Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN INSTALASI SISTEM REFRIGERASI

Oleh :

Bagus Salim Ramadhani


NIM. 1402004

Yogi Wijaya
NIM. 1402018

Dea Marta Risna


NIM. 1402019

JURUSAN TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA


POLITEKNIK INDRAMAYU

2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang

Teknologi dibidang refrigerasi dan air conditioning merupakan teknologi yang


tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia pada masa sekarang. Oleh
karena itu teknologi Refrigerasi adalah pilihan yang paling tepat karena
Refrigerasi mempunyai fungsi utama yaitu kenyamanan dan perlindungan.
Refrigerasi adalah suatu sistem yang memungkinkan untuk mengatur
temperatur

sehingga

tercapai

temperatur

di

bawah

lingkungan

(Dossat,1981:97). Penggunaan refrigerasi banyak digunakan untuk sistem


pengkondisian

udara

(Air

Conditioning)

pada

bangunan,

transportasi,

pengawetan suatu bahan makanan dan minuman, dan industri. Penggunaan


refrigerasi juga dapat ditemukan di bibang kesehatan, kedokteran, atau
farmasi,

contohnya,

vacum

freeze

drying,

clean

room,

blood

bank

refrigerator, plasma freezer, dan platelet agitator.


Ada banyak jenis-jenis sistem refrigerasi yang digunakan, seperti kompresi
uap, absorbsi, termoelektrik, termoakustik, multi-stage, siklus udara, dan
masih banyak lagi. Namun sistem yang paling umum digunakan adalah
sistem kompresi uap.
Refrigersi juga merupakan metode pengkondisian temperatur ruangan agar
tetap berada dibawah temperatur lingkungan. Karena temperatur ruangan
yang terkondisi tersebut selalu berada dibawah temperatur lingkungan, maka
ruangan akan menjadi dingin, sehingga refrigerasi dapat juga disebut dengan
metode pendinginan.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang
refrigerasi dan tata udara yang semakin tinggi merupakan keharusan bagi
teknisi di bidang tersebut untuk meningkatkan wawasan dan mencari
kreatifitas baru, agar para teknisi tidak tertinggal dalam menghadapi
perkembangan teknologi yang semakin canggih.

1.2
Tujuan
1. Menyebutkan komponen utama pada sistem Refrigerasi.

2. Mengidentifikasi

komponen

dan

peralatan

sistem

refrigerasi

dan

menjelaskan masing-masing fungsinya.


3. Mengetahui cara merakit sistem Refrigerasi.
4. Mengetahui Kinerja Sistem Refrigerasi.
1.3
Manfaat
Manfaat perancangan dari penulisan laporan Instalasi sistem Refrigerasi
adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Menambah wawasan

dan

pengalaman

dalam

merancang

sistem

refrigerasi
2. Bagi Politeknik Indramayu
Sebagai tambahan informasi dan referensi bagi mahasiswa tentang Sistem
Refrigerasi pada Siklus Refrigerasi Kompresi Uap, serta dapat digunakan
sebagai alat peraga (trainer unit) untuk praktikum mahasiswa.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Pengertian Refrigerasi
Refrigerasi adalah suatu sistem yang memungkinkan untuk mengatur

temperatur

sehingga

tercapai

temperatur

di

bawah

lingkungan

(Dossat,1981:97). Penggunaan refrigerasi banyak digunakan untuk sistem


pengkondisian

udara

(Air

Conditioning)

pada

bangunan,

transportasi,

pengawetan suatu bahan makanan dan minuman, dan industri. Penggunaan


refrigerasi juga dapat ditemukan di bibang kesehatan, kedokteran, atau
farmasi,

contohnya,

vacum

freeze

drying,

clean

room,

blood

bank

refrigerator, plasma freezer, dan platelet agitator.


