Disusun Oleh :
Sabrina Rahmadhanti
(0514040105)
Winda Puspitasari
(0514040110)
(0514040112)
Yekti Arum N
(0514040116)
(0514040118)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada situasi yang berbahaya tindakan yang tepat, cepat dan waspada sangatlah
penting. Cepat tidak berarti boleh salah. Pada keadaan yang berbahaya mungkin seorang
penolong perlu segera memindahkan penderita. Perhatian penolong mungkin tertuju pada
bagaimana mengangkat dan memindahkan penderita secepat mungkin sehingga dapat
terjadi kelalaian. Penderita mungkin akan dipindahkan beberapa kali sebelum akhirnya
mencapai fasilitas kesehatan yang memadai. Adakalanya kita harus mengubah posisi
penderita. Pemindahan penderita pasti dilakukan setelah perawatan darurat selesai.
Saat tiba di lokasi kejadian penolong perlu mempertimbangkan apakah akan
melakukan perawatan sementara terhadap penderita terlebih dahulu atau segera
memindahkannya. Bila dianggap perlu untuk memindahkan penderita maka harus
menggunakan teknik pemindahan yang benar guna menghindari cedera lebih lanjut pada
korban dan cedera pada penolong. Untuk itu penolong perlu mengetahui tehnik
pengangkutan/pemindahan yang benar.
Triage terdiri dari upaya klasifikasi kasus cedera secara cepat berdasarkan
keparahan cedera mereka dan peluang kelangsungan hidup mereka melalui intervensi
medis yang segera. Sistem triage tersebut harus disesuaikan dengan keahlian setempat.
Sistem triase biasanya sering ditemukan pada perawatan gawat darurat di suatu bencana.
Dengan penanganan secara cepat dan tepat, dapat menyelamatkan hidup pasien.
Misalnya ada beberapa orang pasien yang harus ditangani oleh perawat tersebut.dimana
setiap pasien dalam kondisi yang berbeda. Sebagai ahli k3 harus mampu menggolongkan
pasien tersebut dengan sistem triase.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
kali ini adalah :
1. Bagaimana cara menentukan sistem triage pada korban ?
2. Bagaimana cara menentukan prioritas pertolongan pada korban ?
3. Bagaimana langkah-langkah pertolongan korban banyak ?
4. Bagaimana cara memindahkan korban ke tempat yang lebih aman ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K) kali ini adalah praktikan diharapkan dapat :
1. Mampu menentukan sistem triage pada korban
2. Mampu menentukan prioritas pertolongan pada korban
3. Mampu melakukan pertolongan pada korban banyak
4. Mampu memindahkan korban ke tempat yang lebih aman
1.4 Ruang Lingkup
Praktikum pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) ini memiliki batasanbatasan diantaranya yaitu :
1. Pelaksanaan praktikum dilaksanakan di ruang Laboratorium Ergonomi PPNS pada
1 Desember 2016 pukul 08.00 11.20 WIB.
2. Pelaksanaan praktikum dilaksanakan oleh kelompok 3 (satu) dengan anggota yang
terdiri atas Sabrina, Winda, Husnina. Yekti dan Desi. Alat ukur yang digunakan
dalam melaksanakan praktikum pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) kali
ini meliputi peralatan P3K lengkap yang telah disediakan di Laboratorium.
1.5 Manfaat
Manfaat dari praktikum pertolongan pertama pada kecelakaan(P3K) ini adalah :
1. Praktikan dapat menentukan sistem triage pada korban.
2. Praktikan dapat menentukan prioritas pertolongan pada korban.
3. Praktikan dapat melakukan pertolongan pertama pada korban banyak dengan baik
dan benar.
4. Praktikan dapat memindahkan korban ke tempat yang lebih aman.
1 BAB II
DASAR TEORI
2.1
Sistem Triage
2.1.1 Pengertian triage
Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi
selanjutnya. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang
pengelolaan musibah terutama musibah yang melibatkan massa.
