Anda di halaman 1dari 31

USAHATANI DALAM SISTEM INTEGRITAS ANTARA

TERNAK SAPI PERAH DENGAN SALAK PONDOH

TUGAS SISTEM AGRIBISNIS VETERINER


SISTEM INTEGRITAS AGRIBISNIS

Oleh:
FAHMI ARIEF
061614353007

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


MAGISTER AGRIBISNIS VETERINER
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Implementasi pembangunan pertanian sangat terkait dengan pembangunan
wilayah khususnya pedesaan. Reorientasi pendekatan ini didasarkan pada
kenyataan bahwa resource endowment para petani, khususnya lahan sangat
terbatas, sehingga petani berusaha mengoptimalkan sumberdaya tersebut dengan
diversifikasi usaha. Bidang usaha yang dimiliki, diusahakan untuk budidaya
tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan, serta pengusahaan ternak dan
ikan. Lebih jauh lagi, dalam satu unit terkecil wilayah misalnya desa, akan
dijumpai berbagai jenis tanaman atau hewan yang diusahakan secara terpadu.
Sempitnya lahan yang dimiliki, terutama lahan untuk usaha pertanian, mendorong
untuk meningkatkan pendapatan dari sektor lain. Memelihara ternak dan
mengusahakan tanaman merupakan salah satu cara untuk menambah hasil
(Gunawan, 1992).
Pola integrasi antara sapi perah dan salak pondoh dilakukan terutama
untuk memanfaatkan limbah peternakan sebagai pupuk bagi tanaman salak untuk
meningkatkan pendapatan. Salak pondoh (Salacca edulis) tergolong salak
komersial dan merupakan salak unggul, disukai karena rasanya manis dan
aromanya spesifik (Soehartanto et al., 1989).pemeliharaan salak pondoh. Pada
awal penanaman kebutuhkan pupuk kandang 2 kg/tanaman dan setelah tanaman
salak pondoh berbuah dosis pupuk kandang ditingkatkan menjadi 4 kg/pohon
(Nazaruddin dan Muchlisah, 1994). Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan
sektor peternakan dan usahatani khususnya usaha ternak sapi perah dengan salak
pondok untuk meningkatkan keuntungan dalam suatu usaha.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem
integritas suatu usaha peternakan sapi perah dengan salak pondoh.
1.3

Batasan masalah

klasifikasi dan ciri-ciri sapi perah


Potensi usaha susu ternak sapi perah dan salak pondoh
Analisis usaha susu ternak sapi perah dan salak pondoh
Tata laksana usaha susu ternak sapi perah dan salak pondoh dengan
sistem integritas agribisnis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Budidaya Sapi Perah
Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan
dibanding ternak perah lainnya. Salah satu bangsa sapi perah yang terkenal adalah
Sapi perah Fries Holland (FH). Sapi ini berasal dari Eropa yaitu Belanda
(Nederland), tepatnya di Provinsi Holland Utara dan Friesian Barat, sehingga sapi
bangsa ini memiliki nama resmi Fries Holland dan sering disebut Holstein atau
Friesian saja (Syuaib, 2011).
Klasifikasi sapi Friesian Holstein menurut Sudono (2003) memiliki
klasifikasi taksonomi sebagai berikut :
Phylum
Class
Ordo
Kingdom
Family
Genus

:
:
:
:
:
:

Chordata
Mamalia
Artiodactyla
Animalia
Bovidae
Bos

Species

: Bos Taurus

2.1.1 Ciri-Ciri Sapi Friesian Holstein


Ciri-ciri sapi FH adalah berwarna hitam putih, ada juga yang
berwarna merah dan putih, merupakan sapi tipe besar dengan berat dewasa
betina 540 sampai 580 kilogram dan sapi jantan mencapai 800 kilogram.
Produksi susunya dapat mencapai 12.352 liter perlaktasi selama 300 hari
dengan kadar lemak 3,7%, di Indonesia rata-rata produksi susu berkisar
antara 2500 sampai 3000 kilogram perlaktasi. Sapi FH juga bisa
dimanfaatkan sebagai sapi pedaging, karena sapi FH mempunyai karkas
yang berkualitas baik dan tubuh yang cukup besar. Sapi FH betina
memiliki ciri-ciri sapi antara lain: Kepala panjang agak sempit. Leher
panjang dan lebarnya sedang, besarnya gelambir sedang dan lipatanlipatan kulit leher halus. Pinggang pendek dan lebar. Gumba, punggung
dan pinggang merupakan garis lurus yang panjang. Kaki kuat, tidak
pincang dan jarak antara paha lebar. Badan ramping berbentuk segitiga,
tidak terlalu gemuk dan tulang-tulang agak menonjol. Dada lebar dan
tulang-tulang rusuk panjang serta lurus. Ambing besar, luas, memanjang

kedepan kearah perut dan melebar sampai diantara paha. Produksi susu
tinggi. Tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
setiap tahun beranak (Wahiduddin, 2008). Sapi Perah Friesian Holstein
dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Sapi Perah Friesian Holstein (Wahiduddin, 2008)


2.1.2 Budidaya Salak Pondok

Tanaman salak pondoh termasuk dalam kelompok tanaman Palmae yang


tumbuh berumpun dan umumnya tumbuh berkelompok. Banyak varietas salak
yang bisa tumbuh di Indonesia. Ada yang masih muda sudah terasa manis,
Varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah untuk dikembangkan ialah:
salak pondoh, swaru, nglumut, enrekang, gula batu (Bali), dan lain-lain.
Sebenarnya jenis salak yang ada di Indonesia ada 3 perbedaan yang menyolok,
yakni: salak Jawa Salacca zalacca (Gaertner) Voss yang berbiji 2-3 butir, salak
Bali Slacca amboinensis (Becc) Mogea yang berbiji 1- 2 butir, dan salak Padang
Sidempuan Salacca sumatrana (Becc) yang berdaging merah. Jenis salak itu
mempunyai nilai komersial yang tinggi. Klasifikasi dari buah salak dapat dilihat
berikut (Widji Anarsis, 1996) :
Divisi
Sub divisi
Kelas
Bangsa
Suku
Marga
Jenis

: Spermatophyta
: Angiospermae
: Monocotyledonae
: Palmales
: Palmae
: Salacca
: Salacca edulis

Tanaman salak termasuk suku pinang-pinangan, ordo Spadiceflorae,


famili Palmaceae dengan beberapa spesies Salacca conferta, Salacca adulis,
Salacca affinis, Salacca globoscans, dan Salacca wulliciana (Sudibyo, 1974).

Menurut Suter (1988), panjang buah salak berkisar antara 4,46-6,13 cm,
diameter 4,28-5,67 cm, dan berat buah berkisar antara 34,79-83,47 g. Variasi
panjang, diameter, dan berat buah salak dipengaruhi oleh kultivar serta letak
buah salak pada tandannya. Tanaman salak pondoh merupakan tanaman
berumah dua, sehingga dapat diketemukan tanaman jantan dan tanaman
betina. Bunga jantan tersusun seperti genteng, bertangkai dan berwarna coklat
kemerah-merahan. Sedangkan bunga betina tersusun dari 1-3 bulir, bertangkai
panjang dan mekar sekitar 1-3 hari. Perakaran salak pondoh terdiri dari akar
serabut, yang sebagian besar berada di dalam tanah dan sebagian lagi muncul
dipermukaan tanah. Perkembangan akar salak pondoh dipengaruhi oleh cara
pengolahan tanah, pemupukan, tekstur tanah, sifat fisik dan kimia tanah, air
tanah, lapisan bawah tanah, dan lain-lain. Sedangkan batang salak pondoh
termasuk pendek dan hampir tidak kelihatan secara jelas, karena selain ruasruasnya padat juga tertutup oleh pelepah daun yang tumbuhnya memanjang
(Hieronymus Budi Santoso, 1990).
Kriteria buah yang sudah siap dipanan dapat ditentukan melalui umur
buah atau dengan memperhatikan penampakan buah. Umur panan buah salak
pondoh adalah sekitar 5,5-6 bulan, sedangkan bila melihat dari penampakan
buahnya, salak pondoh yang siap dipanen memiliki warna kulit buah bersih
dan mengilap, bila dipegang terasa empuk dan kulitnya tidak keras serta
beraroma khas (Widji Anarsis, 1996). Buah salak terdiri dari tiga bagian, yaitu
kulit buah, daging buah yang diselubungi selaput tipis dan biji. Setiap buah
salak pondoh memiliki satu biji, berwarna coklat kehitam-hitaman, keras, dan
pada biji terdapat sisi cembung dan sisi datar (Hieronymus Budi Santoso,
1990).
2.2 Potensi Usaha Susu Ternak Sapi Perah Dan Salak Pondok
Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang memiliki
karakteristik laju pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dibarengi dengan laju
pertumbuhan yang pesat. Peningkatan jumlah penduduk saat ini memberikan
dampak yang besar terhadap peningkatan permintaan (demand) produk pangan
masyarakat. Selain itu, perkembangan masyarakat saat ini lebih ke arah yang lebih

maju baik dari segi pendapatan maupun tingkat pengetahuan masyarakat


mengenai pentingnya nilai gizi pangan. Hal ini membuat masyarakat cenderung
lebih meningkatkan konsumsi pangan yang mengandung gizi tinggi. Salah satu
produk pangan yang terus mengalami peningkatan permintaan setiap tahunnya
adalah susu. Pengembangan sektor peternakan khususnya usaha ternak sapi perah
di Indonesia saat ini perlu dilakukan karena kemampuan pasok susu peternak
lokal saat ini baru mencapai 25 persen sampai 30 persen dari kebutuhan susu
nasional. Besarnya volume impor susu menunjukkan prospek pasar yang sangat
besar dalam usaha peternakan sapi perah untuk menghasilkan susu sapi segar.
Pengembangan usaha peternakan sapi perah umumnya dilakukan secara integrasi
dengan usahatani tanaman-tanaman tersebut.
Integrasi tersebut dilakukan dengan tujuan agar ada proses daur ulang dari
peternakan berupa limbah kandang yang dapat digunakan sebagai pupuk organik
dalam usahatani tanaman. Lahan kering yang digunakan untuk usahatani salak
pondoh memiliki kondisi yang peka terhadap erosi. Biaya pembelian pupuk pada
usahatani tanaman salak pondoh, dapat dihemat dengan cara menggunakan pupuk
organik dari limbah kandang ternak.

BAB III PEMBAHASAN


2.4 Tata Laksana Usaha Susu Ternak Sapi Perah dan Salak Pondoh dengan
Sistem Integritas Agribisnis.
Tata laksana usaha susu ternak sapi perah dan salak pondok difokuskan
pada dua unit usaha saja, yaitu pada unit produksi susu dan salak pondok. Untuk
itu diperlukan beberapa sistem dalam menjalankan usaha ini, yaitu sistem

dukungan (pelayanan), usaha dan stabilisator. Dari beberapa sistem tersebut


didukung dengan beberapa subsistem agar tata laksana usaha ini tersusun dengan
rapi.
2.4.1

Dukungan atau Pelayanan


1. Penyuluhan atau Penelitian
Penelitian atau penyuluhan diperlukan untuk transfer informasi dan
teknologi secara efektif dan efisien. Bekerja sama dengan akademisi Perguruan
Tinggi dan Peternak Sapi Perah.
Perguruan tinggi memberikan layanan konsultasi untuk pengembangan
teknologi yang dibutuhkan oleh peternak sapi perah dalam budidaya ternak sapi
perah. Sedangkan peternak sapi perah lain memberikan pengarahan dalam usaha
beterenak sapi perah.
2. Modal Usaha
Modal usaha adalah sesuatu yang digunakan untuk mendirikan atau
menjalankan suatu usaha. Modal ini bisa berupa uang dan tenaga (keahlian).
Modal uang biasa digunakan untuk membiayai berbagai keperluan usaha, seperti
biaya prainvestasi, pengurusan izin, biaya investasi untuk membeli aset, hingga
modal kerja. Modal Usaha dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Pinjaman
Pengertian modal pinjaman

merupakan

setiap

modal

yang

didapatkan dari hasil pinjaman kepada pihak luar perusahaan. Beberapa


contoh modal pinjaman adalah modal yang didapatkan dari penerbitan
obligasi, modal yang didapatkan dari pinjaman kepada kreditur, dan modal
dagang.
b) Modal Sendiri
Modal sendiri merupakan setiap modal yang berasal dari modal
sendiri. Secara umum, modal sendiri dapat disamakan dengan modal
internal.

3. Transportasi
Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke
tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan
oleh manusia atau mesin. Transportasi ternak sapi perah dan salak pondok dapat
dilakukan melalui rute darat maupun laut. Rute darat dilalu dengan menggunakan
sepede motor, mobil, dan truk. Sedangkan untuk rute darat dapat dilalui
menggunakan kapal. Dalam pengangkutan jarak jauh, perlu peralatan pendingin
untuk menjaga kesegaran, karena air susu segar kesegarannya hanya mampu
bertahan lebih dari 3 jam sejak diperah dari induk. Produk harus diangkut dalam
kendaraan yang bersih dan menggunakan alat pendingin, pada kondisi yang sesuai
dan tidak diletakkan bersama-sama dengan benda-benda lain.
1.4.2 Usaha
1. Subsistem Agroinput
Sebelum memulai beternak sapi perah, ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan dan diperhitungkan secara matang. Persiapan dan perhitungan ini
sangat menentukan keberhasilan peternakan. Paling tidak, ada tiga hal yang harus
dipersiapkan dan dipertimbangkan yaitu : seleksi bibit sapi perah, kandang,
pakan, dan ketersediaan air.
1.

Seleksi Bibit Sapi Perah


Dalam pembudidayaan sapi jenis apapun, pemilihan bibit tak

diragukan lagi merupakan salah satu langkah terpenting dan begitupun


dengan pembudidayaan sapi perah yaitu sapi jenis Fries Holland atau sapi
FH. Sapi jenis ini memiliki ciri-ciri yang meliputi kulit berwarna putih
disertai dengan bercak hitam. Selain ciri-ciri yang bisa Anda lihat dari
penampilan luar tersebut, ciri-ciri sapi jenis FH juga bisa dilihat melalui
perilaku sapi dimana sapi jenis ini pejantannya biasanya agak ganas
sedangkan betinyanya tenang dan sangat jinak.Ciri-ciri lain yang juga
merupakan ciri utama sapi jenis ini yaitu produksi susunya yang melebihi
sapi lain.
a.

Sapi Perah Betina

a. Mampu menghasilkan susu yang banyak;


b. Berusia antara 3,5 tahun sampai 4,5 tahun;
c. Sudah melahirkan anak sapi perah;
d. Tidak cacat pada seluruh bagian sapi perah;
e. tidak keadaan sakit ataupun terkenah penyakit;
f. mampu beranak setiap tahunnya.
b.

Sapi Perah Jantan


a. Berusia antara 4 -5 tahun;
b. keadaannya tidak cacat dan tidak terserang penyakit;
c. mempunyai badan yang kuat dan kokoh;
d. memiliki kepala yang besar dan tanduk.

2.

Kandang Sapi Perah


Ketika hendak membudidayakan sapi perah, pembuatan

kandang yang sesuai dengan sapi jenis tersebut juga merupakan salah
satu cara

ternak yang

paling

penting.

Sedikit

berbeda

dengan

pembuatan kandang untuk sapi jenis lain, pembuatan kandang sapi


perah haruslah berlokasi jauh dari pemukiman. Selain itu, kandang sapi
juga harus terletak paling tidak 10 meter jauhnya dari tempat tinggal
kita dan selain itu, pelataran kandang tersebut harus mendapatkan
supplai sinar matahari yang memadai. Untuk sapi pejantan, kandang
bisa berukuran 1,5 x 2 meter sementara untuk sapi betina, kandang bisa
berukuran 1,8 x 2 meter. Selain itu, temperatur di sekitar kandang juga
harus tepat yaitu yaitu sekitar 25-40C. lokasi kandang yang ideal
daerahnya jauh dari penduduk tetapi bisa di capai kendaraan , jarak
kandang sapi perah minimal 10 m dari rumah dan harus terkena
matahari juga agar kesehatan semakin terjaga. Ukuran kandang jantan
dewasa antara 1 ,5 x 2 meter atau 2 ,5 x 2 meter, Sedangkan ukuran

kandang betina dewasa 1, 8 x 2, dan anak sapi berukuran 1, 5 x 1


perekor . dengan tinggi 2 2,5 meter dari tanah . sedangkan suhu
berukuran 25 40 derajat celcius dan kelembaban yaitu 70 % .
3. Pakan
Dalam pembudidayaan sapi perah, pemberian pakan yang tepat
adalah sesuatu yang sangat penting dalam rangka pembesaran sapi
tersebut. Pakan yang di berikan untuk ternak berupa jerami , daun
jagung , dedaunan , rumput gazah dan rumput raja . pakan hijauan di
berikan pada siang hari setelah pemerahan 30 50 kg/hari . pakan
rumpu-rumputan di berikan ke ternak jantan sekitar 10 % dan pakan
tambahan 1 -2 % . sedangkan sapi yang sedang menyusui memerlukan
pakan tambahan sekitar 25 % hijauan dan konsentrat . hijauan atau
rumput sebaiknya di tambahkan kacang-kacangan dan juga sapi harus
di kasih air minum perhari sekitar 10 %.
a) Pakan Hijauan Sapi Perah
Dalam beternak sapi perah, pakan hijauan bisa dikatakan
sebagai

pakan

pokok

(Macro).

Jadi

sumber

utama

untuk

kelangsungan hidup sapi berasal dari sini. Umumnya pakan hijauan


menggunakan rumput-rumputan berkualitas sedang seperti rumput,
jerami, dan sebagainya. Sedangkan hijauan berkualitas seperti
kacang-kacangan leguminosa (gliricidia, lamtoro, kaliandra) dan
bangsa umbi-umbian bisa jadi pilihan utama. Penggunaan pakan
hijauan sifatnya wajib paling tidak sekitar 60-70% harus ada di
dalam pakan ternak sapi perah disamping pakan tambahan. Pakan
hijauan diberikan pada siang hari setelah pemerahan sebanyak
kurang lebih 30-50 kg atau kurang lebih sekitar 10% berat badan
sapi per ekor setiap harinya setelah sapi diperah agar susu hasil
perahan tidak berbau. Bagi sapi yang menyusui bisa diberikan pakan
25% lebih banyak agar gizinya selama menyusui juga tercukupi.
Tetapi tetap harus diperhatikan jika pemberian hijauan terlalu banyak

bisa mengganggu pencernaan yang bisa berdampak pada badan sapi


kegemukan yang akan mengurangi efisiensi produksi susu sapi
bahkan bisa menyebabkan kematian karena displace abomasum.
b) Pakan Konsentrat Sapi Perah
Disamping

penggunaan

makanan

pokok,

perlu

juga

ditambahkan pakan tambahan sebagai sumber nutrisi ekstra (Micro).


Pakan sandingan yang banyak berpengaruh dan banyak digunakan
agar hasil susu meningkat drastis adalah pakan konsentrat yang juga
diaplikasikan pada jenis sapi lainseperti sapi pedaging dan
pekerja. Pakan sapi perah jenis konsentrat tentunya memiliki
komposisi yang berbeda dari komposisi untuk sapi pedaging.
Komposisi khusus untuk sapi perah adalah sebagai berikut: Dedak
padi (bisa diganti dengan pollard) 25%, tepung jagung 25%, bungkil
kelapa 25%, bungkil kedelai/bungkil kacang tanah/bungkil biji
kapuk 20%, sisanya ampas tahu, garam dapur, kapur, tepung tulang
masing-masing kurang lebih 1%. Dari prosentase itu kebutuhan
bahan kering sudah dibilang tercukupi. Pemberiannya dilakukan saat
pagi dan sore hari setengah jam sebelum sapi diperah agar kualitas
susu tidak turun. Jangan lupa sapi harus selalu diberi minum cukup
agar produksi susunya banyak, paling tidak 4 liter air minum untuk 1
liter susu yang dihasilkan atau 10% dari berat badan setiap hari.
4. Ketersediaan Air
Air mutlak diperlukan dalam usaha peternakan sapi perah. Hal
ini disebabkan susu yang dihasilkan 87% berupa air dan sisanya berupa
bahan kering. Disamping itu, untuk mendapatkan 1 litter susu, seekor
sapi perah membutuhkan 3-4 litter air minum. Untuk menghasilkan
susu yang sebgaian besar berupa air tersebut, keberadaan atau
ketersediaan air

dilingkungan sekitar lokasi

peternakan

harus

diperhitungkan. Dengan perhitungan yang matang, peternak diharapkan


tidak mendapat kesulitan di belakang hari. Dalam peternakan ini, air

digunakan tidak hanya untuk minum sapi namun juga digunakan untuk
memnadikan sapid an membersihkan kandang. Khusus untuk minum,
sebaiknya sapi diberikan minum secara adlibitum atau tidak terbatas
jumlahnya (sekenyangnya).
5. Pengolahan Limbah Dari Ternak Sapi Perah
Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang
dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah
padat dan cairan, gas,ataupun yang memiliki banyak manfaat. Manfaat
kompos

diantaranya

dapat

memperbaiki

struktur

hara

tanah,

meningkatkan daya serap tanah terhadap air dansebagai sumber


makanan bagi tanaman diatasnya. Kompos sering disebut dengan pupuk
organik. Kompos dapat menambah unsur hara baik makro maupun
mikro dalam tanah. Ginting (2007) menyatakan bahwa proses
pengomposan dibantu dengan suhu 600 C dan proses penguraian ini
mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut
menjadi senyawa organik larut yang berguna bagi tanaman. Pembuatan
kompos secara alami membutuhkan waktu yang lama yaitu sekitar 2
bulan, baru dapat dimanfaatkan hasil penguraian dari kompos ini.
Proses penguraian kompos dapat dipercepat dengan menggunakan
bantuan activator pengomposan yang banyakdijual dipasaran seperti
Stardex, EM4, Green Posnko dan bahan lainnya.
6. Penyiapan Bibit Salak Pondoh
Sebelum melakukan budidaya salak, langkah pertama yang
perlu dilakukan adalah menyiapkan bibit. Bibit dipilih yang memiliki
kualitas baik berasal dari induk tanaman yang telah terbukti
menghasilkan buah dengan hasil yang maksimal dan kualitas baik.
7. Pengolahan Lahan Buah Salak Pondoh
Proses pengolahan tanah harus direncanakan dengan baik, yaitu
meliputi ; Pembuatan saluran air di sekitar kebun pada waktu musim
penghujan air tidak menggenang yang dapat menyebabkan penyakit
busuk akar pada tanaman salak. Kemudian, pengaturan jarak tanam
yaitu berikisar 2 x 2 m2 atau 1.5 x 1.5 m2 dengan jumlah tanaman

1.800 rumpun per hektar. Selain itu, ada tambahan bahwa untuk tanah
yang subur, jarak tanam antara tumbuhan satu dengan yang lain lebih.
8. Penanaman Salak Pondoh
Penanaman bibit salak pondoh sebaiknya dilakasanakan pada
awal musim hujan yaitu sekitar bulan Nopember. Sebab selain udara
yang sejuk, juga tersedianya air yang cukup pada musim hujan,
sehingga tumbuhan salak pondoh cepat tumbuh dengan baik. Proses
penanaman dilakukan setelah bibit disiapkan dan dipilih / diseleksi bibit
yang berkualitas.
2. Subsistem Budidaya
Tata laksana budidaya dalam suatu peternakan dan usahatani memegang
peranan penting karena keberhasilan suatu usaha peternakan tersebut sangat
dipengaruhi oleh baik tidaknya tata laksana pemeliharaannya. Manejemen
pemeliharaan sapi perah dan salak pondoh terdiri sebagai berikut ;
a. Budidaya Sapi Perah

Pemeliharaan pedet
Pedet yang baru lahir tersebut dikeringkan atau membiarkan induk
menjilatinya sehingga pedet tidak kedinginan apabila cuaca dalam keadaan
dingin. Sedangkan pedet yang baru lahir perlu disiapkan kandang dengan
memberikan alas berupa jerami kering atau serbuk gergaji. Pedet sapi
perah disapih pada umur 3-4 bulan, tergantung dari kondisi pedet. Cara
penyapihan pedet sedikit demi sedikit susu yang diberikan dikurangi.
Sebaliknya, pemberian konsentrat dan hijauan ditingkatkan sampai pada
saatnya pedet itu disapih sehingga terbiasa dan tidak mengalami stress.

Manajemen dara
Sapi dara adalah sapi pada masa antara lepas sapih sampai laktasi
pertama kali yaitu berkisar antara umur 12 minggu sampai dengan 2 tahun.
Setelah berumur 3 bulan sapi dara ditempatkan di dalam kandang
kelompok yang berjumlah antara 3-4 ekor, dengan jenis kelamin, umur dan

berat badan yang seragam. Tujuan pemeliharaan sapi dara yaitu untuk
mengganti induk replacement untuk sapi perah yang mempunyai
kemampuan produksi rendah serta untuk pengembangan usaha. sapi
sebaiknya dimandikan setiap hari dan pembersihan kotoran yang
menempel dikulit. Sanitasi dilakukan setiap 2 kali sehari setiap pagi dan
sore dengan tujuan menjaga kebersihan kandang karena berhubungan
dengan kesehatan ternak.

Manajemen laktasi
Manajemen perawatan sapi laktasi bertujuan untuk memperoleh
produksi susu yang bagus dan optimal. Pakan sapi perah laktasi terbagi
menjadi dua golongan yaitu pakan kasar dan pakan penguat atau
konsentrat. Kadar serat kasar yang terlalu tinggi menyebabkan ransum
sulit

untuk

dicerna,

sebaliknya

jika

kadar

serar

kasar

rendah

mengakibatkan kadar lemak susu menjadi lebih rendah dan menyebabkan


gangguan pencernaan.

Manajemen Pemberian Pakan


Sistem pemberian pakan pada umumnya dilakukan sebanyak dua
kali yaitu pagi dan sore hari. Hijauan segar diberikan sebanyak 25-30 kg
setiap hari. Pemberian pakan dilakukan setelah pemerahan. Pemberian
konsentrat jadi sebanyak 4-5 kg dan diberikan 2 kali sehari. Air minum
tidak diberikan secara ad libitum sebab peternak hanya memberikan air
minum pada saat memberikan komboran. Pakan sapi perah terdiri dari
hijauan leguminosa dan rumput yang berkualitas baik serta dengan
konsentrat tinggi kualitas serta palatabel.

Ransum ternak besar (sapi)

terdiri dari 60% hijauan dan 40% limbah pengolahan pangan (bekatul dan
bungkil), sedangkan pemberian pakan konsentrat diberikan sebelum
hijauan, bertujuan untuk merangsang pertumbuhan mikrobia rumen.
Hijauan diberikan sepanjang hari secara ad libitum, hijauan juga diselingi
dengan jerami padi sebanyak 1 kg yang diberikan dua kali sehari.
Konsentrat berfungsi sebagai suplai energi tambahan dan protein, lebih

lanjut dijelaskan bahwa protein ransun bervariasi langsung dengan


kandungan protein hijauannya, dimana campuran konsentrat dari bahan
pakan protein dan energi kandungannya berfariasi antara 12% dan 18%
PK. Pemberian konsentrat dilakukan dua kali sehari sebelum pemerahan.

Manajemen pemerahan
Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing.
Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal.
Terdapat tiga tahap pemerahan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan
pemerahan dan pasca pemerahan. Tujuan dari pemerahan adalah untuk
mendapatkan jumlah susu maksimal dari ambingnya.

Fase persiapan
Tahap-tahap persiapan pemerahan meliputi menenangkan
sapi, membersihkan kandang, membersihkan bagian tubuh sapi,
mengikat ekor, mencuci ambing dan puting. Sebelum pemerahan
dimulai,

pemerah

mencuci

tangan

bersih-bersih

dan

mengeringkannya, kuku tangan pemerah dipotong pendek agar tidak


melukai puting sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan dari segala
kotoran , tempat dan peralatan telah disediakan dan dalam keadaan
yang bersih, selanjutnya menenangkan sapi, mengikat ekornya dan
mencuci ambing dengan air hangat, melakukan massage untuk
merangsang keluarnya air susu. Sebelum melakukan pemerahan
dilakukan persiapan diantaranya persiapan alat, pembersihan
kandang dan sanitasi ternak.
Pemerahan
Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan
tangan ataupun dengan mesin pemerah. Metode pemerahan dengan

tangan antara lain yaitu whole hand milking, kneevelen dan streppen,
diantara ketiga metode tersebut yang terbaik adalah dengan
menggunakan metode whole hand milking dan apabila tidak karena
sesuatu hal maka hendaknya menggunakan metode tersebut.
Pemerahan dengan tangan

harus dilakukan dengan memegang

pangkal puting susu antar ibu jari dan jari tengah, kedua jari kita
tekan pelan, menariknya kebawah hingga air susu keluar dan cara
yang mempergunakan lima jari yaitu ibu jari diatas dan keempat jari
lainnya memegang puting, menariknya dengan pelan hingga air susu
dapat keluar dengan baik.
Pasca pemerahan
Setelah selesai pemerahan diping atau penuntasan pemerahan
agar tidak menimbulkan penyakit mastitis. Setalah didapatkan air
susu dilakukan pengukuran antara lain berat jenis dan kadar lemak
susu. Pada bagian puting dicelupkan dalam larutan disinfektan untuk
menghindari terjadinya mastitis. Setelah susu diperah kemudian
dibawa ke kamar susu penanganan susu

yang dilakukan adalah

penyaringan, pendinginan dan pemanasan. Penyaringan susu


bertujuan untuk mendapatkan susu yang terbebas dari kotoran.
Selain penyaringan dan pendinginan, pengujian kualitas susu juga
dilakukan karena merupakan hal yang penting untuk mengetahui
kualitas susu yang dihasilkan.

Sanitasi
Kandang dibersihkan setiap hari minimal 2 kali, bersama dengan
memandikan sapi laktasi. Usaha pemeliharaan kesehatan ternak sapi perah
selain melalui pembersihan kandang, juga dengan kebersihan ternak,
peralatan dan petugas kandang. Kandang sapi perah harus bersih supaya
saat pemerahan

susu tidak terkontaminasi dengan udara luar guna

menjaga kesehatan ternak sapi.

Kontrol penyakit pada sapi perah

Penyakit yang biasa di derita sapi perah yaitu berupa penyakit


cacingan, caplak dan mastitis pada sapi laktasi. Cacingan adalah penyakit
yang disebabkan oleh penggembalaan di pagi hari, dimana hijauan
terkontaminasi oleh telur cacing. Hasil control kesehatan terdapat sapi
yang mengalami cacingan dengan gejala seperti: telur cacing ditemukan di
feses, bulu berdiri, dan tubuh kurus. Cacingan apabila dibiarkan maka
dapat mempengaruhi produksi susu. Selain dari penyakit cacingan, pada
sapi laktasi/ menyusui juga terjangkit penyakit mastitis atau terjadinya
peradangan pada ambing. Mastitis merupakan infeksi atau peradangan
pada jaringan interna ambing yang dapat ditandai dengan perubahan
kualitas maupun perubahan produksi susu. Kejadian mastitis dapat
disebabkan karena kausa infeksius dan non-infeksius. Kausa infeksius
disebabkan oleh mikroorganisme patogen masuk melalui saluran puting
susu ke dalam kelenjar ambing. Kausa non-infeksius berkaitan dengan
kondisi hewan/ternak dan kondisi lingkungan. Penanganan kasus mastitis
adalah dengan penyuntikkan antibiotic langsung intramamae. Setelah
beberapa hari pasca penyuntikkan susu harus dianalisis kandungan residu
antibiotiknya menggunakan alat khusus. Apabila di dalam susu sudah
negatif kandungan antibiotikanya dilanjutkan dengan uji kandungan
nutrient susu menggunakan alat lactoscan. Apabila susu sudah layak
konsumsi maka susu dari ternak tersebut dapat dipasarkan kembali.
b. Budidaya Salak Pondoh
Budidaya salak pondoh telah meluas di Jawa. Salak tetap disukai dan
dibutuhkan. Salak pondoh masih memberikan keuntungan.

Pengadaan bibit
Bibit adalah calon individu tanaman yang baru diperoleh secara
generatif (seksual) atau vegetatif (Aseksual). Bibit yang baik akan
menghasilkan tanaman yang baik. Sebaliknya bibit yang kurang baik
jarang menghasilkan tanaman yang baik.
c. Penyemaian Dalam Polibag
Penyemaian dalam polibag (kantong pelastik) untuk
penuyemaian ini diperlukan poly bag berukuran 29 X 18 cm.
d. Pencangkokan

Pencangkokan merupakan salah satu cara perangkaran atau


pembiakan vegetative, pencangkokan dapat dilakukan terhadap
anakan tunas yang baru muncul pada pangkal batang (dalam tanah).

Penanaman bibit
Penanaman bibit dilakukan dengan cara membenamkan media
tanam area kebun salak diperlukan 4 10 % pohon jantang. Ditanam
tersebar antara pohon betina untuk penyerbukan buatan. Penanaman pohon
jantan di pinggir kebun akan memudahkan dalam mendapatkan tongkol
bunga jantan yang menyerbuk.

Pemupukan
Untuk dapat tumbuh dan berkembang serta berproduksi optimal,
tanaman memerlukan nutrisi, mineral atau untur hara dalam keadaan
cukup. Maka tanah perlu dipupuk. Pupuk yang digunakan pupuk organic
atau pupuk anorganik.

Pengendalian Hama dan Penyakit


Tanaman salak dapat terserang hama dan penyakit. Tanaman salak
yang terserang penyakit dapat mengalami gangguan dalam pertumbuhan
dan perkembangannya. Mengetahui lebih awal gejala serangan penyakit
dan cara mengatasinya akan mencegah kerugian.

Panen
Salak pondoh termasuk buah yang mudah rusak atau membusuk
dan tidak tanan lama dalam penyimpanan panennya harus dilakukan
secara tepat. Yaitu salak pondoh yang sudah dipanen atau dipetik
disimpan dalam peti kayu yang memiliki sela, pada peti tersebut diberi
lapisan kertas guna mengurangi kadar air dalam udaranya. Karena buah
salak akan cepat membusuk kengan keadaan udara yang lembab. Jadi
simpang salak pondoh ditempat yang sejuk dan kering.
a. Waktu dan Cara Panen
Buah salak pondoh akan matang setelah 5 7 bulan sejak
penyerbukan. Di Indonesia panen raya pada bulan November dan
bulan desember. Untuk memanen adalah menjelang buah matang di
pohon. Pada saat itu buah memiliki rasa enak dan aroma yang khas.

Salak yang telah matang kulitnya tampak bersih dan mengkilat dan
apabila dipegang tidak terlalu kasar. Buah salak dipanen dengan
cara memotong pangkal tangkai dompol dengan pisau atau sabit
yang ujungnya bengkok membentuk kait yang tajam.
b. Penanganan Pasca Panen.
Buah salak yang sudah dipanen tidak dapat dibiarkan
begitu saja. Sehingga kualitasnya tetap baik sampai kekonsumen.
c. Penyimpanan.
Penyimpanan biasanya dilakukan sebelum dan selam
pemasaran. Cukup ventilasi dengan sirkulasi udara yang baik.
Dalam penyimpanan sebaiknya buah salak tidak dimasukan
kedalam karung, untuk menghindari kemungkinan terserang hama
atau tertular penyakit.
3. Subsistem Pengolahan
Produktivitas ternak diukur berdasarkan lamanya masa laktasi, lama masa
puncak laktasi, lama masa kering dan jumlah susu yang dihasilkan oleh ternak.
Pengolahan susu dimulai dari sapi perah masa laktasi sampai menhasilkan susu
segar. Pengolahan limbah sapi perah menghasilkan pupuk sebagai hasil akhir yang
kemudian digunakan untuk pupuk penanaman salak pondoh. Salak pondoh yang
panen akan langsung dijual.
4. Subsistem Pemasaran
Sistem pemasaran merupakan cara memasarkan hasil. Untuk peternakan,
sistem ini bertujuan untuk memasarkan hasil peternakan. Sistem pemasaran
dikenal dengan sistem pemasaran tunggal, pemasaran berganda dan pemasaran
bertahap. Untuk usaha ternak dan usahatani ini menggunakan sistem pemasaran
berganda. Sistem pemasaran berganda ini memakai lebih dari satu cara untuk
memasarkan produknya. Pada sistem ini bukan hanya kepada pengumpul saja
suatu produk dipasarkan, tetapi juga kepada distributor, pedagang besar, pabrik
makanan, hotel, restoran ataupun konsumen akhir.
5. Subsistem Konsumen

Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh manusia karena mengandung nilai gizi cukup tinggi. Pada
pemasarannya kepada konsumen susu dijual bisa dalam bentuk susu segar,
sebagian besar digunakan sebagai bahan makanan yaitu yogurt dan keju yang
bernilai gizi tinggi. Salak pondoh yang dipanen dijual langsung ke konsumen
yang selanjutnya salak bisa diolah jadi bahan makanan.
1.4.3 Stabilitator
1. Pemerintah
Sebelum memulai suatu usaha ternak diperlukan izin dari pemerintah. Izin
Usaha Peternakan adalah izin tertulis yang diberikan oleh Menteri atau pejabat
lain yang diberi wewenang olehnya, yang memberikan hak untuk melaksanakan
perusahaan peternakan.
Dalam arah kebijakan pembangunan nasional, pembangunan sektor
pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan kesejahteraan, daya beli,
taraf hidup, kapasitas dan kemandirian serta akses masyarakat pertanian dalam
proses pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas produksi serta
distribusi dan keanekaragaman hasil pertanian.
Pembangunan pertanian diarahkan pada pengembangan sistem pertanian
yang berkelanjutan yang berbudaya industri, maju dan efisien ditingkatkan dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan pertanian memang
sudah saatnya menganut pendekatan industri bukan lagi agraris, artinya
menangani pertanian secara industri bukan lagi tergantung sepenuhnya kepada
faktor alam. Pengertian industri dalam hal ini bukan semata-mata mendirikan
pabrik, tetapi yang lebih mendasar adalah mentransformasikan budaya (pola pikir,
sikap mental dan perilaku) masyarakat industri di kalangan para petani.
Industri susu di Indonesia tidak lepas dari intervensi Pemerintah dalam
bentuk kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk memberikan perlindungan
kepada peternak, IPS dan pihak-pihak yang terkait di dalamnya. Beberapa
kebijakan yang penting untuk ditinjau diuraikan secara rinci di bawah ini ;

Kebijakan kredit investasi

Kebijakan kredit investasi bertujuan untuk mengembangkan usaha


peternakan rakyat melalui pemberian kredit sapi perah dan menunjuk

GKSI yang mendistribusikan kepada peternak-peternak.


Kebijakan rasio impor susu
Kebijakan rasio impor susu bertujuan untuk melindungi peternak
kecil dan meningkaikan produksi susu segar dalam negeri . Kebijakan ini
dapat dikategorikan sebagai kebijakan non-tariff barriers, yakni keharusan
bagi industri pengolah susu untuk menyerap susu segar produksi dalam
negeri sebagai syarat dalam menentukan jumlah volume impor yang
diperbolehkan . Rasio impor yang berlaku adalah 1 : 2, misalnya untuk
dapat mengimpor dua ton bahan baku (equivalent susu segar), IPS wajib
untuk menyerap susu segar dalam negeri sebesar satu ton dan sebagai
buktinya diberikan tanda bukti serap susu (BUSEP) yang diperlukan untuk

mengimpor.
Kebijakan tarif impor
Kebijakan tarif impor dikenakan pada impor bahan baku susu
impor dan produk SUSU olahan . Untuk bahan baku susu impor seperti ;
skim milk powder, anhydrous milk fat, butter milk, lactose dikenakan
sebesar 5%, bertujuan untuk melindungi peternak sapi perah. Sedangkan
produk susu olahan seperti susu bubuk, keju dan mentega dikenakan
sebesar 30%, bertujuan untuk melindungi IPS . Kebijakan ini telah
mengalami perubahan melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor
16/KMK/01/1998 yang menegaskan bahwa tarif bea masuk bahan baku
susu dan produk jadi yang sebelumnya bervariasi 5-30% diubah menjadi
5% dan tidak ada perubahan antara bahan baku dan produk jadi.

Kebijakan lisensi impor


Kebijakan lisensi impor adalah pemberian ijin untuk melaksanakan
impor yang diberikan Pemerintah pada beberapa importir yang terdaftar.

Kebijakan pembatasan investasi


Kebijakan pembatasan investasi telah diterapkan sejak tahun 1987.
Selanjutnya sebagai penegasan, pada bulan Mei 1995, Pemerintah
mengeluarkan Inpres No. 31, tahun 1995 mengenai negative list of
investment yang menyatakan bahwa investasi dalam industri pengolahan
susu secara umum sudah tertutup, kecuali bagi industri pengolahan susu
yang terintegrasi dengan produksi susu segar. Investasi baru dapat
disetujui asalkan terkait dengan usaha peternakan rakyat melalui sistem
PIR dimana usaha peternakan sapi perah hanya diperuntukkan bagi
peternakan rakyat sebagai plasma dan IPS sebagai inti.
Dengan kebijakan tersebut pemerintah berperan untuk membantu
peternak sapi perah di Indonesia secara umum menyediakan bibit sapi
perah yang unggul, memberi pengarahan kepada peternak supaya ternak
sapi perah menghasilkan produksi ternak yang maksimal, membantu
menyalurkan susu lewat instansi koperasi dari pemerintah.

2. Asosiasi atau LSM


Dengan dibuatnya KUD yang berbasis agribisnis usaha sapi perah yang
bertujuan sebagai wadah usaha para peternak sapi perah yang dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Rusdiana dan Sejati (2009) menyatakan
bahwa KUD susu memiliki peran dalam upaya pengembangan agribisnis sapi
perah untuk membantu meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah. Tugas
dan fungsi KUD yaitu: (1) Melayani anggota dalam hal manajemen budidaya sapi
perah, penyediaan pakan ternak, kesehatan ternak, pemasaran hasil usahanya dan
melayani kebutuhan lainnya; (2) Menghasilkan produksi susu segar; (3)
Mengembangkan Unit Usaha KUD, dalam rangka untuk kesejahteraan anggota
dan kemandirian KUD. KUD memiliki 4 unit usaha, yaitu Unit Usaha Persusuan
(UUP), Unit Usaha Simpan Pinjam (UUSP), Unit Kredit Ternak, Unit Saprodi,
Unit Rekening Listrik. Unit Usaha Persusuan merupakan unit usaha pokok KUD,
sedangkan Unit Usaha Simpan Pinjam merupakan unit usaha mandiri atau otonom
KUD. Kegiatan UUP terdiri dari pengelolaan produksi susu segar, pengawasan
kualitas susu, serta pemasaran susu. Susu segar produksi KUD dijual ke Industri

Pengolahan Susu (IPS). Kegiatan utama Unit Usaha Simpan Pinjam (UUSP)
adalah melayani kebutuhan modal usaha bagi para anggotanya. Seiring dengan
perkembangan selanjutnya unit simpan pinjam tidak hanya melayani para
anggotanya, akan tetapi juga melayani pinjaman dan tabungan calon anggota
terutama para pedagang atau pengusaha kecil menengah. KUD berfungsi
memberikan pelayanan atau pembinaan teknis kepada para peternak anggotanya
dalam hal budidaya dan perkembangan skala usahanya, pengembangan populasi
ternak, pelayanan pengobatan atau kesehatan ternak, pelayanan pakan ternak, dan
pembinaan serta penyuluhan kepada peternak. Salah satu lembaga pembiayaan
dalam usaha tani adalah kredit usaha tani (KUT). Kredit Usaha Tani adalah kredit
modal kerja yang disalurkan melalui lembaga keuangan (bank), koperasi atau
KUD (Koperasi Unit Desa) dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang
digunakan untuk membiayai usahatani dalam intensifikasi tanaman padi, palawija
dan hortikultura. Kredit yang dimaksud merupakan tambahan modal sebagaimana
yang dijelaskan dalam Undang-undang pokok perbankan; bahwa kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan
tujuan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain dalam hal mana
pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan jumlah bunga yang telah ditentukan atau ditetapkan sebelumnya.
Dalam koperasi usaha tani, kelompok masyarakat yang umum ditemui
pada tingkat pedesaan adalah petani. Petani termasuk kelompok kaum produsen
oleh karena pekerjaannya antara lain membudidayakan tanaman seperti padi,
jagung, buah-buah, sayuran, dsb. Bagi petani, yang menjadi perhatiannya untuk
dikoperasikan adalah bagaimana mendapatkan sarana produksi tepat waktu, lalu
bagaimana menjual hasilnya dengan harga yang pantas pada waktu musim panen.
Begitu pula selanjutnya, bagaimana caranya agar mereka tidak menjadi
korban lintah darat yang setiap peminjaman selalu dibebani bunga yang berat.
Untuk memenuhi keperluan ini, maka jenis koperasi serba usaha adalah jenis
usaha yang paling sesuai untuk petani. Oleh karena itu, pengembangan koperasi
unit desa (KUD) baik sekali untuk dihidupkan di lingkungan ekonominya.
Sebagai koperasi ganda usaha, diharapkan agar koperasi di pedesaan akan dapat
melayani berbagai keperluan petani produsen setempat.

Koperasi pertanian beranggotakan petani pemilik tanah, buruh tani, dan


orang-orang yang berkepentingan serta bermata pencaharian yang berhubungan
dengan usaha-usaha pertanian. Tujuan utama dari koperasi ini adalah melakukan
kegiatan usaha ekonomi pertanian. Untuk itu, kegiatan yang dilakukan koperasi
pertanian antara lain memberikan pinjaman modal, menyediakan pupuk,
menyediakan pestisida, menyediakan benih dan peralatan pertanian, memberi
penyuluhan teknik pertanian, dan membantu penjualan penjualan hasil pertanian
anggotanya.

3. Ramalan Pasar
Prediksi terhadap permintaan konsumen terhadap susu sapi yang
didasarkan pada pola trend terkini masyarakat akan keperluan susu sapi .
2.3 Analisa Usaha Ternak Sapi Perah
Analisa ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa jangka waktu
produksi susu selama 1 tahun dilakukan secara pendekatan dengan skala
usaha 12 ekor sapi perah. Pemberian pakan dilakukan dengan menggunakan
pakan hijauan rata-rata sebanyak 8 kg per ekor/hari dan pakan konsentrat
rata-rata sebanyak 1,5 kg per ekor/hari.
Data teknis dan ekonomis yang diberikan sebagai berikut :

Biaya Tetap

No
1
2
3
4

Biaya Tetap Atau Investasi


Pembuatan kandang
Pembelian sapi tiap 1 ekor; 8.000.000 x 12
Peralatan untuk sapi perah
Perlengkapan lainnya
Total

No
Biaya Operasional
1 Pakan hijauan 8 kg x 12 ekor x Rp. 250 x 365 hari
2 Pakan konsetrat 1,5 kg x 12 ekor Rp. 2600 x 365 hari

Harga
Rp. 15.000.000,00
Rp. 96.000.000,00
Rp. 4.000.000,00
Rp. 2.000.000,00
Rp. 117.000.000,00

Harga
Rp. 8.760.000,00
Rp. 17.082.000,00

3
4

Biaya IB dan kesehatan hewan 12 x Rp. 45.000


Tenaga kerja 2 orang (1 orang Rp. 600.000) selama 1

tahun
5 Biaya lainya
Total
Biaya Operasional

Rp. 540.000,00
Rp. 12.000.000,00
Rp. 5.500.000,00
Rp. 43.882.000,00

Pendapatan
No
Pendapatan
1
Susu 10 liter x 12 ekor x 365 hari x Rp. 4.000
2
Pedet 6 ekor x Rp. 1.750.000
Total

Harga
Rp. 175.000.000,00
Rp. 10.500.000,00
Rp. 185.700.000,00

2.4 Analisa Usaha Salak Pondok


Analisa ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa jangka waktu
produksi salak pondoh selama 1 tahun per 1 hektar.
Data teknis dan ekonomis yang diberikan sebagai berikut :

Biaya Tetap
No
1
2

Harga
Rp. 14.897,00
Rp. 1.083.871,00
Rp. 1.098,768,00

Biaya Operasional

No
1
2
3

Biaya Tetap Atau Investasi


Penyusutan alat
Sewa Lahan Sendiri
Total

Biaya Operasional
Pupuk Organik
Pupuk Anorganik
Tenaga kerja
Total

Harga
Rp. 0
Rp. 0
Rp. 4.600.556,00
Rp. 4.600.556,00

Pendapatan
No
Pendapatan
1
Penjualan Salak Pondoh per 1 hektar
Total

Harga
Rp. 19.522.600,00
Rp. 19.522.600,00

Cash Flow Usaha Sapi Perah dan Salak Pondoh Selama 1 Tahun

No
1
2
3
4
5
6

Keterangan
Investasi
Penerimaan
Biaya Operasional
Laba Kotor
Pajak
Laba Bersih

0
Rp. 122.699.324,00

Tahun
1
Rp. 205.222.600,00
Rp. 48.482.556,00
Rp. 156.740.034,00
Rp. 10.755.000,00
Rp. 145.985.034,00

Jadi untuk pendapatan usaha susu ternak sapi perah dan salak pondoh laba
bersihnya dalam jangka waktu 1 tahun adalah Rp. 145.985.034,00

Penunjang
(pendukung)

Penyuluhan atau
Penelitian ;
Perguruan tinggi
dan peternak lain

Usaha

Subsistem agroinput :
- Seleksi bibit
- Persiapan pakan
- Persiapan kandang
- Ketersediaan air
- Pengolahan Limbah
- Bibit salak pondoh
SubsistemBudidaya ;
- Penyiapan lahan
- Pemeliharaan pedet
- Manajemen dara
- Manajemen Laktasi
- Manajemen pemberian
pakan
- Manajemen
pemerahan
- Sanitasi
- Kontrol penyakit
- Pengadaan bibit
- Penanaman salak
- Kontrol hama
- Panen

Stabilisator

Pemerintah ;
-

Memberikan Izin
Usaha
Memberikan
Kebijakan-kebijakan

Himpunan
Pemerintah
Peternak
Dinas
Ayam
Layer
peternakan

Modal ;

Asosisasi ;

sendiri atau
pinjaman Bank/
Mitra.

Subsistem pengolahan :
- Susu segar
- Salak pondoh

KUD (koperasi unit


desa)

Subsistem pemasaran:
- Distributor
- Pedagang besar
- Pabrik makanan
- Hotel
- Restoran
- Konsumen akhir.
Transfortasi ;
Mobil, sepeda
motor, truk.

Ramalan Pasar ;

Subsistem Konsumen :
-

Individu
Bahan makanan

Mengikuti Tren
masyarakat terkini

PENUTUP
Kesimpulan
Peningkatan jumlah penduduk memberikan dampak yang besar terhadap
peningkatan permintaan (demand) produk pangan masyarakat. Salah satu produk
pangan yang terus mengalami peningkatan permintaan setiap tahunnya adalah
susu. Dengan meningkatnya kebutuhan susu dapat membuka peluang usaha ternak
sapi perah untuk menghasilkan susu sapi segar. Dengan
sistem
integrasi
Subsistem
pemasaran
-- usaha
rumah
tangga
ternak sapi perah dengan budidaya salak pondoh
dapat
dapat memberikan

kontribusi yang berarti pada pengembangan -usaha


pondoh. Tingkat
pasar salak
tradisional
pendapatan per tahun yang diperoleh meningkat pada usaha ternak sapi perah
dengan budidaya salak pondoh.

Subsistem pemasaran -rumah tangga

- pasar tradisional

DAFTAR PUSTAKA

Budiraharjo. 2005. Analisis ekonomi pemberian kredit sapi terhadap tingkat


pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman,
Yogyakarta.

Malang. J. Anim. Prod. 8: 226-232. Hendarto, R. M. 2000. Analisis Potensi


Daerah dalam Pembangunan Ekonomi. Makalah Diklat.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Hernanto, F.1996. Ilmu
Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mandaka, S. dan M. P. Hutagaol. 2005. Analisis fungsi keuntungan, efisiensi


ekonomi dan kemungkinan skema kredit bagi pengembangan skala usaha
peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor.
Jurnal Agro Ekonomi 23: 191-208.
Muliayana,W. 1982. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Aneka
Ilmu, Semarang.
Mukson, T. Ekowati, M. Handayani, dan D. W. Harjanti. 2009. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja usaha ternak sapi perah rakyat di Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang. Dalam: Prosiding Seminar Nasional
Kebangkitan Peternakan.
Magister Ilmu Ternak. Semarang 20 Mei 2009. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro. Hal: 25-37.
Ramanathan, R. 1998. Introductory Econometrics with Application. Fourth
Editions. University of California, San Diego.
.
Rusdiana, S. dan W. K. Sejati. 2009. Upaya pengembangan agribisnis sapi perah
dan peningkatan produksi susu melalui pemberdayaan koperasi susu.
Jurnal Agro Ekonomi 27: 43-51.
Rusdiana, S. dan L. Praharani. 2009. Profil analisis usaha sapi perah di
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Dalam: Prosiding Seminar
Nasional Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan
Petani. Bogor, 14 Oktober 2009. Departemen Pertanian. Hal: 41-58.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Semarang. Ghozali, I.
2006. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS Cetakan IV. Badan
Penerbit.
Siregar, S. 1995. Sapi Perah. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi. 2002.
Analisis Usahatani. UI-Press, Jakarta. 134 Buletin Peternakan Vol. 37(2):
125-135, Juni 2013 ISSN 0126-4400.

Sudono, A., R.F. Rosdiana dan B.S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara
Intensif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Suryanto, B. 1993. Analisis ekonomi usahatani ternak sapi perah rakyat di


Kabupaten DATI II Boyolali. Media Peternakan 18: 21-26.
Yusdja, Y., B. Sayaka and P. Reithmuller. 1995. A Study of Cost Structures of
Dairy Cooperatives and Farmer Incomes in East Java. Research Institute
for Animal Production and Departement of Economics, The University of
Quensland, Australia.
Wahiduddin.
2008.
Manajemen
pengelolaan
sapi
perah.
<http://duniaveteriner.com/2009/05/manajemen-pengelolaan-sapiperah/.com> [Diaksestanggal 26 juni2013].

Anda mungkin juga menyukai