Ada banyak jenis-jenis sistem refrigerasi yang digunakan, seperti kompresi
uap, absorbsi, termoelektrik, termoakustik, multi-stage, siklus udara, dan
masih banyak lagi. Namun sistem yang paling umum digunakan adalah
sistem kompresi uap.
2.2 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap
Sistem kompresi uap merupakan dasar sistem refrigerasi yang terbanyak
digunakan, dengan komponen utamanya adalah kompresor, evaporator, alat
ekspansi (Throttling Device), dan kondensor. Keempat komponen tersebut
melakukan

proses

yang

saling

berhubungan

dan

membentuk

siklus

refrigerasi kompresi uap. Pada sistem ini juga terdapat refrigeran atau fluida
yang digunakan sebagai media penyerap panas dari kabin atau ruangan
yang dikondisikan ke dalam sistem, kemudian dihantarkan dan membuang
panas tersebut ke lingkungan (Dossat, 1981).
Sistem yang terjadi pada sistem refrigerasi kompresi uap merupakan sistem
tertutup, adapun siklus yang terjadi terlihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar Siklus sistem refrigerasi kompresi uap


(Sumber:http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik
%20Pendinginan/bab3.php)
Pada diagram P-h, siklus refrigerasi kompresi uap dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar Siklus sistem refrigerasi pada diagram P-h


(Sumber: Windy, 2011:7)
1. Kompresi
Proses ini berlangsung di kompresor secara isentropik adiabatik. Kondisi
awal refrigeran pada saat masuk di kompresor adalah uap jenuh
bertekanan rendah, setelah dikompresi refrigeran mejadi uap bertekanan
tinggi. Oleh karena itu, proses ini dianggap isentropik sehingga temperatur
keluar kompresor pun meningkat.
Besarnya kerja kompresi per satuan massa refrigeran bisa dihitung dengan
rumus :
Qw
= h2 h1
Besarnya daya kerja kompresi yang dilakukan:
Qw
= x qw
dimana,
Qw
= Daya kompresi yang dilakukan (kW)
m
= Laju aliran massa refrigeran (kg/s)
qw
= kerja kompresi yang dilakukan (kJ/kg)

h2
h1

= enthalpy refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)


= enthalpy refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)

2. Kondensasi
Proses ini berlangsung di kondensor. Refrigeran yang bertekanan dan
bertemperatur tinggi keluaran dari kompresor membuang kalor sehingga
fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa di kondensor terjadi
penukaran

kalor

antara

refrigeran

dengan

udara,

sehingga

panas

berpindah dari refrigeran ke udara pendingin dan akhirnya refrigeran


mengembun menjadi cair.
Besar panas per satuan massa refrigeran yang dilepaskan di kondensor
dinyatakan sebagai :
Qc = h2 h3
Besarnya kapasitas kondensor yang dilakukan:
Qc
= x qc
dimana,
Qc
= Kapasitas pembuangan panas (kW)

= Laju aliran massa refrigeran (kg/s)


qc
= kalor yang dilepas oleh kondensor (kJ/kg)
h2
= enthalpy refrigeran saat masuk kondensor (kJ/kg)
h3
= enthalpy refrigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)
3. Ekspansi
Proses ini berlangsung secara isoentalpi, hal ini berarti tidak terjadi
penambahan

entalpi

tetapi

terjadi

drop

tekanan

dan

penurunan

temperatur. Proses penurunan tekanan terjadi pada katup ekspansi yang


berbentuk pipa kapiler atau orifice yang berfungsi mengatur laju aliran
refrigeran dan menurunkan tekanan.
h3
= h4
dimana,
h3
= enthalpy refrigeran saat masuk ekspansi (kJ/kg)
h4
= enthalpy refrigeran saat keluar ekspansi (kJ/kg)
4. Evaporasi
Proses ini berlangsung di evaporator secara isobar isotermal. Refrigeran
dalam wujud cair bertekanan rendah menyerap kalor dari lingkungan /
media yang

didinginkan

sehingga wujudnya berubah menjadi

gas

bertekanan rendah. Kondisi refrigeran saat masuk evaporator sebenarnya


adalah campuran cair dan gas, hal ini terlihat dari gambar, yang mana
posisi titik 4 berada di dalam kubah garis jenuh. Besarnya kalor yang
diserap oleh evaporator adalah:
qe
= h1 h4

Besarnya kapasitas kondensor yang dilakukan:


Qe
= x qe
dimana,
Qe
= Kapasitas pendinginan (kW)

= Laju aliran massa refrigeran (kg/s)


qe
= kalor yang diserap oleh evaporator (kJ/kg)
h4
= enthalpy refrigeran saat masuk evaporator (kJ/kg)
h2
= enthalpy refrigeran saat keluar evaporator (kJ/kg)
5. Koefisien kerja sistem
Perbandingan antara besarnya kalor dari lingkungan yang dapat diambil oleh
evaporator dengan kerja kompresor yang harus dilakukan disebut sebagai
koefisien kinerja atau coeffisient of perfomance, COP (Dossat, 1981:109).
=

qe
qw

COPaktual

h1h 4
h2h 1

b. COPcarnot

T Evaporator
T Condensor T Evaporator

c.

COP Aktual
COP Carnot

a. COPaktual
atau,

Berdasarkan ASHRAE Handbook 2010 Refrigeration pada Chapter 15 RETAIL


FOOD STORE REFRIGERATION AND EQUIPMENT, nilai standard COP berbedabeda tergantung tipe temperatur penyimpanan atau yang dibutuhkan.

Gambar Standard nilai COP untuk masing - masing jenis unit pendingin atau
temperatur yang dibutuhkan
(Sumber: ASHRAE Handbook 2010 Refrigeration)

BAB III
METODOLOGI PEMBUATAN
Dalam melaksanakan instalasi sistem refrigerasi ini serta tercapainya tujuan
penelitian, maka penulis membuat metodologi penelitian agar sistematis dan
terarah sesuai dengan diagram alir (Flowchart) di bawah ini.
Mulai

Studi literatur
Pemilihan komponen
Mempersiapkan alat & Bahan
Pembuatan alat

Sesuai

Tidak

Ya
Pengambilan data
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan

Selesai

Gambar Flow chart pengerjaan Instalasi sistem refigerasi


6.

1. Studi literatur
A. Metode literatur / pustaka. Penulis melakukan kajian teoritis berdasarkan
literatur - literatur yang relevan untuk menghasilkan analisa yang tepat
dan berhubungan dengan perancangan ini.
B. Metode diskusi dan konsultasi. Penulis melakukan diskusi, tanya jawan
dan

konsultasi

dengan

pembimbing

dan

semua

pihak

tentang

perancangan ini.
C. Mencari informasi tambahan sehubungan dengan tugas ini kepada teman
HIMRA, dan dosen yang terkait sebagai perbandingan untuk masukan
dalam pengerjaan Tugas ini.
2. Pemilihan komponen
Pemilihan peralatan dan bahan ini meliputi pemilihan komponen sistem
refrigerasi, komponen kelistrikan, bahan dan material konstruksi kabin serta
based body, dan peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan alat ini.
No

Item

Type / Model

.
1
2
3
4
5

Compresor
Condensor
Expansion
Evaporator
Pipa

Hermatic
Finned tube
Capilary tube
Finned tube
Straight Hard
Straight Hard

6
7
8
9
10

Sight glass
Filter dryer
Thermostat
Preasure control
Preasure gauge

High Preasure switch


Suction
Preasure

1
1
2
1
2
2
1
1
1
1
1

11

Preasure gauge

gauge
Discharge

1 Pcs

12
13
14

Hand valve
Refrigerant
Kabin

gauge
Flare to flare
R-22
Sterofoam

Komponen Listrik
15 Mini
Circuit
16
17
18

Breaker
Relay
Ampere Meter
Volt meter

Size

3/8
0.028
3/8
1/4,
3/8
3/8
3/8

Preasure
3/8

Qty
Unit
Unit
m
Unit
m
m
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs
Pcs

1 Pcs

3
18.375 meter 1 Unit

2A

1 pcs

2A
0 15 A
0 600 V

1 Pcs
1 Pcs
1 Pcs

19
20
21

Lampu Indikator
Push Botton
Cable

22

Isolatip

Orange

1 Pcs
2 Pcs

Merah
Biru
Hitam
Hitam

Secukupnya
Secukupnya
secukupnya
Secukupnya

Daftar Peralatan yang Digunakan


Selain beberapa material dan bahan yang telah disebutkan sebelumnya,
dalam penelitian ini tentu menggunakan peralatan pendukung dalam segala
proses pembuataannya. Berikut daftar peralatan yang digunakan terdapat
pada tabel
No
1

Item
Flaring

Type / Model

2
3

swaging
Cutting
Peralatan

Kerja Bangku
Bending

5
6

Spring
Bor tangan
Peralatan

7
8
9
10
11
12
13

Brazzing
Tang Kombinasi
Obeng
Kunci pas & ring
Kunci inggris
Cutter
Vacum
Manifold

