PENYAKIT SKABIES
Disusun oleh:
1. Civi Wahyu Utami
(470115006)
(470115008)
3. Elita Yuliasari
(470115010)
4. Fitri Kurniawati
(470115013)
(470115019)
(470115020)
(470115022)
8. Prastiti Dhewihantari
(470115025)
(470115029)
(470115034)
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................3
2.1 Pengertian...........................................................................................3
2.2 Etiologi (Penyebab)............................................................................4
2.3 Klasifikasi...........................................................................................5
2.4 Patofisiologi........................................................................................9
2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................10
2.6 Pemeriksaan Penunjang....................................................................10
2.7 Asuhan Keperawatan........................................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................19
3.1 Kesimpulan.......................................................................................19
3.2 Saran.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Parasit adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya.
Manusia adalah tuan rumah bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam
tubuh atau pada kulit. Parasit ini menggunakan tubuh manusia untuk
mendapatkan makanan dan untuk mereproduksi, dan dalam tawar-menawar
menyebabkan masalah kesehatan manusia yang terinfeksi. Parasit terdapat di
seluruh dunia dan banyak orang menderita infeksi parasit kulit. Sebagai
contoh, sekitar 6 untuk 12 juta orang di seluruh dunia mendapatkan kutu
setiap tahun dan di Amerika Serikat. Banyak penyakit kulit yang disebabkan
oleh parasit contohnya yaitu scabies.
Skabies adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh kuman
Sarcotes scabie yaitu seperti tungau yang memparasitkan diri pada kulit
manusia yang mengakibatkan rasa gatal pada kulit dan menimbulkan papul,
vesikel bahkan menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit. Insidensnya di
Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di
Jawa Barat.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih
banyak kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga
fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar dan
meningkatkan kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan
spiritual, psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan
memberikan penyuluhan kesehatan terhadap penderita sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga yang
nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun komplikasi yang
mungkin muncul dari skabies tersebut.
1.2Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari penyakit skabies?
b. Apa etiologi (penyebab) dari penyakit skabies?
c. Apa saja klasifikasi dari penyakit skabies?
1
d.
e.
f.
g.
1.3Tujuan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian
Skabies (gudik = the itch) adalah penyakit kulit akibat infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei jenis manusia dan produknya pada tubuh
(Siregar, 2004).
Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes
Scabiei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung
(Marwali Harahap, 2000).
Skabies adalah erupsi kulit yang disebabkan dan sensitisasi oleh kutu
Sarcoptes Scabiei varian hominis dan bermanifestasi sebagai lesi popular,
pustul, vesikel; kadang-kadang erosi serta krusta, dan terowongan berwarna
abu-abu yang disertai mkeluhan subjektif sangat gatal; ditemukan terutama
pada daerah celah dan lipatan (Farida Tabri, 2003).
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi atau kepekaan terhadap Sarcoptes Scabiei var. huminis (Adhi
Djuanda, 2007).
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya. Penyebab skabies adalah Sarcoptes Scabiei. (Isa Marufi,
Soedjajadi K, Hari B N, 2005).
Jadi secara umum scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras
dan golongan yang ada dimuka bumi ini. Skabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian
hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch,
gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit
menular oleh kutu tuma gatal Sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut
memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan
lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
2.2Etiologi (Penyebab)
Penyebab utama dari Skabies adalah kutu tungau Sarcoptes Scabiei var.
hominis yang termasuk famili Sarcoptidae dari kelas Arachnida, berbentuk
lonjong, punggungnya cembung, dan bagian perutnya rata. Besar tungau ini
sangat bervariasi, yang betina berukuran kira-kira 0,4 mm x 0,3 mm
sedangkan yang jantan ukuranya lebih kecil 0,2 mm x 0,15 mm.
Tungau ini translusen dan berwarna putih kotor, pada bagian dorsal
terdapat bulu-bulu dan duri serta mempunyai 4 pasang kaki, bagian anterior 2
pasang sebagai alat untuk melekat sedangkan 2 pasang kaki terakhir pada
betina berakhir dengan rambut. Pada yang jantan pasangan kaki yang ketiga
berakhir dengan rambut dan yang keempat berakhir dengan alat perekat.
(Farida Tabri, 2003).
digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu,
penderita mengalami rasa gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002).
Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan
dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
2.3Klasifikasi
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan
sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa
bentuk tersebut antara lain:
a. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun
seluler.
c. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodul coklat kemerahan yang gatal.
