Anda di halaman 1dari 9

Promosi

Kesehatan

Hari
Hepatitis
Sedunia
(http://www.kompasiana.com/yantigobel/mempromosikan-bahaya-laten-penyakithepatitis-catatan-hari-hepatitis-sedunia_550004e9a33311e36f50fa26)
Mempromosikan Bahaya Laten Penyakit Hepatitis: Catatan Hari Hepatitis Sedunia 13 Juli
2010 09:23:00 Diperbarui: 26 Juni 2015 14:53:58 Dibaca : 1,287 Komentar : 103 Nilai : 0
Pada tanggal 28 Juli, komunitas kesehatan seluruh dunia memperingati sebagai Hari Hepatitis
Sedunia. Pada tahun sebelumnya, Hari Hepatitis Sedunia diperingati tiap tanggal 19 Mei.
Namun dalam sidang Badan Eksekutif WHO ke-126, peringatan Hari Hepatitis disepakati
diubah menjadi tanggal 28 Juli atas usul dari delegasi Indonesia pada sidang Badan Eksekutif
WHO tersebut. Tanggal 28 Juli adalah hari kelahiran penemu hepatitis B pada tahun 1965 dan
mengembangkan vaksin hepatitis B untuk pertama kalinya bernama Dr Baruch S. Blumberg.
Dr. Blumberg dianugerahi hadiah Nobel pada tahun 1976 atas penemuan tersebut Perubahan
tersebut. Sidang Badan Eksekutif WHO ke-126 yang bersidang tanggal 18-23 Januari 2010
membahas berbagai isu kesehatan global dan manajemen WHO yang akan menjadi keputusan
Sidang World Health Assembly ke-63 bulan Mei 2010. Dewan Eksekutif WHO terdiri dari 34
negara, termasuk Indonesia, yang dipilih untuk membahas dan memberikan arah bagi
pengambilan keputusan dan kebijakan mengenai penanganan kesehatan global dan
manajemen WHO. Keberhasilan Indonesia memperjuangkan resolusi viral hepatitis sekali
lagi menunjukkan pentingnya diplomasi kesehatan dalam mendorong pembangunan
kesehatan nasional, khususnya pencegahan dan penanganan hepatitis secara nasional melalui
peningkatan kerjasama dan dukungan kerjasama pada tingkat global (detik.com). Khusus di
Indonesia peringatan Hari Hepatitis sedunia dipusatkan di Yogyakarta. Pemilihan dari
Yogyakarta karena merupakan daerah dengan jumlah penderita hepatitis tergolong tinggi
dibanding dengan daerah lainnya di Indonesia. Selain itu Yogyakarta juga dalam pelaksanaan
imunisasi hepatitis dinilai berhasil oleh pemerintah dengan melebihi target hingga 104,5
persen. Peringatan Hari Hepatitis dibuka oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu
Sedyaningsih dan diisi dengan berbagai kegiatan. Pada awalnya, Hari Hepatitis Sedunia
digagas pertama kali oleh gabungan kelompok pasien hepatitis yang beranggotakan lebih dari
200 kelompok pasien hepatitis dari seluruh dunia dengan tujuan untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat dunia atas penyakit menular dan membahayakan ini. Hari Hepatitis
Sedunia diselenggarakan sebagai tanggapan atas rendahnya perhatian dan tingkat kesadaran
yang diberikan terhadap virus hepatitis kronik juga sebagai suatu upaya politis untuk
mengangkat isu penyakit hepatitis untuk mendapatkan prioritas penanggulangnnya agar
setara dengan upaya penanggulangan HIV/AIDS, tuberculosis dan malaria. Bagi para
penggagasnya, Hari Hepatitis Sedunia ini merupakan langkah awal dari suatu rencana besar
selama lima tahun yang akan fokus pertama-tama pada peningkatan kesadaran masyarakat
dunia, dan kemudian diteruskan dengan penggalangan dukungan pada tingkat nasional dan
internasional untuk perbaikan dalam pencegahan, diagnosa dan pengobatan bagi mereka yang
hidup dengan virus hepatitis B dan C kronik. Virus Hepatitis Virus hepatitis telah menyerang
hingga dua miliar penduduk dunia, 400 juta penduduk diantaranya terinfeksi hepatitis B, dan
sekitar 170 juta jiwa terinfeksi hepatitis C. Sementara Indonesia menempati peringkat ketiga
dunia setelah China dan India untuk jumlah penderita hepatitis. Atau sekitar 13 juta penduduk
Indonesia mengidap hepatitis B dan empat juta penduduk lainnya menderita hepatitis C
(kompas.com). Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Se dunia (WHO) tahun 2000, angka
kejadian infeksi virus hepatitis C di Indonesia hampir 2,4 persen dari seluruh penduduk atau
sekitar 7 (tujuh) juta penduduk. Virus hepatitis C genotipe 1 merupakan genotipe yang paling
sering ditemukan di Indonesia yakni sekitar 60 persen hingga 65 persen. Genotipe 1
merupakan genotipe yang sulit diobati dan disembuhkan. Data WHO juga menunjukkan
bahwa dari berbagai penyebab kanker, 5 hingga 10 persen disebabkan oleh hepatitis B dan C.

