PROMOSI KESEHATAN
BLOK 7.2
DIBUAT OLEH :
NAMA : SINTA AHNI SALWATI
NIM
: GIA113069
KELAS : B
DOSEN PEMBIMBING :
M. RIDWAN, SKM, M.PH
melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua
keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan
pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (Machfoedz, 2006).
Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan
muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau
kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Asumsinya adalah bahwa,
bila ancaman yang dirasakan tersebut, maka perilaku pencegahan juga akan
meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada, yaitu :
1. Ketidak kekebalan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang
merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan
masalah kesehatan menurut kondisi mereka.
2. Keseriusan yang dirasakan (perceived severity) merupakan orang-orang
yang mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyair tersebut apabila
mereka
mengembangkan
masalah
kesehatan
atau
membiarkan
Diagnosis and Evalution). Precede ini merupakan arahan dalam penganalisis atau
diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan (promosi) kesehatan.
Precede adalah fase diagnosis masalah.
Sedangkan PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in
Educational and Environmantal Development) adalah merupakan arahan dalam
perencanaan, implementasi, dan evaluasi pendidikan (promosi) kesehatan. Apabila
precede merupakan fase diagnosis masalah, maka Proceed adalah merupakan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Promosi Kesehatan.
Lebih lanjut precede model ini dapat diuraikan bahwa perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, jamban, dan
sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang terwujud
dalam sikap dan pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,
yang
merupakan
kelompok
refrensi
dari
perilaku
masyarakat
(Notoadmojo, 2010).
5. THE POLICY RAINBOW
Strategi promosi kesehatan yang berwawasan kebijakan. Strategi kesehatan yang
mana ditujukan kepada para penentu kebijakan agara mengeluarkan kebijakan dan
ketetentuan yang menguntungkan bahkan dapat merugikan kesehatan, sehingga
dalam menentukan keputusan diperhatikan dampaknya bagi kesehatan masyarakat.
Realisasi dari orientasi pelayanan kesehatan ini adalah para penyelenggara
kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus dilibatkan dalam memberdayakan
masyarakat agar dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayan kesehatan
namun dapat menjadi penyelenggara pelayanan kesehatan.
WHO berdasarkan piagam Ottawa (1986) dalam Heri.D.J. Maulana 2009 hal. 19,
mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan
individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya
berbasis filosofi yang jelas mengenai diri sendiri.
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan
seseorang
untuk
ketiga faktor ini yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control dapat
memprediksi intensi individu dalam melakukan perilaku tertentu.
Sikap
Terhadap
Perilaku
Norma
Subjektif
Intensi
Perilaku
Perceived
behavioral
control
Skema. Teori Planned Behavior (Ajzen, 2005)
Intensi menurut Corsini (2002) adalah keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu, atau
dorongan untuk melakukan suatu tindakan, baik secara sadar atau tidak.
Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisikan intense sebagai probabilitas subjektif yang
dimiliki seorang untuk melakukan perilaku tertentu. Intensi akan tetap menjadi kecenderungan
berprilaku sampai pada saat yang tepat ada usaha yang dilakukan untuk mengubah itensi tersebut
menjadi sebuah perilaku.