Proses triage meliputi tahap pra-hospital/lapangan dan hospital atau pusat
pelayanan kesehatan lainnya. Triage lapangan harus dilakukan oleh petugas
pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus
menerus karena status triase pasien dapat berubah. Metode yang digunakan bisa
secara METTAG (Triage tagging system) atau sistem triage Penuntun Lapangan
START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Petugas lapangan memberikan penilaian pasien untuk memastikan
kelompok korban seperti yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang
tidak mungkin diselamatkan, atau mati. Ini memungkinkan penolong secara cepat
mengidentifikasikan korban dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah
memerlukan transport segera, serta melakukan tindakan pertolongan primer dan
stabilisasi darurat.
Pada tahap rumah sakit, triage dapat juga dilakukan walaupun agak berbeda
dengan triage lapangan. Dengan tenaga dan peralatan yang lebih memadai, tenaga
medis dapat melakukan tindakan sesuai dengan kedaruratan penderita dan
berdasarkan etika profesi. Saat menilai pasien, secara bersamaan juga dilakukan
tindakan diagnostik, hingga waktu yang diperlukan untuk menilai dan
menstabilkan pasien berkurang.
2.1.2 Macam-macam triage
a. Triage Sederhana
START, sebagai cara triage lapangan yang berprinsip pada sederhana dan
kecepatan, dapat dilakukan oleh tenaga medis atau tenaga awam terlatih.
Dalam memilah pasien, petugas melakukan penilaian kesadaran, ventilasi dan
perfusi selama kurang dari 60 detik lalu memberikan tanda dengan
menggunakan berbagai alat berwarna, seperti bendera, kain, atau isolasi.
1. Hitam
2. Merah
3. Kuning
4. Hijau
b. Triage Lanjutan
Pasien dengan harapan hidup yang kecil dengan tersedianya peralatan
dan tenaga medis yang lebih lengkap diharapkan dapat ditingkatkan harapan
hidupnya. Namun apabila tenaga medis dan perlengkapan tidak dapat
memenuhi kebutuhan dari pasien, misalnya pada bencana yang melibatkan
banyak korban, tenaga medis dapat memutuskan untuk lebih memberikan
perhatian pada pasien dengan cedera berat yang harapan hidupnya lebih besar
sesuai dengan etika profesional. Hal inilah yang menjadi tujuan dari triage
lanjutan.
Pemantauan pada triage lanjutan dapat menggunakan Revised Trauma
Score (RVT) atau Injury Severity Score (ISS). RVT menggunakan parameter
kesadaran (GCS), tekanan darah sistolik (dapat menggunakan per palpasi untuk
mempercepat pantauan) dan frekuensi pernapasan.
Skor 12 : delayed
Skor 11 : urgent, dapat ditunda
Skor 4 10 : immediate, memerlukan penatalaksanaan sesegera mungkin
Skor 0 3 : morgue, cedera serius yang tidak lagi memerlukan tindakan darurat
Systolic Pressure
Respiratory Rate
CGS
Points
SBP
Points
RR
Points
13 15
9 12
68
45
3
4
3
2
1
0
>89
76 89
50 75
1 49
0
4
3
2
1
0
10 30
>30
69
15
0
4
3
2
1
0
ISS= A + B + C
tindakan pertolongan yang di butuhkan oleh korban. atau triase ini sering
disebut dengan Triase Unit gawat darurat
3. Triase Evakuasi
Triase ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan pada
rumah sakit yang telah siap menerima korban. seperti Bencana massal
contohnya Saat Tsunami, Gempa bumi, atau bencana besar lain.
2.2
: Prioritas III.
2. KUNING
: Prioritas II.
3. MERAH
: Prioritas I.
4. HITAM
: Prioritas IV
2.3
Langkah-LangkahPertolonganKorbanBanyak
Di lokasi kejadian, tim penolong menyiapkan pos-pos pertolongan sesuaidengan
label (prioritas) korban (penderita) :
1. Pemilihan Korban (Penderita) Yang Dapat Ditunda Pertolongannya
Penolong mengenali dan mengelompokkan para korban (penderita) yang
masih mampu berjalan dan memberi label warna HIJAU kemudian mengarahkan ke
pos pertolongan yang sesuai. Walaupun korban (penderita) masih mampu berjalan,
2.4
1.
2.
3.
mempertahankan
jalan
napas,
dan
kontrol
perdarahan.
Resusitasi
Kardiopulmoner tidak boleh dilakukan di lokasi kecelakaan pada bencana massal karena
membutuhkan waktu dan tenaga.
2.5
Jenis-JenisPemindahanPenderita
Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin
harus dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat
penting. Penangan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera
baru.Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan
korban untuk mencegah cedera pada penolong.
Hal Hal penting saat pemindahan penderita
a. Lakukan penilaian mengenai kesulitan yang mungkin akan terjadi pada saat
memindahkan penderita.
Pos medis lanjutan didirikan sebagai upaya untuk menurunkan jumlah kematian
dengan memberikan perawatan efektif (stabilisasi) terhadap korban secepat mungkin.
Upaya stabilisasi korban mencakup intubasi, trakeostomi, pemasangan drain thoraks,
pemasangan ventilator, penatalaksanaan syok secara medikamentosa, 55 analgesia,
pemberian infus, fasiotomi, imobilisasi fraktur, pembalutan luka, pencucian luka
bakar. Fungsi pos medis lanjutan ini dapat disingkat menjadi Three T rule (Tag,
Treat, Transfer) atau hukum tiga (label, rawat, evakuasi).
Lokasi pendirian pos medis lanjutan sebaiknya di cukup dekat untuk
ditempuh dengan berjalan kaki dari lokasi bencana (50100 meter) dan daerah
tersebut harus:
a. Termasuk daerah yang aman
b. Memiliki akses langsung ke jalan raya tempat evakuasi dilakukan
c. Berada di dekat dengan Pos Komando
d. Berada dalam jangkauan komunikasi radio.
Pada beberapa keadaan tertentu, misalnya adanya paparan material
berbahaya, pos medis lanjutan dapat didirikan di tempat yang lebih jauh.
Sekalipun demikian tetap harus diusahakan untuk didirikan sedekat mungkin
dengan daerah bencana.
Organisasi Pos Medis Lanjutan
Struktur internal pos medis lanjutan dasar, terdiri atas :
1. Satu pintu masuk yang mudah ditemukan atau diidentifikasi.
2. Satu tempat penerimaan korban/tempat triase yang dapat menampung
paling banyak dua orang korban secara bersamaan.
3. Satu tempat perawatan yang dapat menampung 25 orang korban secara
bersamaan.
Gambar 2.1JalurEvakuasi
Gambar 2.2PosMedisLanjutan
(Sumber :BUKU STANDAR INTERNASIONAL PENANGANAN
BENCANA BIDANG KESEHATAN, 2007)
2. Tarikan Bahu
Cara ini berbahaya bagi penderita cedera spinal (tulang belakang dari
tulang leher sampai tulang ekor). Posisikan penolong berlutut di atas kepala
penderita. Masukkan kedua lengan di bawah ketiak penderita kemudian
tarik ke belakang.
3. Tarikan Baju
Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain
(pembalut). Kemudian cengkram baju penderita di daerah baju dan tarik di
bawah kepala penderita untuk penyokong dan pegangan untuk menarik
penderita ke tempat aman.
4. Tarikan Selimut
Apabila penderita telah berbaring di atas selimut atau sejenisnya,
maka lipat bagian selimut yang berada di bagian kepala penderita lalu tarik
penderita ke tempat yang aman. Supaya penderita tidak bergeser dari atas
selimut, maka dapat dibuat simpul di ujung selimut bagian kaki penderita.
