Anda di halaman 1dari 11

Sekedar berbagi dan sharing mengenai seputar informasi dunia Peternakan

dan bidang lainnya,,, have fun and enjoy guys...


JUMAT, 06 JANUARI 2012

Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ruminansia "Pengukuran Daya Cerna


Secara In Vivo"
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, karena pakan
yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk
hijauan, tetapi ketersediaannya baik kualitas, kuantitas, maupun kontinyuitasnya masih sangat
terbatas. Petani pada umumnya memberikan pakan pada ternak tidak ditentukan jumlahnya,
sehingga masih kurang atau terlalu banyak sisa terbuang. Oleh karena itu diperlukan suatu
cara untuk mengoptimalkan penggunaan pakan yang diberikan pada ternak tersebut.
Optimalisasi dan efesiensi tersebut dapat dilakukan apabila diketahui besarnya kandungan
nutrient, konsumsi, dan kecernaan bahan pakan tersebut.
Tipe evaluasi pakan pada prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo.
Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan
hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara
mekanis, fermentative, dan hidrolisis. Dengan metode Invivodapat diketahui pencernaan
bahan pakan yang terjadi di dalam seluruh saluran pencernaan ternak, sehingga nilai

kecernaan pakan yang diperoleh mendekati nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan
secara In vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh
secara In vitro.
Domba pada dasarnya adalah ternak pemakan rumput dan berbeda dengan kambing
yang cenderung sebagai pemakan semak atau legum. Domba memiliki cara makan yang
kurang memilih dibanding ternak kambing, sehingga memungkinkan dapat hidup lebih baik
pada daerah yang lebih kering dengan kondisi suplai pakan yang fluktuatif dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Hijauan yang segar atau campuran hijauan dengan konsentrat,
hendaknya diberikan pada domba dengan sistem pemeliharaan dikandangkan. Jumlah pakan
yang diberikan sekitar 3% dari bobot badan berdasarkan bahan kering.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa kebutuhan nutrien bahan kering dan bahan organik (PK, LK, SK) ternak yang
digunakan dalam praktikum?
2. Bandingkan dengan keadaan saat di lapang
3. Apakah pakan yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan nutrien ternak?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengukuran daya cerna secara in vivo dengan menggunakan hewan percobaan.
2. Mengetahui selisih antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan jumlah feses dan
persentase pakan tercerna dengan pakan yang dikonsumsi.
3. Untuk memenuhi kewajiban tugas laporan praktikum mata kuliah Ilmu Nutrisi Ruminansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pakan ternak merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam suatu usaha
peternakan. Oleh karena itu pengetahuan tentang pakan dan pemberiannya perlu mendapat
perhatian yang serius. Ransum yang diberikan kepada ternak harus diformulasikan dengan
baik dan semua bahan pakan yang dipergunakan dalam menyusun ransum harus mendukung
produksi yang optimal dan efisien sehingga usaha yang dilakukan dapat menjadi lebih
ekonomis.Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian pakan ternak adalah kebutuhan nutrisi
ternak, komposisi nutrisi bahan pakan penyusun ransum dan bagaimana beberapa bahan
dapat dikombinasikan (penyusunan ransum standar) untuk mencukupi kebutuhan
ternak (Subandriyo et al.2000).
Kecernaan In vivo merupakan suatu cara penentuan kecernaan nutrient
menggunakan hewan percobaan dengan analisis nutrient pakan dan feses (Tillman et al.
2001). Anggorodi (2004) menambahkan pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan
merupakan usaha untuk menentukan jumlah nutrient dari suatu bahan yang didegradasi dan
diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna merupakan persentse nutrient yang diserap

dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah
nutrient yang dikonsumsi dengan jumlah nutrient yang dikeluarkan dalam feses.
Domba mampu mengkonsumsi pakan berserat, biasanya jerami yang telah dipotongpotong (chop). Secara alami, domba senang mengkonsumsi rumputrumputan,namun
pemberian pakan yang hanya berupa rumput-rumputan belum dapat memenuhi kebutuhan
zat-zat makanan sebagai sumber energi dan protein. Rumput hanya merupakan bahan pakan
sumber energi. Penambahan bahan pakan sebagai sumber protein merupakan suatu hal yang
mutlak dilakukan jika usaha penggemukan domba berorientasi bisnis. Penambahan sumber
protein akan mempercepat pertumbuhan domba dan dalam skala luas mempercepat waktu
pemeliharaan sehingga domba bisa dijual lebih cepat (Sodiq & Abidin 2002).
Pencernaan pada ternak ruminansia merupakan proses yang kompleks, melibatkan
interaksi yang dinamis antara makanan, mikroba dan hewan. Pencernaan merupakan proses
yang multi tahap. Proses pencernaan pada ternak ruminansia terjadi secara mekanis di mulut,
fermentatif oleh mikroba di rumen, dan hidrolitis oleh enzim pencernaan di abomasum dan
duodenum hewan induk semang. Sistem fermentasi dalam perut ruminansia terjadi pada
sepertiga dari alat pencernaannya. Hal tersebut memberikan keuntungan yaitu produk
fermentasi dapat disajikan ke usus dalam bentuk yang lebih mudah diserap. Namun ada pula
kerugiannya, yakni banyak energi yang terbuang sebagai CH4 (6-8%) dan sebagai panas
fermentasi (4-6%), protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi NH3, dan
mudah menderita ketosis (Sutardi 2006).
Oleh karena itu sangat penting apabila dapat mengetahui kualitas suatu bahan pakan
dan daya cerna bahan pakan tersebut dalam alat pencernaan ternak tersebut. Karena zat- zat
makanan yang terdapat dalam pakan akan dicerna menjadi zat makanan yang lebih
sederhana, karbohidrat menjadi monosakarida, protein menjadi asam amino,lemak menjadi
asam lemak dan gliserol. Jadi daya cerna suatu bahan pakan dapat didefinisikan sebagai
bahan pakan yang dikonsumsi oleh seekor ternak dan tidak dikeluarkan lagi dalam bentuk
feses.

BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Percobaan kecernaan dibedakan menjadi dua periode, yaitu periode pendahuluan dan
periode koleksi. Periode pendahuluan berlangsung selama 7 hari sampai 10 hari dan periode
koleksi selama 5 hari sampai 15 hari (Tillman et al. 2001). Menurut Church dan Pond (2004)
periode pendahuluan berlangsung 4 sampai 10 hari, dan koleksi 4 sampai 10 hari. Bahwa
tingkat konsumsi yang konsisten ditetapkan selama periode pendahuluan untuk menghindari
fluaktuasi ekskresi yang dramatis, dan perbedaan jumlah feses dapat menyebabkan kesalahan
dalam percobaan ini. Selama percobaan tersebut feses dikumpulkan, di timbang, dan
dianalisis untuk mengetahui zat-zat makanannya.

Pelaksanaan In vivo dibagi menjadi 3 periode yaitu periode adaptasi, pendahuluan,


dan koleksi. Periode adaptasi bertujuan untuk mengadaptasikan ternak dengan pakan yang
akan diuji kecernaan serta penggunaan metabolism kit. Periode ini berlangsug kurang lebih 7
sampai 15 hari. Periode pendahuluan bertujuan untuk menjajaki jumlah pakan yang dimakan
serta feses dan urine yang dikeluarkan. Pemberian obat cacing untuk memastikan bahwa
tidak ada kontaminasi pada proses pencernaan. Periode berlangsung selama 7 hari. Dalam
periode ini pengambilan data sudah dimulai.
Periode koleksi, pengumpulan data dimulai dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Sebelum koleksi dimulai peralatan seperti kandang, tempat pakan, tempat feses dan urine
dibersihkan.
2. Ternak sudah diketahui berat badannya untuk perkiraan pakan yang dibutuhkan. Disamping
itu untuk mengetahui kenaikan atau penurunan berat badan ternak yang diuji (berkaitan
dengan pengaruh pemberian pakan terhadap performa ternak).
3. Koleksi feses dan urine dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan serta ditimbang
beratnya. Khususnya untuk penampung urine, diberikan pengawet Asam Sulfat.
4. Koleksi pakan dimulai dua hari sebelum koleksi feses dimulai dan diakhiri dua hari sebelum
koleksi feses berakhir.
5. Periode koleksi biasanya berlangsung selama 7 hari, tergantung kebutuhan dan keadaan.
Pemberian pakan dan minum secara ad libitum.
Cara sampling feses dan urine sebagai berikut. Feses yang tertampung ditimbang
lalu di mixer agar homogen dan diambil sekitar 2 % 5 % lalu dimasukan dalam freezer. Bila
langsung dikeringkan perlu ditambah dua tetes pormalin agar tidak berjamur. Sampel pakan
dikaeringkan dalam oven 55C selama 3 hari kemudian diWilley mill. Setelah itu dianalisis
proksimat. Urine tertampung diukur volumenya, aduk sampai merata kemudian diambil
sampel urine 2 5 %. Kemudian diberi label dan disimpan dalam freezer.
Penghitungan metode In Vivo ini dengan cara mengurangi konsumsi dengan sisa
pakan, yaitu dengan mengukur banyaknya pakan yang dikeluarkan lewat feces. Pakan yang
dikonsumsi merupakan selisih antara jumlah pakan yang diberikan dan jumlah pakan yang
tersisa. Dalam praktikum Ruminansia ini, pakan diberikan 2x sehari pagi dan sore. Pakan
hijauan diberikan 10% dari BB ternak dan konsenrat 1,5% dari BB ternak., sedangkan sampel
pemberian untuk hijauan dan konsentrat berturut- turut 200 g dan 50g. Untuk sampel sisa
hijauan yaitu sebesar 10% dan untuk feces serta urine sebesar10%. Berikut adalah tabel
kandungan BK, SK, PK, dan BO dari pengamatan secara In- Vivo dengan menggunakan
ternak domba yang masing masing bobot badannya berbeda-beda :
Sampel

No.
domba

Rumput
pemberia

Kadar
BK
(matahar
i)
23,60

Kadar BK Kadar
oven 80*C
BK
oven
100*C
88,21
94,94

BO

PK

SK

81,22

10,78

28,82

n
Rumput
pemberia
n
Rumput
pemberia
n
Rumput
pemberia
n
Rumput
pemberia
n

21,43

90,30

96,58

86,77

10,63

28,45

22,30

89,52

95,67

85,88

11,22

28,10

22,07

89,52

97,23

86,67

9,80

26,10

23,88

88,32

96,25

85,63

10,90

28,72

Rumput
sisa
Rumput
sisa
Rumput
sisa
Rumput
sisa
Rumput
sisa

27,21

87,20

94,94

80,16

7,68

27,82

25,13

83,75

93,50

79,14

7,56

26,45

25,68

89,68

94,33

80,57

7,65

25,10

24,68

83,38

95,84

79,89

8,79

25,11

26,58

84,75

90,39

76,70

9,86

24,72

Konsentr
at
pemberia
n
Konsentr
at sisa
Konsentr
at sisa
Konsentr
at sisa
Konsentr
at sisa
Konsentr
at sisa

1
sampai
5

91,41

96,81

87,98

16,67

23,95

88,37

95,81

85,80

16,05

89,34

94,94

88,70

15,90

89,02

93,50

87,35

15,45

89,04

94,33

87,19

16,12

90,21

95,84

85,58

15,62

feses
feses
feses
feses
feses

urine
urine
urine
urine
urine

1
2
3
4
5

1
2
3
4
5

55,40
58,20
62,00
57,87
60,73

92,67
92,07
92,53
99,00
93,13

95,37
95,34
94,02
96,04
95,21

80,86
78,62
79,37
79,27
77,45

8,26
7,53
7,48
7,67
7,31

Kandungan
N Urine(%)
0,28
0,28
0,45
0,37
0,30

Hasil perhitungan :
-

Sampel pakan hijauan diambil 10% sehari dari bobot badan yaitu pada pagi hari 5% dan sore
hari 5%

Hijauan dalam sehari :10/100 x 35 = 3,5 kg

Pemberian pada pagi dan sore hari masing-masing : 5/100 x 35 = 1,75 kg

Konsentrat diambil 3% dari bobot badan yaitu masing-masing pada pagi hari 1,5% dan sore
hari 1,5%

Konsentrat dalam sehari : 3/100 x 35 = 1,05 kg

Pemberian konsentrat pada pagi hari dan sore hari masing-masing : 1,5/100 x 35 = 0,525 kg

Bobot total sampel feses : 1,5 kg = 1,5 x10/100 = 150 gram

Bobot total sisa pakan : 1,5 kg = 1,5 x 10/100 = 150 gram

Bobot total urine : 350 gram = 350 x 10/100 = 35 gram

Perhitungan koefisien cerna menurut Tilman adalah :

Kecernaan = Zat makanan yang dikonsumsi Zat makanan dalam feses


--------------------------------------------------------------------------- x 100%

Zat makanan yang dikonsumsi


cerna (%) : Jumlah konsumsi pakan Jumlah feses/ Jumlah konsumsi pakan x 100%
Dengan pemberian campuran pakan yang konstan tiap hari, konsumsi
pakan harian dan produksi feses yang keluar berubah-ubah. Perubahan tersebut
meningkat dengan makin rendahnya kualitas pakan yang diberikan dan dengan
pemberian pakan yang berlebihan. Dengan ransum seperti itu periode koleksi
disarankan lebih dari 10 hari. Percobaan tersebut sempurna bila pakan yang
diberikan, sisa pakan dan sampel feses dikeringkan, kemudian digiling melalui
saringan dengan diameter 1-2 mm, serta dianalisis.
Pada contoh diatas yaitu dengan menggunakan pakan kasar, dapat diberikan sebagai
pakan tunggal. Tetapi pakan konsentrat apabila diberikan sebagai pakan tunggal
pada ruminansia dapat menyebabkan terganggunya pencernaan. Oleh karena itu kecernaan
konsentrat ditentukan dengan jalan diberikan bersama-s ama dengan pakan kas ar
ya ng telah diketahui kecernaannya, dengan asumsi tidak ada interaksi antara unsurunsur pokok kedua ransum tersebut. Oleh karena itu tingkat proporsi konsentrat di dalam
ransum harus tidak boleh berlebihan (25-30% bahan kering), telah mulai laempunyai pengaruh
yang merugilcan terhadap kecernaan pakan kasar karena rendahnya PH retikulo-rumen.

Kemudian kecernaan konsentrat ditentukan dengan memberikan bersama hay


yang telah diketahui kecernaannya. Dalam beberapa keadaan tertentu mungkin sangat sulit
untuk menghitung jumlah konsumsi pakan atau feses yang keluar. Hal itu terjadi misalnya
pads ternak yang diberi makan secara kelompok.Kecernaannya masih dapat dihitung
jika pakan mengandung komponen yang tidak dapat dicerna secara sempurna. Untuk tujuan
tersebut dapat digunakan lignin atau IADF (Indigestible Acid Detergent Fiber). Bahan
tersebut
merupakan internal
marker.Disamping
itu
dapat
pula
digunakan external marker. Supaya ekskresi feses tetap, dosis marker harus mulai
diberikan setidaknya satu minggu sebelum koleksi sampel dimulai. Substansi yang
biasa digunakan adalah CR203. Baru-baru ini dikembangkan Cr-mordanted neutral
detergent fiber (Cr-NDF). Marker tersebutmempunyai berat jenis yang lebih sebanding
dengan digesta.
Daya cerna campuran bahan pakan tidak selalu sama dengan rata-rata daya cerna
komponen bahan-bahan yang menyusunnya. Hal ini desebabkan karena adanya efek asosiasi
pakan. Daya Cerna Semu Protein Kasar, hal ini tergantung persentase protein kasar dalam
pakan, oleh karena itu N2 metabolik konstan tambah jumlahnya.Perlakuan Pakan, perlakuan
pakan terhadapbahan pakan seperti pemotongan, penggilingan, dan pemasakan
mempengaruhi daya cernanya.
Pada

percobaan

ini,

satu

hal

yang

perlu

diketahui adalah seleksi rerumput terutama besarnya selektifitas, yang dihubungkan dengan pemberian pakan
berlebihan dan pengaruh kecernaan pakan. Karena percobaan kecernaan adalah mahal serta

memerlukan banyak tenaga, maka telah dikembangkan metode laboratorium yaitu

estimasi kecernaan secara in-vitro. Kecernaan in vivo dapat diprediksi daya cernanya
secara lebih sempurna (mendekati kenyataan) yang dikenal dengan metode Tilley
dan Terry, dimana pakan diinkubasikan di dalam buffer dan cairan rumen pada kondisi
anaerob selama 48 jam. Tahap yang kedua, mikroba rumen dimatikan dengan
asamhidrokhlorida sampai pH sekitar 2, selanjutnya dicerna dengan pepsin dan diinkubasikan
selama 24 jam. Nilai kecernaan in-vitro umumnya lebih rendah dari pada kecernaan invivo. Maka untuk sekelompok bahan pakan perlumemprediksi persamaan untuk
menghubungkan antara nilai in-vitro dan in-vivo.
Jadi dalam evaluasi pakan, disamping kandungan zat makanan suatu pakan kita juga
harus mempertimbangkan jumlah pakan yang dikonsumsi dan daya cernanya oleh suatu
ternak. Secara umum pengukuran daya cerna suatu bahan pakan terdiri dari dua cara, yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran daya cerna secara langsung ini
menggunakan ternak sebagai hewan percobaan. Pengukuran ini meliputi pengukuran daya
cerna secara ini vivo, teknik indikator, dan teknik kantong nylon.

BAB IV
KESIMPULAN

1. Penghitungan metode In Vivo ini dengan cara mengurangi konsumsi dengan sisa pakan, yaitu
dengan mengukur banyaknya pakan yang dikeluarkan lewat feces. Pakan yang dikonsumsi
merupakan selisih antara jumlah pakan yang diberikan dan jumlah pakan yang tersisa.
2. Pelaksanaan In vivo dibagi menjadi 3 periode yaitu periode adaptasi, pendahuluan, dan
koleksi. Periode adaptasi bertujuan untuk mengadaptasikan ternak dengan pakan yang akan
diuji kecernaan.
3. Dalam evaluasi pakan, disamping kandungan zat makanan suatu pakan juga harus
mempertimbangkan jumlah pakan yang dikonsumsi dan daya cernanya oleh suatu ternak.

DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi. 2004. Pencernaan Mikrobia Pada Ruminansia (terjemahan).
Cetakan pertama. Gadjah Mada University press. Yogyakarta. http:// www.fapetugm.ac.id/files/pdf Diakses 2 Januari 2012
Subandriyo et al. 2000. Pendugaan kualitas bahan pakan untuk teroak ruminansia. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. http :// www.fapet-ipb.ac.id/files/edu Diakses 2 januari
2012
Sodiq & Abidin. 2002. Pengaruh Umur Pemotongan Spesies Rumput terhadap Produksi
Komposisi Kimia Kecernaan In Vitro dan In Sacco. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta. http:// www.fapet-ugm.ac.id/files/pdf Diakses 2 Januari 2012

Tillman,A.D,.H.Hartadi,S. Reksohadiprodjo. 2001.Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah


Mada University press. Yogyakarta. http:// www.fapet-ugm.ac.id/files/pdf Diakses 2 Januari
2012

Diposkan oleh Yulianto di 08.54

Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
LANGGANAN
Pos
Komentar

CARI BLOG INI


Telusuri

ENTRI POPULER

Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ruminansia "Pengukuran Daya Cerna Secara In Vivo"
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hijauan memegang peranan penting pada produksi
ternak ruminansia, karena pakan yang dikonsumsi ...
Makalah Stratifikasi Sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1
kelompok orang...

Latar Belakang Masyarakat manusia terdiri dari beragam kelompok-

Bermacam-Macam Jenis Sapi


Bangsa sapi ini berasal dari Inggris. Sapi shorthorn merupakan jenis sapi dwi guna karena
menghasilkan daging dan produksi susunya tinggi. T...

Artikel Biogas
PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN
Dengan semakin majunya peradaba...

Perbedaan Tanaman C3 Dan C4

Tabel 1. Perbedaan antara tanaman C 3 dan C 4 No Sifat-sifat C 3 C 4 ...

Studi Literatur: Aflatoksin Sebagai Penyebab Kanker Hati


Manusia dan hewan membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya. Namun, bila tidak aman
dan sehat, makanan yang dikonsumsi justru dapat ...

Studi Literatur: Karakter ukuran tubuh ayam kampung


Ayam kampung merupakan ayam lokal yang harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak.
Penelitian terkait dengan ayam kampung terus ...

Manajemen Beternak Itik


Semua diantara kita tentu tahu ternak Itik. Ya, sang unggas petelur yang menghasilkan telur dengan
keistimewaan tersendiri. Mampu Berproduk...

Artikel Penelitian Semen Cair


KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN SELAMA PENDINGINAN MENGGUNAKAN PENGENCER
CEP-2 DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI KUNING TELUR DAN SARI B...

Kebutuhan Nutrisi untuk Kambing


Kebutuhan nutrisi untuk Kambing Efisiensi penggunaan nutrisi untuk Kambing tergantung pada
kecukupan pasokan energi, yang sangat penting...
MENGENAI SAYA

Yulianto

ARSIP BLOG

2016 (3)

2014 (5)

2013 (23)

Saya
Yulianto
o
Nugroho
Alumni
Fakultas o
Peternakan
Universitas o
Brawijaya o
tahun 2014,
24 tahun,
o
Lihat profil lengkapku
o
o

PENGIKUT

2012 (35)
Desem
ber (3)
Novem
ber (4)
Septem
ber (3)
Juli (4)
April (
7)
Maret (
2)
Februar
i (8)
Januari
(4)
2011 (34)
2010 (3)

TOTAL TAYANGAN LAMAN

37331
Template Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai