DOSEN PENGAMPU:
LILIS FEBRIYANTI, M.Farm.Apt
KELOMPOK 3:
ANI SRI HANDAYANI
(141550004)
(141550005)
(141550014)
(141550026)
A. Latar Belakang
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan terletak
dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberikan perlindungan
maksimal dan sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Penyakit mata dapat
dibagi menjadi 4 yaitu: infeksi mata,iritasi mata,mata memar dan glaucoma.
Mata mempunyai perthanan terhadap infeksi karena secret mata mengandung
enzim lisozim yang menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu
mengeliminasi organisme dari mata. Obat mata dikenal terdiri atas beberapa
bentuk sediaan dan mempunyai mekanisme kerja tertentu. Obat mata dibuat
khusus. Salah satu sediaan mata adalah obat tetes mata. Obat tetes mata ini
merupakan obat yang berupa larutan atau suspensi steril yang digunakan secara
lokal pada mata.
Yang dimaksudkan sebagai obat tetes mata (opthalmika) adalah tetes mata
(oculoguttae), salep mata (oculenta),pencuci mata (collyria) dan beberapa
bentuk pemakaian khusus (lamela dan penyemprot mata) serta inserte sebagai
bentuk depo, yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka.
Obat mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal,
dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi setelah
berlangsungnya penetrasi bahan obat, dalam jaringan yang umumnya disekitar
mata. Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia, sehingga sediaan
obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam. Tetes mata harus efektif dan
tersatukan secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak merangsang) dan steril
(Voigt, 1995). Karena mata merupakan organ yang paling peka dari manusia
maka pembuatan larutan untuk obat mata membutuhkan perhatian khusus
dalam hal toksisitas bahan obat, kebutuhan akan dapar ( larutan penyangga),
kebutuhan akan bahan pegawet, sterilitas dan kesaman yang tepat. Hal-hal
berkaitan dengan syarat tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam laporan ini.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memperoleh mengenai preformuasi suatu zat aktif dan
membuat serta mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat.
2. Mahasiswa mampu membuat formulasi dan mengetahui proses pembuatan
sediaan tetes mata. Neomisin Sulfat serta melakukan evaluasi sediaan tetes
mata Neomisin Sulfat.
BAB II
DASAR TEORI
A. Teori Singkat
Obat mata (Guttae Opthalmicae) adalah sediaan steril berupa larutan
atau suspensi digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada
selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Sediaan ini
diteteskan kedalam sebagai antibakterial,anastetok,midriattik,miotik dan
antiinflamasi.
Sediaan tetes mata kecuali dinyatakan lain dibuat dengan salah satu
cara berikut:
1. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa yang mengandung salah
satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan
larutan dijernihkan dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah,
tutup wadah dan sterilkan dengan Cara Sterilisasi A yang tertera pada
Injectiones.
2. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa berair yang mengandung
salah satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok
dan larutan disterilkan dengan Cara Sterilisasi C yang tertera pada
Injectiones, masukkan ke dalam wadah secara aseptik dan tutup rapat.
3. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa berair yang mengandung
salah satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok
dan larutan dijernihkan dengan
pembuatan
obat
mata
ini
perlu
diperhatikan
mengenai
sediaan
yang
tersatukan,
maka
kita
perlu
h. Pewadahan
Wadah untuk larutan mata, larutan mata sebaiknya dibuat dalam
unit kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang
lebih kecil. A botol 7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk
penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil memperpendek
waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah
pemaparan kontaminan. Botol lastic untuk larutan mata juga dapat
digunakan.Meskipun beberapa botol lastic untuk larutan mata telah
dimunculkan dalam pasaran, mereka masih melengkapi dan yang
terbaik adalah untuk menulis secara langsung produksi untuk
menghasilkan informasi teknik dalam perkembangan terakhir.
Tipe wadah yang biasa digunakan untuk tetes mata adalah vertikal
dilipat ambar atau gelas botol hijau layak dengan tutup bakelite yang
membawa tube tetes dengan sebuah pentil dan kemampuan untuk
ditutup sebagaimana untuk menahan mikroorganisme. Sifat-sifat yang
penting sebagai berikut :
1) Mereka (wadah) dilengkapi dengan uji untuk membatasi alkali
gelas. Copper (1963) menunjukkan bahwa kadang-kadang
botol dapat dibebasalkalikan tetapi tube tetes tidak. Ini dapat
dicontohkan oleh tetes mata fisostigmin dalam larutan dalam
botol tidak berwarna tetapi pada tube tetes berwarna merah
muda.
2) Mereka melindungi isi bahan terhadap cahaya. Banyak bahan
obat sensitif terhadap cahaya.
3) Mereka mempunyai segel yang memuaskan. Norton (1963)
menunjukkan test warna.
4) Pentil karet atau pentil dari bahan-bahan lain adalah penyerap
dan sebaiknya dijenuhkan dengan pengawet yang digunakan
dalam larutan mata dimana mereka digunakan.
penggunaan
larutan
mata.
Penggunaan
wadah
kecil
terjadi
sehingga
rasa
perih
akibat
hipertonisitas
hanya
E. Evaluasi
Evaluasi yang seharusnya dilakukan pada larutan obat tetes mata
adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi fisika: pH, volume sediaan dalam wadah, bahan partikulat,
uji kebocoran, uji kejernihan dan warna.
2. Evaluasi kimia: penetapan kadar, identifikasi
3. Evaluasi biologis: Uji sterilitas, uji pirogen, uji endotoksin bakteri.
BAB III
METODE KERJA
R/ Neomisin Sulfat
Benzalkonium Klorida
Sodim Metabisulfit
API
A. Praformulasi
1. Neomisin Sulfat
Neomisin sulfat adalah garam sulfat dari neomisin zat yang
antibakteri dihasilkan oleh pertumbuhan streptomcyces fradiae waksman
atau familia streptomycetocene, atau campuran dari dua atau lebih bentuk
garam.
Mempunyai potensi setara dengan tidak kurang 600g neomisin per
mg dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
a. Rumus Molekul
b. Sinonim
:Neomicyn Sulphate
c. Bobot molekul
: 614,6
d. Pemberian
e. pH
f. Inkompabilitas
: 5,0- 7,5
:Tidak bercampur dengan subtansi anionik
dalam larutan,
g. Kestabilan
Neomisin
sulfat
dapat
juga
dipanaskan
pada suhu 110 C selama 10 jam atau
selama
sterilisasi terjadi perubahan warna.
Neomisin cukup stabil pada pH 2,0-9,0
h. Kelarutan
i. Organoleptis
j. Dosis
k. Farmakologi
konjungtivita
dan
otitis
media
l. Cara Penggunaan
2. Benzalkonium Klorida
a. Organoleptis
Warna
Putih
atau
Putih
kekuningan
-
Bau
Rasa
dan
Biasanya
b. Kelarutan
c. Stabilitas
d. Inkompabilitas
fluoresin,
H2O2,HPMC,
f. Konsentrasi
Dalam
sediian
preparat
mata,
benzalkonium
Klorida digunakan
sebagai pengawet
h. Wadah
:Dinatrium Prosulfit
b. Rumus Molekul
: NaHSO3
c. Bobot Molekul
: 104,07
d. Pemberian
e. Kelarutan
f. Stabilitas
g. Inkompabilitas
h. pH
:-
i. Kegunaan
: Anti Oksidan
j. Konsentrasi
k. Penyimpanan
: 0,01-1%
: Simpan pada tempat yang tertutup rapat
dan kering, terlindung dari cahaya.
4. API
a. Nama Lain
b. Rumus Molekul
c. Kelarutan
d. Stabilitas
e. Fungsi
5. NaCl
a. Nama lain
: Natrium Klorida
b. Rumus molekul
: Nacl
c. Bobot molekul
: 58,44
d. Pemerian
e. Kelarutan
bagian
gliserol
f. Stabilitas
g. Inkompabilitas
B. Perhitungan
a. Membuat satu sediaan obat tetes mata sebanyak 5 mL.
Formulasinya
R/ Neomisin Sulfat
Benzalkonium Klorida
0,5% x 5 = 0,025 g
0,02% x 5 = 0,001 g
Sodim Metabisulfit
0,1 % x 5
= 0,005 g
API
100% x 5
= 5mL
ad
E0,5 = 0,14
Benzalkonium Klorida
E0,5 = 0,18
Sodim Metabisulfit
E0,5 = 0,70
API ad
5mL
b. Perhitungan Ekivalensi
Nama zat
Neomisin Sulfat
Benzalkonium
Ekivalensi
0,14
0,18
%
0,5
0,02
Jumlah ( % x ekivalensi)
0,07
0,0036
Klorida
Sodium
0,70
0,1
0,07
Metabisulfit
Total
0,1436
2. Penambahan volume 10 % =
5mL + 0,5 mL = 5,5 mL
10
100
x 5 mL = 0,5 mL
D. Penimbangan Bahan
=
5,5
5
2. Benzalkonium Klorida =
5,5
5
1. Neomisin Sulfat
3. Sodium Metabisulfit
5,5
5
4. NaCl
5,5
5
a. Volume terpindahkan:
Karena sediaan ini bersifat cairan maka volume terpindahkan menurut
Farmakope Indonesia Edisi IV adalah 2%
b. Volume yang akan dibuat 5 mL
Maka 2% x 5 mL =0,1mL
jadi 5mL + 0,1 mL = 5,1 mL
g. Kaca Arloji
h. Kertas Saring
i. Kertas pH
j. Pinset
k. Pipet Tetes
l. Spatula
2. Bahan :
a. Neomisin
b. Sodium Metabisulfit
27,5 mg
5,5 mg
c. Benzalkonium Klorida
1,1 mg
d. API
5,5 mL
F. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Timbang semua bahan.
3. Siapkan API
4. Dilakukan sterilisasi aseptis,dimana alat-alat yang akan digunakan
disterilkan dalam autoklaf dan oven selama 30 menit.
5. Larutkan bahan aktif dan zat tambahan, yaitu neomisin sulfat dan sodium
metabisulfit dengan API secukuonya sampai larut.
6. Setelah larut, homogen lalu ditambahkan pengawet benzalkonium klorida
lalu di cek pH nya.
7. Saring larutan denga kertas saring yang telah di bilas dengan API
sebelumnya dan di tampung kedalam gelas ukur.
8. Tambahkan sisa API
9. Pindahkan sediaan kedalam wadah tetes mata
10. Sterilkan sediaan menggunakan autoklaf 121C selama 15 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil obat Tetes Mata
Keterangan
Neomisin Sulfat
Hasil sediaan sebelum diberi etiket dan diberi tanda ketika
habis di kalibrasi
B. Pembahasan
Sediaan tetes mata merupakan larutan steril, dimana dalam pembuatannya
memerlukan pertimbangan yang tepat terhadap pemilihan formulasi sediaan,
seperti penggunaan bahan aktif, pengawet, isotonitas, dapar, viskositas dan
pengemasan yang cocok. Sediaan yang dibuat pada formulasi penggunakan
bahan aktif Neomicin Sulfat.
Neomicin Sulfat merupakan antibiotik aminoglikosida yang digunakan
sebagai terapi topikal untuk mengobati infeksi bakteri pada konjungtivitis dan
otitis media. Digunakan bentuk garam dari Neomicin ini, agar dapat mudah
larut dalam pembawa air. Obat tetes mata sebaiknya dalam bentuk larutan agar
dapat dengan mudah berpenetrasi dan bercampur dengan cairan lakrimal mata.
Neomicin Sulfat bersifat bakterisi dengan menembus dinding bakteri dan
mengikat diri pada ribosom dalam sel. Penggunaan sebagai antibiotik pada
infeksi mata biasanya (0,35% - 0,5%)
Pada formulasi yang dibuat digunakan beberapa bahan tambahan yaitu:
seperti API, Benzalkonium klorida, Sodium bisulfat, dan NaCl. Karena
komponen terbesar dari sediaan adalah air dan obat tetes mata yang dibuat
dalam volume 5 mL, sehingga pemakaiannya berulang, maka pengawet sangat
diperlukan. Benzalkonium adalah pengawet yang paling umum digunakan
untuk sediaan obat mata karena aman, stabilitas pada rentang yang luas dan
keefektivannya sebagai antimikroba. Selain itu, ditambahkan pula Sodium
bisulfit untuk mencegah oksidasi terhadap Neomicin dan pada saat sterilisasi
dengan menggunakan autoklaf
Sediaan tetes mata juga harus isotonis dengan cairan air mata. Setelah
dihitung keekivalensian tiap bahan terhadap NaCl 0,9% sebagai standar larutan
yang isotonis, maka dalam formulasi harus ditambahkan NaCl. Cara sterilisasi
yang digunakan adalah sterilisasi akhir dengan autoklaf pada suhu 1150C,
namun pada praktikum ini dikarenakan keterbatasan alat serta ruang yang tidak
memadai jadi kami tidak melakukan sterilisasi secara akhir ataupun aseptis.
Langkah awal yang dilakukan dalam proses pembuatan sediaan tetes mata
adalah menyiapkan alat dan bahan, kemudian membuat larutan API bebas CO2
dan O2 dengan cara aquadest didihkan kemudian dibiarkan selam 30 menit,
kemudian timbang zat aktif Neomicin dan zat tambahan Benzalkonium dan
Sodium bisulfit, kemudian Neomicin dan Benzalkonium dilarutkan dengan
sebagian API, lalu bilas kaca arloji dengan API. Sodium bisulfit dilarutkan
dengan sebagian API, kemudian bilas kaca arloji dan aduk ad homogen.
Setelah itu, basahi kertas saring yang akan digunakan, lalu kalibrasi wadah
untuk kemudian sediaan dimasukan ke dalam wadah yang telah dikalibrasi,
catat volume larutan. Pada saat melakukan volume terpindahkan terjadi
kurangnya ketelitian dan kehati-hatian praktikan sehingga volume yang didapat
tidak sesuai dengan yang seharusnya 5 mL sedangkan yang didapatkan hasil
yaitu hanya 4,8 mL.
Larutan hasil dari penyaringan kemudian dilakukan evaluasi yaitu
pengecekan pH. pH larutan sediaan yang kami buat didapatkan nilai pH
sebesar 5 sedangkan pH mata seharusnya yaitu 7,4 terjadinya perubahan pH
yang signifikan dikarenakan beberapa faktor,salah satunya yaitu:
1. Konsentrasi gas dalam API
2. Temperatur
Solusinya untuk menaikan pH menjadi 7 adalah dengan menggunakan
larutan penyangga (dapar), dimana larutan dapar yag biasa digunakan adalah
dapar:
1. Dapar Natrium Asetat Asam borat, kapasitas daparnya tinggi dalam
daerah asam
2. Dapar fosfat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah alkalis
BAB V
KESIMPULAN
Sediaan tetes mata merupakan larutan steril, dimana dalam pembuatannya
memerlukan pertimbangan yang tepat terhadap pemilihan formulasi sediaan,
seperti penggunaan bahan aktif, pengawet, isotonitas, dapar, viskositas dan
pengemasan yang cocok. Sediaan yang dibuat pada formulasi penggunakan
bahan aktif Neomicin Sulfat.
Neomicin Sulfat merupakan antibiotik aminoglikosida yang digunakan
sebagai terapi topikal untuk mengobati infeksi bakteri pada konjungtivitis dan
otitis media. Digunakan bentuk garam dari Neomicin ini, agar dapat mudah
larut dalam pembawa air.
Benzalkonium adalah pengawet yang paling umum digunakan untuk
sediaan obat mata. Sediaan tetes mata juga harus isotonis dengan cairan air
mata. Setelah dihitung keekivalensian tiap bahan terhadap NaCl 0,9% sebagai
standar larutan yang isotonis, maka dalam formulasi harus ditambahkan NaCl.