Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
A. Mari Mengenal Hikmah
1. Pengertian Hikmah dan Ruang Lingkupnya
Secara bahasa, al-hikmah berarti kebijaksanaan, pendapat
atau pikiran yang bagus, pengetahuan, filsafat, peribahasa
kata-kata bijak, dan al-Quran. Menurut al-Maraghi dalam kitab
Tafsirnya menjelaskan bahwa al-hikmah sebagai perkataan
yang tepat lagi tegas yang diikuti dengan dalil-dalil yang dapat
menyingkap kebenaran. Sedangkan menurut Toha Jahja Omar,
hikmah adalah bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada
tempatnya,

dan

kitalah

yang

harus

berpikir,

berusaha,

menyusun, mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada


keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal
yang dilarang oleh Allah sebagaimana dalam ketentuan hukumNya.
Orang yang dianugerahi hikmah adalah orang yang
mempunyai ilmu mendalam dan mampu mengamalkannya
secara nyata
berusaha

dalam

untuk

perbuatan.

kehidupan. Orang-orang

menyelaraskan

Mereka

selalu

antara

menempatkan

ini

selalu

perkataan

dan

sesuatu

pada

tempatnya (dalil) dan melakukan atau meninggalkan sesuatu


sesuai dengan apa yang seharusnya wajib atau tidak wajib.
Mereka juga mampu memahami dan menerapkan hukumhukum Allah.
Dalam kata al-hikmah terdapat makna pencegahan, dan ini
meliputi beberapa makna, antara lain:
Adil akan mencegah pelakunya dari terjerumus ke dalam
kezaliman.
Hilm akan mencegah pelakunya dari terjerumus ke
dalam kemarahan.

Ilmu akan mencegah pelakunya dari terjerumus ke


dalam kejahilan.
Nubuwwah, seorang nabi tidak lain diutus untuk
mencegah manusia dari menyembah selain Allah SWT,
dan dari terjerumus ke dalam kemaksiatan serta
perbuatan dosa. Al-Qur;an dan seluruh kita samawiyyah
diturunkan oleh Allah agar manusia terhindar dari syirik,
mungkar, dan perbuatan dosa.
2. Keutamaan Hikmah
Diantara keutamaan berakhlak hikmah antara lain adalah:
Memiliki

rasa

melaksanakan

percaya
dan

diri

membela

yang

tinggi

kebenaran

dalam
ataupun

keadilan
Menjadikan ilmu pengetahuan sebagai bekal utama yang
terus dikembangkan
Mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan
beragam pendekatan dan bahasaan
Memiliki semangat juang yang tinggi untuk mensyiarkan
kebenaran dengan beramar makruf nahi mungkar
Senantiasa berpikir positif untuk mencari solusi dari
semua persoalan yang dihadapi
Memiliki daya penalaran yang obyektif dan otentik dalam
semua bidang kehidupan
Orang-orang yang dalam perkataan dan perbuatannya
senantiasa selaras dengan sunnah Rasulullah

3. Contoh Pengamalan Hikmah


Adapun contoh pengamalan hikmah dalam kehidupan
sehari-hari ialah sebagia berikut:

Ketika seorang istri bercerai dari suaminya, atau sebaliknya,


selalu ada hikmah yang terpetik. Di antaranya, kesempatan bagi
kedua belah pihak untuk menyadari bahwa ada yang lebih peting

untuk dicintai, yaitu Allah.


Ketika seorang anak kehilangan ayah ibunya, atau sebaliknya,
gunakan kesempatan ini untuk menyadari bahwa ada Allah yang

tidak akan pernah menghilangkan dari sisi kita.


Jika kita mencintai anak kita, boleh jadi ia akan mencintai seumur
kita. Jika kita menyayangi anak kita, boleh jadi kita pun menyayangi
seumur perasaan kehilangan terhitung sejak anak kita meninggal.
Mungkin. Namun, jika mencintai Allah, Dialah Sang Abadi yang
tidak akan pernah mati.

B. Mari Mengenal Iffah


1. Pengertian Iffah
Secara bahasa, iffah adalah bentuk masdar dari affayaiffu-iffah yang berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik,
ffah juga berarti kesucian tubuh. Secara istilah, iffah adalah
memelihara kehormatan diri dari segala hal-hal yang akan
merendahkan, merusak dan menjatuhkannya.
2. Iffah di dalam Kehidupan
Iffah hendaklah dilakukan setiap waktu agar tetap berada dalam
keadaan kesucian. Hal ini dapat dilakukan dimulai dengan
memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana dan anganangan yang buruk. Sedangkan kesucian diri terbagi ke dalam
beberapa bagian, yaitu:

a) Kesucian panca indra

Artinya:Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah


hendaklah menjaga kesucian dirinya sampai Allah menjadikan
mereka mampu dengan karunia-Nya. (An-Nur: 33).
b) Kesucian dari memakan harta orang lain

Artinya: Orang yang tidak tahu menyangka mereka (orangorang fakir) itu adalah orang-orang yang berkecukupan karena

mereka taaffuf (menahan diri dari meminta-minta kepada


manusia). (Al-Baqarah: 273).
c) Kesucian Jasad

Artinya: Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anakanak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang (Qs. Al-ahzab :59)
d) Kesucian Lisan
Mengenai kesucian lisan terdapat pada Quran Surah Al-Ahzab
ayat 70 sampai dengan 71 yang artinya: Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan
yang benar, Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu
dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan Barangsiapa mentaati

Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat


kemenangan yang besar. (Q.S Al-Ahzab : 70-71)
3. Keutamaan Iffah
Adapun usaha yang ditempuh untuk mendapatkan keutamaan
iffah adalah:

Memalingkan jiwa dari ketergantungan kepada makhluk dengan


menjaga kehormatan diri sehingga tidak berharap mendapatkan
apa yang ada di tangan orang lain, sehingga tidak meminta kepada
makhluk, baik secara lisan (lisanul maqal) maupun keadaan (lisanul

hal).
Memutus ambisi hati dan meminta dengan lisan untuk menjaga
kehormatan diri serta menghindar dari berutang budi kepada
makhluk serta memutus ketergantungan hati kepada mereka,
merupakan sebab yang kuat untuk mencapai iffah.
Penyempurna perkara di atas adalah memaksa jiwa untuk
melakukan hal kedua, yaitu merasa cukup dengan Allah taala,
percaya dengan pencukupan-Nya. Siapa yang bertawakal kepada
Allah taala, pasti Allah taala akan mencukupinya.
Yang pertama merupakan perantara kepada yang kedua ini,
karena orang yang ingin menjaga diri untuk tidak berambisi terhadap
yang dimiliki orang lain, tentu ia harus memperkuat ketergantungan
dirinya kepada Allah taala, berharap dan berambisi terhadap
keutamaan

Allah

taala

dan

kebaikan-Nya,

memperbaiki

persangkaannya dan percaya kepada Rabbnya. Allah taala itu


mengikuti persangkaan baik hamba-Nya. Bila hamba menyangka
baik, ia akan beroleh kebaikan. Sebaliknya, bila ia bersangka selain
kebaikan, ia pun akan memperoleh apa yang disangkanya. Setiap
hal di atas meneguhkan yang lain sehingga memperkuatnya.
Semakin kuat ketergantungan kepada Allah taala, semakin lemah
ketergantungan terhadap makhluk. Demikian pula sebaliknya.

Adapun contoh pengamalan ahklak terpuji Iffah adalah


menjaga kesucian diri yaitu seorang lelaki tidak berkhalwat dengan
seorang wanita yang tidak halal baginya. Serta berusaha menolak
ajakan maksiat.
C. Mari Mengenal Syajaah
1. Pengertian Syajaah
Secara etimologi, kata al-syajaah berarti berani, kata ini
digunakan untuk menggambarkan kesabaran di medan perang.
Dalam kamus Bahasa Arab, kata syajaah artinya keberanian atau
keperwiraan, yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu
karena dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau
keberanian dalam mengerjakan sesuatu. Lawan katanya adalah aljabn yang berarti pengecut. Sehingga secara istilah dapat diartikan
sebagai sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau bahaya
yang mengancam.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa sumber keberanian berasal dari hal-hal berikut:

Rasa takut kepada Allah SWT


Lebih mencintai akhirat daripada dunia
Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang.

2. Macam-macam Syajaah
Syajaah dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:
Syajaah harbiyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau
tampak, misalnya keberanian dalam medan tempur di waktu
perang.
Syajaah nafsiyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau
penderitaan dan menegakkan kebenaran.

Keberanian terpuji (al-mahmudah) adalah keberanian yang


mendorong seseorang untuk berbuat maksimal dalam setiap
peranan diemban, inilah hakikat pahlawan sejati.
Keberanian tercela (al-mazmuumah) adalah keberanian yang
mendorong seseorang untuk berbuat tanpa perhitungan dan
tidak tepat penggunaannya.
Menurut

Ibnu

Miskawih,

sifat

Syajaah

mengandung

keutamaan-keutamaan sebagai berikut:


Jiwa besar, yaitu sadar akan kemampuan diri dan sanggup
melaksanakan

pekerjaan

besar

yang

sesuai

dengan

kemampuannya.
Tabah, yaitu tidak segera goyah pendirian, bahkan setiap
pendirian keyakinan deipegangnya dengan mantap
Keras Kemauan, yaitu bekerja sungguh-sungguh dan tidak
berputus asa serta tidak mudah dibelokkan dari tujuan yang
diyakini
Ketahanan, yaitu tahan menderita akibat perbuatan dan
keyakinannya
Tenang, yaitu berhati tenang, tidak selalu menuruti perasaan
(emosi) dan tidak lekas marah
Kebesaran, yaitu suka melakukan pekerjaan yang penting
atau besar

3. Hikmah Syajaah
Dalam ajaran Islam sifat perwira ini sangat dianjurkan untuk
dimiliki setiap muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga
dapat mendatangkan berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama
berbangsa dan bernegara. Syajaah (perwira) akan menimbulkan
hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa,
memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang, mencintai. Akan
tetapi apabila seorang terlalu dominan keberaniannya, apabila tidak
dikontrol

dengan

kecerdasan

dan

keikhlasan

akan

dapat

memunculkan sifat ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, udzub.

10

Sebaliknya jika seorang mukmin kurang syajaah, maka akan dapat


memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati dan
sebagainya.
Contoh pengamalan akhlak terpuji Syajaah antara lain sebagai
berikut:

Keberanian Jihad Fii Sabilillah (mengahadapi musuh dalam

peperangan).
Keberanian menyatakan kebenaran (kalimah al-haq) meskipun di

depan penguasa yang zalim.


Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah sekalipun dia
mampu melampiaskannya.

D. Mari Mengenal Adalah


1. Pengertian Adalah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah (adil) diartikan
dengan tidak berat sebelah, tidak memihak, berpegang kepada
kebenaran,

dan

tidak

semena-mena

terhadap

suatu

pihak.

Sedangkan dalam istilah syariat adil berarti tetap dalam pendirian


dalam mengikuti jalan yang benar serta menjauhi perbuatan yang
dilarang serta kemampuan akal dalam menundukkan hawa nafsu.

2. Bentuk Adalah
Adapun bentuk-bentuk dari Adalah ialah:
Adil terhadap Allah, artinya menempatkan Allah pada tempatnya
yang

benar,

yakni

sebagai

makhluk

Allah

dengan

teguh

melaksanakan apa yang diwajibkan kepada kita, Sehingga benar

benar Allah sebagai Tuhan kita.


Adil terhadap diri sendiri, yaitu menempatkan diri pribadi pada
tempat yang baik dan benar. Untuk itu kita harus teguh, kukuh
menempatkan diri kita agar tetap terjaga dan terpelihara dalam
kebaikan dan keselamatan. Untuk mewujudkan hal tersebut kita
harus memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta menghindari
segala perbuatan yang dapat mencelakakan diri.
11

Adil terhadap orang lain, yakni menempatkan orang lain pada


tempatnya yang sesuai, layak, dan benar. Kita harus memberikan
hak orang lain dengan jujur dan benar tidak mengurangi sedikitpun

hak yang harus diterimanya.


Adil terhadap mahkluk lain, artinya dapat menempatkan mahkluk
lain pada tempatnya yang sesuai, misalnya adil kepada binatang,
harus

menempatkannya

pada

tempat

yang

layak

menurut

kebiasaan binatang tersebut.


3. Kedudukan dan Keutamaan Adalah
Adapun yang menjadi keutamaan dan kedudukan dari sikap
Adalah sebagai berikut:

Terciptanya rasa aman dan tentram karena semua telah merasa

diperlakukan dengan adil


Membentuk pribadi yang melaksanakan kewajiban dengan baik
Menciptakan kerukunan dan kedamaian
Keadilan adalah dambaan setiap orang yang harus ditegakkan

demi masayarakat, bangsa dan negara.


Begitu mulianya orang yang bersikap adil sehingga Allah tidak akan
menolak doanya.

12

Anda mungkin juga menyukai