Anda di halaman 1dari 5

Perlakuan Terhadap Terhadap Ternak Ruminansia Besar di

RPH Sampai Menghasilkan Daging yang Siap di Pasarkan Sesuai


Ketentuan Permentan No. 13 Tahun 2010

NAMA

: GIN GIN KARTIKA

NPM

: 14820046

KELAS

:B

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2016

Perlakuan Terhadap Terhadap Ternak Ruminansia Besar di


RPH Sampai Menghasilkan Daging yang Siap di Pasarkan Sesuai
Ketentuan Permentan No. 13 Tahun 2010
Pemotongan hewan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) harus
dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan
oleh pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Pertanian. Penetapan
aturan maupun teknis pelaksanaan pemotongan di RPH dimaksudkan
sebagai upaya penyediaan pangan asal hewan khususnya daging ASUH
(aman, sehat, utuh dan halal).
Untuk mendapatkan daging ASUH yang bersumber dari RPH maka
sudah seharusnya RPH memiliki prosedur operasional standar yang
dijadikan dasar atau patokan dalam menyelenggarakan fungsi RPH
sebagai tempat pemotongan, pengulitan, pelayuan dan akhirnya
penyediaan daging untuk konsumen.
Menurut pasal 4 permentan no 13 tahun 2010 RPH merupakan unit
pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging yang aman, sehat,
utuh, dan halal, serta berfungsi sebagai sarana untuk melaksanakan:
a. pemotongan hewan secara benar, (sesuai dengan persyaratan
kesehatan masyarakat veteriner, kesejahteraan hewan dan syariah
agama); Ruang proses produksi dan peralatan harus dalam kondisi bersih
sebelum dilakukan proses penyembelihan/pemotongan. Sebelum
dipotong sapi dipingsankan terlebih dahulu Apabila hewan ternak telah
rebah dan telah diikat (aman) segera dilakukan penyembelihan sesuai
dengan syariat Islam yaitu memotong bagian ventral leher dengan
menggunakan pisau yang tajam sekali tekan tanpa diangkat sehingga
memutus saluran makan, nafas dan pembuluh darah sekaligus. Pada RPH
yang fasilitasnya lengkap, kedua kaki belakang pada sendi tarsus dikait
dan dikerek (hoisted), sehingga bagian leher ada di bawah, agar
pengeluaran darah benar-benar sempurna dan siap untuk proses
selanjutnya. Lalu Pengulitan harus hati-hati agar tidak terjadi kerusakan

pada kulit dan terbuangnya daging. Dilakukan pemisahan antara jeroan


merah (hati, jantung, paru-paru, tenggorokan, limpa, ginjal dan lidah) dan
jeroan hijau (lambung, usus, lemak dan esophagus). Kemudian Karkas
yang telah dipotong/dibelah disimpan diruang yang sejuk (<10>
kemudian Karkas selanjutnya siap diangkut ke pasar. Untuk menjaga
kualitas daging dianjurkan alat angkut karkas/daging dan jeroan
dilengkapi dengan alat pendingin (refrigerator).
b. pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dipotong (ante-mortem
inspection) dan pemeriksaan karkas, dan jeroan (post-mortem
inspektion) untuk mencegah penularan penyakit zoonotik ke manusia;
Pemeriksaan antemortem dilakukan oleh dokter hewan atau petugas
yang ditunjuk di bawah pengawasan dokter hewan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan (Surat Keputusan Bupati/Walikota/Kepala
Dinas).Hewan ternak yang dinyatakan sakit atau diduga sakit dan tidak
boleh dipotong atau ditunda pemotongannya, harus segera dipisahkan
dan ditempatkan pada kandang isolasi untuk pemeriksaan lebih
lanjut.Apabila ditemukan penyakit menular atau zoonosis, maka dokter
hewan/petugas yang ditunjuk di bawah pengawasan dokter hewan harus
segera mengambil tindakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
c. pemantauan dan surveilans penyakit hewan dan zoonosis yang
ditemukan pada pemeriksaan ante-mortem dan pemeriksaan postmortem guna pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit
hewan menular dan zoonosis di daerah asal hewan.
RPH harus dilengkapi dengan sarana/prasarana pendukung paling
kurang meliputi: akses jalan yang baik menuju RPH sehingga Hewan
ternak yang baru datang di RPH bisa diturunkan dari alat angkut dengan
aman dan tidak membuat hewan stress.; sumber air yang memenuhi
persyaratan baku mutu air karena Hewan ternak harus dibersihkan
terlebih dahulu dengan air (disemprot air) sebelum memasuki ruang

pemotongan;sumber tenaga listrik yang cukup dan tersedia terus


menerus; fasilitas penanganan limbah padat dan cair.

Juga harus memenuhi Persyaratan Tata Letak, Disain, dan


Konstruksi yaitu:
(1) Kompleks RPH harus dipagar, dan harus memiliki pintu yang terpisah
untuk masuknya hewan potong dengan keluarnya karkas, dan daging
(2) Bangunan dan tata letak dalam kompleks RPH paling kurang meliputi:
bangunan utama;area penurunan hewan (unloading sapi) dan
kandang;penampungan/kandang istirahat hewan;kandang penampungan
khusus ternak ruminansia betina produktif;kandang isolasi; ruang
pelayuan berpendingin (chilling room); area pemuatan (loading)
karkas/daging; kantor administrasi dan kantor Dokter Hewan; kantin dan
mushola; ruang istirahat karyawan dan tempat penyimpanan barang
pribadi (locker)/ruang ganti pakaian; kamar mandi dan WC; fasilitas
pemusnahan bangkai dan/atau produk yang tidak dapat dimanfaatkan
atau insinerator; sarana penanganan limbah; rumah jaga.
(3) Dalam kompleks RPH yang menghasilkan produk akhir daging segar
dingin (chilled) atau beku (frozen) harus dilengkapi dengan:
ruang pelepasan daging (deboning room) dan pemotongan daging
(cutting room); ruang pengemasan daging (wrapping and packing);
fasilitas chiller; fasilitas freezer dan blast freezer; gudang dingin (cold
storage).
(4) RPH berorientasi ekspor dilengkapi dengan laboratorium sederhana.
Di dalam RPH juga harus memiliki daerah kotor yang terpisah secara fisik
dari daerah bersih. Untuk memisahkan mana daging yang akan diambil
dan untuk penyimpanan karkas

Desain dan konstruksi dasar seluruh bangunan dan peralatan RPH


harus dapat memfasilitasi penerapan cara produksi yang baik dan
mencegah terjadinya kontaminasi.Dengan melalui berbagai pemeriksaan
yg dilakukan RPH maka daging yg dihasilkan diharapkan adalah daging
yang baik dan aman bagi manusia dan menjaga kelangsungan siklus
hidup hewan. Demikian jika sesuai prosedur maka daging yang dihasilkan
diharapkan dapat memiliki kualitas daging yang baik.

Anda mungkin juga menyukai