Anda di halaman 1dari 22

Pendidikan Agama

Hari,tanggal

: Selasa, 19 April 2016

Islam

Waktu

: 09.00-10.40 WIB

Dosen

: Wahyu M

SYARIAH ISLAM

KELOMPOK 8
Itsna Hanifa Koerunisa

J3L114006

M. Farhan abdilah

J3L114027

Ratna Mia Susanti

J3L114059

Rianti Sri Agustini

J3L114024

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam ini
yang berjudul Syariah Islam .
Penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin agar dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin dan sebenar-benarnya. Penulis
menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan baik materi, penganalisaan, dan
pembahasan. Semua hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengalaman.
Penulis berharap makalah ini dapat diterima dan dipahami bagi para
pembaca. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak terutama
yang bersifat membangun, guna terciptanya kesempurnaan makalah ini dan bila
didalamnya ada kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi dan dimaafkan.
Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan makalah ini dapat
berguna bagi semua pihak.

Bogor, 21 April 2014

( Penulis )

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

2.2 Prinsip Syariah

2.3 Ruang Lingkup Syariah Islamiyah

2.5 Sumber Sumber Dan Klasifikasi Syariah

10

BAB III PENUTUP

14

3.1 Simpulan

14

DAFTAR PUSTAKA

14

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin yang artinya rahmat bagi
seluruh alam semesta, dalam Islam dikenal sebuah syariah sebagai aturan- aturan
bagi umat yang bersumber pada wahyu Allah dan sunnah rasul. Namun dalam era
globalisasi sekarang ini, banyak terjadi penyimpangan dari diri umat manusia
yang tentunya tidak sejalan dengan syariah Islam. Disekitar kita banyak orangorang pintar, namun tidak memiliki akhlak yang baik. Salah satu penyebabnya
adalah karena terabaikannya Syariah Islam untuk mencetak individu-individu
yang beradab.
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT
dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang
bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia
lupa akan dzat Allah SWT yang telah memberikannya. Manusia harus
mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat
sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing syariah akan
melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan
Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan
Deskriptif (Quraniyah dan Kauniyah). Hal ini menjadi sangat penting untuk
dibahas karena menyangkut masa depan generasi penerus. Tanpa ditegakkannya
syariah Islam dalam kehidupan sehari-hari, maka semakin hari akan semakin
banyak kerusakan. Hal inilah yangmendasari penulis membahas mengenai Syariah
Islam ini.
1.2 Rumusan Masalah

o Pengertian syariah islamiyah

o Ruang lingkup syariah islamiyah

o Sumber-sumber syariah islamiyah

o Prinsip-prinsip dan urgensi syariah islamiyah

o Karakteristik syariah islamiyah

1.3 Tujuan

Mengetahui dan memahami pengertian tentang syariat islam.


Mengetahui dan memahami ruang lingkup syariat islam
Mengetahui dan paham akan sumber hukum syariat islam
Mengatahui prinsip-prinsip serta urgensi syariat islam.
Mengetahui dan memahami karakteristik syariat islam

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Syariah (Arab: ) , undang-undang, Syariah juga ( Qnn


Islam) adalah kode moral dan hukum Islam. Syariah berkaitan dengan banyak
topik dibanding yang dimuat oleh hukum sekuler, termasuk kejahatan, politik dan
ekonomi, serta hal-hal pribadi seperti hubungan seksual, kebersihan, pola makan,
ibadah, dan berpuasa.

Etimologi Syariah memiliki arti sebagai jalan berasal dariayat al-Qur'an:


Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)dari
urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamuikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui.

Kata Syariat berasal dari akar kata syaraa yasyrau syaran wa


syiratan wa syariatan. Secara etimologi (harfiah) bermakna jalan menuju air,
adat kebiasaan, dan agama. Dalam bahasa Arab sering disebut Syariat Islam.
Dalam bahasa Melayu, ia juga disebut syariat atau Syariah itu sendiri. Apabila
diterjemah secara etimologi ke dalam bahasa Melayu ia dapat berarti Hukum atau
Undang-Undang Islam. Undang-Undang ini datangnya langsung dari Allah swt.
untuk semua manusia yang hidup di dunia ini baik muslim atau nonmuslim. Bagi
yang menjalankannya, Allah akan menjanjikan surga dan yang melanggarnya
akan terancam dalam neraka. Sedangkan menurut istilah, Syariat adalah segala
sesuatu yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw dalam bentuk
wahyu yang ada dalam Alquran dan Sunnah. Syariat bisa digunakan dalam dua
arti, pertama dalam arti sempit, merupakan salah satu aspek ajaran Islam yaitu
aspek yang berhubungan dengan hukum. Sedangkan dalam arti luas mencakup
semua aspek ajaran Islam, identik dengan istilah Islam itu sendiri. Kemudian
Syariat Islam digunakan secara lebih luas mencakup aspek pendidikan,
kebudayaan, ekonomi, politik dan aspek-aspek lainnya.1 Dalam yurisprudensi
Islam, Syariat merupakan kode sempurna dari hukum Islam yang dapat
melingkupi semua perilaku manusia menuju petunjuk Alquran dan Sunnah.2
Agama Islam (Dinul Islam) terbagi ke dalam tiga aspek, yaitu : Syariat, Akidah
dan Akhlak. Syariat memerlukan Fikih untuk penafsirannya sehingga hukum
syariat mudah dimengerti oleh umat Islam.

Syariah Islam adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia
untuk mencapai keridhoan Allah SWT yang dirumuskan dalam Al-Quran, yaitu :

1. Surat Asy-Syura ayat 13


Artinya : Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kamu wahyukan kepadamu dan
apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah
agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orangorang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada

agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada-Nya) (Quran surat Asy-Syura ayat 13).

2. Surat Asy-Syura ayat 21


Artinya : Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah
yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diijinkan Allah ? sekiranya
tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah tentukanlah mereka dibinasakan.
Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang pedih.
(Quran Surat Asy-Syura Ayat : 21).

3. Surat Al-Jatsiyah ayat 18

Artinya : Kemudian kami jadikan kamu berada di atas syariat (peraturan)


dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Quran Surat Al-Jatsiyah ayat : 18)

2.2 Prinsip Syariah

Tidak Memberatkan
Hal ini berarti bahwa syariat Islam tidak membebani manusia dengan
kewajiban di luar kemampuannya, sehingga tidak berat untuk dilaksanakan.
Firman Allah SWT antara lain : ... dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk
kamu dalam agama suatu kesempitan. (QS. Al Hajj: 78).
... Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu ... . (QS. Al Baqarah : 185).
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa):Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau

pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah
kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkau-lah penolong kami, maka
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (QS. Al Baqarah: 286).
Ayat-ayat yang bersifat umum tersebut telah dijadikan pokok dan dasar
syariat. Berdasarkan ayat-ayat yang demikian itu, diadakan rukhshah, yakni
aturan-aturan yang meringankan agar jangan menempatkan orang Islam dalam
keadaan yang sulit dan berat. Antara lain dalan Al Quran disebutkan :
1) Keringanan berbuka puasa bagi orang yang sedang sakit atau dalam perjalanan :

... Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu
ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan
itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya ... (QS. Al Baqarah: 184).
2) Keringanan bertayamum bagi orang yang tidak boleh menggunakan air :

...dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang
air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur. (QS. Al Maidah: 6).
3) Keringanan membolehkan memakan bangkai atau makanan lainnya apabila
dalam keadaan terpaksa :

Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging


babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah, tetapi
barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa
baginya. (QS. Al Baqarah: 173).

Menyedikitkan Beban (Taqlil al-Taklif)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada


Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan
jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan
diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyantun. (QS. Al Maidah: 101).
Kandungan ayat tersebut menunjukkan bahwa hal-hal yang tidak disebutkan
dalam syariat Islam tidak perlu dipertikaikan bagaimana ketentuan hukumnya, hal
itu merupakan rahmat Allah SWT untuk tidak memperbanyak beban kepada umat
manusia.

Sabda Rasulullah SAW :


:
(
(
Rasulullah SAW. telah ditanya tentang haji: Apakah haji itu harus dilakukan
setiap tahun ? Rasulullah SAW menjawab : Jika aku katakan ya, pasti akan
menjadi wajib, maka biarkanlah apa yang aku tidak kerjakan bagimu, karena
hancurnya orang-orang umat sebelum kamu karena banyaknya pertanyaan
mereka dan perbedaan pendapat mereka terhadap Nabi mereka. (Al Hadits).

Berangsur-angsur dalam Menetapkan Hukum

Pada awal ajaran Islam diturunkan, Allah SWT belum menetapkan


hukum secara tegas dan terperinci, karena bangsa Arab pada waktu itu telah
menggunakan adat kebiasaan mereka sebagai peraturan dalam kehidupan. Pada
saat itu adat mereka ada yang baik dan dapat diteruskan, tetapi ada pula yang
membahayakan dan tidak layak untuk diteruskan. Oleh karena itu syariat secara
berangsur-angsur menetapkan hukum agar tidak mengejutkan bangsa yang baru
mengenalnya, sehingga perubahan itu tidak terlalu dirasakan yang akhirnya
sampai pada ketentuan hukum syariat yang tegas.

Tahapan-tahapan dalam menetapkan syariat Islam menempuh cara


sebagai berikut:

1. Berdiam diri, yakni tidak menetapkan hukum kepada sesuatu, karena buat
sementara masih perlu diperkenankan, yang kemudian akan diharamkan. Cara
ini dilakukan antara lain dalam masalah warisan. Islam tidak segera
membatalkan hukum warisan jahiliyah, tetapi akhirnya diganti dengan hukum
warisan Islam dan sekaligus membatalkan hukum warisan Jahiliyah tersebut.

2. Mengemukakan permasalahan secara mujmal, yakni dikemukakan secara


terperinci. Hal ini dapat dilihat antara lain dalam hukum peperangan, Firman
Allah SWT : Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi,
Karena Sesungguhnya mereka Telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah,
benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (QS. Al Hajj: 39).

3. Mengharamkan sesuatu secara berangsur-angsur, sebagaimana ditemui dalam


cara mengharamkan khamar (arak). Rasulullah SAW. pernah ditanya tentang
khamar dan maisir (judi), yang sudah menjadi kebiasaan dikalangan
masyarakat Arab waktu itu. Firman Allah SWT :Mereka bertanya kepadamu
tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang
besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, (QS. Al
Baqarah: 219).

Dengan ayat tersebut, syariat belum menetapkan arak dan judi haram, tetapi
dengan menyebut dosanya lebih besar, ada kesan melarangnya. Baru pada tahap
berikutnya Allah mengharamkannya dengan perintah untuk meninggalkannya.
Firman Allah :Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah

adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar


kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al Maidah: 90).

4. Memperhatikan kemaslahatan manusia dalam menetapkan hukum Allah dalam


menetapkan hukum selalu mempertimbangkan kemaslahatan hidup umat
manusia. Oleh karena itu dalam proses penetapan hukum senantiasa didasarkan
pada tiga aspek:

1. Hukum ditetapkan sesudah masyarakat membutuhkan hukum-hukum


tersebut.

2. Hukum ditetapkan hanya menurut kadar kebutuhan masyarakat.

3. Hukum hanya ditetapkan oleh lembaga pemerintah yang berhak


menetapkan hukum.

4.

Keadilan yang merata

Memperhatikan kemaslahatan manusia dalam menetapkan hukum

Allah dalam menetapkan hukum selalu memepertimbangkan kemaslahatan


hidup umat manusia. Oleh karena itu dalam proses penetapan hukum senantiasa
didasarkan pada tiga aspek :

1) Hukum ditetapkan sesudah masyarakat membutuhkan hukum-hukum tersebut.

2) Hukum ditetapkan hanya menurut kadar kebutuhan masyarakat.


3) Hukum hanya ditetapkan oleh lembaga pemerintah yang berhak menetapkan
hukum.
8

Keadilan yang merata

Menurut syariat Islam kedudukan semua orang adalah sama dihadapan Allah,
yang membedakan adalah tingkatan taqwa mereka. Oleh karena itu orang yang
kaya dengan orang yang miskin sama dihadapan Allah dalam hal pengadilannya.
Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam QS. Al Maidah ayat :8
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Maidah: 8).

2.3 Ruang Lingkup Syariah Islamiyah

Ibadah

Ibadah menurut bahasa berasal dari dua kata mufrodat yaitu al


ubudiyyah yang berarti ketundukan dan adz-dzillu yang berarti merendahkan diri,
al ibadatu yang berarti ketaatan dan at-tanassuku yaitu ritual ibadah. Ibadah yaitu
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT
(ritual), yang terdiri dari :

a. Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, zakat, puasa, dan


haji.

b. Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rumun Islam.

Badani (bersifat fisik)

Bersuci meliputi wudlu, mandi, tayamum, pengaturan menghilangkan najis,


peraturan air, istinja, adzan, qomat, Itikaf, doa, sholawat, umroh, tasbih,
istighfar, khitan, pengurusan mayit, dan lain-lain.

Mali (bersifat harta)

Qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibbah, dan lain-lain.

Muamalah

Muamalah merupakan peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan


yang lainnya dalam hal tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti),
diantaranya : dagang, pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja sama dagang,
simpanan, penemuan, pengupahan, rampasan perang, utang-piutang, pungutan,
warisan, wasiat, nafkah, titipan, jizah, pesanan, dan lain-lain.

Munakahat

Munakahat yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang


lain dalam hubungan berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan dengannya),
diantaranya: perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah, penyusunan, memelihara
anak, pergaulan suami istri, mas kawin, berkabung dari suami yang wafat,
meminang, khulu, liam dzilar, ilam walimah, wasiyat, dan lain-lain.

Jinayat

10

Jinayat yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash,


diyat, kifarat, pembunuhan, zinah, minuman keras, murtad, khianat dalam
perjuangan, kesaksian dan lain-lain.

Siyasa

Siyasa yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik),


diantaranya: ukhuwa (persaudaraan) musyawarah (persamaan), adalah (keadilan),
taawun (tolong menolong), tasamu (toleransi), takafulul ijtimah (tanggung jawab
sosial), ziamah (kepemimpinan) pemerintahan dan lain-lain.

Akhlak

Akhlak yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur, sabar,
tawadlu, (rendah hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen), syajaah
(berani), birrul walidain (berbuat baik pada ayah ibu), dan lain-lain.

2.4 Karakteristik Syariat Islamiyah

Rabbaniyah, karena sumber pokoknya wahyu dari Allah ( QS An-Najm


(53) : 3 , QS Al-Haqqah (69) : 44 47 ). Karena itu orientasinya ibadah
kepada Allah ( QS Adz-Dzariyat (51) : 56 ) berikut efek pengamalannya.

Al-Insaniyah. Seluruh ajarannya sesuai dengan kemanusiaan, karena itu agama


Islam disebut sebagai Agama Fithrah ( QS QS Ar-Rum (30) : 30 ). Rasul dari
kalangan manusia ( QS An-Nahl (16) : 43 ). Menjunjungtinggi kemanusiaan
( QS Al-Isra (17) : 70 ). Mengajarkan kesetaraan ( QS Al-Hujurat (49) : 13 ).

Syumuliyah ( komprehensif ), kaffah ( QS Al-Baqarah (2) : 208 ) dan shaalih


likulli zamaan wa makaan.

11

Wasathiyah ( QS Al-Baqarah (2) : 143, QS An-Nisa (4) : 171 )


Waqiiyah, karena itu ditata untuk mudah dan praktis ( QS Al-Hajj (21) : 78,
QS An-Nisa (4) : 28 ).

Agama Islam memberi jalan yang luas dan wajar kepada akal fikiran manusia,
sehingga taklid dilarang dalam Islam ( QS Al-Isra (17) :36 ).

Agama Islam mewajibkan keadilan, dan setiap orang hanya bertanggungjawab


terhadap apa yang ia lakukan ( QS An-Nahl (16) : 90 , QS An-Najm (53) : 3841 ).

Seluruh ajaran Islam bertumpu kepada rahamat dan maslahat ( QS Al-Anbiya


(21) : 107 ).

Al-Akhlaqul-karimah merupakan missi agama Islam ( Hadits : Innamaa


Buitstu Liutammima Makaarimal-Akhlaaq )

2.5 Sumber Sumber Dan Klasifikasi Syariah


Al-Quran.
Al Quran berisi kalam-kalam wahyu dari Allah SWT yang diturunkan secara
berangsur-angsur (mutawattir) kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat
Jibril dan merupakan Undang-Undang yang sebagian besar berisi hukumhukum pokok. Al Quran diawali dengan surat Al Fatihah, diakhiri dengan
surat

An

Nas.

Membaca

Al

Quran

merupakan

ibadah.

Al Quran merupakan sumber hukum Islam yang utama. Setiap muslim


berkewajiban untuk berpegang teguh kepada hukum-hukum yang terdapat di
dalamnya agar menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT, yaitu menngikuti
segala

perintah

Allah

dan

menjauhi

segala

larangnannya

Al Quran memuat berbagai pedoman dasar bagi kehidupan umat manusia.

12

1. Tuntunan yang berkaitan dengan keimanan/akidah, yaitu ketetapan yantg


berkaitan dengan iman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
rasul-rasul, hari akhir, serta qadha dan qadar
2. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlak, yaitu ajaran agar orang muslim
memilki budi pekerti yang baik serta etika kehidupan.
3. Tuntunan yang berkaitan dengan ibadah, yakni shalat, puasa, zakat dan haji.
4. Tuntunan yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia dalam masyarakat

Hukum yang berkaitan dengan muamalah meliputi:

1. Hukum yang berkaitan dengan kehidupan manusia dalam berkeluarga,


yaitu perkawinan dan warisan

2. Hukum yang berkaitan dengan perjanjian, yaitu yang berhubungan dengan


jual beli (perdagangan), gadai-menggadai, perkongsian dan lain-lain.
Maksud utamanya agar hak setiap orang dapat terpelihara dengan tertib

3. Hukum yang berkaitan dengan gugat menggugat, yaitu yang berhubungan


dengan keputusan, persaksian dan sumpah

4. Hukum yang berkaitan dengan jinayat, yaitu yang berhubungan dengan


penetapan hukum atas pelanggaran pembunuhan dan kriminalitas

5. Hukum yang berkaitan dengan hubungan antar agama, yaitu hubungan


antar kekuasan Islam dengan non-Islam sehingga tercpai kedamaian dan
kesejahteraan.

13

6. Hukum yang berkaitan dengan batasan pemilikan harta benda, seperti


zakat, infaq dan sedekah.

Al-Hadist (As-Sunnah)
Hadits merupakan segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa

perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). Hadits merupakan sumber


hukum Islam yang kedua setelah Al Quran. Allah SWT telah mewajibkan untuk
menaati hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh nabi
Muhammad SAW dalam haditsnya. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT


Artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa
yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, (QS Al Hasyr : 7)

Perintah meneladani Rasulullah SAW ini disebabkan seluruh perilaku


Nabi Muhammad SAW mengandung nilai-nilai luhur dan merupakan cerminan
akhlak mulia. Apabila seseorang bisa meneladaninya maka akan mulia pula sikap
dan perbutannya. Hal tersebut dikarenakan Rasulullah SAW memilki akhlak dan
budi pekerti yang sangat mulia. Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua,
juga dinyatakan oleh Rasulullah SAW:

Artinya: Aku tinggalkan dua perkara untukmu seklian, kalian tidak akan sesat
selama kalian berpegangan kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunah
rasulnya. (HR Imam Malik)

Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua memilki kedua fungsi sebagai
berikut.

1. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al Quran,


sehingga kedunya (Al Quran dan Hadits) menjadi sumber hukum untuk
satu hal yang sama. Misalnya Allah SWT didalam Al Quran menegaskan

14

untuk

menjauhi

perkataan

dusta,

sebagaimana

ditetapkan

dalam

firmannya:


Artinya: Jauhilah perbuatan dusta

Ayat diatas juga diperkuat oleh hadits-hadits yang juga berisi larangan berdusta.

1. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al Quran yang masih


bersifat umum.

Misalnya, ayat Al Quran yang memerintahkan shalat, membayar zakat, dan


menunaikan ibadah haji, semuanya bersifat garis besar. Seperti tidak menjelaskan
jumlah rakaat dan bagaimana cara melaksanakan shalat, tidak merinci batas mulai
wajib zakat, tidak memarkan cara-cara melaksanakan haji. Rincian semua itu telah
dijelaskan oelh rasullah SAW dalam haditsnya. Contoh lain, dalam Al Quran
Allah SWT mengharamkan bangkai, darah dan daging babi. Firman Allah sebagai
berikut:

Artinya: Diharamkan bagimu bangkai, darah,dan daging babi (QS Al


Maidah : 3)
Dalam ayat tersebut, bangkai itu haram dimakan, tetap tidak dikecualikan
bangkai mana yang boleh dimakan. Kemudian datanglah hadits menjelaskan
bahwa ada bangkai yang boleh dimakan, yakni bangkai ikan dan belalang. Sabda
Rasulullah SAW: Artinya: Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua
macam darah. Adapun dua macam bangkai adalah ikan dan belalalng, sedangkan
dua macam darah adalah hati dan limpa (HR Ibnu Majjah)

2. Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Al Quran.


15

Misalnya, cara menyucikan bejana yang dijilat anjing, dengan membasuhnya


tujuh kali, salah satunya dicampur dengan tanah, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW:
)
(
Artinya: Mennyucikan bejanamu yang dijilat anjing adlah dengan cara
membasuh sebanyak tujuh kali salah satunya dicampur dengan tanah (HR
Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Baihaqi)
Hadits menurut sifatnya mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
1. Hadits Shohih, adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil,
sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak ber illat, dan tidak janggal.
Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar yang
dapat menodai keshohehan suatu hadits
2. Hadits Hasan, adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, tapi
tidak begitu kuat ingatannya (hafalannya), bersambung sanadnya, dan
tidak terdapat illat dan kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan
termasuk hadits yang makbul biasanya dibuat hujjah untuk sesuatu hal
yang tidak terlalu berat atau tidak terlalu penting
3. Hadits Dhoif, adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih syaratsyarat hadits shohih atau hadits hasan. Hadits dhoif banyak macam
ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan
banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak
dipenuhi
Adapun syarat-syarat suatu hadits dikatakan hadits yang shohih, yaitu:
1. Rawinya bersifat adil
2. Sempurna ingatan

16

3. Sanadnya tidak terputus


4. Hadits itu tidak berilat, dan
5. Hadits itu tidak janggal

Ijtihad
Ijtihad ialah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan suatu

masalah yang tidak ada ketetapannya, baik dalam Al Quran maupun Hadits,
dengan menggunkan akal pikiran yang sehat dan jernih, serta berpedoman kepada
cara-cara menetapkan hukum-hukumyang telah ditentukan. Hasil ijtihad dapat
dijadikan sumber hukum yang ketiga.

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan
Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan
umumnya pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Muamalah dalam syariah Islam bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan
demikian Syariah Islam dapat terus menerus memberikan dasar spiritual bagi
umat Islam dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat
dalam semua aspek kehidupan. Syariah Islam dalam muamalah senantiasa
mendorong penyebaran manfaat bagi semua pihak, menghindari saling
merugikan, mencegah perselisihan dan kesewenangan dari pihak yang kuat atas
pihak-pihak yang lemah. Dengan dikembangkannya muamalah berdasarkan
syariah Islam akan lahir masyarakat marhamah, yaitu masyarakat yang penuh
rahmat.

DAFTAR PUSTAKA

Haradjat Z. 1999. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta (ID) : Gramedia

17

Mudawan S. 2012. Syariah Fiqih Hukum Islam Studi Tentang Kontruksi


Pemikiran Kotemporer. Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum. 46 (11).

Nandang dan Hakim. 1998. Pendidikan Agama Islam. Bandung (ID) : Ganeca
Exac

Rasjid S. 1976. Fiqih Islam. Bandung (ID) : Attahirriyah

18

Anda mungkin juga menyukai