Dari seluruh carrier hepatitis B di dunia, sekitar 75 persen terdapat di wilayah Asia-Pasifik,
sementara di Indonesia sendiri diperkirakan sekitar 10 persen merupakan carrier hepatitis B.
Lebih dari 350 juta orang di dunia telah menjadi pengidap kronik HBV dan 180 juta pengidap
HCV. Secara perbandingan, dari 12 orang penduduk dunia, ada 1 orang yang menderita
hepatitis. Bahkan sekitar 500 ribu hingga 2 juta orang meninggal setiap tahunnya karena
berlanjut menjadi penyakit hati serius yang diakibatkan oleh infeksi hepatitis B kronik. Ini
membuat hepatitis B berada pada posisi kesepuluh penyebab kematian utama di dunia.
Melihat data itulah mendorong komunitas kesehatan sedunia menjadikan pemberantasan
penyakit hepatitis sebagai salah satu agenda kesehatan global. Salah satu upaya pencegahan
termasuk imunisasi hepatitis sebagai pilihan, sedang pilihan strategi promosi kesehatan atas
penyakit hepatitis dengan menetapkan Hari Hepatitis Dunia pada tanggal 28 Juli untuk
membangun kepedulian masyarakat akan pentingnya upaya pencegahan hepatitis. Mengenal
Hepatitis Hepatitis biasa juga disebut orang kebanyakan dengan nama penyakit kuning.
Dalam bahasa latin hepatitis berarti peradangan hati. Peradangan ini bisa disebabkan oleh
bermacam-macam faktor: mulai dari bahan kimia, obat-obatan, virus, dan juga alkohol.
Dengan kata lain, penyakit Hepatitis merupakan peradangan hati (liver) yang umumnya
disebabkan oleh infeksi virus. Penyakit Hepatitis relatif mudah menular jika seseorang
meminjamkan barang-barang pribadinya, seperti gunting kuku, dan sebagianya. Virus
hepatitis C adalah salah satu penyebab penyakit hati di Indonesia. Pada umumnya, ada tujuh
tipe hepatitis yakni Hepatitis A, B,C, D, E, G dan TT. Hepatitis A dan E ditularkan melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi serta feses (kotoran). Kedua jenis hepatitis ini
pada umumnya relatif tidak berbahaya sehingga dapat sembuh dengan sendirinya. Lain
halnya dengan Hepatitis B, C dan D yang sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan
penyakit hati menahun termasuk sirosis (pengerasan hati), gagal hati, kanker hati dan
kematian. Umumnya Hepatitis B, C dan D ditularkan lewat darah dan cairan tubuh lainnya
seperti semen (cairan pembawa sperma). Infeksi Hepatitis B Virus (HBV) maupun Hepatitis
C Virus (HCV) merupakan masalah kesehatan masyarakat global karena mempengaruhi
tingkat morbiditas dan mortalitas yang signifikan, termasuk di Indonesia. Sementara kasus
infeksi hepatitis D di Indonesia belum ditemukan. Hepatitis B disebabkan oleh virus
Hepadnaviridae atau Hepatitis B Virus (HBV) dan dikelompokkan penyakit serius dan
berbahaya. Jika infeksi HBV terjadi dalam waktu lama (kronis), maka HBV dapat menyerang
hati dan dapat menyebabkan kanker hati dan sirosis (terbentuk jaringan parut pada hati).
Sedangkan Hepatitis C adalah penyakit hati akibat infeksi Hepatitis C Virus (HCV) dan
sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk Hepatitis C (detik.com). Infeksi Hepatitis B
dan C dapat ditularkan melalui darah dan cairan tubuh seperti semen, cairan vagina atau
saliva. Penularan ini dapat terjadi melalui hubungan seksual dengan penderita hepatitis B atau
C; dan kontak dengan darah dari penderita hepatitis B atau C misalnya jarum suntik (pecandu
narkoba), alat pencukur, sikat gigi, pakaian yang terkena darah, alat akupuntur, alat manikur
dan gunting kuku, alat tato atau body piercing (tindik) yang tidak steril, bahkan pada saat
berkelahi (jika terdapat luka terbuka pada kedua pihak). Hepatitis B dan C tidak ditularkan
melalui bersin, batuk, pelukan, atau pegangan tangan. Khusus Hepatitis C dikenal sebagai
wabah terselubung (silent epidemic) karena penyakit ini memiliki gejala yang tidak kentara.
Banyak orang tidak sadar telah mengidap Hepatitis C karena tidak merasakan gejalanya
selama bertahun-tahun sejak terinfeksi. Karena itu, bagi penderita hepatitis C harus aktif
melakukan tes dan pengobatan. Pengobatan Hepatitis B dan C, khususnya yang mengalami
komplikasi membutuhkan biaya yang sangat mahal dan belum tentu memuaskan. Berikut
beberapa cara untuk melindungi diri dari infeksi hepatitis B dan C, yaitu: (1) Periksa
kesterilan jarum yang digunakan untuk tindik telinga maupun bagian tubuh lainnya, tato,
akupuntur maupun elektrodialisis; (2) Hindari penggunaan bersama/bergantian gunting kuku,
pisau cukur, sikat gigi dan benda-benda lain yang mungkin kontak dengan darah. (3) Hindari

berbagi jarum suntik dengan orang lain; (4) Lakukan pemeriksaan berkala terhadap hepatitis
B dan C jika Anda adalah orang-orang yang berisiko tinggi, misal tenaga kesehatan atau
pernah menerima transplantasi organ, transfusi darah, bertukar jarum suntik, seks tidak aman
dan
lainnya
(dikaji
dari
berbagai
sumber
pustaka).
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/yantigobel/mempromosikan-bahaya-latenpenyakit-hepatitis-catatan-hari-hepatitis-sedunia_550004e9a33311e36f50fa26

Baruch Blumberg Sang Penemu Vaksin Hepatitis B


Posted on July 26, 2012 by meta box
(http://infoimunisasi.com/headline/baruch-blumberg-sang-penemu-vaksinhepatitis-b/)

Baruch Samuel Blumberg Sang Penemu Virus & Vaksin Hepatitis B (sumber : google)
Penemuan virus dan vaksin Hepatitis B merupakan salah satu prestasi medis terbesar pada
abad ke20. Penemuan medis terbesar ini berhasil ditemukan oleh Baruch Samuel Blumberg.
Seorang ilmuwan dari Amerika Serikat dan juga pemenang penghargaan Nobel bidang
Kedokteran pada tahun 1976.
Sejak abad 5 SM di Babilonia dan kemudian Hippocrates pada masa Yunani kuno (460 375
SM) telah menemukan bahwa penyakit kuning ini bersifat menular sehingga ia
menamakannya icterus infection. Pada abad 8 M, Paus Zacharias telah menganjurkan
suatu tindakan untuk pencegahan penularan lebih lanjut yaitu dengan melakukan isolasi
terhadap penderita. Sementara itu, Hippocrates telah menganjurkan konsep imunisasi untuk
pencegahan penyakit.
Pada tahun 1885, Lurman menarik kesimpulan bahwa adanya epidemi hepatitis virus yang
timbul pada buruh galangan kapal di Bremen setelah pemberian vaksin cacar yang terbuat
dari cairan limfe manusia. Kejadian ini diperingati sebagai tonggak monumental
ditemukannya jenis hepatitis virus yang transmisinya melalui parenteral. Pada tahun 1926,
Flaum melaporkan terjadinya epidemi virus hepatitis pada klinik penderita diabetes akibat
pemakaian alat suntik terkontaminasi. Di Brazilia pada awal tahun empat puluhan juga telah
terjadi epidemi virus hepatitis akibat suntikan vaksin yellow fever.
Keberhasilan Barry nama panggilan Baruch Samuel Blumberg dalam menemukan virus dan
vaksin Hepatitis B merupakan sumber inspirasi yang luar biasa bagi dunia. Penemuan itu
ditemukan pada saat Barry melakukan penelitian pada tahun 1950 dengan melakukan
perjalanan keliling dunia untuk mengambil sampel darah manusia dan mempelajari variasi
yang diwariskan dalam diri manusia. Penemuan antibodi tersebut terjadi secara kebetulan
pada saat meneliti variasi kimia dalam darah pasien penderita hemofilia yang telah seringkali
menerima transfusi darah. Akhirnya, terdeteksi suatu antigen dalam darah seorang Aborigin
Australia. Antigen ini disebut Antigen Australia, yang kini lebih dikenal dengan nama
Antigen permukaan virus hepatitisB disingkat HbsAg, karena letaknya dipermukaan virus
hepatitisB.
Untuk itu, mari kita mengenal lebih jauh apa itu penyakit Hepatitis, sehingga kita dapat
melakukan pencegahan sebelum tertular oleh penyakit berbahaya ini.

Virus
Hepatitis
Virus hepatitis telah menyerang hingga dua miliar penduduk di dunia. Ada 400 juta jiwa telah
terinfeksi hepatitis B dan sekitar 170 juta jiwa terinfeksi hepatitis C. Sementara itu, Indonesia
menempati peringkat ketiga di dunia setelah China dan India untuk jumlah penderita hepatitis
terbanyak. Sekitar 13 juta jiwa penduduk Indonesia mengidap hepatitis B dan 4 juta jiwa
penduduk lainnya menderita hepatitis C. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Sedunia
(WHO) pada tahun 2000, angka kejadian infeksi virus hepatitis C di Indonesia hampir 2,4
persen dari seluruh penduduk atau sekitar 7 (tujuh) juta penduduk.
Virus hepatitis C genotipe 1 merupakan genotipe yang paling sering ditemukan di Indonesia
yakni sekitar 60 persen hingga 65 persen. Genotipe 1 merupakan genotipe yang sulit diobati
dan disembuhkan. Data WHO juga menunjukkan bahwa dari berbagai penyebab kanker, 5
hingga 10 persen disebabkan oleh hepatitis B dan C. Dari seluruh carrier hepatitis B di dunia,
sekitar 75 persen terdapat di wilayah AsiaPasifik, sementara di Indonesia sendiri diperkirakan
sekitar 10 persen merupakan carrier hepatitis B.
Lebih dari 350 juta orang di dunia telah menjadi pengidap kronik Hepatitis B Virus (HBV)
dan 180 juta pengidap Hepatitis C Virus (HCV). Secara perbandingan, dari 12 orang
penduduk dunia, ada 1 orang yang menderita hepatitis. Bahkan sekitar 500 ribu hingga 2 juta
orang meninggal setiap tahunnya karena berlanjut menjadi penyakit hati serius yang
diakibatkan oleh infeksi hepatitis B kronik. Ini membuat hepatitis B berada pada posisi
kesepuluh penyebab kematian utama di dunia.
Penyakit Hepatitis
Penyakit Hepatitis biasa juga disebut dengan nama penyakit kuning. Dalam bahasa latin
hepatitis berarti peradangan hati. Peradangan ini bisa disebabkan oleh bermacammacam
faktor, seperti bahan kimia, obatobatan, virus, dan juga alkohol. Dengan kata lain, penyakit
Hepatitis merupakan peradangan hati (liver) yang umumnya disebabkan oleh infeksi virus.
Penyakit Hepatitis relatif mudah menular jika seseorang meminjamkan barangbarang
pribadinya, seperti gunting kuku, dan sebagainya.
Pada umumnya, ada tujuh tipe Hepatitis yakni Hepatitis A, B,C, D, E, G dan TT. Hepatitis A
dan E ditularkan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi serta feses (kotoran).
Kedua jenis hepatitis ini pada umumnya relatif tidak berbahaya sehingga dapat sembuh
dengan sendirinya. Lain halnya dengan Hepatitis B, C dan D yang sangat berbahaya karena
bisa mengakibatkan penyakit hati menahun termasuk sirosis (pengerasan hati), gagal hati,
kanker hati dan kematian. Umumnya Hepatitis B, C dan D ditularkan lewat darah dan cairan
tubuh lainnya seperti semen (cairan pembawa sperma).
Infeksi HBV maupun HCV merupakan masalah kesehatan masyarakat global karena
mempengaruhi tingkat morbiditas dan mortalitas yang signifikan, termasuk di Indonesia.
Sementara kasus infeksi hepatitis D di Indonesia belum ditemukan. Hepatitis B disebabkan
oleh virus Hepadnaviridae atau HBV dan dikelompokkan penyakit serius dan berbahaya. Jika

infeksi HBV terjadi dalam waktu lama (kronis), maka HBV dapat menyerang hati dan dapat
menyebabkan kanker hati dan sirosis (terbentuk jaringan parut pada hati). Sedangkan
Hepatitis C adalah penyakit hati akibat infeksi HCV dan sampai saat ini belum ditemukan
vaksin untuk Hepatitis C.
Infeksi HBV dan HCV dapat ditularkan melalui darah dan cairan tubuh seperti semen, cairan
vagina atau saliva. Penularan ini dapat terjadi melalui hubungan seksual dengan penderita
hepatitis B atau C; dan kontak dengan darah dari penderita hepatitis B atau C misalnya jarum
suntik (pecandu narkoba), alat pencukur, sikat gigi, pakaian yang terkena darah, alat
akupuntur, alat manikur dan gunting kuku, alat tato atau body piercing (tindik) yang tidak
steril, bahkan pada saat berkelahi (jika terdapat luka terbuka pada kedua pihak). Hepatitis B
dan C tidak ditularkan melalui bersin, batuk, pelukan, atau pegangan tangan.
Khusus Hepatitis C dikenal sebagai wabah terselubung (silent epidemic) karena penyakit ini
memiliki gejala yang tidak kentara. Banyak orang tidak sadar telah mengidap Hepatitis C
karena tidak merasakan gejalanya selama bertahuntahun sejak terinfeksi. Karena itu, bagi
penderita hepatitis C harus aktif melakukan tes dan pengobatan. Pengobatan Hepatitis B dan
C, khususnya yang mengalami komplikasi membutuhkan biaya yang sangat mahal dan belum
tentu memuaskan.
Berikut beberapa cara untuk melindungi diri dari infeksi hepatitis B dan C, yaitu:
(1) Periksa kesterilan jarum yang digunakan untuk tindik telinga maupun bagian tubuh
lainnya, tato, akupuntur maupun elektrodialisis;
(2) Hindari penggunaan bersama/bergantian gunting kuku, pisau cukur, sikat gigi dan
bendabenda lain yang mungkin kontak dengan darah.
(3) Hindari berbagi jarum suntik dengan orang lain;
(4) Lakukan pemeriksaan berkala terhadap hepatitis B dan C jika Anda adalah orangorang
yang berisiko tinggi, misal tenaga kesehatan atau pernah menerima transplantasi organ,
transfusi darah, bertukar jarum suntik, seks tidak aman dan lainnya
Hari Hepatitis Sedunia
Keberhasilan Barry menemukan virus dan vaksin Hepatitis B mendorong Komunitas
Kesehatan seluruh dunia untuk memperingati Hari Hepatitis Sedunia tepat pada tanggal 28
Juli. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan hari Kelahiran Barry sang penemu virus
dan vaksin Hepatitis B. Pemilihan tanggal ini hasil kesepakatan dalam sidang Badan
Eksekutif WHO ke126 atas usulan dari delegasi Indonesia. Delegasi Indonesia telah
memperjuangkan resolusi viral hepatitis sebagai bentuk diplomasi kesehatan dalam
mendorong pembangunan kesehatan nasional, khususnya pencegahan dan penanganan
hepatitis secara nasional melalui peningkatan kerjasama dan dukungan kerjasama pada
tingkat global.

Penyelenggaraan Hari Hepatitis Sedunia sebagai bentuk tanggapan atas rendahnya perhatian
dan tingkat kesadaran yang diberikan terhadap virus hepatitis kronik juga sebagai suatu upaya
politis untuk mengangkat isu penyakit hepatitis untuk mendapatkan prioritas
penanggulangnnya agar setara dengan upaya penanggulangan HIV/AIDS, tuberculosis dan
malaria. Sehingga, diharapkan pada penyelenggaraan Hari Hepatitis Sedunia tahun ini
mampu menjadi langkah awal dari suatu rencana besar selama lima tahun yang lebih fokus
pada peningkatan kesadaran masyarakat dunia, dan kemudian diteruskan dengan
penggalangan dukungan pada tingkat nasional dan internasional untuk perbaikan dalam
pencegahan, diagnosa dan pengobatan bagi mereka yang hidup dengan virus hepatitis B dan
C kronik.
Penyelenggaraan ini pun mendorong seluruh komunitas kesehatan sedunia untuk menjadikan
pemberantasan penyakit hepatitis sebagai salah satu agenda kesehatan global. Salah satu
upaya pencegahan termasuk imunisasi hepatitis sebagai pilihan, sedang pilihan strategi
promosi kesehatan atas penyakit hepatitis dengan menetapkan Hari Hepatitis Dunia pada
tanggal 28 Juli untuk membangun kepedulian masyarakat akan pentingnya upaya pencegahan
hepatitis.
sumber : disarikan dari berbagai sumber

Kenali dan Cegah Hepatitis Sejak Lahir

Posted by: Said Mardani in Artikel Kesehatan, Info Penyakit Selasa, 28 Juli 2015 435 Views
(http://dinkes.inhukab.go.id/?p=2574)

Credit Photo: techfeast.co


Rengat-Dinkes Inhu. Tahukah Anda bahwa tanggal 28 Juli setiap tahunnya selalu diperingati
oleh masyararakat dunia sebagai Hari Hepatitis Sedunia (World Hepatitis Day). Tanggal ini
dipilih bertepatan dengan hari kelahiran Dr. Brauch S. Blumberg sebagai penemu virus
Hepatitis B yang pernah memperoleh hadiah Nobel tahun 1976. Pada peringatan Hari
Hepatitis Sedunia tahun ini Badan Kesehatan Dunia WHO mengangkat tema tentang
pencegahan hepatitis melalui kampanye Cegah Hepatitis, Bertindak Sekarang.
Hepatitis merupakan masalah kesehatan global karena banyaknya jumlah penderita penyakit
ini. Seperti ditulis dalam website resmi WHO, saat ini sedikitnya terdapat 400 juta orang
yang hidup dengan hepatitis di seluruh dunia. Setiap tahunnya diperkirakan 1,4 juta orang
meninggal karena hepatitis dan penyakit ini menempati peringkat ke-8 pembunuh di dunia.
Indonesia tidak luput dari masalah penyakit ini. Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian
Kesehatan RI tahun 2007 menunjukan bahwa prevalensi hepatitis khususnya hepatitis B di
Indonesia cukup tinggi mencapai 9,4% dari total penduduk Indonesia.
Hepatitis merupakan peradangan sel-sel hati karena virus yang bisa mengakibatkan kanker
hati. Berdasarkan jenis virus yang menyebabkannya, ada 5 jenis hepatitis yaitu hepatitis A, B,
C, D dan E. Secara umum gejala klinis yang ditimbulkannya hampir sama berupa tubuh
menguning (ikterik) yang kentara terlihat pada mata, wajah dan telapak tangan; mual dan
muntah; kurang nafsu makan dan kadang disertai rasa nyeri pada sendi dan otot. Di
Indonesia, kasus hepatitis yang banyak ditemukan adalah hepatitis B dan kasus ini banyak
terjadi pada anak-anak. Untuk itu ada baiknya kita mengenali lebih dalam tentang hepatitis B
dan upaya pencegahannya sejak dini.

Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis b (HVB) termasuk kelompok hepadnavirus. Cara
penularan HBV yang paling sering terjadi antara lain meliputi kontak seksual atau kontak
rumah tangga dengan seseorang yang tertular, penularan perinatal yang terjadi dari ibu
kepada bayinya, penggunaan alat suntik pada para pecandu obat-obatan terlarang dan melalui
pajanan nosokomial di rumah sakit. Bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan
HBV antara lain darah dan produk darah, air ludah, cairan otak dan sumsum tulang belakang
(cairan cerebrospinal), cairan rongga perut (peritoneal), cairan paru (pleural), cairan selaput
jantung (pericardial) dan cairan ketuban (amniotik), cairan kelamin pria (semen), cairan
vagina, cairan bagian tubuh lainnya yang berisi darah, organ dan jaringan tubuh yang
terlepas.
Virus hepatitis B pada awalnya akan menyerang hati dan menyebabkan infeksi akut
(mendadak). Perkembangan lanjutan infeksi HVB menjadi kronis (menahun), tergantung
pada usia berapa infeksi tersebut terjadi. Anak kurang dari 5 tahun yang terinfeksi HVB
adalah yang paling mungkin untuk berkembang menjadi infeksi kronis. Data menunjukkan
bahwa, perkembangan menjadi infeksi kronis terjadi pada 80-90% bayi yang terinfeksi
selama tahun pertama kehidupan dan 30-50% anak yang terinfeksi sebelum usia 6 tahun.
Sebaliknya, hanya <5% orang dewasa sehat akan menjadi hepatitis B kronis dan hanya 2030% orang dewasa dengan hepatitis B kronis akan berlanjut menjadi sirosis dan atau kanker
hati. Lebih dari 90% orang dewasa sehat yang terinfeksi HVB, akan pulih secara alami dalam
tahun pertama. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa semakin muda usia tertular hepatitis
B semakin besar risiko menderita hepatitis B kronis yang akan berujung pada sirrosis dan
kanker hati.
Setiap orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin rentan terhadap penyakit ini. Untuk itu
upaya pencegahan terbaik adalah dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B sejak dini dan
diperkuat dengan vaksinasi lanjutan sesuai usia. Untuk menanggulangi penyakit ini, sejak
tahun 1997 pemerintah telah memberlakukan program vaksinasi hepatitis B gratis untuk bayi
baru lahir (0-7 hari) yang dilanjutkan dengan pemberian 3 dosis vaksin ketika bayi berusia 26 bulan dengan jarak pemberian minimal 4 minggu (1 bulan). Pemerintah telah
mendistribusikan vaksin hepatitis B tersebut pada Puskesmas di seluruh pelosok tanah air
termasuk di Kabupaten Indragiri Hulu sehingga diharapkan seluruh generasi penerus bangsa
akan mendapatkan kekebalan terhadap penularan penyakit ini. Untuk itu pastikan bayi Anda
mendapatkan vaksinasi hepatitis B lengkap dan tepat waktu dengan mengunjungi Posyandu
atau Puskesmas terdekat demi melindungi masa depannya dari tertular hepatitis B.

Anda mungkin juga menyukai