Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberi kesempatan kepada kami untuk dapat menyusun laporan hasil tutorial
skenario 2 yang berjudul Dental Porselen. Pembuatan makalah ini didasarkan
pada hasil pelaksanaan tutorial yang menggunakan metode seven jump. Laporan
ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VII pada skenario
kedua.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. drg. Pudji Astuti, M.Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya
diskusi tutorial kelompok VII Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember dan memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu
yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih mengandung banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan sehingga dapat digunakan untuk menyempurnakan laporan berikutnya.
Yang terakhir semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
SKENARIO..........................................................................................................iii
STEP 1: Identifying Unfamiliar Words......................................................1
STEP 2: Rumusan Masalah.........................................................................2
STEP 3: Brainstorming................................................................................3
STEP 4: Mapping.........................................................................................6
STEP 5: Learning Objective........................................................................7
STEP 6: Self Study.......................................................................................8
STEP 7: Generalisation................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
ii
SKENARIO 2: PORSELEN
Seorang wanita usia 31 tahun, pekerjaan guru, datang ke RS. Gigi dan
Mulut Universitas Jember dengan keluhan ingin memperbaiki gigi depan rahang
atas yang patah akibat jatuh. Pada pemeriksaan intra oral didapatkan gigi 21 patah
lebih dari 1/3 mahkota gigi, tidak sakit dan tidak goyang. Gambaran rontgenologi
mahkota gigi 21 patah belum mengenai pulpa dan tidak ada kelainan jaringan
periodontal. Pasien meminta dokter gigi untuk merawat gigi tersebut agar bisa
kembali seperti semula, baik bentuk maupun warnanya. Akhirnya dokter gigi
memutuskan untuk dibuatkan mahkota jaket pada gigi 21 menggunakan bahan
porselen. Agar pasien tidak kecewa terhadap hasil perawatan, maka dokter gigi
juga menerangkan kelebihan dan kekurangan dari dental porselen, termasuk:
komposisi, sifat, klasifikasi, jenis, manipulasi, dan dental porselen modern. Hal ini
yang menyebabkan perawatan ini mahal dan lama.
iii
STEP 1
IDENTIFYING UNFAMILIAR WORD
1. Porselen
material anorganik non metal yang bahannya terdiri dari kaolin, feldspar,
kuarsa dan pigmen. Digunakan untuk restorasi bentuk gigi asli, inlay,
onlay, gigi buatan protesa, bahan ini dibakar dengan suhu tinggi.
Pembuatannya dengan dicor, dibentuk dan disuntikkan, estetis tinggi
karena sewarna gigi, dan sifat korosinya rendah.
2. Mahkota jaket
restorasi gigi yang telah dipreparasi untuk sebagian gigi atau semua gigi.
Dapat terbuat dari akrilik, porselen, dan logam akan tetapi pada logam
jarang digunakan.
STEP 2
RUMUSAN MASALAH
1.
Komposisi apa yang terdapat pada porselen yang menyebabkan porselen bisa
2.
sewarna gigi?
Mengapa dokter memilih porselen? Apa kelebihan dan kekurangan dari
porselen?
3. Bagaimana perbedaan dental porselen modern dan konvensional ?
4. Apa perbedaan porselen dan keramik?
5. Jenis porselen apa yang cocok digunakan pada gigi 21?
6. Apa saja klasifikasi dari porselen?
7. Apa saja syarat porselen yang dapat digunakan?
8. Mengapa perawatan porselen tergolong prawatan mahal dan lama?
9. Apa alasan dokter pada pasien dibuatkan mahkota jaket?
10. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari porselen?
STEP 3
BRAINSTORMING
1.
2.
Kelebihan
Estetika tinggi karena ada pigmen, sehingga warna bisa disesuaikan
dengan warna gigi.
Tidak terpengaruh cairan rongga mulut
Kekuatan dan kekerasan baik
Biokompatibel
Tidak iritatif
Tahan lama
Insulator panas yang baik
Stabil terhadap pengaruh kontraksi dan ekspansi
Permukaan halus sehingga mencegah perlekatan plak dan mengurangi
insidensi karies
Kekurangan
Harganya mahal
Porositas tinggi
Mudah rapuh
Sukar diasah
Kekerasan terhadap fraktur rendah
Diskolorisasi pada tepi porselen
Pada gigi sulung sulit karena ruang pulpa masih tinggi/lebar
Bunyi kliking bila kontak dengan gigi antagonis
Over/under restorasi pecah saat pembuatan, susah diasah/tidak bisa
dikurangi sendiri.
