terdiri dari sel endotel dan aliran darah dalam rongga endotel
Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh endotel kapiler, epitel alveoli,
saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.
Sirkulasi Pulmoner
Sistem sirkulasi pulmoner:
a. Pulmonary blood flow total = 5 liter/menit
Ventilasi alveolar = 4 liter/menit
Ratio ventilasi dengan aliran darah dalam keadaan normal = 4/5 = 0,8
b. Tekanan arteri pulmonal = 25/10 mmHg dengan rata-rata = 15 mmHg
Tekanan vena pulmolais = 5 mmHg
mean capilary pressure = 7 mmHg
Sehingga pada keadaan normal terdapat perbedaan 10 mmHg untuk mengalirkan darah
dari arteri pulmonalis ke vena pulmonalis.
Sirkulasi pulmoner diawali dengan arteri pulmoner yang menerima darah berkadar oksigen
rendah dari ventrikel kanan. Arteri pulmoner bercabang ke masing-masing paru kiri dan
kanan. Darah yang telah teroksigenasi kembali ke dalam jantung melalui vena pulmoner.
Sirkulasi di paru mengambil sekitar 10% total volume darah (sekitar 500 mL darah pada
orang dewasa). Sekitar 75 mL berada di kapiler, dan sisanya ada di arteri dan vena pulmoner.
Kecepatan aliran darah ke paru cukup tinggi, akibat cardiac output dari ventrikel kanan yang
besar, dalam hal ini sekitar 5 L/menit. Meskipun kecepatan aliran darah ke paru cukup besar,
namun ternyata tekanan darah dalam sirkulasi pulmoner tidaklah tinggi, justru rendah. Hal ini
terjadi karena ventrikel kanan tidak perlu memompa darah dengan kuat untuk menciptakan
aliran darah, sebab resistensi sirkulasi pulmoner rendah. Resistensi pulmoner yang rendah ini
terjadi akibat total panjang pembuluh darah paru yang lebih pendek, distensibilitas, dan luas
area yang besar dari arteriol. Karena tekanan yang rendah di sirkulasi pulmoner, maka
tekanan hidrostatik yang berfungsi mendorong cairan berpindah dari pembuluh kapiler ke
ruang interstisial juga rendah. Sistem limfatik akan dapat bekerja secara efisien memindahkan
dan memfiltrasi cairan dari kapiler pulmonar sehingga menjaga volume cairan interstisial
tetap sedikit jumlahnya. Akibatnya, jarak antara alveolus dan kapiler pun menjadi dekat,
sehingga gas dapat berdifusi dengan cepat di antaranya.
Sedangkan saat ekspirasi, volum rongga dada mengecil mengakibatkan tekanan intrapleural dan tekanan intra-alveolar meningkat di atas tekanan atmosfir sehingga udara
mengalir keluar.
2. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal
sebagai compliance.
Ada 2 bentuk compliance:
intra-pulmonal menjadi lebih tinggi daripada atmosfer sehingga udara yang ada akan keluar
dari paru. Perubahan tekanan intra-pulmonal tersebut disebabkan karena perubahan volume
thorax akibat kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma.
Ketika inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot inspirasi (muskulus interkostalis eksternus dan
diafragma) sehingga terjadi elevasi dari tulang-tulang kosta dan menyebabkan peningkatan
volume cavum thorax (rongga dada). Secara bersamaan paru juga akan ikut mengembang
sehingga tekanan intra-pulmonal menurun dan udara akan masuk ke dalam paru.
Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi pengembangan cavum thorax
akibat kerja otot-otot inspirasi, saat otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi.
Akan tetapi, setelah ekspirasi normal, kita masih bisa menghembuskan nafas dalam karena
adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulus
abdominis.
Area inspirasi dan area ekspirasi ini terdapat pada daerah berirama medula (medulla
rithmicity) yang menyebabkan irama pernafasan berjalan teratur dengan perbandingan 2 :
3 (inspirasi : ekspirasi)
Pusat pernafasan
Fleksibilitas paru sangat penting peranannya dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga
oleh surfaktan. Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori
alveoli pada bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus
yang disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan
cara membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara. Energi yang
diperlukan untuk ventilasi adalah 2 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh. Kebutuhan
energi ini akan meningkat ketika kita melakukan olah raga berat, dan ini bisa mencapai 25
kali lipat.
Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi dalam pernafasan normal.
IRV (volume cadangan inspirasi) adalah volume udara yang masih bisa masuk ke paru setelah
inspirasi normal. ERV (volume cadangan ekspirasi) adalah volume udara yang masih bisa
diekshalasi setelah ekspirasi normal. Sedangkan RV (volume sisa) adalah volume udara yang
masih tersisa dalam paru setelah ekspirasi kuat.
Difusi
Difusi dalam respirasi yaitu salah satu proses pertukaran gas antara darah pada kapiler paru
dengan alveoli. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan, gas berdifusi dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial.
Difusi sendiri terjadi melalui membran respirasi yang merupakan dinding alveolus yang
sangat tipis dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat jalinan kapiler yang
sangat banyak dengan diameter 8 angstrom. Dalam paru terdapat sekitar 300 juta alveoli dan
bila dibentangkan dindingnya maka luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal.
Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk setiap perbedaan
tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi. Kapasitas difusi oksigen dalam
keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini
juga meningkat karena jumlah kapiler aktif meningkat disertai Dilatasi kapiler yang
menyebabkan luas permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi karbondioksida
saat istirahat adalah 400 450 ml/menit. Saat bekerja meningkat menjadi 1200 1500
ml/menit.
Koefisien difusi
Transportasi
Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang
membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke
kapiler paru. Sekitar 97 98,5% oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb
(HbO2/oksihaemoglobin) sisanya larut dalam plasma. Sekitar 5 7% karbondioksida larut
dalam plasma, 23 30% berikatan dengan Hb (HbCO 2/karbaminahaemoglobin) dan 65
70% dalam bentuk HCO3 (ion bikarbonat).
Saat istirahat, 5 ml oksigen ditransportasikan oleh 100 ml darah setiap menit. Jika curah
jantung 5000 ml/menit maka jumlah oksigen yang akan diberikan ke jaringan sekitar 250
ml/menit. Saat olah raga berat dapat meningkat 15 20 kali lipat.
Cardiac Output
Jumlah eritrosit
Aktivitas
Hematokrit darah
Setelah transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan. Difusi gas pada sel/jaringan
terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO 2) intrasel selalu lebih rendah dari PO 2 kapiler
karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel. Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida
(PCO2) intrasel selalu lebih tinggi karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa
metabolisme.
Regulasi
Kebutuhan oksigen tubuh bersifat dinamis, berubah-ubah dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya adalah aktivitas. Saat aktivitas meningkat maka kebutuhan oksigen akan
meningkat sehingga kerja sistem respirasi juga meningkat. Mekanisme adaptasi sistem
respirasi terhadap perubahan kebutuhan oksigen tubuh sangat penting untuk menjaga
homeostastis dengan mekanisme sebagai berikut :
sistem respirasi diatur oleh pusat pernafasan pada otak yaitu medula oblongata
pusat nafas terdiri dari daerah berirama medulla (medulla rithmicity) dan pons
pons terdiri dari pneumotaxic area (area yang menginhibisi sirkuit inspirasi dan
meningkatkan irama respirasi) dan apneustic area (area mengeksitasi sirkuit inspirasi)
Zat-zat kimiawi: dalam tubuh terdapat kemoreseptor yang sensitif terhadap perubahan
konsentrasi O2, CO2 dan H+ di aorta, arkus aorta dan arteri karotis.
Refleks Heuring Breur : menjaga pengembangan dan pengempisan paru agar optimal.
Faktor lain : tekanan darah, emosi, suhu, nyeri, aktivitas spinkter ani dan iritasi saluran
nafas.