Anda di halaman 1dari 3

Catatan Farmakologi

Infeksi Tuberkulosis
-

Mycobacterium tuberculosis
TB= silent (tanpa simptom)/ latent infection or a progressive/ active disease
Penyebaran:
o Awalnya (sekarang sudah jarang): Minum susu yang terkontaminasi
Mycobacterium bovis (bakteri yang menyebabkan penyakit serupa
pada cattle and other livestock) Pasteurisasi
o Penyebaran melalui udara
Gejala Klinik:
Luaran Terapi:
o Identifikasi cepat kasus TB baru
o Inisiasi pengobatan antituberkulosis spesifik
o 3. Prompt resolution of the signs and symptoms of disease
o Pencapaian fasa noninfkesi sehingga mengakhiri isolasi
o Kepatuhan (Adherence) regimen obat oleh pasiean
o Menyembuhkan pasien secepat mungkin (umunya 6 bulan terapi)
Monoterapi hanya untuk pasien yang bukan TB aktif (infeksi laten, yang
diketahui dari skin test positif)
TB aktif harus diterapi minimal 2 kombinasi obat dan umumnya 3-4 obat
Durasi pengobatan tergantung dari kondisi host, tingkat penyakit, adanya
resistensi, dan toleransi obat

Terapi Tubrekulosis
Rifampin and isoniazid are the best drugs for preventing drug resistance, followed
by ethambutol, streptomycin, and pyrazinamide.
A. Terapi nonfarmakologi
Bertujuan:
1. Mencegah penyebaran TB
2. Menemukan dimana TB telah menyebar menggunakan contact investigation
3. Memperbaiki kondisi pasien kepada berat normalnya dan sehat
Terapi nonfarmakologi dapat berbentuk:
1. Dukungan nutrisi
2. Pembedahan untuk membuang jaringan paru yang rusak, tuberkulomas dan
lesi ekstrapulmonari tertentu
3. Vaksin TB, mencakup BCG dan M. vaccae
B. Terapi farmakologi
1. Infeksi laten
- Isoniazid 9 bulan

Kunci sukses terapi LTBI (latent TB infection)


o Infeksi oleh isolat yang peka terhadap isoniazid
o Adherence pada regimen 9 bulan
o Tidak ada exogenous reinfection
Pilihan terapi
o Isoniazid 9 bulan; Dosis dewasa Isoniazid: 300 mg setiap hari (5-10
mg/kgbb)
o Isoniazid 9 bulan (direkomendasikan) atau 6 bulan; 900 mg dua kali
seminggu dan dilakukan pemantauan terapi (pilihan untuk pasien yang
kurang adherence)
o Rifampin 4 bulan; 600 mg setiap hari dapat digunakan jika diduga ada
resistensi isoniazid atau ketika pasien tidak dapat mentoleransi
isoniazid
o Rifambutin 300 mg setiap hari dapat menggantikan rifampin (untuk
pasien dengan risiko tinggi interaksi obat)
o Kombinasi pirazinamid + rifampin tidak direkomendasikan lagi karena
tingginya laju hepatotoksisitas, ketika diduga ada resistensi isoniazid
dan rifampin, tidak ada regimen yang terbukti efektif.
Aturan minum Isoniazid: dalam kondisi perut kosong dan antasida harus
dihindari selama 2 jam setelah minum obat
Perhatian: wanita hamil, alkoholik, dan pasien dengan diet yang kurang baik,
menerima isoniazid harud diberikan piridoksin (vitamin B6) 10-50 mg
setiap hari untuk menurunkan insidensi efek SSP atau neuropatik
peripheral.

2. TB aktif
- Antituberkulosis utama: isoniazid dan rifampis, selalu dikombinasi jika
memungkinkan
- Uji kepekaan obat harus dilakukan pada isolat awal pasien TB aktif, sebagai
panduan memilih terapi
- Jika data kepekaan dari pasien tidak dapat tersedia, maka digunakan data
kepekaan dugaan sumber infeksi atau data kepekaan regional.
- Resistensi harus dicurigai terjadi pada pasien yang melakukan pengobatan
ulang (retreatment), sehingga harus kembali dilakukan uji kepekaan isolat
dari specimen pasien
- Regimen TB standar:
o 6 bulan= isoniazid-rifampin-pyrazinamide-ethambutol (2 bulan) +
isoniazid-rifampin (4 bulan).
o Jika terdapat kepekaan terhadap isoniazid-rifampin-pyrazinamide,
ethambutol dapat dihentikan kapan saja
o Tanpa pirazinamid isoniazid-rifampin (9 bulan)

Anda mungkin juga menyukai