Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH:
Kelompok II
IGA Arista Wedanthi
Agnes Anggita Permata Sari
Ni Kadek Sri Jayanti
Made Wulan Kesumasari
Kadek Prandingga Sugama Putra
P07134014022
P07134014024
P07134014026
P07134014028
P07134014030
Lokasi Praktikum
II.
TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN)
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN).
2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan Blood Urea Nitrogen
(BUN).
METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah kinetic enzimatik Talke and
Schubert, Tiffany et al.
III.
PRINSIP
Urea + 2 H2O urease-> 2 NH4+ + CO32+
NH4+ + 2 2- oxoglutarate + NADH GLDH-> L-Glutamate + NAD+ + H2O.
Tentang nilai absorbansi berubah pada panjang gelombang 340 nm, panjang
gelombang ini sesuai untuk konsentrasi urea dalam serum.
IV.
DASAR TEORI
Ginjal terletak secara retroperitoneal pada bagian posterior dinding abdominal
pada setiap sisi kolumnar vertebra diantara T12 - L3. Ginjal kanan terletak lebih
rendah sedikit berbanding ginjal kiri karena hati terletak di bagian kanan. Ginjal
memainkan peranan penting dalam fungsi tubuh, tidak hanya dengan menyaring darah
dan mengeluarkan produk-produk sisa, namun juga dengan menyeimbangkan tingkattingkat elektrolit dalam tubuh, mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi produksi
dari sel-sel darah merah. Ginjal menyaring produk-produk sisa dari metabolisme
tubuh, seperti urea dari metabolisme protein dan asam urat dari uraian DNA. Dua
produk sisa dalam darah yang dapat diukur adalah blood urea nitrogen (BUN) dan
kreatinin (Cr). (Kaliahpan.2011)
Ureum merupakan produk akhir dari metabolisme nitrogen yang dikeluarkan
ginjal berasal dan protein. Ureum disintesa dari ammonia, karbondioksida dan
nitrogen amida aspartate. Ureum adalah satu molekul kecil yang mudah mendifusi ke
dalam cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya ia dipekatkan dalam urin dan diekskresi.
Jika keseimbangan nitrogen dalam keadaan yang baik, maka sekresi ureum kira-kira
25 mg per-hari. (Agustian.2015)
menjadi sebagian dari protein atau dirombak dan dikeluarkan dari tubuh.
aminotransferase yang ada di berbagai jaringan mengkatalisis pertukaran gugusan
amino antara senyawa-senyawa yang ikut serta dalam reaksi-reaksi sintetsis. Proses
deaminasi oksidatif memisahkan gugusan amino dari molekul aslinya dan gugusan
amino yang dilepaskan itu diubah menjadi ammonia (NH 3) yang dihasilkan pada
proses deaminasi merupakan racun bagi tubuh, tetapi tidak dapat dibuang oleh ginjal,
maka harus diubah dahulu menjadi urea di hati agar dapat dibuang oleh ginjal. Jika
hati mengalami kelainan, maka proses perubahan NH3 menjadi urea terganggu,
sehingga menyebabkan penumpukan NH3 dalam darah. Hal ini disebut dengan
uremia.
dalam
plasma
darah
terutama
menggambarkan
keseimbangan
antara
pembentukkan urea dan katabolisme protein serta ekskresi urea oleh ginjal : sejumlah
urea dimetabolisme lebih lanjut dan sejumlah kecil hilang dalam keringat dan feses.
(Laila. 2014)
Kadar ureum dalam serum/ plasma mencerminkan keseimbangan antara
produksi dan ekskresi. Metode penetapan adalah dengan mengukur nitrogen, hasil
penetapan disebut sebagai nitrogen ureum dalam darah (Blood Urea Nitrogen, BUN).
Dalam serum normal konsentrasi ureum adalah 13-45 mg/dl. Nitrogen menyusun
28/60 bagian dari berat ureum, karena itu konsentrasi ureum dapat dihitung dari BUN
dengan menggunakan factor perkalian 2,14. (Setyaningsih.2013)
Factor perkalian 2,14 berasal dari :
Pada penderita gagal ginjal, kadar ureum memberikan gambaran tanda paling
baik untuk timbulnya ureum toksik dan merupakan gejala yang dapat dideteksi
dibandingkan kreatinin. Pada pria mempunyai kadar rata-rata ureum yang sedikit
lebih tinggi dari wanita karena tubuh pria memiliki lean body mass yang lebih besar.
Nilai BUN mungkin agak meningkat kalau seseorang secara berkepanjangan makan
pangan yang mengandung banyak protein, tetapi pangan yang baru saja disantap tidak
berpengaruh kepada nilai ureum pada saat manapun. Jarang sekali ada kondisi yang
menyebabkan kadar BUN dibawah normal. Membesarnya volume plasma yang paling
sering menjadi sebab. Kerusakan hati harus berat sekali sebelum terjadi BUN karena
sintesis melemah. (Kaliahpan.2011)
Konsentrasi BUN juga dapat digunakan sebagai petunjuk LFG. Bila seseorang
menderita penyakit ginjal kronik maka LFG menurun, kadar BUN dan kreatinin
meningkat. Keadaan ini dikenal sebagai azotemia (zat nitrogen dalam darah). Kadar
kreatinin merupakan indeks LFG yang lebih cermat dibandingkan BUN. Hal ini
terutama karena BUN dipengaruhi oleh jumlah protein dalam diet dan katabolisme
protein tubuh. (Kaliahpan.2011)
Berikut merupakan kelainan-kelainan yang terjadi berdasarkan kadar urea plasma :
1. Urea Plasma yang tinggi (Azotemia)
Urea plasma yang tinggi merupakan salah satu gambaran abnormal yang utama
dan penyebabnya diklasifikasikan sebagai berikut :
Peningkatan katabolisme protein jaringan disertai dengan keseimbangan
nitrogen yang negative. Misalnya terjadi demam, penyakit yang menyebabkan
atrofi, tirotoksikosis, koma diasbetika atau setelah trauma ataupun operasi
besar. Karena sering kasus peningkatan katabolisme protein kecil, dan tidak
ada kerusakan ginjal primer atau sekunder, maka ekskresi ke urin akan
membuang kelebihan urea dan tidak ada keanikan bermakna dalam urea
plasma.
Pemecahan protein darah yang berlebihan Pada leukemia, pelepasan protein
Pemeriksaan ureum dalam darah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :
1. Colorimetri
Prinsip pemerksaan ureum dengan metode colorimetric adalah urea dihidrolisi
oleh urease menjadi ammonia dan karbon dioksida. Kemudian ammonia bereaksi
dengan alkalin hipoklorit dan sodium salisilat dengan adanya sodium nitropusid
membentuk warna kompleks berwarna hijau, intensitas warna yang terbentuk
sebanding degan kadar ureum dalam sampel, dan dibaca pada photometer DTN
401 dengan 550 nm.
Keunggulan metode colorimetric :
- Biaya relative murah
- Dapat deprogram pada photometer klasik misalnya photometer 4010
- Menggunakan reaksi warna
- Hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
Kelemahan metode colorimetric :
-
V.
(2)
(1)
(1&1)
VI.
CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Siapkan 2 buah tabung serologis dan beri label
3. Tabung 1 dan 2 diisi dengan 500 l reagen urea
4. Tambahkan 5 l standar urea ke tabung 1
5. Tambahkan 5 l sampel ke tabung 2
6. Diukur absorbansi dan konsentrassi urea dengan panjang gelombang yang sesuai
pada alat (340 nm)
VII.
NILAI RUJUKAN
Serum/plasma : 13-45 mg/dl
Suhu inkubasi
Absorbansi standar
Absorbansi sampel
Factor
Konsentrasi sampel
Hasil Pengamatan Gambar:
: 340 nm
: 37OC
: 0,046
: 0,164
: 930,4
: 152,6 mg/dl
IX.
PEMBAHASAN
Pemeriksaan urea plasma, sangat dipengaruhi oleh makanan dan kondisi
fisiologi lainnya yang tidak ada hubungannya dengan fungsi ginjal. Sehingga
pemeriksaan
ureum
plasma
memiliki
peranan
yang
kurang
baik
untuk
pencampuran sampel dengan reagen pada alat. Alasan digunakan suhu 37C adalah
karena suhu ini merupakan suhu yang optimal untuk reaksi antara reagensia dengan
larutan sampel.
Siapkan 2 buah tabung serologis yang masing-masing dilabeli, kemudian
dimasukkan sebanyak 500 l campuran reagen ke dalam dua buah tabung serologis
(A) dan (B) lalu ditambahkan 5l standar ureum pada kuvet (A) dan 5 l sampel pada
kuvet (B) dengan menggunakan mikropipet dan dikocok perlahan agar homogen.
Alasan penggunaan mikropipet karena memilki keakuratan yang baik untuk
penambahan cairan dalam skala mikroliter (l). Tip yang digunakan harus
diperhatikan kebersihannya untuk meminimalisir kontaminasi yang mempengaruhi
absorbansi sampel. Penghomogenan dilakukan agar campuran tercampur secara
merata.
Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi campuran standar dan sampel
menggunakan instrument spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm.
Spektrofotometer dengan memanfaatkan radiasi elektromagnetik, suatu molekul yang
dikenai suatu radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai akan menyerap
energy dan energi molekul tersebut ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, sehingga
terjadi peristiwa penyerapan (absorpsi) energi oleh molekul. Banyaknya sinar yang
diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul
yang menyerap radiasi, dan jumlah cahaya yang diabsorpsi berbanding lurus dengan
konsentrasinya sesuai hukum lambert-beer.
Sebelum
melakukan
pemeriksaan
kadar
ureum
dalam
darah,
alat
metode
komparatif,
yaitu
dalam
pengukurannya
membutuhkan
pembanding.
Diperoleh hasil kadar ureum rata-rata dalam sampel sebesar 152,6 1 mg/dl.
Kadar ini meningkat dari batas normal karena berdasarkan literatur rentang kadar
ureum darah normal antara 13-45 mg/dl.
Adanya kadar ureum dalam darah yang tinggi mengindikasikan bahwa pasien
mengalami disfungsi ginjal karena ginjal tidak dapat lagi membuang urea keluar dari
tubuh, sehingga urea terakumulasi dalam darah. Peningkatan kadar ureum dikenal
dengan Uremia. Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada
semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik. Tanda dan
gejala uremia berbeda dari pasien yang satu dengan pasien yang lain, tergantung
paling tidak sebagian pada besarnya penurunan massa ginjal yang masih berfungsi
dan kecepatan hilangnya fungsi ginjal (Suwitra, 2006). Penyebab uremia dibagi
menjadi tiga, yaitu penyebab prarenal, renal, dan pascarenal.
Status dehidrasi dari penderita harus diketahui. Pemberian cairan yang berlebihan
dapat menyebabkan kadar BUN rendah palsu, dan sebaliknya, dehidrasi dapat
memberikan temuan kadar tinggi palsu.
Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat dapat menurunkan kadar ureum.
Sebaliknya, diet tinggi protein dapat meningkatkan kadar ureum, kecuali bila
penderita banyak minum.
nefrotoksik;
diuretik
(hidroklorotiazid,
asam
etakrinat,
furosemid,
X.
KESIMPULAN
1. Tes ureum merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
fungsi ginjal seseorang, dimana konsentrasi ureum umumnya dinyatakan sebagai
kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood urea nitrogen,
BUN)
2. Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan alat spektrofotometer yang diperiksa
dengan 2 tabung yang telah berisi 500 l reagen dan ditambahkan dengan 5l
standar dan 5l sampel pada masing-masing tabung dan diukur pada panjang
gelombang 340 nm
3. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada sampel serum atas nama Yusuf (laki-laki),
didapatkan hasil diatas nilai normal yaitu 152,6 1 mg/dl.
XI.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian.2015.
chapter
II.
[online]
tersedia:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53232/3/Chapter%20II.pdf.
[diakses: 8 Oktober 2016, 19:30 WITA]
Ibrahim, Ansyar. 2016. Laporan Praktikum Kimia Klinik Pengujian Kadar Ureum
Dengan
Metode
Bertholet.
[online]
tersedia:
https://www.academia.edu/13649304/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_K
LINIK_PENGUJIAN_KADAR_UREUM_DENGAN_METODE_BERTHOL
ET_OLEH_KELOMPOK_1_GOLONGAN_II.[diakses: 9 Oktober 2016,
06:35 WITA]
Kaliahpan.2011.
chapter
II.
[online].
Tersedia
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25636/4/Chapter%20II.pdf.
[diakses: 8 Oktober 2016, 19:30 WITA]
Laila.
2014.
Test
fungsi
ginjal.
[online].
Tersedia
https://lailanihikari.wordpress.com/2014/05/09/tes-fungsi-ginjal/. [diakses: 8
Oktober 2016, 19:30 WITA]
Nurwulandari, Yustin.2016. Laporan Pemeriksaan Fungsi Ginjal. [online] tersedia:
https://www.scribd.com/doc/97888604/Laporan-Pemeriksaan-Fungsi-Ginjal.
[diakses: 9 Oktober 2016, 06:35 WITA]
Nuraini,Dewi.
2016.
Laporan
Ureum.
[online]
tersedia:
[online]
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMB/article/download/937/989.
[diakses: 8 Oktober 2016, 19:30 WITA]
tersedia:
Pembimbing III
Pembimbing II
Pembimbing IV