : Gek Is
Ambulan : 5 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 2 org

31

Ruangan : UGD 4, Kls I 4, II 4, III 6, VIP 1, ICU 2, HCU 3, ICCU 2,


NICU 1, PICU 1, PERI 7
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
8. RS Badung
Operator : Anik
Ambulan : 7 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 3 org
Ruangan : Kls I 2, II 9, III 7, VIP 2, ICU 1, BOX 4
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
9. RS Gianyar
Operator : Kadek
Ambulan : 3 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 5 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : nihil (-) Kebencanaan : nihil (-).
10. RS Tabanan
Operator : Septian Adi
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 8 org Sopir : 2 org
Ruangan : Ruangan full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
17.30 Stand by di Pusdalops untuk menunggu jika ada panggilan di wilayah
ambu IV
19.30 Melakukan operan dengan rekan dinas malam yaitu Hendra Jaya
sesuai dengan apa yang sudah ditulis diatas.

32

Sabtu, 26

JAGA PAGI

November 2016
Pukul 08.00 14.00WITA
Tempat Tugas :
Ambulans I
7

Minggu, 27

JAGA MALAM

November 2016
Pukul 20.00 08.00WITA
Tempat Tugas :
Ambulans I
MINGGU KE II
6

Senin, 28
November 2016

1. Menerima operan dari teman yang sebelumnya bertugas di Ambulance III


yaitu Sri Wahyuni mengenai tugas-tugas Ambulance III. Ambulance III

33

Pukul 14.00 - 20.00

merupakan Tim Ambulance Titik 1 ( Posko Induk di UPT Pusdalops PB)

WITA

wilayah kerjanya : Dentim, Denut, Densel , Sanur, Gatsu, Ubung, dan

Tempat Tugas :
Ambulans III

sekitarnya. Ambulance III untuk saat ini tidak melakukan Mobiling.


2. Melakukan kegiatan bersih-bersih dan pengecekan alat-alat kesehatan di
masing-masing Ambulance. Bersih-bersih dilakukan di Ambulance II, III,
IV mulai dari menyapu, merapikan tempat obat-obatan dan peralatan
kesehatan. Adapun alat-alat kesehatan yang dicek adalah :
a. Alat-alat pemasangan infus yang terdiri dari Abocath, infus set, torniket,
cairan infus (NaCl 0,9% dan Ringer Laktat)
b. Alat Pelindung Diri yang terdiri dari handscoon dan masker
c. Alat-alat pembebasan airway, yaitu OPA dan suction.
d. Alat-alat pemberian bantuan nafas yang terdiri dari Bag Valve Mask,
Nasal Kanul, Simple Mask, Oksigen)
e. Spalk, neck collar, head imobilitation
f. Alat-alat evakuasi yang terdiri dari brankard, scoop stretcher, dan long
spine board
g. Alat-alat pengukuran

tanda-tanda

vital,

yaitu

stetoskop

dan

Spigmomanometer raksa.
h. Kotak emergency yang berisi epinefrin dan hecting set
i. Tas hitam yang berisi obat-obatan dan tas merah berisi set rawat luka
(NaCl 0,9%, betadine, gaas steril, verban, hipapix)

34

Selasa, 29
November 2016
Pukul 08.00 14.00 WITA
Tempat Tugas :
Ambulans III

1. Melakukan kegiatan bersih-bersih dan pengecekan alat-alat kesehatan di


masing-masing Ambulance. Bersih-bersih dilakukan di Ambulance II, III, IV
mulai dari menyapu, merapikan tempat obat-obatan dan peralatan kesehatan.
Adapun alat-alat kesehatan yang dicek adalah :
a. Alat-alat pemasangan infus yang terdiri dari Abocath, infus set, torniket,
cairan infus (NaCl 0,9% dan Ringer Laktat)
b. Alat Pelindung Diri yang terdiri dari handscoon dan masker
c. Alat-alat pembebasan airway, yaitu OPA dan suction.
d. Alat-alat pemberian bantuan nafas yang terdiri dari Bag Valve Mask,
Nasal Kanul, Simple Mask, Oksigen)
e. Spalk, neck collar, head imobilitation
f. Alat-alat evakuasi yang terdiri dari brankard, scoop stretcher, dan long
spine board
g. Alat-alat pengukuran

tanda-tanda

vital,

yaitu

stetoskop

dan

Spigmomanometer raksa.
h. Kotak emergency yang berisi epinefrin dan hecting set
i. Tas hitam yang berisi obat-obatan dan tas merah berisi set rawat luka
(NaCl 0,9%, betadine, gaas steril, verban, hipapix)
2. Observasi dan asistensi dr. Luh Aryanthini saat menangani pasien di Ruang
Dokter, Pasien perempuan bernama Ny. S berusia 50 tahun datang dengan
keluhan lemas (+), kaki gatal dan kesemutan. Pasien mengatakan anggota
keluarganya ada yang memiliki riwayat penyakit DM yaitu Ayah dan Ibu

35

pasien. Dokter mengukur tekanan darah pasien hasil pemeriksaan tekanan


darah 120/80 mmHg. Pasien tidak diberikan obat , pasien diberikan KIE oleh
8

Rabu, 30

dokter untuk cek gula darah ke puskesmas 2.


1.
Melakukan kegiatan bersih-bersih dan pengecekan

November 2016

alat-alat kesehatan di masing-masing Ambulance. Bersih-bersih dilakukan di


Ambulance II, III, IV mulai dari menyapu, merapikan tempat obat-obatan

Pukul 20.00

dan peralatan kesehatan. Adapun alat-alat kesehatan yang dicek adalah :


a. Alat-alat pemasangan infus yang terdiri dari Abocath, infus set, torniket,

08.00 WITA

cairan infus (NaCl 0,9% dan Ringer Laktat)


b. Alat Pelindung Diri yang terdiri dari handscoon dan masker
c. Alat-alat pembebasan airway, yaitu OPA dan suction.
d. Alat-alat pemberian bantuan nafas yang terdiri dari Bag Valve Mask,

Tempat Tugas :
Ambulans III

Nasal Kanul, Simple Mask, Oksigen)


e. Spalk, neck collar, head imobilitation
f. Alat-alat evakuasi yang terdiri dari brankard, scoop stretcher, dan long
spine board
g. Alat-alat pengukuran

tanda-tanda

vital,

yaitu

stetoskop

dan

Spigmomanometer raksa.
h. Kotak emergency yang berisi epinefrin dan hecting set
i. Tas hitam yang berisi obat-obatan dan tas merah berisi set rawat luka
2.

(NaCl 0,9%, betadine, gaas steril, verban, hipapix)


Diskusi bersama salah satu anggota TRC ( Astama)
mengenai pemberian BHD dan pengenalan alat AED

36

BHD adalah pertolongan yang diberikan kepada korban (hentinafas atau


jantung) pertama kali berupa nafasbuatan dan pijatan jantung luar
tanpamenggunakan alat-alat kesehatan, dan dapat dilakukan oleh orang
awam.

Defibrillator eksternal otomatis/automated external defibrillator (AED)


merupakan perangkat portable kejutan listrik melalui dada ke jantung.
Kejutan listrik yang dihasilkan dari AED dapat menghentikan ritme yang
tidak beraturan/irregular dan diharapkan dengan demikian mampu
mengembalikan irama normal jantung pada kasus-kasus sudden cardiac
arrest/ serangan jantung mendadak.

Serangan jantung mendadak adalah penurunan tiba-tiba dari fungsi


jantung . Jika tidak ditangani dalam beberapa menit , dapat dengan cepat
menyebabkan kematian, karena kurangnya suplai darah ke seluruh organ
dan bagian tubuh. Sebagian besar kasus serangan jantung mendadak
merupakan akibat dari fibrilasi ventrikel jantung . Fibrilasi ventrikel
merupakan kejadian dimana irama jantung tidak sinkron sehingga
mengakibatkan jantung memompa tidak seperti seharusnya melainkan
bergetar (fibrilasi) atau berkontraksi sangat cepat, sehingga jantung tidak
dapat terisi dan terpompa akibat kontraksi yang terlalu cepat dari

37

bilikjantung (ventrikel). Dalam keadaan demikian jantung harus segera


di de-fibrilasi, karena kesempatan hidup korban menurun 7 sampai 10
persen untuk setiap menit jika detak jantung normal tidak dikembalikan.
d

Cara menggunakan AED :


Pada saat dibuka dan dihidupkan, maka akan muncul suara instruksi dari
AED. AED akan menginstruksikan untuk menelfon EMS (Emergency
medical service) yaiu 119, setelah menelfon akan muncul instruksi
selanjutnya untuk melakukan resusitasi jantung paru dengan cara
mengkompresi dada diantara kedua papilla mamae (putting susu) dengan
kedalaman 5-6 cm pada orang dewasa sebanyak 30 kali yang akan
dilanjutkan dengan instruksi untuk melakukan pernafasan bantuan
sebanyak dua kali dari mulut ke mulut, selanjutnya alat akan
menginstruksikan untuk memasang padz dari AED di dada kanan secara
vertical dan di dada kiri bawah secara horizontal, selanjutnya alat akan
medeteksi apakah jantung perlu di defibrilasi, jika iya maka alat akan
menginstruksikan untuk menekan tombol kejutan, namun sebelum
menekan tombol, harus dipastikan bahwa tidak ada orang yang sedang
kontak atau memegang korban agar tidak tersengat listrik yang dialirkan
AED.

38

Jumat, 02

1.

Desember 2016

Melakukan kegiatan bersih-bersih dan pengecekan


alat-alat kesehatan di masing-masing Ambulance. Bersih-bersih dilakukan di
Ambulance II, III, IV mulai dari menyapu, merapikan tempat obat-obatan

Pukul 14.00

dan peralatan kesehatan. Adapun alat-alat kesehatan yang dicek adalah :


a. Alat-alat pemasangan infus yang terdiri dari Abocath, infus set, torniket,

20.00 WITA

cairan infus (NaCl 0,9% dan Ringer Laktat)


b. Alat Pelindung Diri yang terdiri dari handscoon dan masker
c. Alat-alat pembebasan airway, yaitu OPA dan suction.
d. Alat-alat pemberian bantuan nafas yang terdiri dari Bag Valve Mask,

Tempat Tugas :
Ambulans III

Nasal Kanul, Simple Mask, Oksigen)


e. Spalk, neck collar, head imobilitation
f. Alat-alat evakuasi yang terdiri dari brankard, scoop stretcher, dan long
spine board
g. Alat-alat pengukuran

tanda-tanda

vital,

yaitu

stetoskop

dan

Spigmomanometer raksa.
h. Kotak emergency yang berisi epinefrin dan hecting set
i. Tas hitam yang berisi obat-obatan dan tas merah berisi set rawat luka
(NaCl 0,9%, betadine, gaas steril, verban, hipapix)
9

Sabtu, 03
Desember 2016
Pukul 08.00

2.
1.

Melakukan

kegiatan bersih-bersih dan

pengecekan alat-alat kesehatan di masing-masing Ambulance. Bersih-bersih


dilakukan di Ambulance II, III, IV mulai dari menyapu, merapikan tempat
obat-obatan dan peralatan kesehatan. Adapun alat-alat kesehatan yang dicek

39

14.00 WITA

adalah :
a. Alat-alat pemasangan infus yang terdiri dari Abocath, infus set, torniket,

Tempat Tugas :

cairan infus (NaCl 0,9% dan Ringer Laktat)


b. Alat Pelindung Diri yang terdiri dari handscoon dan masker
c. Alat-alat pembebasan airway, yaitu OPA dan suction.
d. Alat-alat pemberian bantuan nafas yang terdiri dari Bag Valve Mask,

Ambulans III

Nasal Kanul, Simple Mask, Oksigen)


e. Spalk, neck collar, head imobilitation
f. Alat-alat evakuasi yang terdiri dari brankard, scoop stretcher, dan long
spine board
g. Alat-alat pengukuran

tanda-tanda

vital,

yaitu

stetoskop

dan

Spigmomanometer raksa.
h. Kotak emergency yang berisi epinefrin dan hecting set
i. Tas hitam yang berisi obat-obatan dan tas merah berisi set rawat luka
(NaCl 0,9%, betadine, gaas steril, verban, hipapix)
2.

40

3.2 Dokumentasi kegiatan

41

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Bencana terjadi hanya karena tidak terkelolahnya resiko. Pengelolaan
resiko harus merupakan bagian integral dari pembangunan. Resiko memiliki
dua prasyarat utama yakni ancaman (hazard) dan kerentanan/kerapuhan
(vulnerabilities/fragilities). Management Pembangunan haruslah mampu
mengintegrasikan management resiko bencana dan sebaliknya, management
resiko bencana merupakan bagian dari upaya menuju pembangunan
berkelanjutan.
4.2 Saran
Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang
menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga,
moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya
merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap
bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi
efisiensi. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan manajemen logistik dan
peralatan dapat berjalan secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan
baik.

Daftar Pustaka
Ika.P. 2015. Perihal. Dalam (https://ikafkmuj12.wordpress.com/perihal/) diakses
pada tanggal 8 Mei 2016.
Ismayanti. Pengantar Pariwisata. Grasindo. Jakarta,2009
Jatna Supriatna, Melestarikan Alam Indonesia. IKAPI. Jakarta,2008

42

James J. Spillane. Pariwisata Indonesia: Sejarah dan Prospeknya.


Kanisius. Jakarta,1987
Oka A Yoety,Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya
Paramita. Jakarta, 1997
Eka.

2015.

Pengurangan

Risiko

Bencana.

(:http://www.ecoflores.org/id/pengurangan+risiko+bencana/)

Dalam
diakses

pada tanggal 8 Mei 2016

LEMBAR PENGESAHAN
Denpasar, 11 Desember 2016

43

Kepala UPT.Pusdalops. PB

Mahasiswa

BPBD Provinsi Bali

Drs. I G M Jaya Serataberana, M.Si

Ni Wayan Intan Afsari Dewi

Pembina Tk. 1

NIM. P07120213016

NIP. 19610217 198603 1 020

Pembimbing Akademik / CT

_______________________________
NIP.

44

Anda mungkin juga menyukai