3.
4.
Keramik dengan porselen adalah sama. Namun pada dental porselen lebih
mendekati kaca karena porselen dalam kedokteran gigi adalah sistem
keramik-kaca dengan dasar oksida. Pada dental porselen, kadar kaolin
dikurangi bahkan tidak digunakan.
5.
6.
7.
8.
9.
Mahkota jaket dapat dipakai/ diindikasikan pada gigi yang rusak parah baik
giginya sudah vital maupun nonvital, untuk fraktur yang parah, dan jaringan
gigi masih kuat.
Indikasi
1. Restorasi kelas I dan II pada pasien yang mengutamakan estetis
2. Pada karies gigi yang besar atau kegagalan restorasi sebelumnya
3. Keadaan sosial ekonomi pasien memungkinkan
4. Gigi anterior patah
5. Menutup stain
6. Diskolorisasi
7. Tekanan kunyah normal
b.
Kontra Indikasi
1. Karies banyak
2. Tekanan oklusal besar
3. Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruxism atau clenching
4. Pasien usia muda dengan ruang pulpa masih lebar
5. Pasien maloklusi (porselen dapat pecah apabila terkena tekanan)
6. Mahkota Klinis terlalu pendek (retensi kurang)
7. Preparasi konikal/mengerucut (tidak ada pegangan dan retensi)
STEP 4
MAPPING
MANIPULASI
PORSELEN
KOMPOSISI
KEGUNAAN
KLASIFIKASI
PEMANASAN
SUHU
TAHAP MANIPULASI
JENIS PORSELEN
KEGUNAAN DI KG
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian
mahkota jaket
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pengertian
dental porselen
3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan komposisi dental
porcelain
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan klasifikasi dental
porcelain
5. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan sifat dan syarat
dental porcelain
6. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan manipulasi dental
porcelain
7. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan indikasi dan
kontraindikasi dental porcelain
8. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan aplikasi dalam
Kedokteran Gigi
STEP 6
SELF STUDY
STEP 7
GENERALISATION
PR
1. Mengapa hanya tepi yang diskolorisasi?
2. Bisakah diskolorisasi dr faktor porselen (internal) ?
3. Presentase kandungan warna?
4. Beda porselen modern & konvensional?
5. Jenis porselen apa yg cocok?
JAWABAN
1. Keramik merupakan bahan yang stabil dan memiliki ketahanan yang lama,
sehingga tidak akan terjadi diskolorisasi pada tepinya saja. Biasanya porselen
jenis Porcelain Fused to Metal yang bisa menyebabkan diskolorisasi pada
lapisan tipis keramik (pada daerah gingival edge). Hal ini terjadi karena pada
metal yang digunakan terdapat NiO yang akan menimbulkan warna abu-abu
dan Cr2O3 menimbulkan warna hijau.
2. Faktor pengaruh kimia acidulated phosphate fluoride dapat mengetsa kaca
melalui pelepasan ion natrium yang selektif sehingga menggangu anyaman
silica. Contoh : porselen feldspastic dipapar APF 1,23% atau stannous fluoride
8% akan terjadi kekasaran pada permukaan setelah 4 menit. Jika waktu
pemaparan meningkat menjadi 300 menit akan terjadi degradasi hebat yang
menyeluruh di permukaan porselen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
perubahan warna, akumulasi plak dan kerusakan lebih lanjut pada struktur.
Tapi pada konsentrasi rendah, stannous 0,4% natrium fluorida 2% tidak
memberi efek yg nyata pada permukaan keramik (Phillips,
3. Untuk menghasilkan warna yang semirip mungkin dengan gigi pasien,
digunakan shade guide untuk menyamai warna sebisa mungkin. Shade guide
tersebut terbuat dari porselen padat yang paling sering digunakan oleh dokter gigi
untuk mendeskripsikan penampilan yang diinginkan dari gigi asli atau protesa
porselen.
Hue merupakan warna dasar seperti: biru, hijau, kuning, atau merah.
Chroma merupakan intensitas atau saturasi dari warna, pengukuran tingkat
11
Merupakan bahan keramik yang terdiri dari kaolin, silikat, feldspar, dan
berbagai pigmen serta bahan logam maupun non-logam yang digunakan
untuk restorasi indirect dan memiliki nilai estetik yang tinggi. Bisa
digunakan sebagai gigi tiruan jembatan, inlay, onlay mahkota jaket, dan
lain sebagainya serta memilii sifat seperti dapat dicor, dapat dibentuk, dll.
Komposisi
Unsur utamanya adalah feldspar, kuarsa (untuk kekuatan dan translusensi), dan
pada beberapa tipe, kaolin (untuk kekuatan dan warna), ditambah dengan pigmen.
Kebanyakn porselen gigi ditambah dengan partikel alumina (40-50% massa)
untuk emberi kekuatan yang lebih besar.
Porselen gigi konvensional adalah keramik vitreus (seperti kaca) yang berbasis
pada anyaman silika (SiO2) dan feldspar potas (K2O.Al2O3.6SiO2) atau feldspar
12
13
LO 5
a.
b.
c.
14
d.
e.
f.
g.
Tidak mengiritasi
Tidak mengabrasi gigi antagonis
Tidak dapat larut dalam saliva
Dapat beradaptasi dengan baik dalam temperatur rongga mulut
Porselen gigi mempunyai tiga prasyarat dasar : fungsi (durabilitas, kekuatan, dan
biokompatibilitas), bentuk (kemampuan untuk membuat bentukan yang
kompleks), serta estetika (warna, translsensi, dan transmisi cahaya).
Sifat-sifat Porcelain :
1. Sifat fisis
Keuletan dan tegangan geseknya rendah tetapi tegangan tariknya
tinggi. Thermal ekspansi dari dental porselen sama dengan thermal
ekspansi substansi gigi yaitu sekitar 4,1 x 10 mm/C. selain itu sifat
insulatornya juga baik yakni penghantar panas yang rendah, difusi panas
yang rendah, dan penghantar listrik yang rendah.
2. Sifat kimia
Suatu porselen memiliki sifat kelembapan kimia, dimana
kelembapan kimia ini merupakan karakteristik yang penting karena
memastikan bahwa permukaan restorasi gigi tidak melepaskan elemenelemen yang berbahaya selain mengurangi risiko dari kekerasan
permukaan serta meningkatnya kerentanan terhadap adhesi bakteri.Selain
itu sifat kimia yang penting ini ialah porselen merupakan bahan yang
biokompatibel dengan lingkungan rongga mulut dan juga tidak dapat
dirusak oleh lingkungan.
3. Sifat mekanis
Porselen adalah suatu bahan yang getas, oleh karena itu
perkembangan porselen lebih mengarah pada perbaikan sifat mekanis,
antara lain dengan penambahan alumina yang dapat memperkuat bahan.
Selain itu sebagian besar keramik memiliki sifat refraktori, kekerasan dan
kerentanan terhadap fraktur karena rapuh. Untuk kekerasan keramik disini
saat sebelum diaplikasikan menjadi suatu bahan restorasi memang
memiliki kekuatan yang lebih besar daripada enamel. Akan tetapi pada
saat telah diaplikasikan, kekerasanya sangat diharapkan sama dengan
15
besar.
Konduktivitas terml rendah.
Sifat estetika bagus.
Rapuh. Penyebab utama kegagalan adalah penyebaran retak yang hampir
selalu berasal dari permukaan dalam yang tidak diglazing. Hal ini dapat
diturunkan dengan cara :
1. Menggabungkan permukaan dalam ke logam, seperti pada teknik
16
LO 6
karena itu pembakaran atau perlakuan panas adalah proses utama di dalam
pembuatan bahan keramik. Dalam tahap perlakuan panas, terjadi peristiwa kimia
antara lain: pengeringan, peruraian bahan organik, penguapan air kristal, oksidasi
logam transisi, peruraian karbonat, sulfat, aditif dan lainnya. Di dalam bahan
kaolin misalnya, air kristal keluar pada suhu antara 450-700C,dehidrasi pada
bahan aluminium hidrat pada suhu antara 320-560C, pada talc terjadi antara 9001000C. Dekomposisi bahan magnesium karbonat pada 700C, dolomite pada
830-920C, magnesium sulfat pada 970C, sedangkan kalsium sulfat pada
1050C. Oksidasi bahan organik yang halus umumnya terjadi pada 200-700C,
tetapi partikel karbon yang kasar terjadi pada 1000C. Bersamaan dengan
terjadinya reaksi kimia, terjadi pula perubahan yaitu yang disebut sintering.
Perubahan struktur mikro terjadi melalui beberapa tahapan. Pertama, perataan
permukaan partikel, pembentukan grain boundary (batas butir) melalui
pertumbuhan leher antar partikel, gerakan di antara partikel dalam pori terbuka,
difusi dan penurunan porositas. Ke-dua, penyusutan pori antara grain boundary,
porositas menurun lebih banyak, perlahan-lahan grain tumbuh. Terakhir, pori-pori
menutup,mengecil dan posisinya terselip di antara grain boundary.
Sintering adalah proses penggabungan partikel-partikel serbuk melalui
peristiwa difusi pada saat suhu meningkat. Pada dasarnya sintering adalah
peristiwa penghilangan pori-pori antara partikel bahan,pada saat yang sama terjadi
penyusutan komponen,dan diikuti oleh pertumbuhan grain serta peningkatan
ikatan antar partikel yang berdekatan, sehingga menghasilkan bahan yang lebih
mampat/kompak. Suhu sintering mempengaruhi proses penyusutan,sedangkan
pengaruh waktu sintering tidak banyak. Sintering umumnya dapat terjadi di dalam
produk pada suhu tidak melebihi dari setengah sampai duapertiga dari suhu
meltingnya, suhu yang membuat atom cukup mampu untuk berdifusi.
17
LO 7
Indikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kontraindikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Karies banyak
Tekanan oklusal besar
Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruxism atau clenching
Pasien usia muda dengan ruang pulpa yang masih lebar
Pasien maloklusi (porselen dapat pecah apabila terkena tekanan)
Mahkota klinis terlalu pendek (retensi kurang)
Preparasi konikal/mengerucut (tidak ada pegangan dan retensi)
LO 8
Digunakan sebagai inlay, biasanya pada gigi anterior karena restorasi gigi
anterior sangat mempertimbangkan nilai estetis. Bila kavitas sudah cukup
besar, porcelain inlay yang digunakan sebaiknya mengandung silikat
semen karena dapat melindungi kontour mahkota gigi alami dan sedikit
kemungkinan untuk retak atau pecah jika ditekan serta tidak larut dalam
saliva.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J., 2003, Phillips Science of Dental Materials 11nd, United
States of America: Elsevier Science.
Callister, Jr.W.D.. 1994, Materials Science and Engineering an Introduction, 3 ed.,
p. 434- 784
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah: Slamat Tarigan. Jakarta :
Balai Pustaka.
Craig, RG., et al.,2000, Dental Materials; Properties and Manipulation 7nd,
United State of America, Mosby
David Penn, Dr. 2009. Compairing Porcelain Fused to Metal Versus Zirconium
Based Restoration, Australasian Dentist, Sydney.
Manapallil JJ. 2002. Basic Dental Material. Calcuta : Jaypee Brothers Med Public
www. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8437/1/020600066.pdf
19
Manappallil JJ, George A, Kumar GV,et al. Basic Dental Materials. India: Jaypee
Brothers Medical Publishers, 1998: 331
McCabe, JF.,dan Walls, A W G., 2008, Applied Dental Materials, 9th ed.,
Cambridge:Blackwell Scientific Publication
Mitchell, Laura, David A. Mitchell, Lorna McCaul. 2014. Kedokteran Gigi Klinik.
Jakarta : EGC.
Phillips, W. Ralph. 1991. Science Of Dental Materias. Philadelphia USA : W.B
Saunders Company.
Ramlan, 2001, Pengaruh MgO dan Suhu Sintering terhadap Mikrostruktur dan
Sifat Fisis
Indonesia
Reed, J.S., 1995, Introduction to the Principles of Ceramic Processing, John Wiley
& Son,
p. 583-598
20