Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik yang diampu oleh Ns. FA.
Muji Raharjo, S. Kep
Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
(2520142439)
(2520142456)
(2520142465)
(2520142468)
A. Latar Belakang
Dalam melakukan pengkajian keperawatan klien yang diduga atau yang mengalami
gangguan sistem endokrin mungkin akan mengalami kesulitan, dikarenakan gambaran klinis
yang sangat bervariasi. Namun apabila dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami
dengan baik fisiologi dari setiap hormon maka kesulitan akan dapat dihindarkan. Informasi
dikumpulkan dari klien maupun dari keluarga tentang riwayat penyakit dan kesehatan yang
akan menjadi dasar pemeriksaan fisik dan perencanaan keperawatan. Perawat
mengidentifikasi respons klien terhadap perubahan yang aktual serta mendiskusikan
kemungkinan tindakan diagnostik dan rencana pengobatan. Penggabungan data fisik,
psikososial, dan diagnostik sebagai pengkajian yang komprehensif.
Pengkajian sistem endokrin bersifat menyeluruh terhadap semua sistem tubuh, karena efek
hormon bekerja secara sistemik. Pengkajian pada sistem endokrin meliputi data biografi,
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik. Pengkajian keperawatan
merupakan bagian yang sangat penting untuk dapat mengidentifikasi penyakit dan
menentukan diagnosa keperawatan yang selanjutnya merencanakan intervensi keperawatan.
B. Tujuan
Adapun tujauan kami menulis makalah ini adalah untuk:
1. Dapat mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik pada gangguan sistem endokrin.
2. Dapat melakukan asuhan keperawatan setelah melakukan pemeriksaan fisik.
3. Untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen.
C. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan fisik pada gangguan sistem
endokrin..?
2. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada gangguan sistem endokrin..?
BAB II
PEMBAHASAN
Provokatif, Paliatif (apa yang memperberat dan apa yang memperingan gejala), perawat bisa
menanyakan hal-hal apa saja yang bisa memperberat gejala, dan hal-hal yang bisa
memperingan gejala.
Region, Radiasi, misalnya perawat menanyakan dimana lokasi/letak dari rasa nyeri yang
dialami klien? Apakah nyeri yang dirasakan menyebar ke tempat lain? Apakah mengganggu
dalam aktivitas sehari-hari?
Scale, contohnya menanyakan berapa skala nyeri yang dialami oleh klien?. Skala nyeri ini
juga dapat dibuat rentang tersendiri oleh perawat yang mengkaji keluhan nyeri.
Time, misalnya perawat menanyakan kapan keluhan nyeri dirasakan oleh klien. Apakah pagi
hari, siang hari, ataukah malam hari.
c.
d.
e.
f.
g.
hipotiroid, penyakit jantung. Pengobatan yang telah diberikan, serta pembedahan yang pernah
dialami.
Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya amenore, bulu rambut tidak
tumbuh, buah dada tidak berkembang dan lain-lain.
Berat badan yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan
dan lain-lain.
Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensiif, sulit bergaul dan tidak mampu
berkonsentrasi, dan lain-lain.
Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan kejadiannya. Bila klien dirawat
beberapa kali, urutkan sesuai dengan waktu kejadiannya.
Selain itu perlu juga memperoleh informasi tentang penggunaan obat-obatan di saat sekarang
dan masa lalu. Penggunaan obat-obatan ini mencakup obat yang diperoleh dari dokter atau
petugas kesehatan maupun obat-obatan yang diperoleh secara bebas. Jenis obat-obatan yang
mengandung hormon atau yang dapat merangsang aktivitas hormonal seperti hidrokortison,
levothyroxine, kontrasepsi oral, dan obat-obatan anti hipertensif.
Riwayat kesehatan keluarga dan resiko genetik
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang
dialami klien atau ganguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan gangguan
hormonal. Tanyakan tentang riwayat obesitas keluarga, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan, diabetes, infertilitas, penyakit tiroid, adakah penyakit herediter
hemokromatosis, dan riwayat penyakit addison.
Dalam mengidentifikasi informasi ini, tentunya perawat harus sudah dapat menerjemahkan
informasi yang ingin diketahui dengan bahasa yang sederhana dan dimengerti oleh
klien/keluarga.
Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga, harus disertai dengan genogram.
Riwayat diit
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja mencerminkan
gangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan makan yang salah dapat menjadi faktor
penyebab, oleh karena itu kondisi berikut ini perlu di kaji:
Adanya nausea, muntah, dan nyeri abdomen.
Penurunan atau penambahan berat badan yang drastis.
Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan.
Pola makan dan minum sehari-hari.
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi endokrin seperti
makanan yang bersifat goitrogenik terhadap kelenjar tiroid.
Status sosial ekonomi
Karena status sosial ekonomi nerupakan aspek yang sangat peka bagi banyak orang maka
hendaknya dalam mengidentifikasi kondisi ini perawat melakukannya bersama-sama dengan
klien. Menghindarkan pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan
melainkan lebih di fokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu. Mendiskusikan
bersama-sama bagaiman klien dan keluarganya memperoleh makanan yang sehat dan bergizi,
upaya mendapatkan pengobatan bila klien dan keluarganya sakit dan upaya mempertahankan
kesehatan klien dan keluarga tetap optimal dapat mengungkapkan keadaan sosial ekonomi
klien dan menyimpulkan bersama-sama merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan
penafsiran.
Pengkajian psikososial dan gaya hidup
Dilakukan dengan mengkaji toleransi klien terhadap stres dan pola koping, stressor di rumah
atau tempat kerja, kesempatan istirahat dan rekreasi, hubungan dengan keluarga, support
system, kerja sama keluarga dalam perawatan, kebiasan sepertimerokok, latihan, diet, dan
pola tidur.
Perawat juga mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan
serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit. Sejumlah gangguan endokrin yang
serius mempengaruhi persepsi klien terhadap dirinya sendiri oleh karena perubahanperubahan yang menyangkut perubahan fisik, fungsi seksual, reproduksi, dan lain-lain yang
mempengaruhi konsep dirinya. Kemampuan klien dan keluarga dalam memberi perawatan di
rumah termasuk penggunaan obat-obatan yang biasanya dapat berlangsung lama perlu dikaji.
C. Pola Fungsi Kesehatan
Pola pemenuhan nutrisi:
Mengkaji tinggi badan dan berat badan.
Apakah ideal antara berat badan dan tinggi badannya, berapa yang diinginkan berat
badannya.
Apakah ada perubahan BAK, BAB, lebih dari normal? BAK sering pada malam hari.
Gambaran diri: sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Identitas diri: ciri-ciri atau keadaan seseorang yang berbeda dengan orang lain.
a.
g.
h.
i.
j.
Peran diri: sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat.
Ideal diri: persepsi individu tentang bagaimana dirinya harus berperilaku dan bertindak
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu.
Harga diri: pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya.
Pola peran-hubungan:
Mengkaji bagaimana hubungan sosial klien dengan keluarga ataupun lingkungan sekitarnya.
Pola seksualitas:
Apakah sudah menikah, mempunyai anak?
Pola hubungan seksual, kepuasan dalam hubungan seksual.
Adakah perubahan hasrat seksual?
Adakah perubahan menstruasi?
Bagaimana kemampuan ereksi?
Pola mekanisme koping:
Apakah mempunyai stressor?
Bagaimana mengatasi stressor?
Bagimana support system yang dilakukan?
Pola nilai dan kepercayaan:
Menanyakan nilai dan kepercayaan yang dianut oleh klien, dan kebiasaan klien dalam hal
mendekatkan diri kepada sang pencipta.
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan tehnik inspeksi, palpasi, auskultasi untuk
mendapatkan data objektif. Pemeriksaan fisik pada sistem endokrin bersifat menyeluruh,
namun manifestasi klinik akan sangat membantu dalam memfokuskan pemeriksaan fisik.
Insfeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan, keseimbangan cairan dan elektrolit, seks dan reproduksi,
metabolisme dan energi. Berbagai perubahan fisik dapat berhubungan dengan satu atau lebih
gangguan endokrin, oleh karena itu dalam melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap
berpedoman pada pengkajian yang komprehensif dengan penekanan pada gangguan
hormonal tertentu dan dampaknya terhadap jaringan sasaran dan tubuh secara keseluruhan.
Jadi menggunakan pendekatan head-to-toe saja atau menggabungkannya dengan pendekatan
sistem, kedua-duanya dapat digunakan.
Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak kelemahan berat, sedang,
dan ringan, serta sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh. Pada pemeriksaan wajah,
fokuskan pada abnormalitas struktur bentuk dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang
dan bibir. Pada mata amati adanya edema periorbita dan exoptalmus serta apakah ekspresi
wajah datar atau tumpul. Amati lidah klien terhadap kelainan bentuk dan penebalan, ada
tidaknya tremor pada saat diam atau bila digerakkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada
gangguan tiroid.
Di daerah leher, amati bentuk leher, apakan leher tampak membesar, simetris atau tidak.
Pembesaran leher dapat disebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan untuk meyakinkannya
perlu dilakukan palpasi. Distensi atau bendungan pada vena jugularis dapat mengindikasikan
kelebihan cairan atau kegagalan jantung. Amati warna kulit (hiperpigmentasi atau
hipopigmentasi) pada leher, apakah merata dan catat lokasinya dengan jelas bila dijumpai
kelainan pada kulit leher lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang lain di tubuh sekaligus.
Infeksi jamur, penyembuhan yang lama, bersisik, dan ptechiae lebih sering dijumpai pada
klien dengan hiperfungsi adrenokortikal. Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut dijumpai
pada klien hipofungsi kelenjar adrenal. Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit tampak pada
hipofungsi kelenjar adrenal sebagai akibat destruksi melanosit di kulit oleh proses autoimun.
Hipopigmentasi biasa terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas. Penumpukan masa otot yang
berlebihan pada leher bagian belakang yang biasa disebut bufflow neck atau leher/punuk
kerbau dan terus sampai daerah klavikula sehingga klien tampak seperti bungkuk, terjadi
pada klien hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk dan ukuran dada, pergerakan dan
simetris tidaknya.
Ketidakseimbangan hormonal khususnya hormon seks akan menyebabkan perubahan tanda
seks sekunder, oleh sebab itu amati keadaan rambut aksila dan dada. Pertumbuhan rambut
yang berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme. Pada buah dada amati
bentuk dan ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi dan adanya pengeluaran cairan. Striae pada
buah dada atau abdomen sering dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal. Bentuk abdomen
cembung akibat penumpukan lemak centripetal dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.
Pada pemeriksaan genitalia, amati kondisi skrotum dan penis juga klitoris dan labia terhadap
kelainan bentuk.
Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui rabaan. Pada kondisi
normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat diraba dengan mengadakan kepala
klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji ukuran, nodul tunggal atau multipel,
apakah ada rasa nyeri pada saat dipalpasi. Pada saat dilakukan pemriksaan, klien duduk atau
berdiri sama saja namun untuk menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi duduk. Untuk
hasil yang lebih baik, dalam melakukan palapasi pemeriksaan berada dibelakang klien
dengan posisi kedua ibu jari perawat dibagian belakang leher dan keempat jari-jari lain ada
diatas kelenjar tiroid.
Palpasi testes dilakukan denganm posisi tidur dan tangan perawat harus dalam keadaan
hangat. Perawat memegang lembut dengan ibu jari dan dua jari lain, bandingkan yang satu
dengan yang lainnya terhadap ukuran atau besarnya simetris tidaknya, konsistensi dan ada
tidaknya nodul. Normalnya testes teraba lembut, peka terhadap sinar dan kenyal seperti karet.
Auskultasi
Mendengar bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dapat menggambarkan berbagai
perubahan dalam tubuh. Auskultasi pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat
mengidentifikasi bruit. Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada
pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar. Dapat
diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak
peningkatan aktivitas kelenjar tiroid.
Auskultasi dapat pula dilakukan untuk menidentifikasi perubahan pada pembuluh darah dan
jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung yang dapat menggambarkan gangguan
keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan metabolisme tubuh.
a.
Selain dengan tehnik di atas, pemeriksaan fisik juga dilakukan dengan memeriksa keadaan
fisik klien dengan cara head-to-toe:
Tanda vital seperti pernapasan, suhu, tekanan darah dan nadi. Adanya perubahan tanda vital
sering terjadi misalnya pada pasien dengan hipertiroid, hipotiroid yang berakibat pada
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah sakit. Tidak
dapat dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan perawatan. Validitas dari hasil pemeriksaan
diagnostik sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang
digunakan serta pemeriksaannya sendiri. Dua hal pertama menjadi tugas dan tanggung jawab
perawat. Oleh karena itu pemahaman perawat terhadap berbagai pemeriksaan diagnostik
yang dilakukan pada klien sangatlah menentukan keberhasilannya. Begitu halnya pada klien
yang diduga atau yang menderita gangguan sistem endokrin, pemahaman perawat yang lebih
baik tentang berbagai prosedur diagnostik yang lazim sangatlah diharapkan.
a. Pemeriksaan diagnostik pada kelenjar hipofise
1. Foto tengkorak (cranium)
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak
dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan
prosedur sangatlah penting.
2.
2.
3.
4.
5.
6.
c.
1.
2. Percobaan Elworth-Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis posfor yang dipengaruhi oleh parathormon.
3. Percobaan Kalsium intravena
Percobaan ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum kalsium akan
menekan pembentukan parathormon. Normal bila pospor serum dan pospor diuresis
berkurang. Pada hiperparatiroid, pospor serum dan pospor diuresis tidak banyak berubah.
Pada hipoparatiroid, pospor serum hampir tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis
meningkat.
4. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya klasifikasi tulang, penipisan,
dan osteoporosis. Pada hipotiroid, dapat dijumpai klasifikasi bilateral pada dasar tengkorak.
Densitas tulang bisa normal atau meningkat. Pada hipertiroid, tulang menipis, terbentuk kista
dalam tulang serta tuberculae pada tulang.
5. Pemeriksaan Electrocardiogram (ECG)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menidentifikasi kelainan gambaran EKG akibat perubahan
kadar kalsium serum terhadap otot jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang
Q-T yang memanjang sedangkan pada hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal.
6. Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot akibat perubahan
kadar kalsium.
d. Pemeriksaan fungsi korteks adrenal
1. Pemeriksaan hematologi
Kadar kortisol, pengukuran dilakukan pada saat tertentu misalnya pada pagi atau sore hari,
untuk menilai fungsi kortek adrenal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari antara jam 6.00
8.00 dan menurun pada malam hari. Nilai normal pada jam 8.00 : 5-23
g/dl pada jam
16.00 : 3-13
g/dl.
Serum ACTH, untuk mengetahui fungsi pituitari anterior. Nilai normal pada pagi hari kurang
dari 80 pg/ml dan sore hari kurang dari 50 pg/ml.
Serum renin assay, untuk membantu mendiagnosa adanya hiperaldosteronisme primer atau
sekunder. Pemeriksaan ini untuk mengukur renin yang diproduksi di apparatus
juxtaglomerulus sebagai respon menurunnya aliran darah ke ginjal. Nilai normal dengan
pembatasan sodium usia 20-30 tahun ; 2,9 24 ng/dl/jam, usia lebih dari 40 tahun : 2,9-10,8
ng/ml/jam. Pada diet normal sodium nilsi normal pada usia 20-30 tahun : 0,1-4,3 ng/ml/jam
dan usia lebih dari 40 tahun : 0,1-3 ng/ml/jam.
2. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan kortisol urin, mengukur kadar kortisol dan fungsi korteks adrenal. Kadar
kortisol dan fungsi stress, aktivitas dan obat-obatan. Nilai normal : <100
g/ 24 jam.
e.
f.
1.
2.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem endokrin yang dilakukan dengan
cara:
a. Keluhan utama
Terdiri dari keluhan utama nonspesifik dan keluhan utama spesifik.
b. Riwayat penyakit sekarang
Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta
bantuan pelayanan seperti menanyakan persepsi pasien tentang penyakitnya, mulai
kapan tanda dan gejala muncul, jika ada nyeri bagaimana karakteristik nyerinya,
penyebarannya, upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi penyakitnya.
c. Riwayat penyakit yang pernah dialami dan riwayat keperawatan klien
Perawat perlu mencatat riwayat penyakit yang pernah dialami oleh pasien selain
yang dialami sekarang
d. Riwayat kesehatan keluarga dan resiko genetic
e. Riwayat diit
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja
mencerminkan gangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan makan yang
salah dapat menjadi faktor penyebab
f. Status sosial ekonomi
Karena status sosial ekonomi nerupakan aspek yang sangat peka bagi banyak orang
maka hendaknya dalam mengidentifikasi kondisi ini perawat melakukannya
bersama-sama dengan klien.
g. Pengkajian psikososial dan gaya hidup
Dilakukan dengan mengkaji toleransi klien terhadap stres dan pola koping, stressor
di rumah atau tempat kerja, kesempatan istirahat dan rekreasi, hubungan dengan
keluarga, support system, kerja sama keluarga dalam perawatan,
kebiasan sepertimerokok, latihan, diet, dan pola tidur.
Pola fungsi kesehatan meliputi pola pemenuhan nutrisi, pola eliminasi, pola aktifitas
dan latihan, pola istirahat dan tidur, pola kognitif, persepsi sensori, pola konsep diri,
pola peran hubungan, pola seksualitas, pola mekanisme koping, pola nilai dan
kepercayaan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan tehnik inspeksi, palpasi, auskultasi untuk
mendapatkan data objektif. Pemeriksaan fisik pada sistem endokrin bersifat menyeluruh,
namun manifestasi klinik akan sangat membantu dalam memfokuskan pemeriksaan fisik.
Selain pemeriksaan diatas terdapat pula pemeriksaan diagnostik yang terdiri dari
pemeriksaan diagnostik ada kelenjar hipofise, pemeriksaan diagnostik pada kelenjar tiroid,
B. Saran
Demikianlah pengkajian yang kami susun ini semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat memberikan pengetahuan lebih tentang pengkajian sistem
endokrin. Kami mengetahui bahwa dalam penyusunan pengkajian ini banyak
kesalahan dan kekurangannya baik dari segi penulisannya, bahasa. Untuk itu saran
dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dapat terciptanya
pengkajian yang baik dan benar yang dapat memberi pengetahuan yang benar untuk
para pembacanya
Daftar Pustaka
Drs. H. Syaifuddin, AMK.2006. Anatomi Fisologi Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC
buku kedokteran EGC
http://eychaema.blogspot.com/p/blog-page_6650.html