OSTEOMIELITIS
Oleh
Elzan Zulqad Maulana, S.Ked.
04088821618170
04084821618169
Pembimbing
dr. Primadika Rubiansyah, Sp.OT
DEPARTEMEN BEDAH
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
1
Judul Referat
Osteomielitis
Oleh:
Elzan Zulqad Maulana, S.Ked.
04088821618170
04084821618169
Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 8 Agustus 2016 s.d
16 Oktober 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Taala atas rahmat dan berkah-Nya
sehingga referat yang berjudul Osteomielitis ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik
senior di Departemen Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Terima kasih kepada dr. Primadika Rubiansyah, Sp.OT yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan referat ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan.
Semoga referat ini bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................2
KATA PENGANTAR ............................................................................................3
DAFTAR ISI ..........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................6
2.1 Anatomi Tulang.........................................................................................6
2.2 Osteomielitis..............................................................................................15
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
. Osteomielitis merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan
struktur-struktur di sekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi
muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi dapat melibatkan seluruh
struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit
yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa. Faktor risiko untuk terjadinya
osteomielitis adalah tingkat hygiene yang kurang, nutrisi yang masih rendah,
fasilitas diagnostic yang belum memadai hingga pelayanan kesehatan primer,
masih tingginya kejadian tuberkulosis yang dapat juga menyerang sendi dan
tulang. (5)
Prevalensi osteomielitis lebih tinggi di negara berkembang. Di Amerika
Serikat insidensi osteomielitis adalah 1 dari tiap 5000 orang, dan 1 dari tiap 1000
usia bayi. Dalam pasien diabetes, prevalensi osteomielitis setelah adanya trauma
pada kaki bisa meningkat yaitu 16%. Perbandingan antara laki-laki dan
perempuan kira-kira 2:1. Angka kematian akibat osteomielitis rendah dan
biasanya disebabkan sepsis atau kondisi medis serius. (7)
Dalam 20 tahun terakhir ini telah banyak dikembangkan tentang
bagaimana cara menatalaksana penyakit ini dengan tepat. Seringkali usaha ini
berupa suatu tim yang terdiri dari ahli bedah ortopedi, ahli bedah plastik, ahli
penyakit infeksi, ahli penyakit dalam, ahli nutrisi, dan ahli fisioterapi yang
berkolaborasi untuk menghasilkan perawatan multidisiplin yang optimal bagi
penderita. Infeksi dalam suatu sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui
dua cara, baik melalui peredaran darah maupun akibat kontak dengan lingkungan
luar tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sendi
Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan
tulang-tulang tersebut dapat bergerak satu sama lain maupun tidak dapat
tulang.
Ligamen
Jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut-serabut liat yang
2).Tulang Pendek
Tulang pendek berbentuk seperti seperti kubus atau pendek tidak
beraturan. Tulang pipih tersusun atas dua lempengan tulang kompak dan
tulang spons, didalamnya terdapat sumsum tulang. Kebanyakan tulang
pipih menyusun dinding rongga, sehingga tulang pipih ini sering berfungsi
sebagai pelindung atau memperkuat. Contoh: tulang telapak tangan dan
kaki, serta ruas-ruas tulang belakang.
3).Tulang Pipih
Tulang pipih berbentuk gepeng memipih. Tulang pipih mempunyai dua
lapisan tulang kompak yang disebut lamina eksterna dan interna ossis
karnii. Kedua lapisan dipisahkan oleh satu lapisan tulang spongiosa
disebut diploe. Contoh, tulang tengkorak, tulang rusuk, dan tulang belikat.
10
11
2).Tulang Keras
(Osteon)
Tulang keras
merupakan
kumpulan sel-sel
tulang yang
mengeluarkan
matriks yang
mengandung
senyawa kapur
senyawa ini
menyebabkan tulang
menjadi keras.
Osteoblast pada
lacuna menjadi
disebut osteosit
lakuna satu
dengan lakuna
lainnya
dihubungkan oleh
kanalikuli. Di
dalam kanalikuli
terdapat
sitoplasma dan
pembuluh darah
yang bertugas
memenuhi
kebutuhan nutrisi
osteosit.
Tulang keras
dibedakan
kompak dan Jenis tulang spons (tulang berongga). Pada Gambar 4.3
tampak bahwa tulang kompak (tulang padat) mempunyai matriks tulang
yang rapat dan padat, misalnya pada tulang pipa. Tulang spons matriksnya
berongga. Rongga-rongga pada tulang spons diisi oleh jaringan sumsum
tulang. Apabila berwarna merah berarti mengandung sel-sel darah merah,
misalnya pada epifisis tulang pipa. Apabila berwarna kuning berarti
mengandung sel-sel lemak, misalnya pada diafisis tulang pipa.
12
Tulang kompak paling banyak ditemui pada tulang kaki dan tulang tangan.
c. Tulang Spongiosa (Spongy bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut lapisan spongiosa. Sesuai dengan
namanya tulang Spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut di isi
oleh sumsum tulang merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
d. Sumsum tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum
tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang
dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan di bagian
tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita
karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
14
3. Pergerakan
Misal tulang dan otot merupakan alat gerak yang berkaitan erat.
Tulang tidak dapat bergerak bila tidak dapat digerakan otot. Karena
tulang tidak dapat bergerak dengan sendirinya tanpa bantuan otot
sehingga tulang sebagai alat gerak pasif dan otot sebagai alat gerak
aktif (karena sebagai penggerak tulang).
4. Tempat melekatnya otot untuk pergerakan tubuh
5. Gudang menyimpannya mineral seperti kalsium dan hematopoesis.
Kalsium berfungsi untuk mencegah osteoporosis dan melancarkan
peredaran darah sedangkan hematopoesis adalah pembentukan
komponen sel darah diamna terjadi proliferasi, maturasi dan
diferensiasi sel yang terjadi secara serentak. (1)
2.2. Osteomielitis
2.2.1. Definisi
Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis
dari tulang dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kumankuman piogenik. Literatur medis saat ini memperluas definisinya menjadi
proses inflamasi dari seluruh bagian tulang termasuk korteks, dan
periosteum dan diikuti dengan destruksi tulang (5)
2.2.2. Epidemiologi Osteomielitis
1 dari 675 orang yang ke rumah sakit di Amerika Serikat (50.000
kasus per tahun) dikarenakan osteomielitis. Prevalensi osteomielitis lebih
tinggi di negara berkembang. Di Amerika Serikat insidensi osteomielitis
adalah 1 dari tiap 5000 orang, dan 1 dari tiap 1000 usia bayi. Dalam pasien
diabetes, prevalensi osteomielitis setelah adanya trauma pada kaki bisa
meningkat yaitu 16%. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan kirakira 2:1. Angka kematian akibat osteomielitis rendah dan biasanya
15
disebabkan sepsis atau kondisi medis serius. Sekitar 20% dari kasus yang
ditemukan pada orang dewasa merupakan hematogen, dimana lebih
banyak ditemukan pada laki-laki dan tanpa sebab yang jelas.
Status
penyakit
merupakan
predisposisi
pasien
terhadap
Umur
Bayi baru lahir
Etiologi
S. aureus, Enterobacter spp., Steptococcus (Group A dan
Anak-anak
B)
S. aureus, Enterobacter spp., Steptococcus (Group B),
Dewasa
Faktor predisposisi
Pengguna obat suntik
Immunocompromised
Haemophilus influenzae
S. aureus
S. aureus, P. aeruginosa, Serratia marcescens, Candida
spp.
S. aureus, Bartonella henselae, Aspergilus spp.,
16
negatif aerob.
S.
aureus,
staphylococci
koagulase
negatif,
Propianibacterium spp.
Infeksi nosokomial
Enterobactericeae, P. Aeruginosa, Candida spp.
Diabetes
melitus, Polimicrobial: S.aureus, Staphylococcus koagulase
insufisiensi
fraktur
terkontaminasi
Sumber: Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences
2.2.4. Patogenesis
Infeksi dalam sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui beberapa
cara. Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka penetrasi langsung,
melalui penyebaran hematogen dari situs infeksi didekatnya ataupun dari struktur
lain yang jauh, atau selama pembedahan dimana jaringan tubuh terpapar dengan
lingkungan sekitarnya.
Osteomielitis hematogen adalah penyakit masa kanak-kanak yang
biasanya timbul antara usia 5 dan 15 tahun.Ujung metafisis tulang panjang
merupakan tempat predileksi untuk osteomielitis hematogen. Diperkirakan bahwa
end-artery dari pembuluh darah yang menutrisinya bermuara pada vena-vena
sinusoidal yang berukuran jauh lebih besar, sehingga menyebabkan terjadinya
aliran darah yang lambat dan berturbulensi pada tempat ini. Kondisi ini
mempredisposisikan bakteri untuk bermigrasi melalu celah pada endotel dan
melekat pada matriks tulang. Selain itu, rendahnya tekanan oksigen pada daerah
ini juga akan menurunkan aktivitas fagositik dari sel darah putih. Dengan
maturasi, ada osifikasi total lempeng fiseal dan ciri aliran darah yang lamban tidak
ada lagi. Sehingga osteomielitis hematogen pada orang dewasa merupakn suatu
kejadian yang jarang terjadi.
