E-mail: djenmars@gmail.com
Abstrak
Kota Jakarta dan sekitarnya sebagian besar berdiri di atas dataran pesisir yang berelevasi rendah telah mengalami
pertumbuhan penduduk dan juga pembangunan bangunan-bangunan tinggi dan berat secara dramatis. Beban bangunan
dan segala isinya di Jakarta dan sekitarnya menekan dataran pesisir yang berdaya dukung relatif rendah terhadap
bangunan sehingga menimbulkan aneka dampak negatif dalam bentuk amblesan tanah dan aneka dampak negatif
runutannya, semisal genangan air dan banjir. Tulisan ini secara eksplisit mencoba membuat hipotesis bahwa betapa total
gaya berat megacity dan populasi cenderung memberikan dampak negative berupa amblesan dataran pesisir dan
perubahan isostasi bumi, dan selanjutnya juga pada perubahan rotasi bumi.
Abstract
Sinking of Jakarta in Relation with Building Construction Namely Megacity Load. The Jakarta city which lies on
low coastal plain is home of over ten millions mof people. The number of population has been growing together with
the constructions of high rise buildings. The buildings with all of the materials and people who live and use them
together with continuous ground water extraction have resulted in undergone dramatic subsidence and other following
negative impacts such as permanent flooding. This paper explicitly propose a hypothesis that the total weight of the
megacity and the population tends to cause subsidence in coastal area and the charge in the earth isostasi, as well as in
earth rotation.
Keywords: building construction, coastal zone, ground water extraction, Jakarta, megacity load, negative impact,
subsidence
1. Pendahuluan
Kerak bumi atau litosfer (lithosphere) dibentuk oleh
material dengan sifat yang tidak homogen dan tidak
memiliki kepadatan atau kerapatan massa, massa jenis
dan berat jenis yang merata, yang secara umum nilainya
meninggi ke arah pusat bumi. Lapisan dengan ketebalan
sekitar 60 km ini penuh dengan perlipatan, patahan, dan
rekahan. Kerak bumi ini harus menahan desakan magma
dari lapisan astenosfer (astenosphere) melalui retakanretakan bumi dalam bentuk rekahan, pemekaran atau
perekahan dasar tengah samudera (mid oceanic sea floor
spreading) dan gunung-gunung berapi yang tersebar di
daratan dan di dasar lautan dalam lokasi dan jalur-jalur
tertentu sesuai dengan teori tektonik lempeng bumi
(plate tectonics) (Gambar 1). Desakan magma terjadi
akibat proses geologi di dalam bumi, yang dicakup pula
dalam teori keseimbangan (isostasi) lempeng bumi,
yang meskipun secara umum berlangsung pelan tetapi
69
70
2,8
2,8
2,8
2,8
2,8
3,0
3,3
2,8
2,6
2,9
3,0
3,3
2. Metode Penelitian
Kulit bumi yang direpresentasikan dengan lempeng
bumi dalam teori tektonik lempeng (plate tectonics)
bergerak dan berubah bentuk dan tempat, baik dalam
arah vertikal maupun lateral. Perubahan elevasi
permukaan tanah secara global ini sekarang dapat
dipantau dengan menggunakan jaring sipat datar dengan
bantuan data (citra) satelit geodesi. Perubahan
umumnya juga dilakukan dengan membandingkan
dengan perubahan elevasi muka laut. Pemantauan
permukaan air laut dapat dilakukan dengan
menggunakan data citra satelit, dan data pengamatan
pasang surut. Kedua data ini saling dihubungkan untuk
menentukan penurunan atau kenaikan lapisan batuan
dan permukaan tanah. Semua data dapat diperoleh
melalui jaringan internet [4,5]. Kompilasi data sekunder
dalam penelitian ini dilakukan dengan metode IDEA
(Imagination, Data, Evaluation, Action).
Kemungkinan
terjadinya
proses
terus-menerus
penyeimbangan permukaan bumi, baik yang terjadi
karena proses alam dalam bentuk pergerakan lempeng
bumi serta erosi dan sedimentasi, maupun oleh proses
kegiatan manusia khususnya melalui pembangunan
perkotaan berbangunan berat dan tinggi didasarkan pada
Teori Pratt dan Airy disajikan pada Gambar 2.
71
(1)
Keterangan:
A = Luas permukaan tanah
P = Beban bangunan
= Daya dukung tanah yang diizinkan
Bangunan megacity yang berukuran besar selalu
didirikan di atas pondasi yang kuat. Pondasi berguna
untuk menyalurkan beban ke dalam tanah. Untuk itu
harus ditentukan besar beban yang bekerja pada setiap
pondasi. Pondasi adalah elemen untuk menyebarkan
beban bangunan dari elemen struktur ke titik
pendukung. Dengan kata lain, pondasi adalah elemen
bangunan untuk memindahkan beban struktur ke dalam
tanah. Bila tanah permukaan terlalu lemah, maka luas
pondasi akan sangat besar, berat, dan secara ekonomi
akan mahal. ltulah sebabnya dibutuhkan penanaman
tiang pancang sampai begitu dalam sehingga tanah
mampu mendukung beban.
Penanaman tiang pancang yang sangat dalam
menyebabkan tanah mendapat tekanan yang sangat
besar. Sebagai misal, konstruksi bangunan menara Pisa
di Italia dengan berat 14.500 ton akan disebarkan oleh
pondasi yang sangat dalam untuk selanjutnya diteruskan
ke dalam tanah. Apabila distribusi beban atau daya
72
(A)
(B)
73
T (C)
Jakarta
28
27
26
25
1953
Month 1 - 444
1990
No.
Kota
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Jakarta
Tokyo
Shanghai
Bangkok
Beijing
Dacca
Calcutta
Bombay
Lahore
New Delhi
Karachi
Baghdad
Nairobi
Moscow
Cairo
Istambul
Rhein-Ruhr
Kinshasha
Lagos
Paris
London
New York
Sao Paulo
Rio De Janeiro
Buenos Aires
Mexico City
Los Angeles
Santiago
Populasi Kasar
(Juta)
30
20
30
20
20
30
30
30
15
30
30
20
20
15
30
20
10
20
30
10
10
20
30
20
15
30
15
10
Beban Kasar
(Juta Ton)
17,10
11,40
17,10
11,40
11,40
17,10
17,10
17,10
8,55
17,10
17,10
11,40
11,40
8,55
17,10
11,40
5,70
11,40
17,10
5,70
5,70
11,40
17,10
11,40
8,55
17,10
8,55
5,70
Catatan:
Asumsi berat satu orang = 50 kg, tiap satu kota diperhitungkan 100
gedung setipe Wisma Nusantara Jakarta dengan 30 lantai dan luas
dasar lantai sekitar 832 m2, dan berat gedung sekitar 52.000 ton [15].
Sebagai misal, bila populasi penduduk megacity tersebut seperti pada
Tabe1 1, yakni lebih atau sama dengan 10 juta jiwa, maka dapat
diperhitungkan secara kasar beban dari adanya gedung dan seratus
bangunan setingkat 30 lantai tersebut, tanpa memperhitungkan bebanbeban lainnya seperti kendaraan dan berbagai macam barang
kebutuhan hidup lainnya.
74
4. Simpulan
Bangunan yang tinggi beserta segala fasilitas khususnya
yang ada di kota besar megapolitan (megacity) pada
wilayah pesisir yang berdaya dukung rendah
diperkirakan akan menyebabkan penurunan elevasi,
baik oleh proses amblesan (subsidence), perosokan
(settlement), maupun pemampatan tanah (compaction).
Penurunan elevasi tanah pada megacity di wilayah
pesisir yang berdaya dukung rendah, apalagi disertai
dengan proses kenaikan air laut global, akan memberi
resiko sangat besar secara perlahan-lahan genangan atau
banjir pada dataran pesisir tersebut. Pertumbuhan pesat
beban yang menekan dari megacity, meskipun relatif
kecil,
mungkin
juga
mempengaruhi
isostasi
(keseimbangan) litosfera atau kulit bumi, serta geoid
dan rotasi bumi. Menghadapi resiko atas kemungkinan
dampak negatif yang tidak diinginkan akibat beban
megacity yang besar, maka perlu disiapkan strategi
penanganan, antisipasi dan prediksi efek negatif tersebut
secara tersistem dan terencana.
Daftar Acuan
[1] Anon.,
World
Population,
Wikipedia,
http://en.wikipedia.org/wiki/world_population,
March, 2006.
[2] J. Gilluly, A.C. Waters, A.O. Woodford, Principles
of Geology, W.H. Freeman & Co., San Francisco,
1968, p.687.