Nodul biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia lakilaki, inguinal dan aksila. Nodul ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas
terhadap tungau scabies.
Pada nodul yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang
ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai
satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan
kortikosteroid.
d. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
2.4Patofisiologi
Pathway Skabies
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi
timbul pada pergelangan tangan.
Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan
ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.
Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul,
vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta,
dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau.
2.5Manifestasi Klinis
2.7Asuhan Keperawatan
11
I.
Pengkajian
a. Biografi Klien
Nama lengkap
Umur
Alamat
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Agama
Status
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang :
1.
2.
3.
4.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan kulit,pemeriksaan di
fokuskan pada kulit karena dari kebanyakan kasus peyakit kulit jarang
menggangu sistem sistem pada tubuh. Pengkajian kulit melibatkan seluruh
area kulit, termasuk membrane mukosa, kulit kepala dan kuku. Prosedur
Utama : Inpeksi dan palpasi
Hal hal yang perlu disiapkan:
1. Memerlukan ruangan yang terang dan hangat
2. Penlight dapat digunakan untuk menyinari lesi
3. Pasien dapat melepaskan seluruh pakaianya dan diselimuti dengan benar
12
Aktivitas / istirahat
Gejala : Aktivitas terhambat karena merasakan nyeri, sulit tidur di malam
hari, terjaga saat malam hari akibat gatal
Integritas ego
Gejala : Masalah antisipasi perubahan pola hidup, reaksi orang lain,
perasaan tidak nyaman, harga diri yang rendah.
Tanda : Ansietas, ketakutan, sensitif, marah,menarik diri.
Seksualitas
Gejala : Masalah tentang keintiman hubungan dengan pasangan (bila
terjadi pada area genital)
Interaksi sosial
Gejala : Masalah yang berhubungan dengan penyakit,masalah tentang
peran dan fungsi,reaksi orang lain,lingkungan dan ganguan
konsep diri.
e. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa skabies perlu dipertimbangkan apabila ditemukan riwayat gatal,
terutama pada malam hari, mungkin juga ditemukan pada anggauta keluarga
yang lain, dan terdapatanya lesi polimorf terutama pada tempat predileksi.
13
Diagnosa Keperawatan
No
1.
1.
2.
3.
4.
5.
sekunder.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak dan prosedur infasif.
Diagnosa
Tujuan/Kriteria
Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut
hasil
Tujuan : Setelah
berhubungan
dilakukan
akurat termasuk
dengan agen
tindakan
lokasi, karakteristik,
cidera biologi
keperawatan
durasi, frekuensi,
(tungau)
selama 2 x 24
kualitas, intensitas
jam,nyeri pasien
berkurang.
KH:
Skala nyeri
yang dirasakan
psien
berkurang
dalam skala 0-
4
Ekspresi
pasien tidak
menahan
nyeri(wajah
Rasional
1. Tingkat keparahan
nyeri berkurang.
2. Pasien mampu
berkomunikasi secara
efektif.
ketidaknyamanan,
terutama
ketidakmampuan
dalam komunikasi
secara efektif.
3. Kolaborasikan
pemberian pasien
analgesic.
4. Berikan informasi
14
rileks)
TTV dalam
penyebab nyeri,
batas normal :
antisipasi
RR 16-
24x/menit
TD 100 130
2.
pasien untuk
80mmhg
menyampaikan nyeri
Nadi 60-
yang dirasakan.
6. Observasi TTV klien
Gangguan pola
tidur
dilakukan
berhubungan
tindakan
dengan nyeri,
keperawatan
gatal
prosedur.
5. Sampaikan pada
mmhg/60-
100x/menit
Tujuan: Setelah
1. Kaji penyebab
ketidaknyaman yang
nyaman.
1. Ketidaknyamanan
yang dirasakan pasien
dirasakan pasien.
berkurang.
2. Sampaikan pada klien 2. Kondisi pakaian dan
untuk menjaga
kebersihan atau
sehingga pasien
merasa nyaman.
akan beristirahat
(malam)/banyak
Pasien dapat
berkeringat.
3. Anjurkan pasien
istirahat 6-8
untuk mengubah
jam/Hari
Keluhan
15
(gama benzene
hexachloride) lotion,
Benzyl benzoat 25%,
Crotamiton,
antihistamin.
6. Kaji pola istirahat
3.
pasien.
1. Peningkatan konsep
6. Pasien dapat
beristirahat dengan
cukup.
1. Menerima kondisi diri
diri
diberikan
diri :
berhubungan
tindakan selama 2
dapat bersikap
dengan
x 24 jam, pasien
untuk mengetahui
kooperatif.
perubahan
dapatmeningkatka
dan mendiskusikan
berdampak pada
dalam
n self confidence
pemikiran dan
tingkat kooperatif
penampilan
KH:
perasaannya.
klien menerima
sekunder
Pasien
menyatakan
penerimaan
terhadap
kondisi
tubuhnya
Pasien dapat
mengerti dan
kondisi dirinya.
2. Mengurangi tingkat
kecemasan pasien.
3. Meningkatkan rasa
percaya diri pasien.
4. Pasien menerima dan
menerima
menarik diri,
menghargai keadaan
perubahan
membicarakan hal
dirinya.
fisik yang
akurat tanpa
menyangkal atau
harga diri
negative
perubahan nyata
(kulit bersisik,
4.
kemeraahan, dsb).
1. Anjurkan pasien
Kerusakan
Tujuan:
integritas kulit
Diharapkan
menggunakan pakaian
tertekan, sirkulasi
berhubungan
dalam waktu 5 x
yang longgar.
udara lancar.
16
dengan edema
24 jam, pasien
dapat berkurang
untuk menjaga
dan teratasi.
KH:
Intergritas
kulit mulai
membaik(lemb
ab,elastic,sens
5.
2. Beritahukan pasien
asi)
Tidak terdapat
Resiko infeksi
jaringan baik
Tujuan: Setelah
berhubungan
dilakukan
dengan
tindakan selama
jaringan kulit
rusak dan
tidak mengalami
prosedur
resiko infeksi
infasif
KH:
Klien bebas
dari tanda dan
gejala infeksi
Menunjukan
daerah perifer,
sehingga edema
berkurang.
4. Kemerahan pada kulit
ditangani.
1. Tanda dan gejala
infeksi dapat segara
ditangani.
2. Mengurangi tingkat
kerentanan terhadap
infeksi.
3. Kesehatan pasien
bila perlu.
4. Jelaskan factor
stabil.
4. Pengetahuan pasien
penyebab penyakit.
untuk menjaga
kesehatan tubuhnya
5. Pertahankan/gunakan
selama prosedur
perilaku hidup
peredaran darah ke
3. Batasi pengunjung
untuk
infeksi
Menunjukkan
3. Memperlancar
timbulnya
kemampuan
mencegah
kering.
3. Mandikan/berikan
perawatan.
6. Berikan perawatan
kulit pada area
meningkat.
5. Luka pasien steril,
risiko infeksi
berkurang.
6. Tidak terdapat cairan
pada luka pasien.
epidema.
7. Inspeksi kulit dan
sehat
Klien dapat
membrane mukosa
mendeskripsik
panas.
terhadap kemerahan,
17
an proses
penularan
penyakit,
factor yang
mempengaruhi
infeksi.
penularan dan
penatalaksanaa
nnya
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Scabies adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh tungau
Sarcoptes Scabei. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas
dan edema yang disebabkan oleh garukan. Penularan dapat terjadi melalui
kontak fisik yang erat seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan
seksual, serta dapat juga melalui pakaian dalam, handuk, dan tempat tidur.
Ada 7 pengklasifikasian scabies, yaitu Skabies pada Orang Bersih
(Scabies Of Cultivated), Skabies Incognito, Skabies Nodular, Skabies yang
ditularkan melalui hewan, Skabies Norwegia (Krustosa), Skabies pada bayi
dan anak, Skabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden).
3.2Saran
a. Pengobatan scabies dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan
untuk menghilangkan kutu penyebab scabies dan pemberian antibiotika
jika scabies terinfeksi.
b. Sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan
kepada klien skabies sesuai dengan indikasi penyakit serta dapat
melakukan dengan baik dan benar.
18
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, R. 2002. Saripati Penyakit kulit. Jakarta: Buku Kedokteran.
FKUI. 2003. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
http://nursingbegin.com/askep-scabies/ (diakses tanggal 25 Februari 2016).
ithinkeducation.blogspot.co.id/2015/06/skabies-di-dalam-asuhankeperawatan.html?m=1
http://dokumen.tips/documents/asuhan-keperawatan-pasien-skabies-makalah.html
https://mikimikiku.wordpress.com/2013/09/18/asuhan-keperawatan-pada-pasiendengan-scabies/
19