Infeksi hematogen ini akan menyebabkan terjadinya trombosis pembuluh
darah lokal yang pada akhirnya menciptakan suatu area nekrosis avaskular yang
17
termasuk
diabetes
mellitus,
immunosupresan,
penyakit
imundefisiensi, malnutrisi, gangguan fungsi hati dan ginjal, hipoksia kronik, dan
usia tua. Sedangkan faktor-faktor lokal adalah penyakit vaskular perifer, penyakit
stasis vena, limfedema kronik, arteritis, neuropati, dan penggunaan rokok. (6)
18
klasifikasi
mengkategorisasikan
lainnya
infeksi
dikembangkan
muskuloskeletal
oleh
Waldvogel
berdasarkan
etiologi
yang
dan
19
Secara klinis, penderita memiliki gejala dan tanda dari inflamasi akut.
Nyeri biasanya terlokalisasi meskipun bisa juga menjalar ke bagian tubuh lain di
dekatnya. Sebagai contoh, apabila penderita mengeluhkan nyeri lutut, maka sendi
panggul juga harus dievaluasi akan adanya arthritis. Penderita biasanya akan
menghindari menggunakan bagian tubuh yang terkena infeksi.
Pada pemeriksaan biasanya ditemukan nyeri tekan lokal dan pergerakan
sendi yang terbatas, namun oedem dan kemerahan jarang ditemukan. Dapat pula
disertai gejala sistemik seperti demam, menggigil, letargi, dan nafsu makan
menurun pada anak.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan dramatis dari CRP,
LED, dan leukosit. Pada pemeriksaan kultur darah tepi, ditemukan organisme
penyebab infeksi. Pada pemeriksaan foto polos pada awal gejala didapatkan hasil
yang negatif. Seminggu setelah itu dapat ditemukan adanya lesi radiolusen dan
elevasi periosteal. Sklerosis reaktif tidak ditemukan karena hanya terjadi pada
infeksi kronis.
20
Osteomielitis Subakut
Infeksi subakut biasanya berhubungan dengan pasien pediatrik. Infeksi ini
biasanya disebabkan oleh organisme dengan virulensi rendah dan tidak memiliki
gejala. Osteomielitis subakut memiliki gambaran radiologis yang merupakan
kombinasi dari gambaran akut dan kronis. Seperti osteomielitis akut, maka
ditemukan adanya osteolisis dan elevasi periosteal. Seperti osteomielitis kronik,
maka ditemukan adanya zona sirkumferensial tulang yang sklerotik. Apabila
osteomielitis subakut mengenai diafisis tulang panjang, maka akan sulit
membedakannya dengan Histiositosis Langerhans atau Ewings Sarcoma.
Osteomielitis Kronik
21
Pada anak anak, biasanya berumur lebih dari 4 tahun dengan gejala
nyeri hebat, malaise, dan demam. Dalam kasus yang dibiarkan, dapat
timbul toksemia. Orang tua akan menyadari bahwa anaknya menolak
untuk menggunakan salah satu anggota gerak ataupun sekadar hanya ingin
disentuh. Mungkin terdapat riwayat infeksi. Anak tampak sakit dan
demam, denyut nadi lebih dari 100 dan temperatur meningkat. Pada
anggota gerak yang terkena akan sulit digerakkan dan terdapat kemerahan
lokal, edema, bengkak, dan hangat yang dapat menandakan bahwa pus
Pada orang dewasa, tempat yang paling sering terkena infeksi hematogen
ialah tulang belakang bagian torakolumbar. Dapat ditemukan riwayat
prosedur urologis yang diikuti dengan demam ringan dan sakit punggung.
Nyeri lokal tidak terlalu timbul dan membutuhkan waktu yang lama untuk
tanda pada X-ray muncul, ketika muncul diagnosis harus dipastikan
dengan aspirasi fine-needle dan kultur. Tulang lain dapat juga terkena,
khususnya dengan adanya riwayat diabetes, malnutrisi, kecanduan obat,
gejala klinis seperti onset yang cepat dan gejala yang lokal. Gejala sistemik seperti
demam, letargi, dan iritabilitas dapat ditemui. Pemeriksaan fisik fokus pada
penemuan gejala inflamasi seperti eritema, bengkak, atau efusi sendi, gerakan
sendi yang terbatas, dan nyeri tulang. Identifikasi bakteri penyebab sulit karena
kultur darah positif ditemukan hanya pada setengah kasus yang ditemui.
Diagnosis osteomielitis pada orang dewasa cukup sulit. Indeks klinis yang tinggi,
ditemukannya gejala klinis, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
pencitraan kadang diperlukan.
Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos
Pada osteomielitis awal, tidak ditemukan kelainan pada pemerikSosaan
radiograf. Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni, yang
mengawali destruksi cancellous bone. Seiring berkembangnya infeksi,
reaksi periosteal akan tampak, dan area destruksi pada korteks tulang
tampak lebih jelas. Osteomielitis kronik diidentifikasi dengan adanya
23
24
b. Ultrasound
Berguna untuk mengidentifikasi efusi sendi dan menguntungkan untuk
mengevaluasi pasien pediatrik dengan suspek infeksi sendi panggul.
c. Radionuklir
Jarang dipakai untuk mendeteksi osteomielitis akut. Pencitraan ini sangat
sensitif namun tidak spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang. Umumnya,
infeksi tidak bisa dibedakan dari neoplasma, infark, trauma, gout, stress
fracture, infeksi jaringan lunak, dan artritis. Namun, radionuklir dapat
membantu untuk mendeteksi adanya proses infeksi sebelum dilakukan
prosedur invasif dilakukan.
d. CT Scan
CT scan dengan potongan koronal dan sagital berguna untuk
menidentifikasi sequestra pada osteomielitis kronik. Sequestra akan
tampak lebih radiodense dibanding involukrum disekelilingnya. (5)
2.2.9.
Terapi
25
26
penyebab
Dosis yang tidak adekuat
Lama pemberian tidak cukup
Timbulnya resistensi
Kesalahan hasil biakan
Antibiotika antagonis
Pemberian pengobatan suportif yang buruk
Kesalahan diagnostik (3)
BAB III
KESIMPULAN
Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis dari
tulang dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman
piogenik. Infeksi dalam suatu sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui
dua cara, baik melalui peredaran darah maupun akibat kontak dengan lingkungan
luar tubuh.
Beberapa sistem klasifikasi telah digunakan untuk mendeskripsikan
ostemielitis. Sistem tradisional membagi infeksi tulang menurut durasi dari
timbulnya gejala akut, subakut, dan kronik. Sistem klasifikasi lainnya
dikembangkan oleh Waldvogel yang mengkategorisasikan infeksi muskuloskeletal
berdasarkan etiologi dan kronisitasnya : hematogen, penyebaran kontinyu (dengan
atau tanpa penyakit vaskular) dan kronik. Penyebab osteomielitis adalah kuman
Staphylococcus aureus ,Streptococcus, Haemophilus influenza, Salmonella typhii
dan Eschericia coli.
Diagnosis
osteomielitis akut pada anak biasanya ditegakkan dengan gejala klinis seperti
onset yang cepat dan gejala yang lokal. Gejala sistemik seperti demam, letargi,
28
dan iritabilitas dapat ditemui. Pemeriksaan fisik fokus pada penemuan gejala
inflamasi seperti eritema, bengkak, atau efusi sendi, gerakan sendi yang terbatas,
dan nyeri tulang. Identifikasi bakteri penyebab sulit karena kultur darah positif
ditemukan hanya pada setengah kasus yang ditemui. Diagnosis osteomielitis pada
orang dewasa cukup sulit. Indeks klinis yang tinggi, ditemukannya gejala klinis,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pencitraan kadang diperlukan.
Penatalaksanaannya harus secara komprehensif meliputi
pemberian antibiotika, pembedahan, dan konstruksi jaringan lunak, kulit, dan
tulang. Juga harus dilakukan rehabilitasi pada tulang yang terlibat setelah
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, Richard S,. 2006. Anatomi Klinik ; Ed 6. EGC : Jakarta.
2. King, RW. Osteomyelitis. December 9, 2009 (cited February 1, 2010).
Available at http://emedicine.medscape.com/article/785020-overview
3. Sabiston, DC. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Edisi ke-1. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 1994
4. Skinner H. Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics. New
Hampshire : Appleton & Lange ; 2003
5. Sjamsuhidajat.R; De Jong.W, Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi,
Cetakan Pertama, Penerbit EGC; Jakarta.2002. 1058-1064.
6. Louis S, David W, Selvadurai N. Apley and Solomon's Concise System of
Orthopaedics and Trauma: Fourth Edition, CRC Press, 2014.
7. Zimmerli W.N. Clinical Practice Vertebral Osteomyelitis. 2010
29
30