Geomorfologi
Wilayah Kecamatan Saptosari merupakan bagian dari Sub Zona Fisiografi Karst Gunung
Sewu. Secara umum, morfologi daerah ini berupa bukit-bukit karst dan cekungan antarbukit
(doline) dengan ketinggian berkisar 0400 m dan kelerengan 8 - > 40%. Kondisi
geomorfologi wilayah pesisir Kecamatan Saptosari secara khusus akan dibahas pada bab
selanjutnya di sub bab Geomorfologi.
Tipe Pesisir Kecamatan Saptosari secara umum terdiri dari 2 tipologi primer, yaitu:
a. Land Erosion Coast
Pesisir akibat erosi lahan-lahan daratan (land eriosion coast) merupakan tipologi yang
terbentuk akibat bekerjanya proses erosi dan solusional yang intensif pada topogafi karst
akibat air hujan dan aliran permukaan, Erosi intensif ini menyebabkan sebagian
permukaan lahan terkikis membentuk alur-alur atau lembah-lembah sempit dan igir-igir
sisa yang menjorok atau membentuk pola menjari ke arah laut.
b. Structurally Shapped Coast
Pesisir akibat proses struktural (structurally shapped coast) merupakan pesisir yang
ditandai oleh adanya tebing-tebing cliff yang curam, pola garis pantai lurus, dengan guagua abrasi (sea cave) yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia (Santosa, 2015:
160).
Bentuk tipologi primer tersebut kemudian mengalami perkembangan secara lokal akibat
dinamika proses geomorfologi eksogen oleh energi gelombang (marine) dan angin (aeolin).
Pada pengamatan dengan skala detail dapat dijumpai dua tipologi sekunder yang berkembang
pada pesisir dengan tipologi primer land erosion coast yaitu wave erosion coast dan coast
built by organism.
4. 2.Iklim
Wilayah Pesisir Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul memiliki iklim tropis
dengan rata-rata curah hujan tahunan 2000-2500 mm/ tahun. Suhu udara rata-rata harian
27,7
C dengan suhu
minimum
23,2C
dan
suhu
Kelembapan nisbi atau kelembapan relatif berkisar antara 80% - 85%. Kelembapan di
wilayah pesisir Kecamatan Saptosari ini tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, akan
tetapi lebih dipengaruhi oleh musim.
Gambar 4.2.
Peta Curah Hujan Wilayah Kepesisiran Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul
Sumber : Hasil Analisis, 2016
4. 3.Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Wilayah Pesisir Kecamatan Saptosari berupa Tanah Kering (41,32
ha), Bangunan (4,68 ha), Hutan Rakyat (4,73ha) dan lainnya (1, 42 ha).
Tabel 4.b. Penggunaan Wilayah Pesisir Kecamatan Saptosari (ha)
Tanah
Bangunan
Kering
(Building)
(Dryland)
Krambilsawit
12,78 0,79
Kanigoro
19,80 1,01
Planjan
8,74 2,88
41,32 4,68
Sumber: Kecamatan Saptosari Dalam Angka 2015
Desa
Tanah
Sawah
(Wetland)
-
Hutan
rakyat
0,62
3,87
0,24
4,73
Hutan
Negar
a
-
Lainnya Total
0,60
0,20
0,62
1,42
14.79
24,88
12,48
52,15
Gambar 4.3.
Penggunaan Lahan Wilayah Kepesisiran Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul
Sumber : RTRW Kabupaten
Pada gambar tampak bahwa penggunaan lahan didaerah ini didominasi oleh pertanian
lahan kering yaitu sebagai tegalan dan sawah tadah hujan dengan ditanami ketela, jagung
dan padi. Penggunaan lahan seperti ini biasanya terbatas pada cekungan-cekungan seperti
polye dimana pada cekungan tersebut terdapat material hasil pelapukan batugamping yang
berkembang menjadi tanah terrarosa sehingga lahan dapat diusahakan. Penduduk setempat
berusaha menyesuaikan dengan kondisi alam yang kurang mendukung dengan berbagai
percobaan tanaman yaitu mencari tanaman yang cocok untuk bentuklahan seperti ini.
4. 4. Tanah
Kondisi geomorfologis Wilayah Pesisir Kecamatan Saptosari secara genetik terbentuk
oleh proses pengangkatan dan perlipatan dataran tinggi dengan batuan induk utama berupa
batugamping. Secara geodinamik, proses deposisional rombakan lereng perbukitan
berpengaruh terhadap pembentukan tanah yang relatif bersifat homogen.
Gambar 4.4.
Peta Jenis Tanah Wilayah Kepesisiran Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul
Tanah litosol merupakan tanah yang berasal dari bahan induk batuan beku dan atau
sedimen kukuh (consolidated). Tanah litosol berada pada daerah dengan topografi yang
beraneka dari datar sampai bergunung. Litosol mempunyai solum yang tipis kurang dari
0,5 meter. Tanah litosol ini banyak tersebar di Gunungkidul di daerah lereng-lereng bukit.
Tanah Mediteran merah berasal dari bahan induk batu gamping keras, batuan sedimen
dan tuff vulkan basa. Banyak berada di daerah dengan topografi berombak hingga
berbukit dengan ketebalan solum tanah antara 1-2 meter. Secara fisik tanah mediteran
dilihat dengan warnanya yang kuning hingga merah. Pada beberapa tempat tanah
mediteran dikenal juga dengan istilah terrarosa. Tanah mediteran ini selain di wilayah
pesisir Kecamatan Saptosari juga banyak dijumpai di daerah Wonosari, Karangmojo,
Semanu sebagian Playen dan Paliyan hingga Patuk.
4. 5. Geologi
Kecamatan Saptosari merupakan bagian dari satuan ekosistem perbukitan karst
Gunungsewu (Duizon gebergton atau Zuider geberton), dengan ketinggian 0-300 mdpl.
Berdasarkan klasifikasi tipologi karst, maka dapat dikatakan bahwa karst di Kecamatan
Saptosari termasuk dalam tipe Holokarst. Topografi karst di Kecamatan Saptosari terbentuk
oleh lapisan batugamping murni terumbu yang sangat tebal dan sangat mudah larut,
berkedudukan pada elevasi perbukitan yang cukup tinggi, dengan curah hujan tinggi pada
daerah tropis. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan terbentuknya topografi karst yang
cukup unik dan ideal di Kecamatan Saptosari. Karst di wilayah Kecamatan Saptosari ini
merupakan bagian dari topografi karst Gunungsewu di bagian barat, yang didominasi oleh
bentuk-bentuk kerucut atau sinoid.
Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri khast bukit-bukit kerucut
(Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai
bawah tanah. Satuan ekosistem kars dapat dibedakan menjadi dua yaitu ekosistem eksokarst
(karst permukaan) ditandai dengan adanya fenomena perbukitan karst, lembah dan telaga
dan ekosistem endokarst (karst bawah permukaan) ditandai dengan adanya fenomena goa
dan sungai bawah tanah.
Gambar 4.5.
Peta Geologi Wilayah Kepesisiran Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul
Sumber : RTRW Gunungkidul
4. 6. Sosial
4.6.1. Kependudukan
Aspek kependudukan merupakan salah satu hal penting dalam pembahasan sosial
ekonomi. Penduduk menjadi obyek dan subyek dari pembangunan sektor sosial
ekonomi. Data jumlah penduduk menjadi dasar untuk merencanakan pembangunan
berbagai bidang. Tabel 4.c menunjukkan data aspek kependudukan di wilayah pesisir
Kecamatan Saptosari.
Tabel 4. c.
Jumlah Penduduk dan Tahapan Keluarga di Desa pesisir Saptosari
Desa
Krambilsawit
Kanigoro
Planjan
Jumlah Penduduk
Luas Wilayah
Kepadatan Penduduk
5638
6018
5612
14.79
24.88
12.48
381
242
450
Tahapan Keluarga
Pra KS
KS I KS II
958
311
32
1084
568
156
950
377
320
Gambar 4.6.
Obyek Wisata dan TPI Ngrenehan
Sumber : Dokumentasi
Jumlah pasar yang ada di desa pesisir sebanyak 2 unit di Desa Krambilsawit,
yaitu Pasar Sawah dan Bibis. Jumlah toko terbanyak berada di Desa Kanigoro (39
unit), sedangkan paling sedikit di Desa Planjan (23). Fasilitas warung di desa pesisir
sebanyak 101 unit, Desa Planjan mempunyai mempunyai jumlah tertinggi, yaitu 35
unit. Keberadaan obyek wisata dan jalan utama dimungkinkan mempengaruhi jumlah
warung dan toko di desa pesisir. fasilitas lain seperti bank, ATM atau minimarket
belum tersedia di desa pesisir Kecamatan Saptosari.
seluruh Indonesia menjadi 3, yaitu mandiri, berkembang dan tertinggal. Tabel 4.f.
menunjukkan indeks pembangunan desa pesisir di Kecamatan Saptosari.
Desa
Tabel 4.f.
Indeks Pembangunan Desa di Desa pesisir Saptosari
Indeks Per Dimensi
Peringkat IPD
IPD
Kec.
Kab.
2014 Layan Infra Trans Umum Pmth
(7 desa) (144 desa)
Krambilsawi
61.79 74.04 30.42 74.99 62.23
t
Kanigoro
67.96 72.64 51.40 79.18 62.23
Planjan
68.28 74.15 51.50 94.46 41.97
Sumber : Indeks Pembangunan Desa 2014
72.59
124
77.08
67.00
4
3
78
71
pada
daerah
wilayah
kepesisiran
Kecamatan
Saptosari,
Kabupaten
Gunungkidul, dikarenakan aktivitas tektonik di sesar lokal yang ada di sekitar wilayah
Saptosari serta zona subduksi (zona penunjaman lempeng Samudera Hindia di bawah
lempeng Benua Eurasia).
Gambar 4.7.
Peta Bahaya Gempabumi Desa Peisisir Kecamatan Saptosari
Salah satu analisis untuk mengetahui bahaya gempabumi di suatu daerah adalah
dengan melakukan pemodelan percepatan tanah maksimum untuk menilai tingkat
goncangan tanah (dalam satuan gals) di suatu lokasi akibat kejadian gempabumi yang
pernah terjadi. Pemodelan yang dilakukan dalam laporan ini menggunakan metode
Fukushima Tanaka dan data historis gempa di sekitar wilayah kajian antara tahun 1970
2015.
Berdasarkan peta bahaya gempabumi di Kecamatan Saptosari, maka percepatan
tanah maksimum di wilayah kecamatan Saptosari kab. Gunungkidul, berkisar antara
261 - 360 gals, atau VI - VII MMI (kerusakan sedang) dalam skala intensitas
gempabumi. Peta bahaya gempabumi menunjukkan bahwa nilai percepatan tanah,
semakin ke barat, maka nilai percepatan tanah makin besar. Kondisi ini berkaitan
dengan aktivitas patahan Opak yang menyebabkan gempa dengan kekuatan besar
dengan kedalaman dangkal yang berdampak kerusakann bagi daerah sekitarnya
termasuk wilayah kecamatan Saptosari.
Gambar 4.8.
Peta Seismisitas Kabupaten Gunungkidul dan sekitarnya Tahun 1970- 2015