Anda di halaman 1dari 31

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Computer Tomography scan ( CT scan)


CT Scan ( Computed Tomography Scanner ) adalah suatu prosedur
yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil
dari tulang tengkorak dan otak. Tujuan utama penggunaan ct scan adalah
untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat, otot
dan tulang, tenggorokan, rongga perut.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan
yang kuat suatu kelainan,yaitu :
a. Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
b. Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan
infark.
c. Brain contusion.
d. Brain atrofi.
e. Hydrocephalus
f. Inflamasi.
Bagian basilar dan posterior tidak begitu baik diperlihatkan oleh Ct
Scan. Ct Scan mulai dipergunakan sejak tahun 1970 dalam alat bantu
dalam proses diagnosa dan pengobatan pada pasien neurologis. Gambaran
Ct Scan adalah hasil rekonstruksi komputer terhadap gambar X-Ray.
Gambaran dari berbagai lapisan secara multiple dilakukan dengan cara
mengukur densitas dari substansi yang dilalui oleh sinar X.

2.1.1. Prinsip Dasar


Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah
lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan
intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk
citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang
digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak
seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang

ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap) sehingga dapat


memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak lurus
berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan
informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini
dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra
yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang
dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.
CT Scanner menggunakan penyinaran khusus yang dihubungkan
dengan komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil scan
untuk memperoleh gambaran panampang-lintang dari badan. Pasien
dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara perlahan lahan
dipindahkan ke dalam cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi
pasien pada saat pengambilan sinar rontgen. Waktu yang digunakan
sampai seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit sampai 1
jam, tergantung pada jenis CT scan yang digunakan( waktu ini termasuk
waktu check-in nya).
Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit . Sebelum
dilakukan scanning pada pasien, pasien disarankan tidak makan atau
meminum cairan tertentu selama 4 jam sebelum proses scanning.
Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula prosedur scanning
yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material cairan kontras
yang mana digunakan untuk melakukan proses scanning khususnya untuk
daerah perut.

2.1.2. Instrumen Ct Scan


Ada beberapa komponen penyusun dari sebuah pesawat ct scan.
Komponen-komponen tersebut, meliputi:
A. Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk
dilakukannya pemeriksaan CT-Scan. Bentuknya kurva dan terbuat dari
Carbon Graphite Fiber. Setiap scanning satu slice selesai, maka meja
pemeriksaan akan bergeser sesuai ketebalan slice ( slice thickness ). Meja

pemeriksaan terletak dipertengahan gantry dengan posisi horizontal dan


dapat digerakkan maju, mundur, naik dan turun dengan cara menekan
tombol yang melambangkannmaju, mundur, naik, san turun yang terdapat
pada gantry.
B. Gantry
Gantry merupakan komponen pesawat CT-Scan yang didalamnya
terdapat tabung sinar-x, filter, detektor, DAS ( Data Acquisition System ).
Serta lampu indikator untuk sentrasi. Pada gantry ini juga dilengkapi
denganindikator data digital yang memberi informasi tentang ketinggian
meja pemeriksaan, posisi objek dan kemiringan gantry.
Pada pertengahan gantry diletakkan pasien. Tabung sinar-x dan
detektor yang letaknya selalu berhadapan didalam gantry akan berputar
mengelilingi objek yang akan dilakukan scanning.
Ada beberapa bagian yang terdapat di dalam gantry :
1) Tabung sinar-x
Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X dengan sifat:
a. Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 kV
b. Ukuran focal spot kecil 10 1 mm
c. Tahan terhadap goncangan
2) Kolimator
Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah kolimator, yaitu:
a. Kolimator pada tabunng sinar-x
Berfungsi untuk mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas
lapangan penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya
focal spot kecil.
b. Kolimator pada detektor
Berfungsi untuk pengarah radiasi menuju ke detektor, pengontrol
radiasi hambur dan menentukan ketebalan lapisan ( slice thickness ).
3) Detektor dan DAS ( Data Acqusition system )
Setelah sinar-x menembus objek, maka akan diterima oleh detector
yang selanjutnya dan dilakukan proses pengolahan data oleh DAS. Adapun
fungsi detector dan DAS secara garis besar adalah: untuk menangkap

sinar-x yang telah menembua objek, mengubah sinar-x dalam bentuk


cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya tampak tersebut menjadi
sinyal-sinyal electron, lalu kemudian menguatkan sinyal-sinyal electron
tersebut dan mengubah sinyal electron tersebut kedalam bentuk data
digital.

C. Komputer
Merupakan pengendali dari semua instrument pada CT-Scan.
Berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekonstruksi atau pengolahan
data, menaUmpilkan ( display ) gambar serta untuk menganalisa gambar.
Adapunvelemen-elemen pada computer adalah sebagai berikut:
1) Input Device
Unit yang menterjemahkan data-data dari luar kedalam bahasa
computer sehingga dapat menjalankan program atau instruksi.

D. CPU ( Central Procesing Unit )


Merupakan pusat pengolahan dan pengolahan dari keseluruhan
system computer yang sedang bekerja.
Terdiri atas :
1.

ALU ( Arithmetic Logic Unit )


Berfungsi untuk melaksanakan proses berupa arithmetic

operation seperti penambahan, pengurangan, pembagian, serta perkalian


2.

Control Unit
Berfungsi untuk mengontrol keseluruhan system computer

dalam melakukan pengolahandata.


3.

Memory Unit
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan data ataupun instruksi

yang sedang dikerjakan.


4. Output Device
Digunakan untuk menampilkan hasil program atau instruksi
sehingga

dapat

dengan

mudah

dilihat

oleh

mengoperasikannya, misalnya CRT (Cathoda Ray Tube).

personilyang

5. Layar TV Monitor
Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari objek
yang diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau program yang
diberikan.

E. Image Recording
Berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari computer
ketika

melakukan

scanning,

rekonstruksi

dan

display

gambar

menggunakan:
1. Magnetik Disk
Digunakan untuk penyimpanan sementara dari data atau gambaran,
apabila gambaran akan ditampilkan dan diproses. Magnetic disk dapat
menyimpan dan mengirim data dengan cepat, bentuknya berupa piringan
yang dilapisi bahan ferromagnetic. Kapasitasnya sangat besar.
2. Floppy Disk
Biasa disebut dengan disket, merupakan modifikasi dari magnetic
disk, bentuknya kecil dan fleksibel atau lentur. Floppy disk mudah dibawa
dan disimpan. Kapaasitasnya relative kecil (sekarang sudah tidak
digunakan lagi).

F. Operator Terminal
Merupakan pusat semua kegiatan scanning atau pengoperasian
system secara umum serta berfungsi untuk merekonstruksi hasil gambaran
sesuai dengan kebutuhan.

G. Multiformat Kamera
Digunakan untuk memperoleh gambaran permanen pada film. Pada
satu film dapat dihasilkan beberapa irisan gambar tergantung jenis pesawat
CT dan film yang digunakan.

2.1.3. Prinsip Kerja

Gambar 2.1 Bagan Prinsip Kerja CT Scanner

Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi yang


berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar x tersebut menembus tubuh
dan diarahkan ke detektor. Intensitas sinar-x yang diterima oleh detektor
akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai objek, dan detektor
akan merubah berkas sinar-x yang diterima menjadi arus listrik, dan
kemudian diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung
sinar-x tersebut diputar dan sinarnya di proyeksikan dalam berbagai posisi,
besar tegangan listrik yang diterima diubah menjadi besaran digital oleh
analog to digital Converter (A/D C) yang kemudian dicatat oleh komputer.
Selanjutnya diolah dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya
dibentuk gambar yang ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang
dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan Multi Imager atau Laser
Imager.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami
pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang
dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses
interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang
probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang

10

dipancarkan. Dalam CT scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas


radiasi yang dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek
dari berbagai sudut. Radiasi terusan ini dideteksi oleh detektor untuk
kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian
diolah menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu
metode yang disebut sebagai rekonstruksi.

2.1.4. Proses Data


Suatu sinar yang melewati celah sempit (narrow beam) yang
dihasilkan oleh X-ray didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung Xray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator dan detektor. Secara
sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2 Collimator dan Detektor


Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi
menjadi arus listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam
bentuk sinyal melaui proses berikut :

11

Gambar 2.3 Proses pembentukan citra

Setelah diperoleh arus listrik dan sinyal aslinya, maka sinyal tadi
dikonversi ke bentuk digital menggunakan A/D Convertor agar sinyal
digital ini dapat diolah oleh komputer sehingga membentuk citra yang
sebenarnya.
Hasilnya dapat dilihat langsung pada monitor komputer ataupun
dicetak ke film.

2.2 Sejarah Singkat Sinar X


Peristiwa terjadinya sinar-X diawali dari percobaan Heinrich Hertz
pada tahun 1887 dengan menggunakan tabung hampa yang berisi katoda
dan anoda. Katoda dan anoda dihubungkan dengan sumber listrik E. Pada
tegangan, E, yang rendah tidak ada arus elektron dari katoda ke anoda
yang dapat dilihat dari galvanometer. Pada saat katoda disinari gelombang
pendek elektromagnetik ternyata dari katoda keluar elektron menuju anoda
yang diamati dari galvanometer. Arus yang terbaca di Galvanometer
adalah arus yang sangat kecil dalam order mikro ampere.
Peristiwa di atas disebut dengan efek foto listrik. Kecuali disinari
dengan gelombang pendek elektron dapat keluar dari katoda dengan cara
dipanaskan sehingga terjadi emisi thermis. Jadi dengan cara dipanaskan
atau diberi gelombang pendek elektromagnetik katoda dapat memancarkan
elektron lebih banyak. Makin pendek gelombang elektromagnetik yang

12

menumbuk katoda, maka makin besar arus yang mengalir dan sebaliknya
makin panjang gelombangnya, makin kecil arus yang terbaca di
galvanometer. Hal demikian dapat dipahami karena bila gelombang
elektromagnetik

panjang

gelombangnya

makin

pendek

berarti

frekuensinya makin besar dan energinya juga makin besar.

Gambar 2.4 Alat Foto Listrik


Karakteristik gelombang elektromagnetik ditentukan oleh panjang
gelombang, frekuensi, dan kecepatan. Kecepatan rambat gelombang
elektromagnetik di udara untuk semua panjang gelombang adalah sama
10

yaitu sama dengan kecepatan dalam ruang hampa c = 3x10 m/det.


C=v
dengan :
c : Kecepatan rambat dalam hampa (cm/det)
v : Frekuensi gelombang (cycle/det)
: Panjang gelombang, (cm)
Pemancaran energi radiasi elektromagnetik oleh sumbernya tidak
berlangsung secara kontinyu melainkan secara terputus-putus (diskrit),
sehingga berupa paket yang harganya tertentu yang disebut dengan
kuanta/foton. Besar energi kuanta tergantung pada frekuensi gelombang.
E =h v
dengan : E : Energi foton, (eV)
h : Tetapan Max Plank, (Joule/det)
v : Frekuensi gelombang, (cycle/det)

13

2.2.1 Pesawat Sinar-X


Untuk dapat menghasilkan suatu pencitraan sinar-X diperlukan
beberapa instrumetasi yang baku sebagai berikut :
a. Tabung sinar-X
Tabung sinar-X berisi filament yang juga sebagai katoda dan berisi
anoda. Filamen terbuat dari tungsten, sedangkan anoda terbuat dari logam
anoda (Cu, Fe atau Ni). Anoda biasanya dibuat berputar supaya
permukaannya tidak lekas rusak yang disebabkan tumbukan elektron.
b. Trafo Tegangan Tinggi
Trafo tegangan tinggi berfungsi pelipat tegangan rendah dari sumber
menjadi tegangan tinggi antara 30 kV sampai 100 kV. Pada trafo tegangan
tinggi diberi minyak sebagai media pendingin. Trafo tegangan tinggi
berfungsi untuk mempercepat elektron di dalam tabung.

Instrumentasi Sistem kontrol


Berfungsi sebagai pengatur parameter pada pengoperasian pesawat
sinar-X. Instrumentasi kontrol terbagi menjadi 5 modul yaitu :
a. modul Power supplay (Catu daya DC )
b. modul pengatur tegangan (kV)
c. modul pengatur arus (mA)
d. modul pengatur waktu pencitraan (S)
e. modul Kendali sistem
f. catu daya AC dari sumber PLN.

2.2.2 Terjadinya sinar - X


Pada peristiwa terjadinya tumbukan tak sempurna antara elektron
dengan atom anoda (target) akan terjadi dua hal sebagai berikut :
Terjadi radiasi yang dikenal dengan bremstrahlung yaitu elektron
yang mendekati atom target (anoda) akan berinteraksi dengan atom bahan
anoda, tepatnya dengan elektron luar atom tersebut. Ia mengalami
perlambatan sehingga mengeluarkan radiasi. Radiasi ini memiliki aneka
ragam panjang gelombang, oleh karena itu proses bremstrahlung dapat

14

dialami elektron berulang kali, sehingga spektrum radiasi ini bersifat


kontinyu. Spektrum sinar-X bremstrahlung seperti terlihat pada Gambar
2.5

Gambar 2.5 Spektrum sinar-X.


Jadi dalam proses ini akan terjadi spektrum kontinyu, spektrum
tersebut mempunyai frekuensi cut off (batasan) atau panjang gelombang
cut off yang tergantung pada potensial percepatan. Elektron-elektron yang
ditembakan akan mengeksitasi elektron dalam atom target. Jika elektron
yang ditembakkan cukup besar energinya maka akan mampu melepaskan
elektron target dari kulitnya. Kemudian kekosongan kulit yang
ditinggalkan elektron akan diisi oleh elektron yang lebih luar dengan
memancarkan radiasi. Transisi ini akan menyebabkan sederet baris (garisgaris) spektrum yang dalam notasi sinar-X disebut garis-garis K, K, K
dan seterusnya.

Gambar 2.6 Peristiwa tumbukan antar elektron dengan atom anoda

15

Elektron yang mendekati atom didalam anoda berinteraksi dengan


elektron dalam atom tersebut, berupa tumbukan lenting tak sempurna,
akibatnya elektron anoda terlepas dari kulitnya. Atom tertinggal dalam
keadaan bereksitasi yang dalam keadaan tidak stabil. Maka terjadilah
(dalam waktu 10-8 detik) pengisian kekosongan itu oleh elektron-elektron
yang lebih luar. Perpindahan kulit yang luar ke kulit yang dalam disertai
pancaran radiasi dengan panjang gelombang tertentu, maka radiasi ini
bersifat diskrit.

Gambar 2.7 Interaksi elektron dengan atom anoda

2.2.3 Berkas Sinar - X dan Pembentukan Citra


Berkas sinar-X dalam penyebarannya dari sumber melalui suatu
garis yang menyebar ke segala arah kecuali dihentikan oleh bahan
penyerap sinar-X. Oleh karena itu, tabung sinar-X ditutup dalam suatu
rumah tabung logam yang mampu menghentikan sebagian besar radiasi
sinar-X, hanya sinar-X yang berguna dibiarkan keluar dari tabung melalui
sebuah jendela / window. Sinar-X adalah sekumpulan foton yang
mempunyai energi tinggi, karena elektron memancarkan energi maka
energi kinetik elektron akan berkurang dan akhirnya akan kehilangan
seluruh energi kinetiknya.
Pada sistem pencitraan sinar-X diperlukan tegangan tinggi, dengan
tujuan agar dapat dihasilkan berkas sinar-X. Untuk itu rangkaian listriknya
dirancang sedemikian rupa sehingga tegangan tingginya dapat diatur
dengan rentang yang besar yaitu antara 30 kV sampai 500 kV. Jika kVnya

16

rendah maka sinar-X memiliki gelombang yang panjang sehingga akan


mudah diserap oleh atom dari target (anoda). Radiasi yang dihasilkan
dengan pengaturan tegangan yang cukup tinggi maka akan dihasilkan
sinar-X dengan daya tembus yang besar dan panjang gelombang yang
pendek. Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat
menembus suatu bahan, tetapi hanya sinar-X yang mempunyai energi yang
tinggi yang dapat menembus bahan yang dilaluinya, selain itu akan diserap
oleh bahan tersebut. Sinar-X yang mampu menembus bahan itulah yang
akan membentuk gambar atau bayangan.

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dan kualitas dari
citra. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi citra :
2.3. Pengaruh Arus Listrik (mA)
Arus listrik akan berpengaruh pada intensitas sinar-X atau derajat
terang/brighnees. Dengan peningkatan mA akan menambah intensitas
sinar-X dan sebaliknya. Oleh sebab itu derajat terang dapat diatur dengan
mengubah mA.
Pengaruh jarak dan waktu pencitraan (exposure).
Selain arus listrik (mA),

jarak dan waktu pencitraan juga

berpengaruh pada intensitas. Waktu exposure yang lama juga akan


meningkatkan

intensitas

dari

sinar-X.

Untuk

itu

dalam

setiap

pengoperasian pesawat sinar-X selalu dilakukan pengaturan waktu (S) dan


arus (mA) atau biasa disebut dengan mAS yang bergantung pada obyek
yang disinari. Jika tabung didekatkan pada obyek maka intensitas akan
naik dan hasil gambar jelas dan terang. Sebaliknya jika tabung dijauhkan
dari obyek maka intensitas akan menurun. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa cahaya dan sinar-X merambat dalam pancaran garis lurus yang
melebar.

17

Pengaruh Tegangan (kV)


Tegangan tinggi merupakan daya dorong elektron di dalam tabung
dari katoda ke anoda. Supaya dapat menghasilkan sinar-X, daya dorong ini
harus kuat sehingga mampu menembus obyek. Dengan demikian
perubahan kV sangat berpengaruh terhadap daya tembus sinarX.

Penyerapan Sinar-X
Penyerapan sinar-X oleh suatu bahan tergantung pada tiga faktor
sebagai berikut. :
a) Panjang gelombang sinar-X
b) Susunan obyek yang terdapat pada alur berkas sinar-X
c) Ketebalan dan kerapatan obyek
Jika kV rendah maka akan dihasilkan sinar-X dengan gelombang
yang panjang dan sebaliknya dengan kV tinggi maka panjang gelombang
sinar-X akan semakin pendek. Seperti dikutip dari hasil penelitian
didapatkan rumusan regresi linier tentang hubungan variabel berat badan,
tinggi badan dan tebal dada dengan faktor eksposi kV, dan hubungan
antara berat badan dan tebal dada dengan faktor ekspsoi mAs. Hasil
analisis multivariat diperoleh hubungan antara tebal dada dan berat badan
dengan faktor eksposi kV dengan rumus :

Y hat (kV) = 51,335 + 0,127 Berat Badan + 0,267 Tebal Dada.

Hubungan faktor eksposi dengan tebal tipisnya objek (rule of thumb) :


a) kV
Tiap bertambah atau berkurang 1 cm ketebalan objek tubuh maka kV
yang digunakan harus ditambah atau dikurangi:
2 kV jika kV < 80 kV
3 kV jika kV antara 80 kV sampai dengan 100 kV
4 kV jika kV > 100 kV
Catatan: pada mAs tetap FFD tetap dan yang lainnya juga tetap.

18

Menurut teori Prof. Van Der Plats didalam bukunya Medical x-ray
technic. Tiap kenaikan 1 cm kenaikan tebal tubuh penambahan kV yang
digunakan adalah 5% dari semula.

Misalnya kenaikan 3 cm dengan 50 kV mula-mula jadi kVyang akan


digunakan adalah :
1,05 x 1,05 x 1,05 = 1, 576 atau 1,16
50 kV + (16% x 60)
50 + 8 = 58 kV
Catatan: pada mAs tetap FFD tetap dan yang lainnya juga tetap.

b) mAs
Menurut Prof. Van Der Plats tiap tebal objek bertambah atau
berkurang 1 cm maka mAs juga bertambah atau berkurang 25%
contoh :
tebal dari 17 cm ke 20 cm menggunakan 20 mAs,
1,25 x 1,25 x 1,25 = 1,95
20 mAs + (95% x 20)
20 + 19 = 39 mAs
Jadi mAs yg digunakan adalah 39 mAs
Catatan: pada kV tetap FFD tetap dan yang lainnya juga tetap.

Hubungan Penggunaan kV dengan mAs


Tiap kenaikan 10 kV, mAs harus dikurangi 50% pada pemeriksaan
radiologi antara 30 60 kV untuk mendapatkan hasil yang sama.
Contoh :
60 kV dan 20 mAs akan mendapatkan hasil yang sama dengan 70
kV dan 10 mAs
Atau sebaliknya
60 kV dan 20 mAs akan mendapatkan hasil yang sama dengan 50
kV dan 40 mAs
Catatan: pada FFD tetap dan yang lainnya juga tetap.

19

Pemberian faktor eksposi kV pada Thorax PA dapat ditentukan


berdasarkan tebal dada dan berat badan pasien secara bersamaan.
Pemberian faktor ekposi mAs ditentukan berdasarkan tebal dada atau berat
badan pasien saja.
Penyerapan sinar-X oleh suatu bahan juga tergantung pada susunan
obyek yang dilaluinya, sedangkan susunan obyek tergantung pada nomor
atom unsur, misalnya nomor atom alumunium lebih rendah dari nomor
atom tembaga. Ternyata penyerapan sinar-X alumunium lebih rendah dari
penyerapan sinar-X oleh tembaga. Timah hitam mempunyai nomor atom
yang besar, maka daya serap terhadap sinar-X juga besar. Ketebalan dan
kerapatan suatu unsur bahan juga berpengaruh terhadap penyerapan sinarX. Bahan yang tebal akan lebih banyak menyerap sinar-X dibanding
dengan bahan yang tipis, tentunya pada unsur yang sama.
Penyerapan sinar-X oleh tubuh manusia pada proses foto Rontgen
dapat dijelaskan sebagai berikut. Tubuh manusia dibentuk oleh unsurunsur yang sangat komplek. Oleh sebab itu, penyerapan sinar-X oleh tubuh
pada proses Rontgen tidak sama, misalnya tulang akan lebih banyak
menyerap sinar-X dibanding dengan otot atau daging. Bagian tulang yang
sakit atau daging akan lebih besar menyerap sinar-X dibanding kondisi
normal. Usia juga akan menjadi penyebab perbedaan penyerapan sinar X.
Tulang orang tua yang telah kekurangan kalsium, maka penyerapan sinarX akan berkurang dibanding tulang anak muda

20

2.3

Teknik Postprosessing CT Angiografi


Ada beberapa macam teknik rekontruksi dalam pengambilan gambar
menggunakan CT Angiografi,beberapa diantaranya yang biasa digunakan
pada CTA saat ini adalah :
1. Multiplanar Reconstruction (MPR) termasuk sudut MPR
2. Maximum Intensity Projection (MIP)
3. Shaded surface distance SSD)
4. Volume Randering (VR)
5. Interactive Cine

1.

Multiplanar Reconstruction (MPR)


MPR adalah alat visualisasi gambar yang pertama yang digunakan

pada CTA. MPR ini sangat mudah dan cepat untuk merekonstruksi gambar
dibandingkan dengan teknik 3D yang lainya dan dapat membuat gambar
dari volume data set pada semua rencana termasuk kurva rencana.
Bagaimanapun juga MPR tidak begitu berguna untuk beberapa aplikasi
misalnya pada pembuatan gambar dari circum wilis dan intracranial
AVMs.Didalam penggunaan tanpa editing dianjurkan ketika menggunakan
MPR pada pemeriksaan CTA.

2.

Maximum Intensity Projection (MIP)


Alat visualisasi gambar dari MIP paling sering digunakan dalam

pemeriksaan CTA untuk memperlihatkan pembuluh darah. Ini sangat


popular pada CT dan MRI serta lebih akurat dibandingkan dengan SSD
(kyuzsak dan Fishman,1998). Walaupun MIP terbukti berguna pada CTA,
dianjurkan untuk menghilangkan struktur yang tidak diinginkan seperti
tulang dan kalsifikasi plaque untuk mencegah peninjau dari detail
intravaskular.biasanya alogaritma pada MIP dapat membuat Napel
(1995)yang menunjuk pada manik-manik atau air step artifak (tergantung
dari kategori artefak terkait dengan frekuensi data sampling). Hal ini dapat
dikurangi oleh rekonstruksi interval secara overlaping. MIP dapat

21

digunakan secara baik untuk memisahkan calsifikasi pada pembuluh


darah, lumen dan intravaskuler trombus.

3.

Shaded Surface Distance (SSD)


Pembuatan gambar SSD dianjurkan untuk sedikit mengedit

menghilangkan struktur yang overlaping penggelapan dari pembuluh


darah. Ini lebih cepat dari VR karena hanya menggunakan fraksi yang
kecil dari data set.karakteristik ini dapat menghasilkan artefak generation
dan gambar tidak begitu akurat. Gambar SSD berguna untuk menampilkan
hubungan dari pembuluh darah, asal pembuluh darah dan kontur
permukaan dari pembuluh darah

4.

Volume Rendering (VR)


Postprosesing yang lain untuk alat visualisasi gambar 3D yang

menjadi popular dan makin sering popular adalah VR. Volume rendering
menggunakan semua informasi yang terdapat pada axial data set untuk
menampilkan struktur internal( soft tisue,pembuluh darah, anatomi tulang )
dengan memberikan akurasi sama baiknya pada diameter pembuluh darah
dan hubungan 3D pembuluh darah. Di masa lalu VR hanya dilakukan pada
workstation yang bagus, tidak hanya mahal tetapi membutuhkan waktu
yang lama. Sekarang VR dapat dilakukan secara real-time sebanyak 5
sampai 10 frame rate per detik menggunakan workstation yang relatif tidak
mahal.
Beberapa aplikasi alat visualisasi pada berbagai klinis dan kondisi
medis :
MPR
- paling cepat postprosesingnya.
- Mudah digunakan
- Digunakan pada semua problem-solving tasks
- Gambaran arteri dan vena menunjukkan perbedaan kontras yang
berarti.
- Bagian Trombus pada aneurisma

22

- Calsifikasi pada aneurisma


- Pembedahan
- Topograpi pembuluh darah tumor 3D

SSD
- Anatomi pembuluh darah
- Hubungan pembuluh darah dan tulang
- Tidak ada informasi tentang lumen
- Pendesakan tulang oleh tumor pada pasien

MIP
- Gambaran 2D angiograpi yang berputar pada semua axes spatial
- Patologi kalsifikasi pada pmbuluh darah
- Gambaran paralel dari arteri dan vena
- Rencana terapeutik : TPA,stent,operasi
- Pengecekan setelah operasi pembuluh darah.
Bagaimanapun juga informasi dari voxel digunakan dalam
prosesing.

Perkembangan

dari

komputer

grafik

sekarang

dapat

memungkinkan untuk membuat proses gambar VR pada kecepatan tinggi


dan frame rate yang tinggi (5-20 frame/detik) dan itu merupakan hasil dari
VR real time. Kusyk dan Fishman (1998) menggambarkan empat Volume
Rendering (VR) intensitas parameter yang digunakan untuk keakuratan
dari pemeriksaan CTA. Parameter ini termasuk windowing ( window
width dan window level), keputihan gambar, ketajaman, dan akurasi.
Walaupun windowing mengijinkan pengamat untuk mencari densitas dan
kontras gambar sesuai dengan kebutuhan.
Ketajaman pada pengamat yang lain tergantung dari kemampuan
pengamat berkisar 0-100%. Kusyk dan Fishman melaporkan bahwa seting
ketajaman 100% berguna untuk range yang besar pada pemeriksaan.
Akhirnya VR merupakan hasil yang lebih akurat dari nomor masalah
dalam pembuluh darah ( misal stenosis ) dari pada SSD dan 3D MIP
(kusyk et al, 1997). Bagaimanapun juga ebert(1998) menunjukan bahwa

23

VR juga tidak tanpa masalah yaitu tergantung dari variasi pengamat.


Sekarang ini tekniknya sedang dikembangkan yang akan memperbaiki
konsistensi dari interpretasi diagnostik (kusyk dan fishman, 1998).

5.

CINE Interaktif
Perkembangan dari prosesig gambar dan penggambaran 3D telah

mencapi pandangan film. Cine Interaktif berarti melihat dan mengevaluasi


gambar pada axial data set oleh suatu wadah melalui set dari gambar.
Karena masing-masing gambar ini terpisah hanya beberapa waktu saja,
dan gambar yang terus menerus mengakibatkan gambar seperti bergerak
(seperti film). Jonshon et al (1998) mencatat bahwa walaupun gambar
axial

dapat

digunakan

untuk

diagnosis,

gambar

3D

membantu

mendemonstrasikan hubungan anatomi dan memperlihatkan pembuluh


darah yang berjalan pada z axis.
Postprosesing yang lain untuk alat visualisasi gambar 3D yang
menjadi popular dan makin sering popular adalah VR. Volume rendering
menggunakan semua informasi yang terdapat pada axial data set untuk
menampilkan struktur internal (soft tisue, pembuluh darah, anatomi tulang)
dengan memberikan akurasi sama baiknya pada diameter pembuluh darah
dan hubungan 3D pembuluh darah. Di masa lalu VR hanya dilakukan pada
workstation yang bagus, tidak hanya mahal tetapi membutuhkan waktu
yang lama. Sekarang VR dapat dilakukan secara real-time sebanyak 5
sampai 10 frame rate per detik menggunakan workstation.
Bagaimanapun juga informasi dari voxel digunakan dalam
prosesing.

Perkembangan

dari

komputer

grafik

sekarang

dapat

memungkinkan untuk membuat proses gambar VR pada kecepatan tinggi


dan frame rate yang tinggi (5-20 frame/detik) dan itu merupakan hasil dari
VR real time.

24

Kusyk dan Fishman (1998) menggambarkan empat Volume


Rendering (VR) intensitas parameter yang digunakan untuk keakuratan
dari pemeriksaan CTA. Parameter ini termasuk :
a) windowing( window width dan window level)
b) keputihan gambar,
c) ketajaman, dan
d) akurasi.
Walaupun windowing mengijinkan pengamat untuk mencari densitas
dan kontras gambar sesuai dengan kebutuhan. Ketajaman pada pengamat
yang lain tergantung dari kemampuan pengamat berkisar 0-100%. Kusyk
Dan Fishman melaporkan bahwa seting ketajaman 100% berguna untuk
range yang besar pada pemeriksaan. Akhirnya VR merupakan hasil yang
lebih akurat dari nomor masalah dalam pembuluh darah ( misal stenosis )
daripada SSD dan 3D MIP (kusyk et al, 1997). Bagaimanapun juga Ebert
(1998) menunjukan bahwa VR juga tidak tanpa masalah yaitu tergantung
dari variasi pengamat. Sekarang ini tekniknya sedang dikembangkan yang
akan memperbaiki konsistensi dari interpretasi diagnostik (kusyk dan
fishman, 1998).

2.3.1. Definisi CT Angiography


Keuntungan yang signifikan dari spiral/ kelikal CT aquisisi data
adalah aplikasi untuk gambar 3D dari struktur pembuluh darah dengan IV
injeksi dari kontras media aplikasi ini. CT angiography didefinisikan
sebagai beragam gambar CT dari pembuluh darah yang telah diputihkan
oleh media kontras (Kalender,1995). Selama aquisisi data spiral/ kelical
seluruh area yang menarik dapat di scan selama injeksi dari kontras.
Gambar

dapat

diambil

ketika

pembuluh

darah

penuh

untuk

mendemonstrasikan pulsa arteri/vena melalui aquisisi data dari keduanya


(arteri & vena). CTA telah digunakan sukses untuk nomor dari
pemeriksaan investigasi anatomi pembuluh darah , masalah dan penyakit
pd tertentu, teknik CT telah dipercaya berguna pada gambaran system

25

syaraf , abdomen dan aorta torax, peredaran darah ginjal dan mengevaluasi
system peredaran dari abdominal viscera (Fishman dan Jeffrey,1998).
CTA dasarnya adalah penggambaran 3D untuk menampilkan gambar
peredaran melalui intravena administrasi dari contras berbeda dari
intravena convensional angiography. Keuntungan dari CTA adalah itu
mempunyai special resolusi yang kecil (Rawlungs,1995).

Yang dibutuhkan
Paling tidak 4 langkah utama yang crasial untuk membawa
pemeriksaan CTA tindakan layanan yang hati-hati dari langkah ini akan
mengoptimalisasi pemerisaan dan menghasilkan qualitas gambar yang
baik yang akan membuat dari radiologi membuat keputusan yang akurat
langkah ini termasuk sebagai berikut :
a) persiapan pasien
b) parameter aquisisi
c) media kontras administrasi

a. Persiapan Pasien
Pemeriksaan CTA yang sukses tergantung pada persiapan hati-hati
dari pasien sebelum pemeriksaan. Pemeriksaan yang dibutuhkan
radiografer dan dokter radiologi bekerja bersama untuk mendapatkan
informasi yang tepat dari pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien
mengerti prosedur teknik tahan nafas. Nomor dari skema persiapan pasien
didiskripsikan oleh beberapa investigator untuk cakupan luas dari aplikasi
CTA (fishman dan Jeffrey,1998) Smith dan Fishman 98 mendiskripsikan
skema.
Proses 3D CTA, riwayat pasien harus ditambahkan untuk identifikasi
pasien dengan riwayat alergi, disfungsi ginjal, sakit jantung dan astma.
Premedikasi steroid harus dilihat dari pasien dengan riwayat alergi iodine/
reaksi sebelumnya untuk mengiodinasi contras agent. Pasien dengan
riwayat gagal ginjal seharusnya dievaluasi dengan level creatine dan level
urea nitrogen dalam darah sebelumnya dilakukan pemeriksaan. Air (750

26

ml) digunakan sebagai kontras negative sebelum pemeriksaan, contrast


agent positiv tidak ditambahkan karena dapat menimbulkan artefak dan
intertef dengan evaluasi dari 3D CTA. Pasien diinstruksikan untuk tahan
nafas dan praktekan dengan pasien sebelum pemeriksaan itu akan
membantu

suksesnya

pemeriksaan

dari

gerakan.

Hyperventilation

dilakukan secepatnya sebelum pasien tidak kuat menahan nafas.


Pindahkan dan amankan dari 20 gauge pada area antecubital untuk
amankan dilakukan fokus IV contrast agent.

b. Parameter Aquisisi
Pada umumnya, pemeriksaan rutin CTA prosedur dilakukan
pemeriksaan CTA pemeriksaan rutin menyediakan beberapa peristiwa dari
cakupan anatomy untuk discan. Salah satu jarak scan/ cakupan scan
R(mm) telah dibedakan, nomor dari parameter harus hati-hati memilih
untuk optimalisasi kualitas gambar 3D dan akurasi dari pemeriksaan CTA.
Parameter ini termasuk waktu scan, TSE

Gambar 2.8 Perbandingan CTA dan Angiografi Konvensional

Perbandingan keuntungan CTA dan Angiografi Konvensional.


Angiografi Konvensional
System biplane dapat meminta paling tidak 2 sudut dari pemberian
struktur pembuluh darah per contrast injeksi ketika dibutuhkan, melihat

27

alternatif dan pemeriksaan dari struktur tambahan dibutuhkan kembali


ditambahkan eksposisi dan media kontras.
Penusukan dibuat, pasien harus sembuh dari prosedur dengan
perawatan tertutup dan bedrest minimal 6-8 jam. Waktu recovery secara
signifikan untuk biaya dari pemeriksaan.
Complikasi serius dari angiography dapat termasuk reaksi dari media
contrast, dan trombolic complikasi dari arterisasi dapat menjadi stroke,
arteri pecah, pseudoaneurisma, perdarahan arteri, menggunakan cerebral
angiography sebagai

contohnya untuk komplikasi neurologic dapat

menjadi serangan stroke sebesar 4% dan resiko dari perkembangan


permanen kekurangan syaraf dari tidak dapat stroke kira-kira 1%.

2.3.2. CT Angiography

CTA membutuhkan seluruh volume dari data 3D menggunakan


sekali injeksi dari MK. Itu dapat direkonstruksikan untuk iodine/ x-ray
exposure minimal observasi prosedur.

Melalui media kontras sama perihal injeksi intravena secara


signifikan mengurangi resiko komplikasi trombolic

CTA adalah pemeriksaan struktur 3D dimana jaringan yang tidak


diinginkan mungkin dihilangkan oleh post procesing.

CTA adalah modalitas gambar krosektional yang menampilkan


jaringan diskriminasi secara baik, seperti mempunyai alat untuk depiting
trombosit mural, kalsifikasi, dan dimensi mural sesungguhnya.

Kolimasi mempengaruhi spacial resolusi (z-axis) atau longitudinal


resolusi. Kolimasi dari 1mm menggunakan nilai MA rendah dari CT
konventional. Perlu diingat trade of diantara noice dan resolusi kontras.

28

Kolimasi 3mm biasanya digunakan pada CTA abdomen untuk melihat


siliaka, mecenterika superior dan arteri ginjal ( Jefrey, 1998).
Pitch adalah rasio dari jarak meja per 360 derajat perotasi untuk
jarak kolimasi. Penambahan pitch dapat menambah volume cakupan tetapi
mengurangi spacial resolusi. Pada kasus ini ( kusz dan fisman 1998)
menebak bahwa pitch dari 2 menyediakan cakupan area dari animasi
(smith dan fisman 1998) juga mempengaruhi kualitas dari pemeriksaan
adalah pemilihan dari nilai KVP dan MA dan interval rekonstruksi
gambar. Pemilihan dari KvP dan mA pada pemeriksaan CTA biasanya
ditentukan dari ukuran tubuh pasien dan level dari noise pada gambar.
Untuk maintain sinyal rasio yang baik, kVp dan mA harus dibenarkan (
Kaleder, 1995) memberikan point bahwa walaupun kVp digunakan, nilai
mA dipilih berdasarkan dari ukuran tubuh pasien yang akan diperiksa.
Noise juga efek dari nilai mA (Kalender, 1995) juga mencatat bahwa tidak
penting menambah nilai mA untuk pemeriksaan CTA spiral dibadingkan
dengan pemeriksaan spiral standart dari bagian tubuh yang sama. Interval
rekonstruksi gambar menunjukan celah diantara pusat dari slice.
Rekonstruksi interval sangat penting ksarena peraturan dari kualitas
gambar 3D CTA.

2.4.

Media Kontras
Media kontras mulai menarik perhatian sejak 1896, segera setelah
diperkenalkan pertama kalinya X-rays oleh Roentgen. Saat itu dipakai
sodium iodida dengan komponen lainnya. Kemudian pada tahun 1900
dikenal media kontras monomer ionik (seperti Conray, Renografin
Urografin) yang mengandung 3 atom iodine menggantikan cincin benzene
dengan disosiasi rantai cabang. Osmolalitasnya berkisar 1200-2000
mOsm/l.
Mengingat toksisitas kontras hipertonus, kemudian berkembang
media kontras monomer nonionik pertama dengan kemampuan radioopak
yang sama tapi karena tidak terdapat disosiasi rantai cabang maka
osmolalitasnya menurun. Selanjutnya media kontras dimer ionik dan non-

29

ionik dikembangkan dengan osmolalitas yang juga rendah mendekati


osmolalitas darah, kurang lebih 300mOsm/l, sehingga menurunkan efek
samping. Media kontras dimer nonionik mempunyai 6 atom iodine per
molekul, secara teori osmolalitasnya turun hingga 50%, mendekati
osmolalitas darah dan efek sampingnya juga menurun.

2.4.1 Tinjauan Teoritis Bahan


Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk
meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah
pencitraan diagnostic medik. Bahan kontras dipakai pada pencitraan
dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (Bahan kontras
positif) yang akan dibahas lebih luas disini atau menurunkan daya
attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar udara atau
gas). Selain itu bahan kontras juga digunakan dalam pemeriksaan MRI
(Magnetic Resonance Imaging), namun metode ini tidak didasarkan pada
sinar-X tetapi mengubah sifat-sifat magnetic dari inti hidrogen yang
menyerap bahan kontras tersebut. Penggunaan media kontras pada
pemerikasaan radiologi bermula dari percobaan Tuffier pada tahun 1897,
dimana dalam percobaannya ia memasukkan kawat kedalam ureter melalui
keteter., sehingga terjadi bayangan ureter dalam radiograf. Percobaan
selanjutnya

yaitu

dengan

menggunakan

kontras

cair

untuk

menggambarkan anatomi dari traktus urinarius. Kontras tersebut


diantaranya : koloid perak,bismut,natrium iodida,perak iodida, stronsium
klorida, dan sebagainya. Berangsur-angsur metode tersebut mulai
ditinggalkan karena menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Infeksi,
trauma jaringan, terjadinya emboli, dan deposit perak dalam ginjal
merupakan akibat sampingan yang tidak bisa dihindari. Berpijak dari
pengalaman-pengalaman terdahulu kemudian para ahli radiologi sepakat
untuk megadakan pembaharuan dalam pemakaian media kontras pada
pemeriksaan radiologi. Dan pada tahun 1928 seorang ahli urologi,
Dr.Moses Swick bekerjasama dengan Prof.Lichtwitz,Binz, Rath, dan
Lichtenberg memperkenalkan penemuannya tentang media kontras iodium

30

water-soluble yang digunakan dalam pemeriksaan urografi secara


intravena. Media kotras yang berhasil disintesa, diantranya adalah :sodium
iodopyridone-N-acetic acid yang disebut Urosectan-B (Iopax), dan sodium
oidomethamate yang disebut Uroselectan-B (Neoiopax). Dari segi
radiograf kedua macam media kotras tersebut memberikan hasil yang
memuaskan, namun dari pasiennya masih menimbulkan efek yang
merugikan, yaitu : mual dan muntah. Selanjutnya Dr.Swick dan kawankawan melanjutkan usahanya dengan mengembangkan Iodopyracet yang
sementara waktu bisa menggantikan kedudukan Neoiopax dalam
pemerikasaan Urografi intra vena. Usaha mengembangkan media kontras
pun terus berlanjut. Mulai pertengahan tahun 1950 semua jenis media
kontras untuk pemakaian secara intravaskuler untuk pemakaian secara
intravaskular mulai mengalami pergantian. Mulai periode ini media
kontras intravaskular menggunakan molekul asam benzoat sebagai bahan
dasarnya dengan mengikat tiga atom iodium. Dari hasil uji coba
membuktikan bahwa media kontras jenis ini memiliki kelebihan dibanding
dengan jenis media kontras sebelumnya. Jenis media kontras tersebut
diantarannya ; acetrizoate dibuat tahun 1950, diatrizoate tahun 1954,
metrizoate tahun 1961, iothalamate tahun 1962, iodamide tahun 1965 dan
ioxithalamate tahun 1968. Akhirnya media kontras yang dapat pula
digunakan secara intravaskular secara kontinyu terus mengalami
penyempurnaan. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa ionisitas dan
osmolalitas merupakan kunci utama terjadinya keracunan pada pasien.
Kemudian mulai tahun 1969 dr.Torsten Almen mengembangkan jenis
media kontras non-ionik dengan osmolalitas yang cukup rendah. Mulamula ia mengadakan penelitian terhadap keluarga Metrizamide yang
sebelumnya dipakai pada pemeriksaan mielografi. Dengan diciptakannya
media kontras water soluble untuk pemeriksaaan mielografi, penggunaan
secara intravaskular mulai dipelajari. Hasil akhir penelitian memberikan
jalan yang terbaik untuk segala macam pemeriksaan radiologi yang
menggunakan media kontras iodium non-ionik water-soluble secara
intravaskular Ada dua jenis bahan baku dasar dari bahan kontras positif

31

yang digunakan dalam pemeriksaan dengan sinar-X yaitu barium dan


iodium. Sebuah tipe bahan kontras lain yang sudah lama adalah Thorotrast
dengan senyawa dasar thorium dioksida, tapi penggunaannya telah
dihentikan karena terbukti bersifat karsinogen.

Ada beberapa syarat-syarat Bahan Kontras Media :


1. Tidak merupakan racun dalam tubuh.
2. Dalam konsentrasi yang rendah telah dapat membuat
3. Perbedaan densitas yang cukup.
4. Mudah cara pemakaiannnya.
5. Secara ekonomi tidak mahal dan mudah diperoleh dipasaran.
6.

Mudah dikeluarkan dari dalam tubuh/larut sehingga tidak


mengganggu organ tubuh yang lain.

Fungsi dari kontras media :


a. Memperlihatkan bentuk anatomi dari bagian yang diperiksa.
b. Memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa.

Yang Harus Diingat :


Setelah kontras media masuk melalui pembuluh darah, dia tidak
menetap disitu tetapi :
1. Difusi ke cairan tubuh, khususnya cairan ekstraseluler.
2. Dalam beberapa saat sampai ke arteri ginjal. Di eksresi oleh ginjal
kedalam Calic Pelvis.

2.4.2 Pengaruh Ion


Antara kontras media ionik dan non ionik terdapat perbedaan yang
jelas, karena masih mengandung ion dalam pada molekulnya dan yang lain
tidak. Ion-ion dalam cairan kontras media tersebut dapat terlepas dan akan
mempengaruhi struktur jaringan dalam tubuh. Jika disuntikan karena
terjadi ion interchange diantara sel-sel tubuh dengan kontras media ionik

32

yang masuk, hal ini berakibat efek samping seperti mual dan alergi,
muntah, pusing, bahkan panas dan shock anafilaktik.

Ikatan Ion Kontras Media dalam X-Ray dibagi menjadi 2 yaitu :


1) Ionik kontas media masih mempunyai ikatan dalam molekul
garamnya.
2) Non Ionik kontras media yang tidak mempunyai ion didalam
molekul garamnya.
Jenis Bahan Kontras Media
Ionik Monomer terdiri dari :
1) 3 atom yodium
2) Ion
3) 1 gugus karboxil peranion
4) Osmolalitas tinggi
Ionik Dimer terdiri dari :
1) 6 atom yodium
2) Ion
3) 1 gugus karboxil dan hidroxil
4) Osmolalitas rendah

Non Ionik Monomer terdiri dari :


1) 3 atom yodium
2) tanpa ion
3) tanpa gugus karboxil
4) 4 sampai 6 gugus hidroxil
5) osmolalitas rendah
Non Ionik Dimer terdiri dari :
1) 6 atom yodium
2) tanpa ion
3) tanpa gugus karboxil
4) lebih dari 8 gugus hidroxil
5) hiposmolar/isosmola

33

Prinsip Fisika Media Kontras pada Imaging


Timbulnya kontras gambaran hitam putih pada imejing dari media
kontras dan jaringan sekitarnya karena prinsip ATENUASI. Atenuasi
terjadi bila ada perbedaan penyerapan radiasi sinar-X yang disebabkan
karena nomor atom yang berbeda, kerapatan organ, ketebalan objek
berbeda.

Penyebab Reaksi Terhadap Bahan Kontras Media


Khemotoksisitas :
1) Struktur kimia molekul
2) Hidroksil banyak, reaksi rendah
3) Ikatan dengan protein plasma/membran sel, memblok enzim,
mengubah fungsi seluler, melepas substasnsi vasoaktif.
Osmotaksisitas :
1) Efek Osmotik menarik air molekul membran dalam tubuh.
2) Hypertonik bahan kontras media terhadap plasma,
3) Menyebabkan rasa sakit (pain), vasodilitasi, hipotensi, kekakuan
sel eristrosit.

Toksisitas Ion adalah Jumlah ion-ion yang bersentuhan dengan fungsi


seluler.
Dosis ialah besaran yang menyebabkan terjadinya reaksi lebih besar.
Sebagian besar reaksi kontras media adalah ringan kontras media
non ionik terbukti lebih sedikit reaksi anafilaktik dari pada kontras media
ionik. Diperkirakan rekasi kontras media non ionik 3-10 kali lebih rendah
daripada kontras media ionik. Kontras media ionik lebih bereaksi
dibanding non ionik karena kontras media ionik masih mengandung ion
dan ketika masuk kedalam tubuh, ion-ion tersebut dilebihkan dan terjadi
intercemible didalam sel-sel tubuh kita dan kontras media ionik
mempunyai osmolaritas yang tinggi, maka akan bereaksi.
Berikut adalah ukuran untuk pemberian dosis zat kontras kepada
pasien menurut salah satu merk,IOPAMIRO

34

ANGIOGRAPHY
Cerebral
arteriography
Coronary
arteriography
Thoracic
aortography
Abdominal
aortography
Angiocardiography
Selective visceral
arteriography
Peripheral
rteriography
Digital subtraction
angiography
Venography

Concentration

Recommended dosage

(mg iodine/ml)

(ml)

300

5-10 (bolus)

370

8-15 (bolus)

370

1.0-1.2 / kg

370

1.0-1.2 / kg

370

1.0-1.2 / kg

300-370

depending on examination

300-370

40-50

150-370
300

depending on examination
30-50

Tabel 2.1 Takaran Dosis untuk masing-masing za tkontras

Anda mungkin juga menyukai