Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT SKABIES

Disusun oleh:
1. Civi Wahyu Utami

(470115006)

2. Diah Lusiana Eko Tohari

(470115008)

3. Elita Yuliasari

(470115010)

4. Fitri Kurniawati

(470115013)

5. Mahfudi Insan Kamil

(470115019)

6. Mardiah Tri Listiani

(470115020)

7. Mita Dwi Rahmawati

(470115022)

8. Prastiti Dhewihantari

(470115025)

9. Ririn Anis Saputri

(470115029)

10. Tri Ratnasari

(470115034)

AKADEMI KEPERAWATAN Dr. SOEDONO MADIUN


Jl. Imam Bonjol No. 1 Madiun /Telp: 0351-463310

Tahun 2015/2016KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang penyakit
skabies dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah
mungkin ada sedikit hambatan, namun berkat bantuan dukungan dari temanteman serta bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis
juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan
dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca makalah ini. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami
mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Madiun, Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................3
2.1 Pengertian...........................................................................................3
2.2 Etiologi (Penyebab)............................................................................4
2.3 Klasifikasi...........................................................................................5
2.4 Patofisiologi........................................................................................9
2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................10
2.6 Pemeriksaan Penunjang....................................................................10
2.7 Asuhan Keperawatan........................................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................19
3.1 Kesimpulan.......................................................................................19
3.2 Saran.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Parasit adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya.
Manusia adalah tuan rumah bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam
tubuh atau pada kulit. Parasit ini menggunakan tubuh manusia untuk
mendapatkan makanan dan untuk mereproduksi, dan dalam tawar-menawar
menyebabkan masalah kesehatan manusia yang terinfeksi. Parasit terdapat di
seluruh dunia dan banyak orang menderita infeksi parasit kulit. Sebagai
contoh, sekitar 6 untuk 12 juta orang di seluruh dunia mendapatkan kutu
setiap tahun dan di Amerika Serikat. Banyak penyakit kulit yang disebabkan
oleh parasit contohnya yaitu scabies.
Skabies adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh kuman
Sarcotes scabie yaitu seperti tungau yang memparasitkan diri pada kulit
manusia yang mengakibatkan rasa gatal pada kulit dan menimbulkan papul,
vesikel bahkan menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit. Insidensnya di
Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di
Jawa Barat.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih
banyak kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga
fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar dan
meningkatkan kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan
spiritual, psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan
memberikan penyuluhan kesehatan terhadap penderita sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga yang
nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun komplikasi yang
mungkin muncul dari skabies tersebut.

1.2Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari penyakit skabies?
b. Apa etiologi (penyebab) dari penyakit skabies?
c. Apa saja klasifikasi dari penyakit skabies?
1

d.
e.
f.
g.

Bagaimana patofisiologi dari penyakit skabies?


Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit skabies?
Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit skabies?
Bagaimana asuhan keperawatan dari klien skabies?

1.3Tujuan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Untuk mengetahui pengertian dari penyakit skabies.


Untuk mengetahui etiologi (penyebab) dari penyakit Skabies.
Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Skabies.
Untuk mengetahui patofisiologi penyakit Skabies.
Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit Skabies.
Untuk mengatahui pemeriksaan penunjang penyakit Skabies.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien Skabies.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian
Skabies (gudik = the itch) adalah penyakit kulit akibat infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei jenis manusia dan produknya pada tubuh
(Siregar, 2004).
Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes
Scabiei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung
(Marwali Harahap, 2000).
Skabies adalah erupsi kulit yang disebabkan dan sensitisasi oleh kutu
Sarcoptes Scabiei varian hominis dan bermanifestasi sebagai lesi popular,
pustul, vesikel; kadang-kadang erosi serta krusta, dan terowongan berwarna
abu-abu yang disertai mkeluhan subjektif sangat gatal; ditemukan terutama
pada daerah celah dan lipatan (Farida Tabri, 2003).
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi atau kepekaan terhadap Sarcoptes Scabiei var. huminis (Adhi
Djuanda, 2007).
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya. Penyebab skabies adalah Sarcoptes Scabiei. (Isa Marufi,
Soedjajadi K, Hari B N, 2005).
Jadi secara umum scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras
dan golongan yang ada dimuka bumi ini. Skabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian
hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch,
gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit
menular oleh kutu tuma gatal Sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut
memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan
lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.

2.2Etiologi (Penyebab)

Penyebab utama dari Skabies adalah kutu tungau Sarcoptes Scabiei var.
hominis yang termasuk famili Sarcoptidae dari kelas Arachnida, berbentuk
lonjong, punggungnya cembung, dan bagian perutnya rata. Besar tungau ini
sangat bervariasi, yang betina berukuran kira-kira 0,4 mm x 0,3 mm
sedangkan yang jantan ukuranya lebih kecil 0,2 mm x 0,15 mm.

tungau Sarcoptes Scabiei

Tungau ini translusen dan berwarna putih kotor, pada bagian dorsal
terdapat bulu-bulu dan duri serta mempunyai 4 pasang kaki, bagian anterior 2
pasang sebagai alat untuk melekat sedangkan 2 pasang kaki terakhir pada
betina berakhir dengan rambut. Pada yang jantan pasangan kaki yang ketiga
berakhir dengan rambut dan yang keempat berakhir dengan alat perekat.
(Farida Tabri, 2003).

Tungau membuat terowongan di kulit manusia

Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan


lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan
inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut
menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang

digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu,
penderita mengalami rasa gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002).
Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan
dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.

2.3Klasifikasi
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan
sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa
bentuk tersebut antara lain:
a. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).

Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya


cukup bisa salah di diagnosis. Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul
dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.
b. Skabies incognito.

Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid


sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan
penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan
gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit
lain.
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan
tanda skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan
dengan steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi tambah

hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun
seluler.
c. Skabies nodular

Pada bentuk ini lesi berupa nodul coklat kemerahan yang gatal.
Nodul biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia lakilaki, inguinal dan aksila. Nodul ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas
terhadap tungau scabies.
Pada nodul yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang
ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai
satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan
kortikosteroid.
d. Skabies yang ditularkan melalui hewan.

Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini


berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak
menyerang sela jari dan genitalia eksterna,gejalanya ringandan rasa gatal
kurang. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan
lengan.
Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan
ini bersifat sementara (4 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S.
scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada
manusia. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan
mandi bersih-bersih.
e. Skabies Norwegia.

Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang


luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal.
Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong,
siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.
Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies
Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah
tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia
terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.

f. Skabies pada bayi dan anak.

Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk


seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi
infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000).
g. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus


tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
(Harahap. M, 2000).

2.4Patofisiologi

Pathway Skabies

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi
timbul pada pergelangan tangan.
Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan
ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.
Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul,
vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta,
dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau.

2.5Manifestasi Klinis

a. Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau


berkelok-kelok, panjangnya beberapa milimeter sampai 1 cm, dan pada
ujungnya tampak vesikula, papula, atau pustula.
b. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian
volar, siku, lipat ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilikus,
abdomen bagian bawah, genitalia eksterna pria. Pada orang dewasa jarang
terdapat dimuka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif,
sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi diseluruh permukaan kulit.
c. Penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies topikal yang
efektif.
d. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota
keluarga menderita gatal, harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada
malam hari disebabkan oleh temperatur tubuh menjadi lebih tinggi
sehingga aktivitas kutu meningkat.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosa skabies perlu dipertimbangkan apabila ditemukan riwayat
gatal, terutama pada malam hari, mungkin juga ditemukan pada anggauta
keluarga yang lain, dan terdapatanya lesi polimorf terutama pada tempat
predileksi. Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau dengan
pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan berbagi cara yaitu:
a. Kerokan kulit.
Diteteskan minyak mineral diatas papul atau terowongan baru yang
utuh, kemudian dikerok dengan skalpel steril untuk mengangkat atap papul
atau terowongan yang kemudian dipindahkan ke gelas obyek, ditutupi
dengan kaca penutup dan diperiksa dengan mikroskop. Hasiul potif
apabila tampak tungau telur, larva, nimfa atau skibala pemeriksaan ini
harus dilakukan dengan hati-hati pada bayi dan anak atau penderita nonkooperatif.
b. Mengambil tungau dengan jarum.
Jarum dimasukkan kedalam terowongan pada bagian yang gelap
(kecualai pada orang kulit hitam pada titik yang putih) dan digerakkan
tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat
keluar.
c. Epidermal shave biopsi.
10

Menemukan terowongan atau papul yang dicurigai diantara ibu jari


dan jari telunjuk, dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan skalpel No. 15
yang dilakaukan sejajar dengan permukanan kulit. Biopsi dilakaukan
sangat superfisial sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak perlu
anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas obyek lalu ditetesi minyak
mineral dan diperiksa dengan mikroskop.
d. Kuretai terowongan (Kuret dermal).
Kuretasi superfisial mengikuti sumbu pajang terowongan atau
puncak papul kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah
diletakkan di gelas obyek dan ditetsi minyak mineral.
e. Tes tinta Burrow.
Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus
dengan alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang
karakteristik, berbelok- belok, karena adanya tinta yang masuk. Test ini
tidak sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan pada penderita nonkooperatif.
f. Tetrasiklin topikal.
Larutan terasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai.
Setelah dikeringkan selama lima menit hapus larutan tersebut dengan
isopropilalkohol. Tetrasiklin akan berprestasi ke dalam melalu kerusakan
stratum korneum dan terowongan akan tampak dengan penyinaran lampu
Wood, sebagai garis linier berwarana kuning kehijauan sehingga tungau
dapat ditemukan dengan salah satu cara diatas.
g. Apusan kulit
Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada
lesi dan diangkat dengan gerakan cepet. Selotip kemudian diletakkan
diatas gelas obyek (enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas obyek)
dan diperiksa dengan mikroskop.
h. Biopsi Plong.
Pemeriksaan ini dilakukan apabila tungau dan produknya tidak
dapat ditemukan dengan cara-cara tersebut di atas. Dilakukan pada lesi
yang tidak mengalami ekskrosiasi dan dikerjakan dengan potongan serial.
Kemudian diperiksa dengan teliti untuk menemukan tungau atau
produknya dalam stratum korneum.

2.7Asuhan Keperawatan

11

I.

Pengkajian
a. Biografi Klien

Nama lengkap

Umur

Alamat

Jenis Kelamin

Pekerjaan

Agama

Status

b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang :
1.

Pasien mengeluh gatal

2.

Gatal dirasakan pada malah hari

3.

Gatal terasa memanas

4.

Bengkak pada area yang lama gatal

Riwayat Penyakit Dahulu :


1.

Memiliki alergi tertentu

Riwayat Penyakit Keluarga


1. Anggota keluarga ada/pernah menderita penyakit kulit (kudis,kurap,jamur)
2.

Adanya anggota keluarga yang menderita scabies

c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan kulit,pemeriksaan di
fokuskan pada kulit karena dari kebanyakan kasus peyakit kulit jarang
menggangu sistem sistem pada tubuh. Pengkajian kulit melibatkan seluruh
area kulit, termasuk membrane mukosa, kulit kepala dan kuku. Prosedur
Utama : Inpeksi dan palpasi
Hal hal yang perlu disiapkan:
1. Memerlukan ruangan yang terang dan hangat
2. Penlight dapat digunakan untuk menyinari lesi
3. Pasien dapat melepaskan seluruh pakaianya dan diselimuti dengan benar

12

4. Sarung tangan harus selalu dipakai ketika melakukan pemeriksaan kulit


Tampilan umum yang dikaji :
1. Warna
2. Suhu
3. Kelembaban
4. Kekeringan
5. Tekstur kulit (kasar atau halus)
6. Lesi
7. Vaskularitas
8. Mobilitas
9. Kondisi kuku dan rambut
10. Turgor kulit
11. Edema
12. Elastisitas kulit
d. Pola kebutuhan dasar

Aktivitas / istirahat
Gejala : Aktivitas terhambat karena merasakan nyeri, sulit tidur di malam
hari, terjaga saat malam hari akibat gatal

Integritas ego
Gejala : Masalah antisipasi perubahan pola hidup, reaksi orang lain,
perasaan tidak nyaman, harga diri yang rendah.
Tanda : Ansietas, ketakutan, sensitif, marah,menarik diri.

Seksualitas
Gejala : Masalah tentang keintiman hubungan dengan pasangan (bila
terjadi pada area genital)

Interaksi sosial
Gejala : Masalah yang berhubungan dengan penyakit,masalah tentang
peran dan fungsi,reaksi orang lain,lingkungan dan ganguan
konsep diri.

e. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa skabies perlu dipertimbangkan apabila ditemukan riwayat gatal,
terutama pada malam hari, mungkin juga ditemukan pada anggauta keluarga
yang lain, dan terdapatanya lesi polimorf terutama pada tempat predileksi.

13

Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau dengan pemeriksaan


mikroskop.
II.

Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan utama klien adalah sebagai


berikut :

No
1.

1.
2.
3.

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi (tungau).


Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, gatal.
Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan dalam penampilan

4.
5.

sekunder.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak dan prosedur infasif.

Diagnosa

Tujuan/Kriteria

Intervensi

Keperawatan
Nyeri akut

hasil
Tujuan : Setelah

berhubungan

dilakukan

akurat termasuk

dengan agen

tindakan

lokasi, karakteristik,

cidera biologi

keperawatan

durasi, frekuensi,

(tungau)

selama 2 x 24

kualitas, intensitas

jam,nyeri pasien

atau keparahan nyeri,

berkurang.
KH:

Skala nyeri
yang dirasakan
psien
berkurang
dalam skala 0-

4
Ekspresi
pasien tidak
menahan
nyeri(wajah

1. kaji nyeri dengan

dan factor pencetus.


2. Observasi tanda-tanda
nonverbal terhadap

Rasional
1. Tingkat keparahan
nyeri berkurang.

2. Pasien mampu
berkomunikasi secara
efektif.

ketidaknyamanan,
terutama
ketidakmampuan
dalam komunikasi
secara efektif.
3. Kolaborasikan
pemberian pasien
analgesic.
4. Berikan informasi

3. Spasme otot pasien


turun.
4. Tingkat kecemasan
pasien berkurang.

tentang nyeri, seperti

14

rileks)
TTV dalam

penyebab nyeri,

batas normal :

antisipasi

RR 16-

ketidaknyamanan dari 5. Pasien merasa

24x/menit
TD 100 130

2.

pasien untuk

80mmhg

menyampaikan nyeri

Nadi 60-

yang dirasakan.
6. Observasi TTV klien

Gangguan pola
tidur

dilakukan

berhubungan

tindakan

dengan nyeri,

keperawatan

gatal

selama 2x24 jam


pasien dapat
beristirahat
dengan nyaman
KH:

prosedur.
5. Sampaikan pada

mmhg/60-

100x/menit
Tujuan: Setelah

berapa lama terjadi,

1. Kaji penyebab
ketidaknyaman yang

nyaman.

6. Kondisi pasien stabil

1. Ketidaknyamanan
yang dirasakan pasien

dirasakan pasien.
berkurang.
2. Sampaikan pada klien 2. Kondisi pakaian dan
untuk menjaga

tubuh yang bersih

kebersihan atau

sehingga pasien

mengganti baju jika

merasa nyaman.

akan beristirahat
(malam)/banyak

Pasien dapat

berkeringat.
3. Anjurkan pasien

istirahat 6-8

untuk mengubah

3. Pada saat tidur rasa


nyeri pada pasien
berkurang

jam/Hari
Keluhan

posisi tidur bila dirasa 4. Management waktu


nyeri.
istirahat
gangguan tidur 4. Batasi kunjungan
meningkatkan
menurun
pada saaat jam
Peyebab
kualitas istirahat
istirahat siang dan
ketidak
pasien.
malam pasien.
5. Nyeri yang dirasakan
nyamanan
5. Kolaborasi :
pasien dapat
istirahat dapat
Pemberian analgesic
berkurang serta
teratasi
dan antibiotic
menurunkan spasme
Permethrin 5%, 8-10
otot.
jam bisa diulang 1
minggu Lindane

15

(gama benzene
hexachloride) lotion,
Benzyl benzoat 25%,
Crotamiton,
antihistamin.
6. Kaji pola istirahat
3.

Gangguan citra Tujuan: Setelah

pasien.
1. Peningkatan konsep

6. Pasien dapat
beristirahat dengan
cukup.
1. Menerima kondisi diri

diri

diberikan

diri :

dari pasien dan pasien

berhubungan

tindakan selama 2

Beri dukungan pasien

dapat bersikap

dengan

x 24 jam, pasien

untuk mengetahui

kooperatif.

perubahan

dapatmeningkatka

dan mendiskusikan

berdampak pada

dalam

n self confidence

pemikiran dan

tingkat kooperatif

penampilan

KH:

perasaannya.

klien menerima

sekunder

Pasien
menyatakan
penerimaan
terhadap
kondisi

tubuhnya
Pasien dapat
mengerti dan

2. Bantu pasien untuk


mengidentifikasi

kondisi dirinya.
2. Mengurangi tingkat
kecemasan pasien.

situasi yang mencetus


kecemasan.
3. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
sumber motivasinya.
4. Perhatikan perilaku

3. Meningkatkan rasa
percaya diri pasien.
4. Pasien menerima dan

menerima

menarik diri,

menghargai keadaan

perubahan

membicarakan hal

dirinya.

fisik yang

negative dari diri,

akurat tanpa

menyangkal atau

harga diri

terus menerus melihat

negative

perubahan nyata
(kulit bersisik,

4.

kemeraahan, dsb).
1. Anjurkan pasien

Kerusakan

Tujuan:

1. Kulit pasien tidak

integritas kulit

Diharapkan

menggunakan pakaian

tertekan, sirkulasi

berhubungan

dalam waktu 5 x

yang longgar.

udara lancar.

16

dengan edema

24 jam, pasien
dapat berkurang

untuk menjaga

dan teratasi.

kebersihan kulit agar

KH:

tetap bersih dan

Intergritas
kulit mulai
membaik(lemb
ab,elastic,sens

5.

2. Beritahukan pasien

asi)
Tidak terdapat

lesi pada kulit


Perfusi

Resiko infeksi

jaringan baik
Tujuan: Setelah

berhubungan

dilakukan

dengan

tindakan selama

jaringan kulit

2x24 jam pasien

rusak dan

tidak mengalami

prosedur

resiko infeksi

infasif

KH:

Klien bebas
dari tanda dan

gejala infeksi
Menunjukan

mandi dengan air


hangat dan sabun.
4. Monitor kulit akan
adanya kemerahan.

1. Monitor tanda dan


gejala infeksi.
2. Monitor kerentanan
terhadap infeksi.

daerah perifer,
sehingga edema
berkurang.
4. Kemerahan pada kulit
ditangani.
1. Tanda dan gejala
infeksi dapat segara
ditangani.
2. Mengurangi tingkat
kerentanan terhadap
infeksi.
3. Kesehatan pasien

bila perlu.
4. Jelaskan factor

stabil.
4. Pengetahuan pasien

penyebab penyakit.

untuk menjaga
kesehatan tubuhnya

5. Pertahankan/gunakan
selama prosedur

perilaku hidup

peredaran darah ke

3. Batasi pengunjung

untuk

infeksi
Menunjukkan

3. Memperlancar

pasien dapat segera

teknik septic/ aseptic

timbulnya

informasi pada pasien

kemampuan
mencegah

kering.
3. Mandikan/berikan

2. Kulit pasien lembab.

perawatan.
6. Berikan perawatan
kulit pada area

meningkat.
5. Luka pasien steril,
risiko infeksi
berkurang.
6. Tidak terdapat cairan
pada luka pasien.

epidema.
7. Inspeksi kulit dan

sehat
Klien dapat

membrane mukosa

mendeskripsik

panas.

terhadap kemerahan,

7. Mengurangi tandatanda infeksi.

17

an proses
penularan
penyakit,

8. Inspeksi kondisi luka.


9. Ajarkan cara
menghindari infeksi

factor yang

8. Kondisi luka pasien


bersih.
9. Pasien mengetahui
cara menghindari

mempengaruhi

infeksi.

penularan dan
penatalaksanaa
nnya

BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Scabies adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh tungau
Sarcoptes Scabei. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas
dan edema yang disebabkan oleh garukan. Penularan dapat terjadi melalui
kontak fisik yang erat seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan
seksual, serta dapat juga melalui pakaian dalam, handuk, dan tempat tidur.
Ada 7 pengklasifikasian scabies, yaitu Skabies pada Orang Bersih
(Scabies Of Cultivated), Skabies Incognito, Skabies Nodular, Skabies yang
ditularkan melalui hewan, Skabies Norwegia (Krustosa), Skabies pada bayi
dan anak, Skabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden).

3.2Saran
a. Pengobatan scabies dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan
untuk menghilangkan kutu penyebab scabies dan pemberian antibiotika
jika scabies terinfeksi.
b. Sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan
kepada klien skabies sesuai dengan indikasi penyakit serta dapat
melakukan dengan baik dan benar.

18

DAFTAR PUSTAKA
Siregar, R. 2002. Saripati Penyakit kulit. Jakarta: Buku Kedokteran.
FKUI. 2003. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
http://nursingbegin.com/askep-scabies/ (diakses tanggal 25 Februari 2016).
ithinkeducation.blogspot.co.id/2015/06/skabies-di-dalam-asuhankeperawatan.html?m=1
http://dokumen.tips/documents/asuhan-keperawatan-pasien-skabies-makalah.html
https://mikimikiku.wordpress.com/2013/09/18/asuhan-keperawatan-pada-pasiendengan-scabies/

19

Anda mungkin juga menyukai