Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I_PENDAHULUAN......................................................................................................4
1.1

Latar Belakang..........................................................................................................4

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................................5

1.3

Tujuan........................................................................................................................5

BAB II_PEMBAHASAN.......................................................................................................6
2.1.

Definisi penyakit infeksi...........................................................................................6

2.2.

Proses terjadinya penyakit infeksi.............................................................................6

2.3.

Cara-cara penularan infeksi.......................................................................................7

2.4.

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.........................................................8

2.5.

Factor yang mempengaruhi resiko penyakit infeksi..................................................9

2.6.

Konsep pencegahan penakit infeksi..........................................................................9

BAB III_PENUTUP.............................................................................................................12
3.1

Kesimpulan..............................................................................................................12

3.2

Saran........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh

yang menyebabkan sakit (potter & perry 2005). Dalam kamus keperawatan disebutkan
bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh,
khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif,
toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen antibody. Munculnya infeksi dipengaruhi
oleh beberapa factor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak
berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Menurut utama 2006, infeksi adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik loka maupun sistemik.infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat dirumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial.
Media perantara penularan mikroorganisme penyebab infeksi dapat terjadi melalui
cara kontak langsung dengan contohnya melalui cairan mulut dan darah. Kontak tidak
langsung, dapat melalui suatu objek yang tercemar mikroorganisme pathogen, yang
umumnya terjadi karena instrumen yang digunakan tidak steril.
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk
Indonesia.Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas atau
berasal dari lingkungan rumah sakit yang lebih dikenal dengan infeksi nosokomial.
berdasarkanTindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertujuan untuk
perawatan atau penyembuhan pasien bila dilakukan sesuai dengan prosedur tentu tidak akan
menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien atau bahkan pada petuga kesehatan itu
sendiri.
Untuk mengatasi masalah penyakit infeksi tersebut maka perlu dilakukan suatu
tindakan pencegahan penyakit.

Tujuan pencegahan penyakit adalah menghalangi

perkembangan penyakit infeksi dan kesakitan sebelum sempat berlanjut. Sehingga


diharapkan upaya pencegahan penyakit infeksi ini mampu menyelesaikan masalah
kesehatan di masyarakat dan menghasilkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

1.2

Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan penyakit infeksi ?
1.2.2 Bagaimanakah proses terjadinya penyakit infeksi ?
1.2.3 Bagaimana cara penularan penyakit infeksi ?
1.2.4 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi resiko penyakit infeksi ?
1.2.5 Bagaimana konsep pencegahan penyakit infeksi ?

1.3

Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi penyakit infeksi.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya penyakit infeksi.
1.3.3 Untuk mengetahui cara-cara penularan infeksi.
1.3.4 Untuk mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi resiko penyakit infeksi.
1.3.5 Untuk mengetahui konsep pencegahan penakit

BAB II
KONSEP DASAR PENCEGAHAN PENYAKIT INFEKSI
2.1.

Definisi penyakit infeksi


Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan
bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga
faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen), faktor
manusia atau pejamu (host), dan faktor lingkungan.

2.2.

Proses terjadinya penyakit infeksi


Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka akan berinterksi dengan

mikroba patogen yang secara alamiah akan melewati 4 tahap :


1. Tahap Rentan
Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif sehat namun peka atau labil,
disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit seperti umur,
keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dan lain-lain. Faktor
predisposisi tersebut mempercepat masuknya mikroba patogen untuk berinteraksi
dengan pejamu.
2. Tahap Inkubasi
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen mulai bereaksi, namun tanda
dan gejala penyakit belum tampak. Saat mulai masuknya mikroba patogen ke
tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakit disebut inkubasi.
Masa inkubasi satu penyakit berbeda dengan penyakit lainnya, ada yang hanya
beberapa jam, dan ada pula yang bertahun-tahun.
3. Tahap Klinis
Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat memunculkan tanda
dan gejala penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan secara
bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan. Penderita
masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Jika bertambah parah, penderita
sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan penyakit dapat berakhir dengan 5 alternatif, yaitu:
a. Sembuh sempurna
Penderita

sembuh

secara

sempurna,

artinya

bentuk

dan

fungsi

sel/jaringan/organ tubuh kembali seperti sedia kala.


b. Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan. Cacat
dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat social

c. Pembawa ( carrier )
Perjalanan penyakit

seolaholah

berhenti,

ditandai

dengan

menghilangnya tanda dan gejalan penyakit. Pada kondisi ini agen penyebab
penyakit masih ada, dan masih potensial sebagai sumber penularan.
d. Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau
tidak berubah.
e. Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsifungsi organ.
2.3.

Cara-cara penularan infeksi


1. Transmisi Langsung
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari pejamu.
Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya droplet nuclei
saat bersin, batuk, berbicara atau saat transfusi darah dengan darah yang
terkontaminasi mikroba patogen.
2. Transmisi Tidak Langsung
Penularan mikroba patogen yang memerlukan media perantara baik berupa
barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vector.
a. Vehicle Borne
Sebagai media perantara penularan adalah barang/bahan yang terkontaminasi
seperti

peralatan

makan,

minum,

alat-alat bedah/kebidanan, peralatan

laboratorium, peralatan infus/transfusi.


b. Vektor Borne
Sebagai media perantara adalah vektor (serangga) yang memindahkan mikroba
patogen ke pejamu adalah sebagai berikut:
Cara Mekanis
Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum mikroba patogen, lalu
hinggap pada makanan/minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke
saluran cerna pejamu.
Cara Bologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami
perkembangbiakkan

dalam

tubuh

vektor/serangga,

siklus

selanjutnya

mikroba dipindahkan ke tubuh pejamu melalui gigitan.


c. Food Borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif untuk
menyebarnya mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui saluran cerna.
d. Water Borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif, terutama untuk
kebutuhan rumah sakit adalah mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek fisik,

kimiawi, dan bakteriologis diharapkan terbebas dari mikroba patogen sehingga


aman untuk dikonsumsi. Jika tidak, sebagai media perantara, air sangat mudah
menyebarkan mikroba patogen ke pejamu, melalui pintu masuk saluran cerna
atau yang lainnya.
e. Air Borne
Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap orang, namun adanya udara yang
terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dideteksi. Mikroba
patogen dalam udara masuk ke saluran nafas pejamu dalam bentuk droplet
nuclei

yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau bersin, bicara atau

bernafas, melalui mulut atau hidung. Sedangkan debu merupakan partikel yang
dapat terbang bersama partikel lantai/tanah. Penularan melalui udara ini
umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam
gedung, ruangan/bangsal/kamar perawatan, atau pada laboratorium klinik.
2.4.

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


a. vaksinasi Hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin).
b. Inaktivasi agen penyebab infeksidapat dilakukan dengan metode fisik maupun
kimiawi. Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi.
c. Memutus rantai penularanmerupakan cara yang paling mudah untuk mencegah
penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya sangat bergantung kepada ketaatan
petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan.Tindakan
pencegahan ini telah disusun dalam suatu Kewaspadaan Isolasi yang terdiri dari
dua pilar/ tingkatan yaitu Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan berdasarkan
cara penularan
d. Tindakan pencegahan paska pajanan (Post Exposure Prophylaxis/PEP) terhadap
petugas kesehatan dimana Hal ini berkaitan dengan pencegahan agen infeksi
yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya yang sering terjadi
karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu
mendapat perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis C dan HIV.

2.5.

Factor yang mempengaruhi resiko penyakit infeksi.

2.6.

Konsep pencegahan penakit infeksi


A. Pengertian Penyakit Infeksi
Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan
kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksakan secara rutin pada saat
menolong persalinan dan kelahiran bayi,saat memberikan asuhan dasar selama
kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat menatalaksana
penyulit. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi
ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya.

Juga upaya-upaya menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme


yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya (Wiknjosastro, G, 2008).
B. Prinsip-Prinsip Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi yang efektif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut :
1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala)
2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi
3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan
telah bersentuhan dengan kulit tak utuh/selaput mukosa atau darah, harus diangap
terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses
pencegahan infeksi secara benar.
4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses
dengan benar, maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi.
5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang
benar dan konsisten. (Wiknjosastro, G, 2008)
C. Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi
Ada berbagai praktek pencegahan infeksi yang membantu mencegah mikroorganisme
berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu, bayi baru lahir, dan para penolong
persalinan) sehingga dapat memutus rantai penyebar infeksi, penatalaksanaan pencegahan
infeksi antara lain sebagai berikut :
1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
3. Menggunakan tekhnik asepsis atau aseptik
4. Memproses alat bekas pakai
5. Menangani peralatan tajam dengan aman
6. Mengelola sampah medik,menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.

Secara detil dapat dijelaskan sebagai berikut :


1) Cuci tangan
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan penyebaran
infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Cuci
tangan harus dilakukan :
a. Segera setelah tiba ditempat kerja
b. Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu atau bayi baru lahir
c. Setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir
d. Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
e. Setelah melepaskan sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau robekan
sarung tangan)
f. Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau
cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa ( misalnya hidung,
mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang menggunakan sarung tangan

g. Setelah kekamar mandi


h. Sebelum
pulang
kerja
Prosedur cuci tangan :
1. Lepaskan perhiasan ditangan dan pergelangan tangan.
2. Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.
3. Gosok dengan kuat kedua tangan, gunakan sabun biasa atau yang
mengandung anti mikroba selama 15 sampai 30 detik (pastikan
menggosok sela sela jari). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih
lama.
4. Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir.
5. Biarkan tangan kering dengan cara diangin anginkan atau keringkan
dengan kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
6. Bila menggunakan sabun padat (misalnya sabun batangan), gunakan dalam
potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun dalam wadah yang berlubanglubang untuk mencegah air menggenangi sabun tersebut
7. Jangan mencuci tangan dengan jalan mencelupkannya ke dalam wadah
berisi air meskipun air tersebut sudah ditambah larutan antiseptik.
Mikroorganisme

dapat

bertahan

hidup dan berkembang biak dalam

larutan tersebut.
8. Bila tidak tersedia air mengalir :
9. Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup pada saat mencuci
tangan dan dibuka kembali jika akan membilas.
10. Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir.
11. Minta orang lain menyiramkan air ke tangan.
12. Gunakan pencuci tangan yang mengandung anti mikroba berbahan
dasar alkohol (campurkan 100 mL 60-90% alkohol dengan 2 mL gliserin.
Gunakan kurang lebih 2 mL dan gosok kedua tangan hingga kering, ulangi
tiga kali).
13. Keringkan tangan anda dengan handuk bersih dan kering. Jangan
menggunakan handuk yang juga digunakan oleh orang lain. Handuk basah/
lembab adalah tempat yang baik untuk mikroorganisme berkembang biak.

14. Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan,
kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah atau jamban di kamar
mandi. (Wiknjosastro, G, 2008).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai