Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan penyebab kematian akibat
kanker yang terbesar bagi wanita di negara-negara berkembang. Secara global terdapat
600.000 kasus baru dan 300.000 kematian setiap tahunnya, yang hampir 80% terjadi di
negara berkembang. Fakta-fakta tersebutmembuat kanker leher rahim menempati posisi
kedua kanker terbanyak pada perempuan di dunia, danmenempati urutan pertama di
negara berkembang.
Saat ini, kanker leher rahim menjadi kanker terbanyak pada wanita Indonesia
yaitu sekitar 34% dari seluruh kanker pada perempuan dan sekarang48 juta perempuan
Indonesia dalam risiko mendapat kanker leher rahim.Kanker leher rahim adalah kanker
yang terjadi pada area leher rahim yaitu bagian rahim yangmenghubungkan rahim
bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata kejadian kanker leher rahim adalah 52tahun,
dan distribusi kasus mencapai puncak 2 kali pada usia 35-39 tahun dan 60 64 tahun.
Kanker leher rahim sendiri merupakan keganasan yang dapat dicegah karena :
1. Memiliki masa preinvasif (sebelum menjadi keganasan) yang lama
2. Pemeriksaan sitologi (sel) untuk mendeteksi dini kanker leher rahim sudah
tersedia
3. Terapi lesi preinvasif (bibit keganasan) cukup efektif
Penelitian

epidemiologi

memperlihatkan

bahwa

infeksi

HPV terdeteksi

menggunakan penelitianmolekular pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel skuamosa


karena infeksi HPV adalah penyebabmutasi neoplasma (perubahan sel normal menjadi
sel ganas). Terdapat 138 strain HPV yang sudah diidentifikasi, 30 diantaranya dapat
ditularkan melalui hubungan seksual. Dari sekian tipe HPV yang menyerang anogenital
(dubur dan alat kelamin), ada 4 tipe HPV yang biasa menyebabkan masalah dimanusia
1

seperti 2 subtipe HPV dengan risiko tinggi keganasan yaitu tipe 16 dan 18 yang
ditemukanpada 70% kanker leher rahim serta HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan
90% kasus genital warts (kutil kelamin).
B. Rumusan Masalah
1)
2)
3)
4)
5)

Definisi Kanker Serviks/Kanker Mulut Rahim


Gambaran Epidemiologi Kanker Serviks
Factor Resiko Kanker Serviks
Pencegahan Kanker Serviks
Gejala / tanda Kanker Serviks

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1) Agar mahasiswa dapat mengetahui Kanker Serviks
2) Agar mahasiswa dapat mengetahui Gambaran Epidemiologi Kanker Serviks
3) Agar mahasiswa dapat mengetahui Factor Resiko Kanker Serviks
4) Agar mahasiswa dapat mengetahui Pencegahan Kanker Serviks
5) Agar mahasiswa dapat mengetahui Gejala / tanda Kanker Serviks
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kanker Serviks/Kanker Mulut Rahim
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di
daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa
kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher
rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.
Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak
90% dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke
rahim.
Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel
skuamosa. Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi
prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyebab utama kanker leher rahim
2

adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang
sudah dapat teridentifikasi yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual.
Beberapa tipe HPV virus risiko rendah jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang
lain bersifat virus risiko tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat
menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya HPV tipe
risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan
melalui hubungan seksual adalah tipe 7,16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68,
69, dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain.
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker leher rahim
disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Yang membedakan antara HPV risiko tinggi dengan HPV
risiko rendah adalah satu asam amino saja. Asam amino tersebut adalah aspartat pada
HPV risiko tinggi dan glisin pada HPV risiko rendah dan sedang (Gastout et al, 1996).
Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan lebih dari 50% kanker leher rahim.
Seseorang yang sudah terkena infeksi HPV 16 memiliki resiko kemungkinan terkena
kanker leher rahim sebesar 5%.
Dinyatakan pula bahwa tidak terdapat perbedaan probabilitas terjadinya kanker
serviks pada infeksi HPV-16 dan infeksi HPV-18 baik secara sendiri-sendiri maupun
bersamaan (Bosch et al, 2002). Akan tetapi sifat onkogenik HPV-18 lebih tinggi daripada
HPV-16 yang dibuktikan pada sel kultur dimana transformasi HPV-18 adalah 5 kali lebih
besar dibandingkan dengan HPV-16. Selain itu, didapatkan pula bahwa respon imun pada
HPV-18 dapat meningkatkan virulensi virus dimana mekanismenya belum jelas. HPV-16
berhubungan dengan skuamous cell carcinoma serviks sedangkan HPV-18 berhubungan
dengan adenocarcinoma serviks.
Prognosis dari adenocarcinoma kanker serviks lebih buruk dibandingkan
squamous cell carcinoma. Peran infeksi HPV sebagai faktor risiko mayor kanker serviks
3

telah mendekati kesepakatan, tanpa mengecilkan arti faktor risiko minor seperti umur,
paritas, aktivitas seksual dini/prilaku seksual, dan meroko, pil kontrasepsi, genetik,
infeksi virus lain dan beberapa infeksi kronis lain pada serviks seperti klamidia
trakomatis dan HSV-2 (Hacker, 2000).
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker
pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker
leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke
stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.
B. Gambaran Epidemiologi / Sejarah Kanker Serviks
Kanker serviks (leher rahim) sebetulnya sudah ditemukan sejak masa sebelum
Masehi (tahun 400 SM). Meskipun sudah lama ditemukan, ternyata selama berabad-abad
penyebab pasti penyakit tersebut belum diketahui. Hal itu menyebabkan sulitnya
ditemukan pengobatan yang tepat. Lalu pada tahun 1842, muncul teori pertama tentang
penyebab kanker serviks di Florence. Teori tersebut menyatakan bahwa hubungan seksual
yang dilakukan dengan banyak orang (berganti-ganti pasangan) dapat memicu
pertumbuhan kanker serviks.
Kebenaran teori dibuktikan oleh seorang dokter yang mengamati adanya
hubungan kanker serviks dengan pekerja seks komersial. Sehingga dapat dikatakan
wanita-wanita yang melakukan hubungan seks dengan pasangan yang berbeda sangat
beresiko terserang kanker serviks. Sementara itu, dokter juga mengamati tidak adanya
hubungan para biarawati yang jarang atau tidak pernah berhubungan seks dengan
penyakit tersebut.
Tapi, beberapa dari biarawati justru menderita kanker payudara. Hal itu membuat
banyak orang berasumsi, apakah penyakit kanker serviks bisa menyerang siapapun baik

yang sudah atau belum pernah berhubungan seksual? Dan apakah penyebab kedua kanker
tersebut adalah penggunaan korset yang terlalu ketat?
Banyaknya pemahaman yang keliru membuat penyebab kanker serviks masih
belum ditemukan secara pasti. Tapi, menurut sejarah kanker serviks pada tahun 1950,
dokter meyakini bahwa penyebab timbulnya penyakit tersebut adalah smegma.
Pemahaman yang berlaku di Amerika pada tahun 1970-an adalah adanya kaitan antara
kanker serviks dengan herpes yang dinilai sangat keliru.
Seorang dokter Yunani yang bernama Hippocrates, menulis tentang penyakit
kanker leher rahim dan mencoba mengobatinya dengan metode yang dikenal sebagai
radikal trachelectomy. Walaupun demikian, sebenarnya Hippocrates belum menemukan
pengobatan apapun yang dapat membasmi kankernya. Akhirnya pada tahun 1940-an,
metode radikal trachelectomy hanya digunakan selama beberapa saat. Metode tersebut
melibatkan penghilangan leher rahim serta penyambungan saluran vagina ke rahim.
Akhirnya, di awal abad ke-20, para ilmuwan baru berhasil menemukan
penyebabnya yang tidak lain adalah paparan terhadap HPV (Human Papilloma Virus).
Setelah itu, mereka membuat vaksin yang dapat mencegah virus serta perkembangan
penyakit. Sekarang ini, vaksin untuk mencegah penularan beberapa virus sudah tersedia.
Gejala munculnya kanker serviks ditandai dengan adanya pendarahan dari vagina
setelah berhubungan seksual (di luar haid/setelah menopause). Oleh karena itu, apabila
pembaca mengalami pendarahan segera periksakan ke dokter agar diberikan rujukan
untuk menemui dokter spesialis bila dicurigai adanya kanker serviks. Melihat sejarah
kanker serviks di atas, sebetulnya penyakit tersebut dapat diantisipasi bila terdeteksi seawal mungkin. Namun, tidak banyak penderita yang mengetahui kanker serviks dengan
baik sehingga baru terdeteksi ketika sudah cukup parah.
C. Factor Resiko Kanker Serviks
Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :
5

1. Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim. Semakin tua
usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim.
Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari
meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta
makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.
2. Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu
muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim
10-12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia > 20 tahun.
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang.
Ukuran kematangan bukan hanyadilihat dari sudah menstruasi atau belum.
Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit
bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita
berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada
usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan
dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa
pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga
tidak siap menerima rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa
sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker.
Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan
adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga
perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat
menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia di atas 20
tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap perubahan.

3. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti pasangan.
Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah
satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di
permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak sehingga tidak
terkendali sehingga menjadi kanker.
4. Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obatobatan antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang
merangsang terjadinya kanker.
5. Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena
kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian
menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat
lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan
serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi virus. Nikotin, mempermudah
semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada
mukosa tenggorokan, paru-paru maupun serviks. Namun tidak diketahui dengan
pasti berapa banyak jumlah nikotin yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan
kanker leher rahim. Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang
terkena penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus
HPV diduga sebagai penyebab utama terjadinya kanker leher rahim sehingga wanita
yang mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko terkena kanker leher rahim.
6. Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak,
apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai literatur yang
ada, seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak) termasuk golongan
risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker leher rahim. Dengan seringnya seorang
ibu melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ
7

reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan


timbulnya Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit
kanker leher rahim.Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama.
Penggunaan kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4
tahun dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral
mungkin dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim karena jaringan leher rahim
merupakan salah satu sasaran yang disukai oleh hormon steroid perempuan. Hingga
tahun 2004, telah dilakukan studi epidemiologis tentang hubungan antara kanker
leher rahim dan penggunaan kontrasepsi oral. Meskipun demikian, efek penggunaan
kontrasepsi oral terhadap risiko kanker leher rahim masih kontroversional. Sebagai
contoh, penelitian yang dilakukan oleh Khasbiyah (2004) dengan menggunakan
studi kasus kontrol. Hasil studi tidak menemukan adanya peningkatan risiko pada
perempuan pengguna atau mantan pengguna kontrasepsi oral karena hasil penelitian
tidak memperlihatkan hubungan dengan nilai p>0,05.
D. Pencegahan Kanker Serviks
Pengendalian kinder serviks dengan pencegahan dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu pencegahan prmer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier Strategi kesehatan
masyarakat dalam mencegah kematian karena kanker serviks antara lain adalah dengan
pencegahan primer dan pencegaan sekunder.
a) Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan oleh setiap orang
untuk menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kanker
serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menekankan perilaku hdup sehat untuk
mengurangi atau menghindari faktor resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda

dan lain-lain. Selain itu juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan imuisasi HPV
pada kelompok masyarakat.
b) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini dan skrining
kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker serviks secara dibni
sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks
memerlukan waktu yang lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar 10
tahun atau lebih. Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan sensitive untuk
mwndeteksi karsinoa pra invasive. Bila diobati dengan baik, karsinoma pra invasive
mempunyai tingkat penyembuhan mendekati 100%. Diagnosa kasus pada fase invasive
hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar 35%. Program skrining dengan pemeriksaan
sitologi dikenal dengan Pap mear test dan telah dilakukan di Negara-negara maju.
Pencegahan dengan pap smear terbukimampu menurunkan tingkat kematian akibat
kanker serviks 50-60% dalamkurun waktu 20 tahun (WHO,1986).
Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan penanganan kanker
serviks, yaitu :

Pencegahan Tingkat Pertama


Promosi Kesehatan Masyarakat misalnya :
1) Kampanye kesadaran masyarakat
2) Program pendidikan kesehatan masyarakat
3) Promosi kesehatan
Pencegahan khusus, misalnya :
1) Interfensi sumber keterpaparan
2) Kemopreventif
Pencegahan Tingkat Kedua
Diagnosis dini, misalnya screening
Pengobatan, misalnya :
1) Kemoterapi
2) Bedah
Pencegahan Tingkat Ketiga
Rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sedangkan penanganan kanker umumnya
ialah secara pendekatan multidiscipline. Hasil pengobatan radioterapi dan operasi radikal
9

kurang lebih sama, meskipun sebenarnya sukar untuk dibandingkan karena umumnya
yang dioperasi penderita yang masih muda dan umumnya baik.
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda
dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya
menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam
kehidupan sehari-hari antara lain :
1) Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai
karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena
kanker leher rahim.
2) Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
3) Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
4) Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah
dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
5) Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6) Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear
bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
7) Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap
smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8) Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
9) Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet.
Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli.
Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.

10

E. Gejala / tanda Kanker Serviks


Pada stadium dini, gejala kanker serviks tidak terlalu kentara. Butuh waktu 10-20
tahun dari infeksi untuk menjadi kanker. Pada tingkat dini, kanker leher rahim seringkali
tidak menunjukan gejala atau tanda yang khas. Segera temui dokter bila Anda mengalami
gejala-gejala kanker serviks sebagai berikut:

Terasa sakit saat berhubungan seksual,


Mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan badan,
Keluar darah yang berlebihan saat menstruasi,
Keputihan yang tidak normal (berwarna tidak bening, bau atau gatal),
Penurunan berat badan drastis.
Pendarahan vagina
Sakit punggung
Sakit saat buang air kecil dan air seni keruh
Konstipasi kronis dan perasaan kembung walaupun perut dalam keadaan

kosong.
Salah satu kaki membengkak
Kebocoran urin atau feses dari vagina
Haid tidak normal
Pendarahan tidak pada masa haid
Keputihan atau keluar cairan encer putih kekunigan terkadang bercampur darah
Kelemahan umum (lekas letih, pegal, linu)
Acne (jerawat)
Nyeri pada kepala, punggung, perut bagian bawah
Nyeri pada payudara
Gangguan saluran cerna misalnya rasa penuh/kembung, konstipasi, diare

Perubahan nafsu makan, sering merasa lapar (food cravings)


Mood menjadi labil (mood swings), iritabilitas (mudah tersinggung), depresi,

ansietas
Gangguan

konsentrasi

Insomnia

11

(sulit tidur).

Keputihan, pendarahan sesudah senggama di curigai sebagai gejalanya.


Walaupun tidak selalu, hal tersebut juga merupakan gejala pada polip leher
rahim atau radang leher rahim.
Gejala kanker leher rahim pada tingkat lanjut seringkali menunjukkan hal-hal

sebagai berikut :

Kurang nafsu makan,


Sakit punggung atau tidak bisa berdiri tegak,
Sakit di otot bagian paha,
Salah satu paha bengkak,
Berat badan naik-turun,
Tidak dapat buang air kecil,
Pendarahan spontan setelah masa menopause,
Tulang yang rapuh dan nyeri panggul.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat
penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila
program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Hal terpenting
menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini mungkin dan
memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi prognosisnya.
Membuat diagnosa karsinoma serviks uterus yang sudah agak lanjut tidaklah sulit.
Yang menjadi masalah ialah, bagaimana mendiagnosis dalam tingkat yang sangat awal,
12

misalnya pada tingkat pra-invasif, lebih baik jika dapat menangkapnya dalam tingkat pramaligna. Sayang , hingga kini program skrining belum lagi memasyarakat di negara
berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih tetap
tinggi.
Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi,
atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Terapi yang lebih mendasar atau
imunoterapi masih dalam tahap penelitian. Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada
luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan
kemajuan teknologi kedokteran.
B. Saran
Untuk pencegahan kanker serviks diharapkan untuk melakukan deteksi dini, dan
apabila timbul gejala-gejala maka segera menindak lanjuti, agar kanker serviks dapat
diatasi cepat oleh petugas kesehatan. Selain itu diharapkan untuk membiasakan diri
dengan pola hidup sehat dan bersih dan menghindari faktor-faktor resiko pemicu kanker
serviks.

13

DAFTAR PUSTAKA
Anonym.

2014.

Sejarah

Awal

Ditemukannya

Kanker

Serviks.

Diunduh

dari

http://www.indokanker.my.id/2016/10/sejarah-awal-ditemukannya-kanker-serviks.html. Diakses
pada 26 September 2016.
Anonim.
2009.
Epidemiologi

Kanker

Serviks.

http://ayuizza.blogspot.co.id/2009/12/epidemiologi-kanker-serviks.html.

Diunduh
Diakses

dari
pada

26

September 2016.
Anonim. 2010. Kanker leher Rahim. Diunduh dari https://kesehatanvegan.com/2010/01/10/kankerleher-rahim-kanker-serviks/. Diakses pada 26 Sepetember 2016.
Anonim.
2011.
Makalah
Kanker
Serviks.

Diunduh

dari

http://makalahkankerserviks.blogspot.co.id/. Diakses pada 26 September 2016


Dodi,
Ajang.
2011.
Makalah
Kanker
Serviks.
Diunduh
https://www.scribd.com/document/52892020/makalah-kanker-serviks.
September 2016

14

Diakases

pada

dari
26

Anda mungkin juga menyukai