Mendel
Pola Pewarisan
Sifat
Non-mendel
Genetika
Populasi
Dominan
Autosomallinked
Genetika
Resesif
Kelainan
Gonosomallinked
Crossing over
Aspek
Mediokolegal
Struktur
Kromosom
Eritropoiesis
Granulopoiesis
Proses
Nongranulopoiesis
Trombopoiesis
Hemopoiesis
ABO
Golongan
Darah
Rhesus
Fase
Hemopoiesis
Kelainan
Nondisjunction
GENETIKA
A. POLA PEWARISAN SIFAT MENDELIAN
1. Hukum I Mendel (Hukum Segregasi)
Hukum I Mendel (The Law of Segregation of Allelic Gene (Hukum
Pemisahan Gen yang Sealel)): Pada waktu pembentukan gamet, terjadi
segregasi atau pemisahan alel-alel secara bebas, dari diploid menjadi
haploid, sehingga tiap gamet hanya menerima sebuah gen atau satu alel
saja.
Hukum I Mendel hanya berlaku untuk persilangan monohibrid, yaitu
persilangan individu dengan satu sifat beda, seperti pada kasus bunga ungu
(UU) disilangkan dengan bunga putih (uu) yang akan menghasilkan
keturunan F1 berupa bunga ungu dengan genotip (Uu) 100%.
Contoh :
Generasi 1
P1 Fenotip : tanaman berbunga ungu >< tanaman berbunga putih
Genotip :
UU
uu
Gamet :
U
u
F1 100 % Uu
(Tanaman anakan berbunga ungu)
Generasi 2
P1 Fenotip : tanaman berbunga ungu >< tanaman berbunga ungu
Genotip :
Uu
Uu
Gamet :
U, u
U, u
F2 : UU, Uu, Uu, uu.
75% Uu tanaman anakan berbunga ungu
25% uu tanaman anakan berbunga putih
2. Hukum II Mendel
Hukum II Mendel (The Law of Independent Assortment of Genes (Hukum
Pengelompokan Gen secara Bebas)): Pengelompokan alel secara bebas
terjadi pada saat meiosis berlangsung.
Hukum II Mendel berlaku untuk persilangan dihibrid, yaitu persilangan
individu dengan lebih dari satu sifat beda sehingga menghasilkan dua
karakter yang berlainan, penurunan sifat yang satu tidak tergantung pada
sifat lainnya.
Contoh :
Generasi 1
P1 Fenotip : tanaman berbiji bulat, >< tanaman berbiji keriput,
berwarna kuning
berwarna hijau
Genotip :
BBKK
bbkk
Gamet :
B, K
b,k
F1 100 % BbKk
(Tanaman berbiji bulat, berwarna kuning)
Generasi 2
P1 Fenotip : tanaman berbiji bulat, >< tanaman berbiji keriput,
berwarna kuning
berwarna kuning
Genotip :
BbKk
BbKk
Gamet : BK, Bk, bK, bk
BK, Bk, bK, bk
Berdasarkaan diagram perkawinan dihibrid tersebut, dapat disimpulkan
bahwa perbandingan fenotip anakan F2 dari persalingan dihibrid adalah
sebagai berikut.
9/16 adalah bulat kuning
3/16 adalah bulat hijau
3/16 adalah keriput kuning
1/16 adalah keriput hijau
Diperoleh perbandingan : 9 : 3 : 3 : 1
B. POLA PEWARISAN SIFAT NON-MENDELIAN
1. Pewarisan Mitokondria
Mitokondria mengandung suatu kromosom melingkar yang terdiri dari
DNA mitokondria (mtDNA). Sejumlah kecil gen terletak di mtDNA.
Silsilah pada penyakit-penyakit genetic mitokondria secara eksklusif
memperlihatkan pewarisan maternal. Contoh:
a. Penyakit Leber (neuropati optikus herediter Leber). Ditandai dengan
gangguan pengliahtan sentral bilateral akibat kematian saraf optikus.
b. Sindrom Kearns-Sayre. Ditandai dengan degenerasi retina, blok
jantung, dan kelemahan otot.
2. Genomic Imprinting
Didefinisikan sebagai ekspresi suatu alel, bergantung pada dari orang tua
mana alel tersebut berasal. Contoh: Sindrom Angelman dan Sindrom
Prader-Willi. Pewarisan delesi kromosom 15 parental ayah menyebabkan
sindrom Prader-Willi, sedangkan pewarisan delesi dari ibu menyebabkan
sindrom Angelman.
3. Ekspansi Pengulangan Triplet
Ditandai dengan peningkatan pengulangan triplet nukleotida. Contoh:
Penyakit Huntington (PH). Terletak pada kromosom 4. Mutasi gen ini
menyebabkan peningkatan jumlah pengulangan CAG sebanyak 11 hingga
25 kali.
3.
Kelainan
kromosom
XXY, XXXY
sindroma
Gambaran klinis
Klinefelter
XO
Turner
XX + XY
Pseudohermaphrodite
XX / XO
XX / XY
Hermapgrodite sejati
Struktur Kromosom
a. Non disjunction:
Pertama kali dikemukakan oleh TH Morgan dan Bridges ketika mereka
menemukan penyimpangan saat meneliti perkawinan lalat buah
Drosophila melanogaster. Merupakan peristiwa dimana kromosom
tidak memisah pada waktu meiosis, biasanya non disjunction terjadi
pada peristiwa anafase I /anafase II sehingga pasangan kromatid tidak
bisa memisahkan diri.
b. Crossing over
Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa pertukaran gen-gen suatu
kromatid dengan gen-gen kromatid homolognya. (Suryo. 2010) Pindah
silang umumnya terjadi pada kromatid-kromatid tengah yaitu kromatid
nomor dua dan tiga dari tetrad kromatid. Tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya pindah silang pada kromatid-kromatid yang lain
(Campbell. 2004)
Pindah sialng dibedakan menjadi dua, yaitu pindah silang tunggal dan
pindah silang ganda. Pindah silang tunggal terjadi pada satu tempat
kromatid pada kromosom homolognya, sedangkan pindah silang ganda
terjadi pada dua tempat, berlangsung diantara dua buah gen yang
terangkai, maka terjadinya pindah silang ganda itu tidak akan nampak
dalam fenotip, sebab gamet-gamet yang dibentuk hanya dari tipe
parental saja, atau tipe rekombinan saja, atau dari tipe parental dan tipe
rekombinan akibat pindah silang tunggal.
E. ASPEK MEDIKOLEGAL
Etik, moral, dan hukum merupakan beberapa norma yang mengatur peradaban
manusia. Seringkali ketiganya harus berhadapan dengan ilmu pengetahuan
pada posisi yang bertentangan. Tujuan adanya peraturan., etik, dan moral
adalah memberikan rambu rambu kepada manusia supaya ilmu pengetahuan
digunakan dalam hal kebaikan dan bermanfaat bagi umum.
Salah satu contoh nya adalah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran,
yaitu reproduksi. Bereproduksi merupakan salah satu hak asasi manusia yang
paling awal. Kombinasi ilmu pengetahuan lama dan modern menetapkan
bahwa bereproduksi dan semua aspeknya merupakan hak sepenuhnya bagi
setiap individu.
Namun, ilmu pengetahuan dan terutama teknologi terus berkembang
menyebabkan controversial, salah satu yang paling controversial adalah teknik
reproduksi buatan. Teknik reproduksi buatan adalah penanganan terhadap sel
gamet (ovum dan sperma) serta hasil konsepsi sebagai upaya untuk
mendapatkan kehamilan diluar cara cara alami, tidak termasuk cloning dan
duplikasi manusia. Salah satu contoh teknik reproduksi buatan yang sering
digunakan adalah fertilisasi in vitro (IVF).
Fertilasasi in vitro (IVF) atau yang sering disebut dengan bayi tabung adalah
proses fertilisasi dengan mempertemukan sel telur dan sperma secara manual
di dalam cawan laboratorium (American preganancy Association). Apabila
proses ini berhasil maka akan dilanjutkan dengan proses pemindahan embrio
yang bertujuan menempatkan embrio di dalam uterus. Efek samping fertilisasi
in vitro masih dapat terjadi walaupun pada kehamilan tunggal; antara lain
kematian perinatal, persalinan pre- term, dan bayi lahir dengan berat badan
rendah. Efek samping lain antara lain gestational diabetes, plasenta previa,
preeklampsia dan bayi lahir mati.
Karena teknik reproduksi buatan dapat menimbulkan berbagai resiko, Teknik
reproduksi buatan mendapat kritik yang menarik dari segi etika dan moral.
Setidaknya, ada empat kesepakatan internasional penting mengenai masalah
etika dan moral teknik reproduksi buatan. Inggris merupakan Negara yang
pertama kali mengeluarkan kebikan terhadap hukum, etika, dan moral
mengenai teknik reproduksi buatan. tahun 1990 dibentuk Human Fertilisation
and Embriology Authority (HFEA) yang memiliki wewenang menjadi
penasihat dan pengatur pelaksanaan reproduksi buatan di berbagai negara.
HFEA juga membuat pe- tunjuk pelaksanaan dan memberikan rekomen- dasi
kepada pemerintah negara pelaksana atas berbagai masalah yang timbul akibat
pelaksanaan teknik reproduksi buatan. Semuanya bertujuan meminimalisasi
dampak etika dan moral yang dapat ditimbulkan teknik reproduksi buatan.
Beberapa kebijakan penting yang dikeluarkan HFEA adalah melarang:
a. Penelitian dan penyimpanan embrio manu sia berusia lebih dari 14 hari
b. menempatkan gamet atau embrio manu sia di binatang dan sebaliknya
c. Menyimpan dan menggunakan embrio untuk kepentingan lain selain
memperoleh keturunan bagi Pasangan sah yang telah diatur oleh
peraturan lain
d. Melakukan kloning untuk tujuan repro duksi manusia.
The International Islamic Center for Popu- lation Studies and Research
diselenggarakan pada bulan November 2000 dihadiri oleh negara-negara
Islam di dunia. Kesepakatan negara-negara Islam tidak jauh berbeda dari
Warnock Report dan HFEA:
1. IVF diperbolehkan kecuali mengambil ovum, sperma, atau embrio dari
donor
fertilisasi
b. Mendapat hybrid dengan fertilisasi inter spesies
c. Implantasi pre-embrio ke dalam uterus spesies lain
d. Manipulasi genom pre-embrio kecuali untuk tujuan pengobatan.
HEMOPOIESIS
A. PROSES HEMOPOIESIS
Hemopoiesis atau Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel
yang mati) dan perkembangan sel darah dari sel induk / asal / stem sel, dimana
terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi secara serentak.
Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel, dari
satu sel hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi
merupakan proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan
beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.
Tempat terjadinya hematopoiesis pada manusia :
1. Embrio dan Fetus
a. Stadium Mesoblastik, Minggu ke 3-6 s/d 3-4 bulan kehamilan : Sel-sel
mesenchym di yolk sac. Minggu ke 6 kehamilan produksi menurun
diganti organ-organ lain.
b. Stadium Hepatik, Minggu ke 6 s/d 5-10 bulan kehamilan : Menurun
dalam waktu relatif singkat. Terjadi di Limpa, hati, kelenjar limfe
c. Stadium Mieloid, Bulan ke 6 kehamilan sampai dengan lahir,
pembentukan di sumsum tulang : Eritrosit, leukosit, megakariosit.
2. Bayi sampai dengan dewasa. Hematopoiesis terjadi pada sumsum tulang,
normal tidak diproduksi di hepar dan limpa, keadaan abnormal dibantu organ
lain.
a. Hematopoiesis Meduler (N)
Lahir sampai dengan 20 tahun : sel sel darah sumsum tulang. Lebih
dari 20 tahun : corpus tulang panjang berangsur angsur diganti oleh
jaringan lemak karena produksi menurun.
b. Hematopoiesis Ekstrameduler (AbN)
Dapat terjadi pada keadaan tertentu, misal: Eritroblastosis foetalis,
An.Peniciosa, Thallasemia, An.Sickle sel, Spherositosis herediter,
Leukemia. Organ organ Ekstrameduler : Limpa, hati, kelenjar adrenal,
tulang rawan, ginjal, dll (Erslev AJ, 2001)
Macam Macam Hematopoiesis
1. Seri Eritrosit (Eritropoesis)
Perkembangan eritrosit ditandai dengan penyusutan ukuran (makin tua
secara
mitotris,
dan
menghasilkan
sel-sel
yang
lebih
kecil
daripada
Polikromatik
Eritroblas
dan
mengandung inti yang lebih kecil yang terwarnai basofil padat. Intinya
secara bertahap menjadi piknotik. Tidak ada lagi aktivitas mitosis.
Akhirnya inti dikeluarkan dari sel bersama-sama dengan pinggiran
mengandung
granula
spesifik
yang
khas.
Tahapan
1. Limfosit
Sel-sel precursor limfosit adalah limfoblas, yang merupakan sel
berukuran relatif besar, berbentuk bulat. Intinya besar dan
mengandung kromatin yang relatif dengan anak inti mencolok.
Sitoplasmanya
homogen
dan
basofil.
Ketika
limfoblas
B. GOLONGAN DARAH
1. ABO
Golongan darah seseorang dengan orang lain dapat sama atau berbeda
tergantung antigen dan antibodi yang terdapat pada darahnya. Penggolongan
darah manusia yang paling umum adalah sistem ABO. Penggolongan darah
sistem ini ditemukan olek Karl Lensteiner pada tahun 1900, karena
penemuannya ini beliau mendapat hadiah nobel pada tahun 1930.
Golongan darah yang sesuai apabila dicampur tidak akan menggumpal.
Sedangkan golongan darah yang tidak sesuai apabila di campur akan
menggumpal (aglutinasi). Oleh karena itu, seseorang yang mengalami
kecelakaan dan memerlukan transfusi darah harus memperoleh jenis darah
yang sesuai dengan darahnya. Transfusi darah yang tidak sesuai dapat
mengakibatkan
penggumpalan
dan
dapat
membahayakan
tubuh.
Terdapat tiga jenis darah dalam penggolongan sistem ABO, yaitu golongan
darah A, B, AB, dan O. Penggolongan ini ditentukan dari antigen dan antibodi
yang terdapat pada darah. Antigen dalam golongan darah (disebut juga
aglutinogen) terdapat pada eritrosit atau sel darah merah. Sedangkan antibodi
dalam golongan darah (disebut juga aglutinin) terdapat pada plasma darah.
Penggumpalan darah yang terjadi antara darah yang berbeda jenis terjadi
karena interaksi antara antigen dan antibodi. Apabila antigen A bertemu
dengan antibodi anti-A maka akan terjadi gumpalan, dan apabila antigen B
bertemu dengan anti-B akan terjadi gumpalan juga. Karena interaksi tersebut
maka pada saat transfusi darah, perlu diperhatikan tentang golongan darah ang
sesuai. Aturan dalam transfusi darah adalah sebagai berikut.
Golongan darah O tidak akan menggumpal ketika ditetesi anti-A, antiB, maupun anti-AB.
2. Rhesus
Pada pasangan dengan rhesus yang berbeda, misal suami memiliki rhesus (+)
dan istri memiliki rhesus (-) dapat berbahaya pada masa kehamilan. Hal ini
diakibatkan karena janin yang memiliki turunan rhesus dari ayah (berbeda
dengan ibu) dapat merangsan antibody ibu untuk melawan keberadaan janin.
Pada kehamilan ertama janin kemungkinan besar akan lahir dengan selamat,
namun pada kehamilan berikutnya antibody ibu sudah semurna untuk
melawan keberadaan rhesus (+) dalam tubuhnya, hal ini menyebabkan abotus
pada kehamilan kedua dan seterusnya.
C. FASE HOMEOPOIESIS
Fase- Fase pada hemopoesis :
1 Fase mesoblastik
Sel sel darah primitif dibentuk dalam succus vitelinus. Berlangsung pada
bulan pertama sampai kedua kandungan. Menghasilkan HbG1, HbG2, dan Hb
Portland.
2 Fase Hepato-spleno-lympho-myeloid
Sel-sel darah dibuat di dalam hepar, lien dan sum-sum tulang. Disamping
stem cell sudah terjadi diferensiasi menjadi eritroblast, megakariosit,
granulosit, limfosit, monosit dan plasmosit. Berlangsung pada fetus berumur
1.5 bulan sampai 9-10 bulan.
3 Fase myeloid
Sel-sel darah dibuat oleh sum-sum tulang merah sejak umur 4 bulan sampai
meninggal. Disini sudah terjadi diferensiasi menjadi sel yang lebih tua setelah
bayi lahir. Pada keadaan tertentu abnormal terjadi hemopoesis ekstra medulla
seperti organ hati, lien dan kelenjar getah bening.
D. KELAINAN HEMATOPOIESIS
A Gangguan Eritrosit
ANEMIA APLASTIK
Anemia aplastik gangguan pada sel induk di sumsum tulang, produksi
sel-nya tidak mencukupi
Mengancam jiwa
Gejala:
Anemia: lelah, lemah, nafas pendek
Trombositopenia: ekimosis dan petekie (perdarahan dibawah kulit),
epistaksis (mimisan), perdarahan saluran cerna, kemih dan kelamin,
sistem saraf
Lekopenia: kerentanan dan keparahan infeksi (bakteri, virus dan
jamur)
LIMFOMA HODGKIN
MULTIPLE MIELOMA
Multiple mieloma: neoplastik sel plasma
sumsum tulang
Penyebab: tidak diketahui
Pengobatan: kemoterapi
HEMOSTASIS
Hemostasis dan koagulasi adalah serangkaian komplek reaksi yang
menyebabkan pengendalian perdarahan melalui pembentukan trombosit
dan bekuan fibrin pada tempat cidera.
Bekuan diikuti oleh resolusi (lisis bekuan) dan regenerasi endotel.