Gambar 2.6TeknikAngkatLangsung
f. Angkat penderita di atas lutut ketiga penolong secara bersamaan. Jika
terdapat tandu, maka penolong lain menyiapkan tandu di bawah penderita
kemudian meletakkan penderita di atas tandu dengan satu aba-aba.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1
Mulai
Studi Pustaka :
Merit Badge Series, American Red Cross, 2010
Medical Handbook for Seafarers, 2013
First-Adid Pre-Course Workbook, 2014
Melakukan Praktikum
Asistensi
Bab 1,2 dan 3
Analisa Praktikum
Asistensi
Bab 4,5
z
Pengumpulan Laporan
Selesai
3.2
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Stopwatch
2. Perban luka/Pembalut luka
3. Stetoskop
4. Tensimeter
5. Termometer Badan
6. Alat Tulis untuk Mencatat
3.3
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum P3K pelaksanaan tata cara triage ini
adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan korban (penderita) yang dapat ditunda pertolongannya
Penolong mengenali dan mengelompokkan para korban (penderita) yang
masih mampu berjalan dan memberi label warna HIJAU kemudian mengarahkan
ke pos pertolongan yang sesuai. Walaupun korban (penderita) masih mampu
berjalan, penolong wajib mengarahkan supaya tidak terpencar. Adakalanya
beberapa korban kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk ikut membantu proses
pertolongan.
2. Pemeriksaan pernafasan
Penolong mendatangi para korban (penderita) yang tidak mampu berjalan
dan lakukan penilaian pernafasan secara cepat dan sistematis (tidak terlalu
menghabiskan banyak waktu pada proses penilaian). Apabila korban (penderita)
tidak bernafas, maka bersihkan dan buka jalan nafas. Apabila korban (penderita)
masih tidak bernafas, maka beri label warna HITAM. Apabila korban (penderita)
mampu bernafas kembali, maka lakukan penilaian pernafasan dimana jika
korban dalam waktu 5 (lima) detik mampu bernafas 3 (tiga) kali hembusan
secara konstan maka beri label warna MERAH dan apabila kurang dari itu
lanjutkan ke langkah nomor 3 (tiga) di bawah. Beritahukan kepada penolong
lain untuk memindahkan korban (penderita) yang sudah diberi label ke pos
pertolongan sesuai label masing-masing.
3. Penilaian sirkulasi
Penolong memeriksa nadi karotis (nadi di dekat urat leher) pada korban
(penderita). Jika tidak ada nadi, maka beri label warna MERAH dan jika ada
maka lanjutkan ke langkah nomor 4 (empat) di bawah. Beritahukan kepada
penolong lain untuk
memindahkan korban (penderita) yang sudah diberi label ke pos
pertolongan sesuai label masing-masing.
4. Penilaian mental
Dalam langkah ini, korban (penderita) berarti masih memiliki nafas yang
cukup dan sirkulasi yang baik. Penolong memeriksa status mental korban
DAFTAR PUSTAKA
Gilboy N, Tanabe T, Travers D, Rosenau AM. 2011. Emergency Severity Index (ESI): A
Triage Tool for Emergency Department Care, Version 4. Implementation Handbook
2012 Edition. Rockville : AHRQ Publication No. 12-0014
E.C. Lanny Widiyanti, Endang Basuki, & Jofizal Jannis. (2009). Hubungan Sikap Tubuh saat
Mengangkat dan Memindahkan Pasien pada Perawat Perempuan dengan Nyeri
Punggung Bawah. Jakarta: Universitas Indonesia.
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-paper-6673-Pertemuan_11.pdf diakses pada tanggal
28 Nopember 2016
http://ragielle-volunteer.blogspot.co.id/2011/11/pemindahan-korban.html diakses pada tanggal
28 Nopember 2016
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.co.id/2015/07/pemindahan-penderita.html
diakses pada tanggal 28 November 2016
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.co.id/2015/07/pertolongan-korbanbanyak-triage.html diakses pada tanggal 28 November 2016
Jiwa,
A.
(2012).
Triage.
Diambil
kembali
dari
http://aceplahudinblog.blogspot.co.id/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Roby Stevi Lumbu, Muh. Niswar & Merna Baharuddin, 2012. Sistem Informasi Triage untuk
Penanggulangan Korban Bencana.
Setiawan, dkk. 2007. PedomanTeknisPenanggulanganKrisisKesehatanAkibat
Bencana. Jakarta :DepartemenKesehatan RI