Size

Qty

&

Tek.
&

1 Set
3/8,1/4
Menyesuaikan
Menyesuaikan
Menyesuaikan
Menyesuaikan
Menyesuaikan
Menyesuaikan

3. Mempersiapkan alat & Bahan

Dalam tahap ini dilakukan desain rancangan bentuk kabin dan based
body, perancangan sistem refrigerasi kompresi uap, pemipaan, dan
sistem kelistrikan yang menyesuaikan pemilihan komponen dan material
yang sudah ditentukan sebelumnya.
4. Pembuatan
Proses pembuatan alat ini merupakan proses setelah tahap pemilihan
komponen. Agar proses pembuatan untuk outdoor / kondesor unit dan indoor

unit / kabin. Sedangkan pembuatan kabin dilakukan dengan membuat kabin


tanpa pemasangan bagian depan.
5. Instalasi
Instalasi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu instalasi pemipaan dan
kelistrikan. Instalasi pemipaan merupakan proses pemasangan pipa pada
beberapa komponen sistem refrigerasi agar saling terhubung dengan cara
brazing, swaging dan flaring. Sedangkan, instalasi kelistrikan dilakukan
dengan cara merakit panel kelistrikan.
6. Tes Kebocoran
Tes kebocoran dilakukan apabila proses instalasi pemipaan telah selesai
dengan cara memberikan nitrogen kedalam sistem pada tekanan 40-60
Psi, kemudian proses pengecekannya dilakukan dengan memberikan air
sabun. Apabila terjadi kebocoran, maka bisa diantisipasi dengan brazing
atau pengencangan pada nut tergantung kondisi kebocoran yang terjadi.
7. Running Test
Running test merupakan proses pengetesan sistem baik dari sistem
refrigerasi maupun kelistrikannya.

8. Pengambilan data
Dalam proses pengambilan data akan dilakukan dengan mengukur
parameter-parameter seperti temperatur, tekanan, tegangan, dan arus
pada sistem. Adapun pengambilan data akan dilakukan pada saat alat
beroperasi ketika terdapat produk dan tanpa produk.
Pengambilan data baik dengan produk dan tanpa produk diambil selama 2
jam dengan rentang waktu 5 menit sekali. Data yang akan diambil seperti
dibawah ini :
a. Temperatur in dan out kompresor
b. Temperatur in dan out kondensor

c. Temperatur in dan out evaporator


d. Temperatur in dan out ekspansi
e. Temperatur Kabin
f.

Temperatur lingkungan atau ruangan

g. Tekanan discharge dan tekanan suction


h. Arus
i.

Tegangan

9. Hasil dan Pembahasan


Pada tahap ini hasil pengambilan data akan dianalisa dengan membahas
perbandingan data dari hasil rancangan dengan ketika unit beroperasi
tanpa produk pengambilan data 1 dan 2, serta estimasi penggunaan biaya
listrik yang dikeluarkan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur titik-titik pengukuran
sebagaimana pengambilan data terdapat pada lampiran
Pengambilan data tanpa beban produk dilakukan pada saat alat beroperasi dan
tidak terdapat produk di dalam kabin. Berikut ini data hasil pengukuran
perubahan temperatur kabin tanpa produk.
Pengambilan data 1

Temperature (c)

80
70
60
50
40
30
20
10
0
-100

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

Waktu (menit)
T in Compressor

T out Compressor

T in Condensor

T out Condensor

T in Expansion

T out Expansion

T in Evaporator

T out Evaporator

T lingkungan

T kabin

Dari pengambilan data pertama kita mengambil kesimpulan temperature pada


kabin masih turun belum stabil setiap 5 menit nya.

Pengambilan data 2
80
70
60
50
40
30
20
10
0

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

T in Compressor

T out Compressor

T in Condensor

T out Condensor

T in Expansion

T out Expansion

T in Evaporator

T out Evaporator

T kabin

65

70

Dari pengambilan data pertama kita mengambil kesimpulan temperature pada


kabin stabil setiap 5 menit nya dikarenakan kompresor mati ketika tekanan pada
discharge naik. Sementara thermostat pada system yang kami pakai terlalu
tinggi pencapaiannya jadi tidak ada control dari thermostat.
Hasil perhitungan kapasitas
Kapasitas merupakan kapasitas pendinginan yang dihasilkan oleh sistem atau
kapasitas penyerapan panas dari kabin ke sistem. Untuk mengetahui nilainya
terlebih dahulu mencari nilai efek refrigerasi dan laju aliran massanya dari hasil
plot di diagram Ph pada lampiran, didapat:

h1

= 480 kj/kg

h2

= 440 kj/kg

h3 = h4

= 270 kj/kg

Daya

=I.V
= 0,2 x 220
= 0,440 kW

Kerja kompresi = h2 h1
= 440 420
= 20 kj/kg

Laju aliran masa

Daya
Kerja kompresi

0,440 kW
20 kj/ kg

= 0,022 kj/kg

Besarnya panas yang dilepas kondensor


qc

= h2 h3
= 440 270
= 170 kj/kg

Kapasitas kondensor
Qc

= m x qc
= 0,022 x 170
= 3,74 kW

Besarnya panas yang diserap evaporator


qe

= h1 h4
= 400 270
= 130 kj/kg

Kapasitas evaporator
Qe

= m x qe
= 0,022 x 130
= 2,86 kW

Koefisien kinerja
COP aktual

qe
qw

130
20

= 6,5
COP carnot

Te
TcTe

274,32
329,3274,32

274,32
54,98

=5

Efisiensi

COP aktual
COP carnot
6,5
5

= 1,3

4
3.5

Daya
Kompresor

3
2.5
Kapasitas (kW)

Kapasitas
Kondensor

Kapasitas
Evaporator

1.5
1
0.5
0

Grafik

perbandingan

daya

kompresor,

kapasitas kondensor, dan evaporator.

Koefisien Kinerja Alat Untuk mendapatkan nilai koefisien kinerja (coeffisient of


perfomance, COP) pada alat penelitian yang dibuat bisa dilakukan dengan
mengeplot nilai temperatur evaporator dan kondensor ke diagram Ph (COP
Aktual) kemudian gunakan persamaan untuk mendapatkan nilai COP Carnot.

Efisiensi
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

Efisiensi

10

Grafik COP

20

30

40

50

60

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:


1. Temperatur rata-rata pada kabin tanpa produk adalah 22,79 C dan
dengan produk adalah 24,96 C. Sehingga alat ini dapat digunakan
dengan baik dalam suhu stabilnya walau cuma menggunakan preasure
switch sebagai alat kontrolnya.

2. Dinding bagian luar kabin tidak terjadi pengembunan, hal ini disebabkan
karena udara sekitar dinding luar berada pada titik temperatur udara
jenuh tetapi kabin menggunakan sterofoam sehingga tidak terjadi
kondensasi pada dinding kabin dan kami juga menggunakan isolatip untuk
menyatukan kabin sehingga dari situ isolasi di setiap sambungan kabin
tidak terjadi kebocoran udara dari dalam.
Saran
1. Kami belum ada kepuasan dalam menggunakan bahan yg tersedia di lab
sehingga lama pada pengerjaan, sering terjadi kebocoran pada saat
instalasi, kurangnya system control yang kami gunakan sering adanya
perubahan konstruksi dikarenakan bahan baru tersedia.
2. Sering terjadi kebocoran pada pipa instalasi dikarenakan pipa terlalu tipis,
sebaiknya pipa menggunakan yang lebih berkualitas agar tidak rentan
akan adanya kebocoran.
3. Alat yang tersedia pada lab kurang memenuhi sehingga kita berebutan
dengan kelompok instalasi lainnya dan itu membuat kita terkendala lama
dalam waktu pengerjaan, sebaiknya di tambah alat dan bahan praktik
agar apa yang mahasiswa butuhkan saat itu juga kita tidak usah berebut
satu sama lain.
4. Tidak adanya fan pada kabin sehingga distribusi udara pada kabin kurang
optimal, sehingga udara pada kabin kurang merata.

Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Mata Kuliah Teknik Pendinginan: BAB 3-4 Siklus Kompresi
Uap .http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik
%20Pendinginan/bab3.ph Diakses pada tanggal 24 Desember 2015
American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers. 2006.
ASHRAE Handbook Refrigeration. New York: ASHRAE
Dossat, Roy J. 1981. Principles of Refrigeration. Second Edition. Houston: John
Wiley & Sons, Inc
Hermawan Mitrakusuma, Windy. 2011. Praktikum Dasar Refrigerasi. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung

Lampiran pengambilan data 1

Lampiran pengambilan data 2

Anda mungkin juga menyukai