Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ikterus neonatorum merupakan masalah yang sering dijumpai pada
perawatan bayi baru lahir normal, khususnya di Asia, yaitu munculnya warna
kuning pada kulit dan sklera karena terjadinya hiperbilirubinemia sampai bayi
usia 72 120 jam dan akan kembali normal setelah 7 10 hari. (Lin, Tsao,
Hsieh, Chen, & Chou, 2008). Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada
bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL (Sukadi, 2008). Pada
sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Etika mengungkapkan bahwa angka kejadian ikterus terdapat
pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi prematur (Etika, 2006). Hal ini
adalah keadaan yang fisiologis. Walaupun demikian, sebagian bayi akan
mengalami ikterus yang berat seingga memerlukan pemeriksaan dan tata
laksana yang benar untuk mencegah kesakitan dan kematian (Suradi &
Letupeirissa, 2013).
Data di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus sekitar 65% mengalami
ikterus. Data di Indonesia, didapatkan angka kejadian ikterus neonatorum dari
beberapa rumah sakit pendidikan antara lain, RS Cipto Mangun Kusumo
menemukan prevalensi ikterus pada neonatus sebesar 58% untuk cukup bulan
dan 29,3% untuk bayi kurang bulan. RS Dr. Sardjito melaporkan sebanyak
85% untuk neonatus cukup bulan dan 23,8% neonatus kurang bulan. Data dari
RS Dr. Kariadi Semarang dengan prevalensi ikterus neonatorum sebesar
13,7% (Sastroasmoro, 2004)
Ikterus erat kaitannya dengan kadar bilirubin yang tinggi. Bilirubin
merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme hem. Hem berasal dari
penghancuran eritrosit dan protein heme lainnya seperti mioglobin, sitokrom,
katalase dan peroksidase. Keadaan dimana kadar bilirubin total lebih dari 5
mg/dL atau terjadinya peningkatan kadar plasma dari 2 standar deviasi
Rumusan Masalah
Apa definisi Ikterus Neonatorum?
Apa saja macam macam Ikterus Neonatorum?
Apa etiologi dan faktor resiko Ikterus Neonatorum?
Bagaimana tanda dan gejala Ikterus Neonatorum?
Bagaimana patofisiologi Ikterus Neonatorum?
Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Ikterus Neonatorum?
Bagaimana komplikasi pasien dengan Ikterus Neonatorum?
Bagaimana pencegahan pasien dengan Ikterus Neonatorum?
1.3.
Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi atau pengertian dari Ikterus Neonatorum
b. Untuk mengetahui macam macam Ikterus Neonatorum
c. Untuk mengetahui etiologi atau penyebab dan faktor resiko Ikterus
Neonatorum
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan
e.
f.
g.
h.
Ikterus Neonatorum
Untuk mengetahui patofisiologi Ikterus Neonatorum
Untuk mengetahui penatalasksanaan pasien dengan Ikterus Neonatorum
Untuk mengetahui komplikasi pasien dengan Ikterus Neonatorum
Untuk mengetahui pencegahan pasien dengan Ikterus Neonatorum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Ikterus neonatorum didefinisikan sebagai keadaan dimana terdapat
warna kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan
bilirubin, sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi
bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau
ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan (Mansjoer,
2000). Secara klinis, ikterus pada neonates akan tampak bila konsentrasi
bilirubin serum > 5 mg/dL (Cloherty, 2004). Berdasarkan dua pegertian
diatas, dengan demikian ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau
jaringan lain akibat penimbunan bilirubin di dalam tubuh atau akumulasi
bilirubin yang meningkat.
2.2.
2.3.
konjugasi
3) Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya
enzim beta glukuronidase di usus dan belum ada nutrient
2.3.2. Faktor Risiko
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebih (ikterus nponfisiologis)
menurut Moeslichan (2004) dapat dipengaruhi oleh faktor faktor di
bawah ini :
a. Hemolisis akibat inkontabilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus,
defisiensi G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat
b. Infeksi, septicemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih,
infeksi intra uterin
c. Polisitemia
lahir
Ibu diabetes
Asidosis
Hipoksia/asfiksia
Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan
sirkulasi enterohepatik
Faktor resiko timbulnya ikterus neonatorum menurut Moeslichan
Patofisiologi
Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit.
Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada
hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal
dalam beberapa minggu.
1. Ikterus Fisiologis
Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi
bilirubin serum, namun kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya
dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada
bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya
mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL,
Penatalaksanaan
1) Ikterus Fisiologis
Bayi sehat, tanpa faktor resiko, tidak terapi. Perlu diingat bahwa pada
bayi sehat, aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi,
kemungkinan terjadinya kernicterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus
pada bayi sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut :
a) Minum ASI dini dan sering
b) Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO
c) Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang
dan kontrol lebih cepat (terutama bila tampak kuning)
Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan
sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat
pada minggu pertama kehidupannya. Hal ini kurang dapat diterapkan di
Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar.
(1) Tata laksana awal Ikterus Neonatorum menurut WHO :
- Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat
- Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir <
2,5 kg, lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolysis atau
sepsis
7
i)
Coombs :
Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi
ii)
iii)
diterima bayi.
Nasihati Ibu :
menghindari
zat-zat
tertentu
untuk
mencegah
favabeans).
Bila hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi
darah. Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi
cukup bulan atau 3 minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir
< 2,5 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu), terapi sebagai
bulan.
Terapi sinar dihentikan, dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk
mencari penyebab.
Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap,
persiapkan kepindahan bayi dan rujuk ke rumah sakit tersier atau
2) Terapi Sinar
Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar.
inkubator.
- Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrik.
Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang hidung bayi
tidak ikut tertutup. Jangan tempelkan penutup mata dengan
menggunakan selotip.
Balikkan bayi setiap 3 jam
Pastikan bayi diberi makan:
- Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum,
paling kurang setiap 3 jam:
a. Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan
lepaskan penutup mata
b. Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan
atau cairan lain (contoh: pengganti ASI, air, air gula, dll)
-
10
11
Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan
baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.
Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa
kembali bayi bila bayi bertambah kuning.
Diare
Hemolisis
penyinaran bilirubin
Bilirubin indirect menghambat laktase
Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi
Dehidrasi
eritrosit
Bertambahnya Insensible Water Loss
(30 100%) karena menyerap energi
Ruam Kulit
foton
Gangguan fotosensitasi terhadap sel
mast kulit dengan pelepasan histamin
3) Tranfusi Tukar
Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil
darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam
jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar
darah penderita tertukar (Friel, 1982).
Pada hiperbilirubinemia, tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya
ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirect dari
sirkulasi. Pada bayi dengan isoimunisasi, transfusi tukar memiliki manfaat
tambahan, karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari
sirkulasi bayi. Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki
anemia.
Darah donor untuk tranfusi tukar
1. Darah yang digunakan golongan O.
2. Gunakan darah baru (usia < 7 hari), whole blood. Kerjasama dengan
dokter kandungan dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan
kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar.
12
dan
simultan
13
steril
Masker, tutup kepala dan gaun steril
Nier bekken (2 buah) dan botol kosong, penampung darah
Set tranfusi 2 buah
Kateter umbilikus ukuran 4, 5, 6 F sesuai berat lahir bayi atau
abbocath
h. Three way stopcock semprit 1 mL, 5 mL, 10 mL, 20 mL,
masing-masing 2 buah
i. Selang pembuangan
j. Larutan Calsium glukonas 10 %, CaCl2 10 % dan NaCl fisiologis
k. Meja tindakan
14
15
g. Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat
(ACD/PCD) setiap tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas
10 % intra vena perlahan-lahan. Pemberian tersebut terutama bila
kadar kalsium sebelum tranfusi < 7,5 mg/dL. Bila kadarnya di atas
normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan. Pemberian
larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena
bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi/ cardiac
arest. Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan
kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi
menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia
h. Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan
neonatal monitoring
i. Setelah transfusi tukar selesai, darah bayi diambil untuk pemeriksaan
pasca transfusi tukar
j. Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang, lakukan jahitan silk purse
string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis. Ketika kateter
dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan
4) Monitoring
Monitoring yang dilakukan antara lain:
1. Bilirubin dapat menghilang dengan cepat dengan terapi sinar. Warna
kulit tidak dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan kadar
bilirubin serum selama bayi mendapat terapi sinar dan selama 24 jam
setelah dihentikan.
2. Pulangkan bayi bila terapi sinar sudah tidak diperlukan, bayi minum
dengan baik, atau bila sudah tidak ditemukan masalah yang
2.7.
16
Pencegahan
1) Pencegahan Primer
- Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8 12
-
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI W
DENGAN IKTERUS NEONATROUM
I. PENGKAJIAN
A. Biodata
Nama
Tgl lahir
JK
Agama
Anak ke
Tgl masuk RS
Tgl dikaji
DM
No. Reg
: By. W
: 20 Desember
2015 (9 hari)
: Perempuan
: Islam
: Satu
: 30-12-2015
: 01-01-2016
: Ikterus
Neonatorum
: 0021/D/01
Nama Bapak
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Suku Bangsa
Alamat
Nama Ibu
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tn. Ade
27 tahun
Islam
SLTA
TNI AD
Sunda
Cimahi
Ny. Mira
24 tahun
Islam
SLTA
IRT
18
Pola Kebiasaan
2
Nutrisi
a. Jenis susu yang
diberikan
b. Cara pemberian
Di Rumah
3
ASI
Ad libitum
Belum mendapat
makanan
Di RS
4
ASI
Ad libitum
Belum mendapat
makanan
20
c. Umur mendapat
makanan tambahan
d. Rekasi pada waktu
menetek
2
4
5
Eliminasi
a. BAB
- Frekuensi
- Konsistensi
- Warna
- Bau
b. BAK
- Frekuensi
- Warna
- Bau
tambahan
Tidak ada reaksi
muntah, reflek
sucking kurang
1 2 x/hari
lembek
Kuning tengguli
Tidak berbau
8 9 x/hari
Jernih
Tidak berbau
tambahan
Tidak ada reaksi
muntah dan
reflek sucking
baik
1 2 x/hari
lembek
Kuning tengguli
Tidak berbau
10 11 x/hari
Jernih
Tidak berbau
9-10 jam
Tidak ada
8-10 jam
Ibunya
Menetek
9-10 jam
Tidak ada
8-10 jam
Dalam inkubator
Menetek
Belum tampak
Ibunya
memandikan
bayinya 2x sehari
dan mengganti
pakaian/popok
setiap habis
mandi/BAB/BA
K
Belum tampak
Ibunya
memandikan
bayinya 2x sehari
dan mengganti
pakaian/popok
setiap habis
mandi/BAB/BA
K
I. Tumbuh kembang/DDST
1. Motorik Kasar : Belum nampak
2. Motorik halus : memandang, bersuara tetapi bukan menangis
3. Perkembangan bicara dan bahasa : Belum nampak
4. Perkembangan emosi dan hubungan sosial : Belum Nampak
J. Riwayat imunisasi
21
22
f.
g.
h.
i.
j.
k.
M. Reaksi Hospitalisasi
Bayi tampak bergerak-gerak seperti gelisah
N. Data Penunjang
Tanggal 3 1 - 2016 Nilai normal
Bilirubin total 8,87 0,3 1,3 mg/dL
mg/dL
Interpretasi
Abnormal
23
Abnormal
O. Terapi
- ASI
- Fototerapi
II.
ANALISA DATA
No
Data Senjang
1
2
1 DO :
Sklera ikterik
-
Wajah
dan
permukaan kulit
tubuh yang lain
-
tampak ikterik
Bilirubin total
8,87 mg/dl
Bilirubin Direct
Kemungkinan Penyebab
3
Fungsi hepar belum sempurna
Ikterus
Masalah
4
Gangguan
Metabolisme
Nutrisi kurang
BB turun
Resiko tinggi
0,59 mg/dl
DS :
Ibu
mengatakan
kuning
DO :
-
Reflek sucking
kurang
Bayi
tampak
malas minum
BB : 3100gr
terjadinya
penurunan BB
patologis
menjadi 3050 gr
24
DS :
Ibu mengatakan bayi
nya malas minum
III.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
a) Ikterus neonatorum didefinisikan sebagai keadaan dimana terdapat warna
kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan bilirubin,
sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin
serum yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati
bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan.
b) Macam-macam Ikterus Neonatorum : 1) Ikterus Fisiologi dan 2) Ikterus
Patologi.
c) Ikterus Fisiologi adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor fisiologis
yang merupakan gejala normal dan sering dialami bayi baru lahir.
Biasanya muncul pada hari kedua dan ketiga sdan kadar bilirubin indirect
(larut dalam lemak) tidak melebihi 10 mg/dL pada neonatus cukup bulan
dan 12,5 mg/dL untuk neonatus lebih bulan.
d) Ikterus Patologi adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin
dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan
kernikterus jika tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai
hubungan dengan keadaan yang patologi biasanya jenis Ikterus Patologi
ini juga bisa disebut Hiperbilirubinemia : 1) Ikterus terjadi dalam 24 jam
pertama; 2) Kadar bilirubin melebihi 10 mg/dL pada neonatus cukup bulan
atau melebihi 12,5 mg/dL pada neonatus kurang bulan/premature; 3)
Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg/dL perhari dan 4) Ikterus menetap
sesudah 2 minggu pertama.
e) Penatalaksanaan pada ikterus fisiologi adalah 1) Minum ASI dini dan
sering Terapi sinar; 2) Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan
pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat (terutama bila tampak kuning).
f) Penatalaksanaan pada ikterus patologi/hiperbilirubinemia adalah dengan
terapi sinar rutin serta apa bila memungkinkan dilakukan transfusi tukar.
DAFTAR PUSTAKA
26
Arif, Mansjoer, dkk, 2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. FKUI, Jakarta:
Medica Aesculpalus.
Cloherty, J. P., Eichenwald, E. C., Stark A. R., 2008. Neonatal Hyperbilirubinemia in
Manual of Neonatal Care. Philadelphia: Lippincort Williams and Wilkins, pp
181; 194; 202; 204; 210.
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit. Edisi 2, EGC, Jakarta
Moeslichan, Surjono, Surandi, Rahardjani, Usman A, Rinawati, et al. Tatalaksana
ikterus neonatorum. 2004. Available from : http://buk.depkes.go.id (Diakses
tanggal 12 Oktober 2016)
_______. 2011. Askep Bayi dengan Ikterus Neonatorum. Oktober 12, 2016
http://wwwmaterimahasiswa.blogspot.co.id/2011/11/asuhan-keperawatanikterus-neonatorum.html
27