Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PAPER

PROMOSI KESEHATAN
BLOK 7.2

DIBUAT OLEH :
NAMA : SINTA AHNI SALWATI
NIM

: GIA113069

KELAS : B

DOSEN PEMBIMBING :
M. RIDWAN, SKM, M.PH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS JAMBI
2016/2017

TEORI PROMOSI KESEHATAN

1. HEALTH BELIEVE MODEL


Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio psikologis,
munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem kesehatan ditandai
oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan
dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider, kegagalan ini
akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit
(preventif health behavior), yang oleh Becker (1974) dikembangkan dari teori
lapangan (Fieldtheory, 1954) menjadi model kepercayaan kesehatan (health belief
model) (Notoatmodjo, 2003).
Health Belief Model (HBM) didasarkan atas 3 faktor esensial, kesiapan individu
untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil
resiko kesehatan. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya
merubah perilaku itu sendiri. Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman
berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan. Kesiapan individu dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi
ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, dan adanya
kepercayaan perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang
mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh
karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan,
interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku dan
pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.
Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan sebagai kerangka utama
dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, dimulai dari pertimbangan orang
mengenai kesehatan. Health Belief Model (HBM) ini digunakan untuk meramalkan
perilaku peningkatan kesehatan. Health Belief Model (HBM) merupakan model
kognitif yang berarti bahwa khususnya proses kognitif dipengaruhi oleh informasi
dari lingkungan. Menurut Health Belief Model (HBM) kemungkinan individu akan

melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua
keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan
pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (Machfoedz, 2006).
Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan
muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau
kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Asumsinya adalah bahwa,
bila ancaman yang dirasakan tersebut, maka perilaku pencegahan juga akan
meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada, yaitu :
1. Ketidak kekebalan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang
merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan
masalah kesehatan menurut kondisi mereka.
2. Keseriusan yang dirasakan (perceived severity) merupakan orang-orang
yang mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyair tersebut apabila
mereka

mengembangkan

masalah

kesehatan

atau

membiarkan

penyakitnya tidak ditangani.


Penilaian kedua yang dibuat adalah perbandingan antara keuntungan dan
kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan tindakan pencegahan atau
tidak yang berkaitan dengan dunia medis, dan mencakup berbagai ancaman perilaku,
seperti check-up untuk mencegah atau pemeriksaan awal dan imunisasi (Machfoedz,
2006).
Menurut Kosa dan Robertson yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), menyatakan
bahwa perilaku kesehatan individu cendrung dipengaruhi oleh kepercayaan orang
yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang
mendasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, setiap
individu mempunyai cara yang berbeda didalam mengmbil tindakan penyembuhan
atau pencegahan, meskipun gangguan kesehatannya sama.
Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau
mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini
menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan oleh individu menstimulasi
dimulainya suatu proses sosial psikologis.

Apabila individu bertindak untuk mengobati penyakitnya, ada empat variabel


yang terlihat dalamtindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan(perceivet
susceptibility) agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya,
ia harus merasakan bahwa ia rentan(susceptible) terhadap penyakit tersebut dan
keseriusan yang dirasakan( perceived seriousness), tindakan individu untuk mencari
pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit
tersebut terhadap individu atau masyarakat, manfaat dan rintangan yang dirasakan,
apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang dianggap gawat(serius),
ia akan melakukan suatu tindakan tertentu, tergantuk pada manfaat yang dirasakan
dari rintangan yangditemukan, isyarat atau tanda-tanda(cues) untuk mendapatkan
tingkat penerimaanyang benar tentang kerentanan, kegawatan, dan keuntungan, maka
diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal, misalnya pesan-pesan
pada media masa, nasehat atau anjuran teman atau anggota keluarga lain dari si sakit,
dan sebagainya(Notoatmodjo, 2003).
2. TRANSTHEORICAL MODEL
The Transtheoretical Model (TTM), yang juga dikenal sebagai the Stages of Change
Model, dikembangkan oleh Prochaska & DiClemente (1982;Green, Rossi, Reed,
Willey, & Prochaska, 1994). TTM memiliki nilai dalam memfasilitasi dan
mengakselerasi perubahan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, baik untuk
perilaku adiktif maupun perilaku non-adiktif (Prochaska, et.al., 1994). Inti dari model
ini adalah bahwa individu terlibat dalam berbagai perilaku yang baru, mereka
berpindah melalui suatu rangkaian perubahan yang terdiri dari lima tahap, yaitu:
a. pra-kontemplasi (ketiadaan tujuan mengubah perilaku tertentu di masa yang
akan datang yang tidak dapat diprediksikan),
b. kontemplasi (ditandai oleh sebuah kesadaran mengenai sebuah masalah
perilaku dan serangkaian pertimbangan untuk mengubah perilaku itu, tetapi
tidak pada jangka masa yang dekat)
c. persiapan (individu terlibat dalam mempersiapkan perilaku dan berbagai
rencana untuk mengubah perilaku pada bulan yang akan datang)
d. tindakan (berbagai upaya nyata saat ini yang dibuat untuk mengubah
perilaku),

e. pengelolaan (upaya yang berkelanjutan untuk menstabilkan perubahan


perilaku setidaknya untuk enam bulan; Bull, Eyer, King, & Brownson, 2001;
Courneya, 1995; Greene, et.al., 1994). Diketahui bahwa pekerjaan polisi
sering kali dihubungkan dengan perilaku penyesuaian yang salah (misalnya
minum minuman keras secara berlebihan, merokok, dan masalah perjudian),
aplikasi dari TTM terhadap para petugas penegak hukum dapat secara
produktif mendukung kesiapan motivasional untuk perubahan perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan (Gershon, Lin & Li, 2002; Violanti, et.al.,
1985)
3. INTERACTIVE DOMAIN MODE (IDM)
Interactive Domain Model (IDM) menurut Kahan dan Goodstad (2001) adalah
suatu model atau konsep yang dapat dipergunakan untuk melihat, menganalisa, dan
sekaligus mendasari rencana intervensi untuk mencegah penyakit dan masalah
kesehatan yang terdiri dari tiga domain yaitu :
a. Domain dasar (fondasi) yang meliputi unsure tujuan, nilai, teori
b. Domain pemahaman lingkungan
c. Domain Praktek.
Setiap domain tersebut saling berinteraksi dan berhubungan dengan lingkungan
eksternal dan internal. Lingkungan internal adalah lingkungan yang ada pada
masyarakat tersebut antara lain : sosial budaya, ekonomi, sedangkan lingkungan
eksternal adalah lingkungan yang tidak berada dalam masyarakat tersebut, tetapi
berpengaruh terhadap masyarakat tersebut. Misalnya kebijakan puskesmas dan lainlain.
4. PRECEDE- PROCEED
Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green, yang dirintis sejak tahun 1980.
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor
perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes).
Selanjutnya perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yang dirangkumkan dalam
akronim PRECEDE (Predisposing, Enabling, dan Reinforcing Causes in Educational

Diagnosis and Evalution). Precede ini merupakan arahan dalam penganalisis atau
diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan (promosi) kesehatan.
Precede adalah fase diagnosis masalah.
Sedangkan PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in
Educational and Environmantal Development) adalah merupakan arahan dalam
perencanaan, implementasi, dan evaluasi pendidikan (promosi) kesehatan. Apabila
precede merupakan fase diagnosis masalah, maka Proceed adalah merupakan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Promosi Kesehatan.
Lebih lanjut precede model ini dapat diuraikan bahwa perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, jamban, dan
sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang terwujud
dalam sikap dan pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,
yang

merupakan

kelompok

refrensi

dari

perilaku

masyarakat

(Notoadmojo, 2010).
5. THE POLICY RAINBOW
Strategi promosi kesehatan yang berwawasan kebijakan. Strategi kesehatan yang
mana ditujukan kepada para penentu kebijakan agara mengeluarkan kebijakan dan
ketetentuan yang menguntungkan bahkan dapat merugikan kesehatan, sehingga
dalam menentukan keputusan diperhatikan dampaknya bagi kesehatan masyarakat.
Realisasi dari orientasi pelayanan kesehatan ini adalah para penyelenggara
kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus dilibatkan dalam memberdayakan
masyarakat agar dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayan kesehatan
namun dapat menjadi penyelenggara pelayanan kesehatan.

WHO berdasarkan piagam Ottawa (1986) dalam Heri.D.J. Maulana 2009 hal. 19,
mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan
individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya
berbasis filosofi yang jelas mengenai diri sendiri.
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan

seseorang

untuk

meningkatkan kontrol dan kesehatannya. WHO menekankan bahwa promosi


kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu
meningkatkan kontol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis
filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.
6. THE THEORY OF PLANNED BEHAVIOR
Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang
merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh
Fishbein dan Ajzen. Fokus utama dari teori planned behavior ini sama seperti teori
reason action yaitu intensi individu untuk melakukan perilaku tertentu. Intensi
dianggap dapat melihat faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku. Intensi
merupakan indikasi seberapa keras orang mau berusaha untuk mencoba dan berapa
besar usaha yang akan dikeluarkan individu untuk melakukan suatu perilaku.
Reason action theory mengatakan ada dua faktor penentu intensi yaitu sikap
pribadi dan norma subjektif (Fishbein & Ajzen, 1975). Sikap merupakan evaluasi
positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu. Sedangkan norma subjektif
adalah persepsi seseorang terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak
melakukan perilaku tertentu (Fishbein & Ajzen, 1975). Namun Ajzen berpendapat
bahwa teori reason action belum dapat menjelaskan tingkah laku yang tidak
sepenuhnya berada di bawah kontrol seseorang. Karena itu dalam theory of planned
behavior Ajzen menambahkan satu faktor yang menentukan intensi yaitu perceived
behavioral control. Perceived behavioral control merupakan persepsi individu
terhadap kontrol yang dimilikinya sehubungan dengan perilaku tertentu (Ajzen,
2005). Faktor ini menurut Ajzen mengacu pada persepsi individu mengenai mudah
atau sulitnya memunculkan tingkah laku tertentu dan diasumsikan merupakan refleksi
dari pengalaman masa lalu dan juga hambatan yang diantisipasi. Menurut Ajzen (2005)

ketiga faktor ini yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control dapat
memprediksi intensi individu dalam melakukan perilaku tertentu.

Sikap
Terhadap
Perilaku
Norma
Subjektif

Intensi

Perilaku

Perceived
behavioral
control
Skema. Teori Planned Behavior (Ajzen, 2005)

Intensi menurut Corsini (2002) adalah keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu, atau
dorongan untuk melakukan suatu tindakan, baik secara sadar atau tidak.
Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisikan intense sebagai probabilitas subjektif yang
dimiliki seorang untuk melakukan perilaku tertentu. Intensi akan tetap menjadi kecenderungan
berprilaku sampai pada saat yang tepat ada usaha yang dilakukan untuk mengubah itensi tersebut
menjadi sebuah perilaku.

Anda mungkin juga menyukai