Anda di halaman 1dari 6

Review :The Influence of Economic Factors and Social Control Policy on

Crime Rate Changes in Canada, 1962-1988


Oleh Shirley Tiurina Tobing
14 December 2016
Sumber : Schissel, Bernard, The Influence of Economic Factors and Social
Control Policy on Crime Rate Changes in Canada, 1962-1988. The
Canadian Journal of Sociology / Cahiers canadiens de sociologie, Vol. 17,
No. 4(Autumn, 1992), pp. 405-428

Introduction
Penelitian pada saat ini berusaha untuk menunjukkan sifat alami
kejahatan sosial dan ekonomi dengan meneliti hubungan antara tingkat
kejahatan dan penahanan dengan kondisi sosial ekonomi. Hagan berpendapat
bahwa perbedaan tingkat kejahatan di Kanada dan Amerika Serikat terjadi
karena adanya perbedaan nilai-nilai budaya. Dasar dari dillema ini berpusat pada
dua isu utama, yaitu :
a. Apakah perubahan tingkat kejahatan merefleksikan tindakan kejahatan
yang dilakukan di masyarakat, dan bisakan mereka secara kausal
dihubungkan

dengan

eksplanatori?
b. Apakah peningkatan

kondisi
tingkat

sosial-ekonomi
kejahatan

dan

sebagai

variabel

penghukuman

tidak

merefleksikan kenaikan tingkat kejahatan tetapi lebih pada peningkatan


kebijakan kontrol sosial yang diarhkan sebagai epidemik kejahatan?
Peneliti, dalam jurnal ini, menguji lebih banyak teori tradisional atas
tindakan kejahatan, terutama yang menyatakan bahwa kejahatan adalah hasil
dari kondisi ekonomi yang terjadi di dalam kehidupannya. Dia menguji teori-teori
tersebut . Dari hal tersebut, dia menggunakan tingkat terjadinya kejahatan dan
penangkapan di Kanada yang disebabkan oleh kesulitan ekonomi dan kebijakan
negara yang seimbang dengan kesukaran tersebut.
Economic distress and Crime
Berdasarkan strain theory, berkurangnya kesempatan unutk mendapat
pekerjaan dan masalah ekonomi mempengaruhi individu, atau kelompok tertetu.
Para ahli teori criminal opportunity peningkatan dalam pekerjaan dan waktu
luang diluar perumahan, dapat diasosiasikan dengan tingkat kejahatan, hal ini
didasari oleh logika bahwa potensi seseorang terviktimisasi meningkat ketika
1

seseorang berada di luar rumah. Sedangkan para ahli teori political economy
menyatakan

bahwa

tingginya

tingkat

kejahatan

pidana

dan

penahanan

merupakan hasil dari tingkatnya aktivitas intervensi oleh negara dalam rangka
menggeser anggota kelas bawah dari pasar buruh.
Unemployment
Peneliti berpendapat bahwa model toeri konsensus atas hubungan antara
kejahatan dan pengangguran itu terlalu sederhana. Peneliti menyatakan bahwa
dalam hal ini, akan lebih tepat jika pengangguran ditujukan pada kondisi makro
yang menimbulkan aktivitas kontrol sosial, di mana polisi dan agen yuridis
melakukan pemaksaan penahanan, dan penangkapan selama waktu tingginya
pengangguran di dalam masyarakat. Masyarakat marjinal dianggap lebih rentan
untuk

tersingkirkan dan tertindas selama krisis moneter. Pemerintah yang

menganggap perlu adanya tindakan untuk menanggapi masyarakat marjinal


tersebut pada akhirnya mengunakan penahanan sebagai metode yang populer.
Sayangnya, hal itu kontradiktif dengan integritas fiskal. Scull menyarankan perlu
terjadinya decareration sebagai cara untuk mengatasi masalah legitimasi negara
dengan

mempertahankan

atau

meningkatkan

kontrol

sosial

ketika

menentramkan mereka yang mengadvokasi kekangan fiskal.


Inflation
Inflasi menghasilkan masalah serupa bagi negara. Devine,Sheley, dan
Smith

mempertahankan

bahwa

inflasi

memperkenalkan

anomi

dan

meningkatkan motivasi populasi untuk melakukan kejahatan. Bagiamanapun,


seperti halnya pengangguran, inflasi membatasi kemampuan keuangan negara
untuk melaksanakan kontrol sosial, dan bahwa tingkat inflasi membantu bentuk
penghukuman dan perbaikan kebijakan. Peneliti mengatakan bahwa inflasi tidak
membatasi, tapi justru meningkatkan kontrol sosial. Indikasi dari pengangguran
dan inflasi sebagai pengukuran krisis ekonomi bersifat konsisten dengan literatir
ekonometrik yang mempertahankan bahwa pekerjaan dan inflasi berhubungan
tapi berbeda secara konsep
Social Control Policy
Argumen-argumen dalam teori tersebut mengelilingi hubungan antara
kebijakan kontrol sosial dengan kontrol sosial alami yang direfleksikan negara.
Pertama, usaha negara, secara reaktif, untuk menghalangi kejahatan dengan
menghukum atau memberikan inkapasitas terhadap mereka yang melanggar
2

hukum.

Kedua,

selama

terjadi

krisis

ekonomi,

negara

bertindak

untuk

mendahulukan ancaman yang seharusnya dilakukan oleh kelas yang merepotkan


selama

mengeluarkan

penegasan.

Negara

juga

bertindak

menyingkirkan

anggota kelas bawah yang dianggap dapat mengancam ekonomi. Dari adanya
hal tersebut, peneliti memiliki hipotesis bahwa tingkat kejahatan merfleksikan
kebijakan kontrol reaktif, dan kontrol placative (kebijakan yang dilakukan untuk
menenangkan

masyarakat

yang

berpotensi

memberi

ancaman).

Peneliti

berpendapat bahwa effek dari bantuan dan strategi kontrol kejahatan tidak
diekspresikan secara cepat; efek dari kebijakan ini adalah manifest utama untuk
waktu-waktu kedepan.
Empirical Model
Penelitian ini dilakukan dengna penelitian longitudinal dalam kejahatan
dan

kebijakan

umum.

Analisisnya

menggunakan

panduan

dari

teknok

econometric time series causal modeling yang mengevaluasi data longitudinal


menggunakan analisis regresi, dengan menggunakan data dari Kanada antara
tahun 1962-1989. Model ini menguji pengaruh kondisi makro ekonomi dan
kebijakan

kontrol

sosial

pada

tingkatan

pembunuhan,

pencurian,

dan

perampokan, atau kejahatan yang merupakan tipikal kejahatan ekonomi. Analisis


tersebut menguji efek timbal balik dari tingkat kejahatan dan kebijakan kontrol
sosial dengan mmeperkirakan ekuasi yang memprediksi perubahan dari populasi
warga penjara. Kondisi ekonomi diindikasikan melalui tingkat inflasi dan tingkat
pengangguran laki-laki. Pengangguran menjadi model antara efek kontemporer
dan efek di masa depan.
Variabel Independent
a) Tingkat Pengangguran
b) Inflasi
c) Ukuran penegakan kepolisian

(indikator

atas

kebijakan

kontrol

kejahatan)
d) Ukuran dari populasi penjara
e) Spending on relief ( bagaimana populasi yang rentan dengan
perubahan ekonomi diperlakukan oleh negara selama krisis ekonomi)
Variabel Control
1. Ukuran dari populasi laki-laki muda di Kanada
Data and Measurement

Peneliti menggunakan data longitudinal untuk menguji hipotesis. Analisi


dilakukan tahun 1962-1988, di mana data diambil dari pusat statistik Kanada dan
UCR. Tingkat kejahatan berasal dari actual offences (Kejahatanyang dilaporkan
kepada polisi, dan diusut oleh polisi hingga tertangkap). Variabel-variabel
tersebut akan disebut sebagai nilai perubah untuk mengeliminasi auto-korelasi
atas variabel tertentu.

Kesimpulan
Dalam penelitian ini, dihasilkan perasaman antar tipe kejahatan, beberapa
bagian yang inkonsisten menyarankan bahwa prediksi model dari tingkat
kejahatan harus dicatat sebagai tipe dari kejahatan. Model akhir dari tingkat
penahanan menyatakan dengan cukup jelas bahwa penahanan bukanlah
fenomena yang muncul secara langsung akibat dari tingginya tingkat kejahatan,
tetapi, sesuai dengan hipotesis, yaitu berasal dari naiknya pengawasan negara
dan penghukuman sebagai reaksi dari kesulitan ekonomi. Penemuan unu
memberikan dukungan bahwa model-model tersebut perlu untuk mempengaruhi
batas makro-ekonomi dan kebijakan kontrol sosial. Dengan menghormati
pengangguran,

perbuahan

tingkat

pembuuhan

muncul

pada

tingkat

pembunuhan, terutama kepekaan atas kondisi pengangguran dulu dan sekarang.


Kurangnya efek
diperhatikan

pengangguran

dengan

catatan

pada kejahatan
bahwa

tingkat

yang tidak

pencurian

serius harus

secara

dramatis

meremehkan kejahatan yang dilakukan.


Penemuan rerkait pengangguran dan tingkat kejahatan menghasilkan
posisi konflik bahwa tingkat pengangguran mendorong pemerintah untuk
mengambil

tindakan

berpotensi

rentan

perlawanan
dengan

atas

cara

meningkatnya

peningkatan

masyarakat

deteksi

kejahatan

yang
dan

penghukuman. Tindakan penegasan yang dilakukan oleh pemerintah dan


kebijakan negara ini terjadi karena adanya inflasi dan bukan pengangguran.
Pengangguran dianggap sebagai akibat dari adanya inflasi.
Berdasarkan

kondisi

makro-ekonomi

dan

kebijakan

kontrol

negara,

hasilnya bervariasi dan rumit untuk disimpulkan. Seperti spending on relief


placates

secara

potensial

dilakukan

oleh

populasi

yang

didukung

atas

marginalisasi dan berujung pada perampokan.

Dari dimensi kontrol negara reaktif, ukuran populasi penajra memiliki efek
negatif yang konsisten dari 3 tipe aktivitas kejahatan, yang menyatakan bahwa
negara

bersifat

efektif

dalam

mengkontrol

aktivitas

kejahatan

melalui

peningkatan penggunaan penahanan mellaui penggentarjeraan atau inkapasitas.


Meskipun begitu, efektivitas dalam pengawasan kejahatan mellaui peningkatan
kebijakan hanya berlaku pada perampokan, yang secara terpisah mendukung
bahwa semaik baik hasil kebijakan justru meberi pengaruh pada meningkatnya
tindak kejahatan, bukan pada penggentarjeraan.
Dari 3 tipe analisis tingkat kejahatan, ukuran populasi laki-laki memiliki
peran

penting

dalam

perampokan

dan

pencurian

dibandingkan

tingkat

pembunuhan. Sementara hubungan antara tingkat kejahatan dan ukuran


populasi laki-laki telah dicatat sebagai hal yang menarik karena hubungan
tersebut tidak mempengaruhi tingkat pembunuhan.
Model Empiris terakhir dalam penelitian ini yaitu dukungan marginal
terhadap hipotesis terkait hubungan antara tingkat kejahatan dan penahanan.
Efek dari tingkat kejahatan pada penahanan adalah yang terlemah dalam model
tersebut.

Hasil

penelitian

ini

secara

konsisten

mendukung

kesimpulan

sebelumnya terkait pengangguran/inflasi dan kontrol sosial. Hal yang paling


penting adalah kesimpulan tersebut mempengaruhi kebijakan reaktif dan
proaktif dalam penahanan yang menghasilkan argumen kritis terkait hubungan
antara penurunan kondisi ekonomi dengan peningkatan kontrol sosial.
Implikasi dari penemuan ini adalah, yang pertama, posisi ortodoks yang
menyatakan perampasan ekonomi atau kesempatan tindak kejahatan sebagai
motivator dalam tindak kejahatan tidak cukup dalam menjelaskan perubahan
tindak kejahatan. Kedua, hubungan antara pengangguran dan tingkat kejahatan
tidak berhubungan secara langsung; hal ini dikualifikasikan melalui pengaruh
manifes secara kontemporer atau berdasarkan masa depan. Ketiga, hubungan
antara relief spending dan tingkat kejahatan bersifat konsisten. Hubungan ini
perlu

dieksplorasi

lebih

lanjut

untuk

menciptakan

strategi

pengawasan

kejahatan. Terakhir, hal ini menghasilkan strategi kontrol sosial yang berulang
tergantung pada alam dan seriusitas dari kejahatan tertentu dan bawha
penelitian analisis hubungan antara kebijakan kontrol sosial dan kondisi makro
eknomi harus dicatat sebagai tipe-tipe kejahatan. Untuk kedepannya penelitian
ini perlu dilakukan lebih lanjut dengna menggunakan metodoli kualitatif, seperti
penelitian observasi terhadap komunitas, yang mungkin dapat membantu untuk
5

meneliti hubungan antara kondisi sosial-ekonomi, kebijakan kontrol sosial, dan


kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai