Mun Taber
Mun Taber
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada beragam gangguan pencernaan yang perlu kita ketahui supaya kita lebih
waspada dan bisa melakukan usaha-usaha pencegahan. Salah satu gangguan
pada pencernaan yang cukup berbahaya jika dibiarkan berlanjut adalah
muntaber. Muntaber merupakan gangguan pencernaan yang menyebabkan
seseorang mengalami muntah dan berak secara bersamaan atau terpisah. Jika
gangguan pencernaan yang satu ini tidak segera diatasi maka bisa dengan
cepat membawa seseorang pada kondisi yang membahayakan jiwanya.
Muntaber bisa disebabkan oleh kuman, bakteri, atau virus. Muntaber juga
dapat disebabkan oleh adanya infeksi saluran nafas atau radang tenggorokan,
infeksi saluran kemih (kencing) dan penyakit tifus. Akan tetapi, yang paling
sering menyebabkan muntaber adalah bakteri Eschericia coli (E.coli) yang
menyerang usus. Biasanya muntaber terjadi karena seseorang mengkonsumsi
makanan yang sudah tercemar dengan bakteri E.coli dan saat itu daya tahan
tubuhnya sedang turun (tidak fit).
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Muntaber
Penyakit Muntaber atau Vibrio Parahaemolyticus Enteritis adalah keadaan di
mana seseorang menderita muntah-muntah disertai buang air besar berkalikali. Kejadian itu dapat berulang tiga sampai lebih sepuluh kali dalam sehari.
Terjadi perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, melembek sampai
mencair, yang kadang juga mengandung darah atau lendir.
2.2 Faktor Agent
Penyebab utama penyakit muntaber adalah peradangan usus oleh bakteri,
virus, parasit lain (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan atau
minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia serta kurang
gizi, misalnya kelaparan atau kekurangan protein.
Bakteri E. coli adalah penyebab penyakit muntaber, E. coli yang merupakan
penyingkatan dari Escherichia coli sebenarnya adalah bakteri yang dari
dahulu kala sudah ada di dalam tubuh manusia khususnya di dalam sistem
pencernaan dan tidak menimbulkan penyakit. Bakteri ini ditemukan oleh
seorang seorang pakar bakteriologi Jerman bernama Theodor Escherich pada
tahun 1885. Sebagian besar dari ratusan jenis E. coli ini hidup di dalam
saluran pencernaan manusia tanpa menimbulkan gangguan dan hidup rukun
ini dinamakan commensalism.
Namun pada tahun 1982 terjadi kegemparan di kalangan medis, karena E. coli
ini sudah mengalami mutasi (perubahan sifat) dan menimbulkan letupan
kasus diare di Oregon dan Michigan (AS) dengan 47 orang penderita dewasa
dan anak-anak. Dari hasil pemeriksaan laboratorium awal mulanya petugas
kesehatan mengalami kebingungan karena tidak ditemukan bakteri patogen
(yang menyebabkan penyakit) dan hanya didapatkan bakteri E. coli yang
memang dianggap lumrah berada di saluran cerna.
Selain itu, penyakit muntaber juga dapat disebabkan oleh virus Vibrio
parahaemolyticus yang termasuk jenis vibrio halofilik dan telah diidentifikasi
ada 12 grup antigen O dan sekitar 60 tipe antigen K yang berbeda. Strain
patogen pada umumnya (tetapi tidak selalu) dapat menimbulkan reaksi
hemolitik yang khas (fenomena Kanagawa). Masa inkubasi Vibrio
parahaemolyticus biasanya antara 12 24 jam, tetapi dapat berkisar antara 4
30 jam.
2.3 Faktor Host
1) Usia: penyakit muntaber memang menyerang anak-anak, terutama pada usia
dua hingga delapan tahun. Mereka mudah tertular karena daya tahan
tubuhnya belum sekuat orang dewasa.
2) Jenis Kelamin: laki-laki dan juga perempuan
3) Ras: Di negara yang lingkungannya kurang bersih,seperti negara berkembang
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Cara Mencegah Penyakit Muntaber
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah muntaber, antara lain :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
1)
http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?
module=detailberitaminggu&kid=24&id=55211
http://kesehatan.us/2012/06/apa-muntaber-itu-dan-bagaimana-gejalanya/
http://tips-sehat-bahagia.blogspot.com/2012/11/gejala-dan-penyebab-penyakitmuntaber.html
Komite Medik RSUP Dr. Sardjito, Standar Pelayanan Medis, Medika, FK UGM
Yogyakarta
dr. Karel, SpA, Menjadi Dokter Anak di Rumah, Penerbit Puspa Sehat
dr. Avie Andriyani (dimuat di majalah As Sunnah edisi08/XII/1429H/2008M)