kecernaan pakan yang diperoleh mendekati nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan
secara In vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh
secara In vitro.
Domba pada dasarnya adalah ternak pemakan rumput dan berbeda dengan kambing
yang cenderung sebagai pemakan semak atau legum. Domba memiliki cara makan yang
kurang memilih dibanding ternak kambing, sehingga memungkinkan dapat hidup lebih baik
pada daerah yang lebih kering dengan kondisi suplai pakan yang fluktuatif dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Hijauan yang segar atau campuran hijauan dengan konsentrat,
hendaknya diberikan pada domba dengan sistem pemeliharaan dikandangkan. Jumlah pakan
yang diberikan sekitar 3% dari bobot badan berdasarkan bahan kering.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa kebutuhan nutrien bahan kering dan bahan organik (PK, LK, SK) ternak yang
digunakan dalam praktikum?
2. Bandingkan dengan keadaan saat di lapang
3. Apakah pakan yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan nutrien ternak?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengukuran daya cerna secara in vivo dengan menggunakan hewan percobaan.
2. Mengetahui selisih antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan jumlah feses dan
persentase pakan tercerna dengan pakan yang dikonsumsi.
3. Untuk memenuhi kewajiban tugas laporan praktikum mata kuliah Ilmu Nutrisi Ruminansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pakan ternak merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam suatu usaha
peternakan. Oleh karena itu pengetahuan tentang pakan dan pemberiannya perlu mendapat
perhatian yang serius. Ransum yang diberikan kepada ternak harus diformulasikan dengan
baik dan semua bahan pakan yang dipergunakan dalam menyusun ransum harus mendukung
produksi yang optimal dan efisien sehingga usaha yang dilakukan dapat menjadi lebih
ekonomis.Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian pakan ternak adalah kebutuhan nutrisi
ternak, komposisi nutrisi bahan pakan penyusun ransum dan bagaimana beberapa bahan
dapat dikombinasikan (penyusunan ransum standar) untuk mencukupi kebutuhan
ternak (Subandriyo et al.2000).
Kecernaan In vivo merupakan suatu cara penentuan kecernaan nutrient
menggunakan hewan percobaan dengan analisis nutrient pakan dan feses (Tillman et al.
2001). Anggorodi (2004) menambahkan pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan
merupakan usaha untuk menentukan jumlah nutrient dari suatu bahan yang didegradasi dan
diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna merupakan persentse nutrient yang diserap
dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah
nutrient yang dikonsumsi dengan jumlah nutrient yang dikeluarkan dalam feses.
Domba mampu mengkonsumsi pakan berserat, biasanya jerami yang telah dipotongpotong (chop). Secara alami, domba senang mengkonsumsi rumputrumputan,namun
pemberian pakan yang hanya berupa rumput-rumputan belum dapat memenuhi kebutuhan
zat-zat makanan sebagai sumber energi dan protein. Rumput hanya merupakan bahan pakan
sumber energi. Penambahan bahan pakan sebagai sumber protein merupakan suatu hal yang
mutlak dilakukan jika usaha penggemukan domba berorientasi bisnis. Penambahan sumber
protein akan mempercepat pertumbuhan domba dan dalam skala luas mempercepat waktu
pemeliharaan sehingga domba bisa dijual lebih cepat (Sodiq & Abidin 2002).
Pencernaan pada ternak ruminansia merupakan proses yang kompleks, melibatkan
interaksi yang dinamis antara makanan, mikroba dan hewan. Pencernaan merupakan proses
yang multi tahap. Proses pencernaan pada ternak ruminansia terjadi secara mekanis di mulut,
fermentatif oleh mikroba di rumen, dan hidrolitis oleh enzim pencernaan di abomasum dan
duodenum hewan induk semang. Sistem fermentasi dalam perut ruminansia terjadi pada
sepertiga dari alat pencernaannya. Hal tersebut memberikan keuntungan yaitu produk
fermentasi dapat disajikan ke usus dalam bentuk yang lebih mudah diserap. Namun ada pula
kerugiannya, yakni banyak energi yang terbuang sebagai CH4 (6-8%) dan sebagai panas
fermentasi (4-6%), protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi NH3, dan
mudah menderita ketosis (Sutardi 2006).
Oleh karena itu sangat penting apabila dapat mengetahui kualitas suatu bahan pakan
dan daya cerna bahan pakan tersebut dalam alat pencernaan ternak tersebut. Karena zat- zat
makanan yang terdapat dalam pakan akan dicerna menjadi zat makanan yang lebih
sederhana, karbohidrat menjadi monosakarida, protein menjadi asam amino,lemak menjadi
asam lemak dan gliserol. Jadi daya cerna suatu bahan pakan dapat didefinisikan sebagai
bahan pakan yang dikonsumsi oleh seekor ternak dan tidak dikeluarkan lagi dalam bentuk
feses.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Percobaan kecernaan dibedakan menjadi dua periode, yaitu periode pendahuluan dan
periode koleksi. Periode pendahuluan berlangsung selama 7 hari sampai 10 hari dan periode
koleksi selama 5 hari sampai 15 hari (Tillman et al. 2001). Menurut Church dan Pond (2004)
periode pendahuluan berlangsung 4 sampai 10 hari, dan koleksi 4 sampai 10 hari. Bahwa
tingkat konsumsi yang konsisten ditetapkan selama periode pendahuluan untuk menghindari
fluaktuasi ekskresi yang dramatis, dan perbedaan jumlah feses dapat menyebabkan kesalahan
dalam percobaan ini. Selama percobaan tersebut feses dikumpulkan, di timbang, dan
dianalisis untuk mengetahui zat-zat makanannya.
No.
domba
Rumput
pemberia
Kadar
BK
(matahar
i)
23,60
Kadar BK Kadar
oven 80*C
BK
oven
100*C
88,21
94,94
BO
PK
SK
81,22
10,78
28,82
n
Rumput
pemberia
n
Rumput
pemberia
n
Rumput
pemberia
n
Rumput
pemberia
n
21,43
90,30
96,58
86,77
10,63
28,45
22,30
89,52
95,67
85,88
11,22
28,10
22,07
89,52
97,23
86,67
9,80
26,10
23,88
88,32
96,25
85,63
10,90
28,72
Rumput
sisa
Rumput
sisa
Rumput
sisa
Rumput
sisa
Rumput
sisa
27,21
87,20
94,94
80,16
7,68
27,82
25,13
83,75
93,50
79,14
7,56
26,45
25,68
89,68
94,33
80,57
7,65
25,10
24,68
83,38
95,84
79,89
8,79
25,11
26,58
84,75
90,39
76,70
9,86
24,72
Konsentr
at
pemberia
n
Konsentr
at sisa
Konsentr
at sisa
Konsentr
at sisa
Konsentr
at sisa
Konsentr
at sisa
1
sampai
5
91,41
96,81
87,98
16,67
23,95
88,37
95,81
85,80
16,05
89,34
94,94
88,70
15,90
89,02
93,50
87,35
15,45
89,04
94,33
87,19
16,12
90,21
95,84
85,58
15,62
feses
feses
feses
feses
feses
urine
urine
urine
urine
urine
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
55,40
58,20
62,00
57,87
60,73
92,67
92,07
92,53
99,00
93,13
95,37
95,34
94,02
96,04
95,21
80,86
78,62
79,37
79,27
77,45
8,26
7,53
7,48
7,67
7,31
Kandungan
N Urine(%)
0,28
0,28
0,45
0,37
0,30
Hasil perhitungan :
-
Sampel pakan hijauan diambil 10% sehari dari bobot badan yaitu pada pagi hari 5% dan sore
hari 5%
Konsentrat diambil 3% dari bobot badan yaitu masing-masing pada pagi hari 1,5% dan sore
hari 1,5%
Pemberian konsentrat pada pagi hari dan sore hari masing-masing : 1,5/100 x 35 = 0,525 kg
percobaan
ini,
satu
hal
yang
perlu
diketahui adalah seleksi rerumput terutama besarnya selektifitas, yang dihubungkan dengan pemberian pakan
berlebihan dan pengaruh kecernaan pakan. Karena percobaan kecernaan adalah mahal serta
estimasi kecernaan secara in-vitro. Kecernaan in vivo dapat diprediksi daya cernanya
secara lebih sempurna (mendekati kenyataan) yang dikenal dengan metode Tilley
dan Terry, dimana pakan diinkubasikan di dalam buffer dan cairan rumen pada kondisi
anaerob selama 48 jam. Tahap yang kedua, mikroba rumen dimatikan dengan
asamhidrokhlorida sampai pH sekitar 2, selanjutnya dicerna dengan pepsin dan diinkubasikan
selama 24 jam. Nilai kecernaan in-vitro umumnya lebih rendah dari pada kecernaan invivo. Maka untuk sekelompok bahan pakan perlumemprediksi persamaan untuk
menghubungkan antara nilai in-vitro dan in-vivo.
Jadi dalam evaluasi pakan, disamping kandungan zat makanan suatu pakan kita juga
harus mempertimbangkan jumlah pakan yang dikonsumsi dan daya cernanya oleh suatu
ternak. Secara umum pengukuran daya cerna suatu bahan pakan terdiri dari dua cara, yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran daya cerna secara langsung ini
menggunakan ternak sebagai hewan percobaan. Pengukuran ini meliputi pengukuran daya
cerna secara ini vivo, teknik indikator, dan teknik kantong nylon.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Penghitungan metode In Vivo ini dengan cara mengurangi konsumsi dengan sisa pakan, yaitu
dengan mengukur banyaknya pakan yang dikeluarkan lewat feces. Pakan yang dikonsumsi
merupakan selisih antara jumlah pakan yang diberikan dan jumlah pakan yang tersisa.
2. Pelaksanaan In vivo dibagi menjadi 3 periode yaitu periode adaptasi, pendahuluan, dan
koleksi. Periode adaptasi bertujuan untuk mengadaptasikan ternak dengan pakan yang akan
diuji kecernaan.
3. Dalam evaluasi pakan, disamping kandungan zat makanan suatu pakan juga harus
mempertimbangkan jumlah pakan yang dikonsumsi dan daya cernanya oleh suatu ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi. 2004. Pencernaan Mikrobia Pada Ruminansia (terjemahan).
Cetakan pertama. Gadjah Mada University press. Yogyakarta. http:// www.fapetugm.ac.id/files/pdf Diakses 2 Januari 2012
Subandriyo et al. 2000. Pendugaan kualitas bahan pakan untuk teroak ruminansia. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. http :// www.fapet-ipb.ac.id/files/edu Diakses 2 januari
2012
Sodiq & Abidin. 2002. Pengaruh Umur Pemotongan Spesies Rumput terhadap Produksi
Komposisi Kimia Kecernaan In Vitro dan In Sacco. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta. http:// www.fapet-ugm.ac.id/files/pdf Diakses 2 Januari 2012
Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
ENTRI POPULER
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ruminansia "Pengukuran Daya Cerna Secara In Vivo"
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hijauan memegang peranan penting pada produksi
ternak ruminansia, karena pakan yang dikonsumsi ...
Makalah Stratifikasi Sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1
kelompok orang...
Artikel Biogas
PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN
Dengan semakin majunya peradaba...
Yulianto
ARSIP BLOG
2016 (3)
2014 (5)
2013 (23)
Saya
Yulianto
o
Nugroho
Alumni
Fakultas o
Peternakan
Universitas o
Brawijaya o
tahun 2014,
24 tahun,
o
Lihat profil lengkapku
o
o
PENGIKUT
2012 (35)
Desem
ber (3)
Novem
ber (4)
Septem
ber (3)
Juli (4)
April (
7)
Maret (
2)
Februar
i (8)
Januari
(4)
2011 (34)
2010 (3)
37331
Template Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.