Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

KEPADATAN DAN SEBARAN POPULASI HEWAN

DISUSUN OLEH :
NAMA

: EVI RAHAYU

NIM

: 4152220013

KELAS

: BIOLOGI NON KEPENDIDIKAN B 2015

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

I.Judul : Kepadatan dan Sebaran Populasi Hewan


II.
Tujuan :
1. Mengetahui kesamaan hewan apa saja yang ditemukan pada tiap kuadrat
pencuplikan
2. Mengetahui kapan digunakannya jumlah individu dan kapan diguakannya
biomassa dalam menentukan kepadatan dan dominansi suatu hewan.
3. Mengetahui pola dispersi dari setiap hewan
4. Mengetahui hewan mana yang memiliki indeks nilai penting yang tertinggi
5. Mengetahui hewan mana yang memiliki indeks nilai penting yang tertinggi
III.
Tinjauan Teoritis
Populasi cenderung diatur oleh komponen-komponen fisik seperti cuaca, arus air,
faktor kimia yang membatasi pencemaran dan sebagainya dalam ekosistem yang mempunyai
keanekaragaman rendah atau dalam ekosistem yang menjadi sasaran gangguan-gangguan luar
yang tidak dapat diduga, sedangkan dalam ekosistem yang mempunyai keanekaragaman
tinggi, populasi cenderung dikendalikan secara biologi dan seleksi alam. (Odum,1993)
Pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan
biologis organisme itu sendiri. Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang
terjadi dalam alam secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu : Penyebaran
teratur atau seragam, Penyebaran secara acak (random), Penyebaran berkelompok/berumpun
(clumped) (Michael, 1994). Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara
geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum
menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan,
menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan
faktor fisik lainnya (Umar, 2013).
Pola penyebaran seragam terjadi apabila penjarangan akibat kompetisi antara individu
yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan bersifat seragam
dan tidak adanya kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak
dari hewan relatif jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon
individu terhadap kondisi-kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari
perkembangan seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok
induk-anak, serta atraksi social yang merupakan agregasi aktif dan individu membentuk suatu
organisasi atau koloni tertentu, seperti pada berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu
(Heddy, 1986). ndeks keanekaragaman dan dominansi digunakan untuk mengetahui pola
penyebaran individu dalam populasi. Indeks tersebut digunakan untuk memperoleh informasi
yang lebih rinci tentang pola penyebaran individu dalam populasi (Bengen, 2000).

IV.

Alat dan Bahan


IV.1 Alat
No
1
2
3
4

Nama Alat
Kuadrat
Pencuplikan
cmx50cm)
Pinset
Botol Sampel
Kertas Label

Jumlah
(50 1 buah
1 buah
4 buah
secukupny
a

IV.2 Bahan
No
1

V.

Jumlah
secukupny
a

Prosedur Kerja
N
O
1
2

3
4
5
VI.

Nama Bahan
Alkohol 70 %

PROSEDUR KERJA
Menempatkan kuadrat pencuplik pada suatu daerah yang berumput
Mengamati dan mengoleksi jenis hewan yang terdapat pada kuadrat tersebut
dan menghitung jumlah masing-masing jenis hewan termasuk hewan yang
keluar setelah kuadrat diletakkan.
Menyibakkan atau mencabut rumput untuk mendapatkan jenis hewan yang ada
dipermukaan tanah
Melakukan kegiatan hingga 4 kali sampling
Mengidentifikasi jenis hewan yang diperoleh .

Hasil dan Pembahasan


VI.1 Hasil
N
O

JENIS
HEWAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Belalang
Semut
Kecoa tanah
Lalat
Laba-Laba
Kupu-Kupu
Lipan
Kaki Seribu
Capung
Pacat
Jangkrik

KUADRAT
1
4
185
3
2
-

2
7
7
3
1
1
1
-

3
6
96
1
2

4
12
39
3
1
1
1
-

JUMLA
H

29
322
9
1
3
1
1
1
1
1
2

7,25
80,5
2,25
0,25
0,75
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,5

Nama
Hewan
Belalang
Semut
Kecoa
tanah
Lalat
Laba-Laba
Kupu-Kupu
Lipan
Kaki Seribu
Capung
Pacat
Jangkrik

S2

29
322
9

2
49
49
9

3
36
9216
-

4
144
1521
9

245
45001
27

11,58
6360
2,25

1
3
1
1
1
1
1
2

4
-

1
1
1
-

1
4

1
1
1
-

1
5
1
1
1
1
1
4

0,25
0,9
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
1

2
n x 2
S2=

322 2

4 (45001)
S 2=

29

4 (245)
S 2=
2

x2

1
16
34225
9

1. Balalang
x

2
n x 2
S2=

S=

X2

S 2=

980841
12

180004103684
12
2

S =6360

S 2=11,58
2. Semut

3. Kecoa tanah

2
n x 2
S2=

2
n x 2
S2=

9 2

4 (27)
2
S =
S 2=

10881
12

1 2

4 (1)
S 2=

S =2,25

S 2=

3
12

4. Lalat
S 2=0,25
5. Laba-laba
x

2
n x 2
S2=

4 (1)
S 2=
S 2=

3
12

4 (5)
S 2=
S 2=

11
12

S 2=0,9
6. Kupu-Kupu
x

2
n x 2
S2=

S 2=0,25
7. Lipan
x

2
n x 2
S2=
2

4 (1)
S 2=
S 2=

3
12

10. Pacat

S =0,25
8. Kaki Seribu
x

2
n x 2
S2=

1 2

4 (1)
S 2=

4 (1)
2
S =
S 2=

2
n x 2
S2=

S 2=

3
12
S 2=0,25

3
12
11. Jangkrik

2
2
n x
S2=

S =0,25

2
n x 2
S2=

9. Capung

2 2

4 (4 )
S2 =

4 (1)
2
S =
2

S=

S 2=

3
12

12
12
S 2=1

S =0,25

Jenis
Hewan

Belalang

Jlh
Hewan

Kepadatan
Absolute Relatif
(m2)
(%)

Dominansi
Absolute Relatif
(m2)
(%)

29

116

0,078

7,8

7,

Frekuensi
Absolute Relati
(m2)
f
(%)
1
20

INP

35,6

Semut

322

1288

86,7

Kecoa tanah 9

36

2,4

0,86
7
0,024

Lalat

0,2

0,002

Laba-Laba

12

0,8

0,008

Kupu-Kupu

0,2

0,002

Lipan

0,2

0,002

Kaki Seribu

0,2

0,002

Capung

0,2

0,002

Pacat

0,2

0,002

Jangkrik

0,5

0,005

Total

371

1484

99,4 %

0,994

8
87
2,
4
0,
2
0,
8
0,
2
0,
2
0,
2
0,
2
0,
2
0,
5
99,7

20

193,1

0,75

15

19,8

0,25

5,4

0,5

10

11,6

0,25

5,4

0,25

5,4

0,25

5,4

0,25

5,4

0,25

5,4

0,25

100

298,5

VI.2 Pembahasan
Penggunaan jumlah individu dan jumlah biomasa dalam menentukan kepadatan atau
dominansi berbeda. Penggunaan jumlah individu dalam menentukan kepadatan atau
dominansi sering digunakan pada saat ukuran tubuh berbagai populasi cenderung sama ,
sedangkan apabila ukuran tubuh berbagai anggota populasi memiliki perbedaan yang
signifikan , sebaiknya menggunakan biomassa.
Dispersi atau penyebaran populasi merupakan merupakan pergerakan individu ke
dalam atau keluar dari populasi.
Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam secara
kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :
1. Penyebaran teratur atau seragam, dimana individu-individu terdapat pada tempat
tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan yang keras
sehingga timbul kompetisi yang mendorong pembagian ruang hidup yang sama.
Pada praktikum tidak ditemukan penyebaran yang seragam.
2.

Penyebaran secara acak (random), dimana individu-individu menyebar dalam beberapa


tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya. Penyebaran ini jarang terjadi, hal ini
terjadi jika lingkungan homogen. Contoh pada praktikum : kaki seribu,capung,

3.

pacat,lalat, kecoa tanah,kupu-kupu dan lipan.


Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana individu-individu selalu ada
dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah. Pola ini
umumnya dijumpai di alam, karena adanya kebutuhan akan faktor lingkungan yang sama.
Contoh pada praktikum: Semut, lalat , dan jangkrik.
Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang mendekati keadaan

demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara individu yang relatif
ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan bersifat seragam dan tidak
adanya kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari
hewan relatif jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu
terhadap kondisi-kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari
perkembangan seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok

induk-anak, serta atraksi social yang merupakan agregasi aktif dan individu membentuk suatu
organisasi atau koloni tertentu, seperti pada berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu

DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D. G., 2000. Pengenalan dan Pengolahan Ekosistem Mangrove. Bogor:Penerbit
PKSPL-IPB,.
Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta:CV Rajawali.
Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta:Universitas Indonesia.
Odum, H. , 1993. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. Yogyakarta Universitas Gadjah Mada.
Umar, R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Penentuan kelurusan
transek

Kuadrat pertama
dengan bergerak 5
langkah

Peletakan kuadrat
dengan kawasan
terdekat

Kuadrat diletakkan
dan melihat hewan
apa saja yang
beraktifitas

Proses perhitungan
jenis dan jumlah
hewan yang ada

Tahap finishing

Penentuan kelurusan
transek

Kuadrat pertama
dengan bergerak 5
langkah

Peletakan kuadrat
dengan kawasan
terdekat

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai