OLEH :
DZULFIKAR FAIZIN ROMAS
1402101010164
KELAS / RUANG : 03 / 06
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Sang Pencipta alam
semesta, manusia, dan kehidupan beserta segala isinya, karena berkat pimpinan,
bimbingan, bantuan, izin serta bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
dengan judul Antibakterial untuk Jamur ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya
kepada
Dr.drh.Safika,
M.Kes
selaku
dosen
mata
kuliah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Seperti diketahui hampir semua sistem biologi memerlukan komunikasi antar
sel untuk pertumbuhan dan pengaturannya. Pada sistem imun komunikasi antar sel
umumnya melibatkan sitokin. Mediator ini diperlukan untuk proliperasi dan
diferensiasi sel-sel hematopoitik dan untuk mengatur dan menentukan respon imun.
Sitokin dalam menjalankan fungsinya sebagai mediator saling berinteraksi antara
sitokin sendiri dan interaksi ini dapat berjalan sinergis atau antagonis. Oleh karena
interaksi tersebut, konsep kerja sitokin sebagai suatu network.
Sitokin merupakan protein atau glikoprotein yang diproduksi oleh leukosit
dan sel-sel berinti lainnya. Bekerja sebagai penghubung kimia antar sel dan tidak
bertindak sebagai molekul efektor. Sitokin mempunyai berbagai macam fungsi,
namun pada umumnya sitokin bertindak sebagai pengatur pertahanan tubuh untuk
melawan hal-hal yang bersifat patogen dan menimbulkan respons inflamasi. Hampir
seluruh sitokin akan disekresi dan sebagian dapat ditemukan pada membran sel,
sisanya disimpan dalam matriks ekstraseluler. Sitokin dibagi menjadi beberapa famili
menurut reseptornya, yaitu famili IL-2/IL-4,- IL-6/IL-12, Interferon, TNF, IL-l,
Transformatisasi factor pertumbuhan (TGF) dan Kemokin. Pada umumnya sitokin
merupakan faktor pembantu pertumbuhan dan diferensiasi. Sebagian besar sitokin
bekerja pada selsel dalam sistim Hemapoetik.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
TUJUAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
langsung.
6. Agar mahasiswa memahami fungsi dari sitokin dalam kegiatan pertahanan
tubuh.
7. Agar mahasiwa mengetahui fungsi dari sitokin yang terlibat dalam system
imun.
8. Agar mahasiwa mampu menjelaskan reseptor yang dimiliki sitokin untuk
menghasilkan efek biologisnya.
9. Agar mahasiwa mampu membedakan jenis sitokin berdasarkan jenis sel
sumbernya dan fungsinya.
10. Agar mahasiswa mampu memahami transduksi sinya oleh sitokin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
kadarnya juga sangat rendah. Biasanya diproduksi oleh sel sebagai respons terhadap
rangsangan. Sitokin yang dibentuk segera dilepas dan tidak disimpan di dalam sel.
Sitokin yang sama dapat diproduksi oleh berbagai sel. Satu sitokin dapat bekerja
terhadap beberapa jenis sel dan dapat menimbulkan efek melalui berbagai
mekanisme. (Admadi, 2007)
Umumnya produksi sitokin sangat rendah atau sama sekali tidak diproduksi,
produksi sitokin diatur oleh berbagai rangsang melalui induksi pada tingkat
transkripsi atau translasi. Produksi sitokin hanya selintas dan jarak kegiatannya
dengan sel sasaran biasanya pendek (sangat jelas pada autokrin atau parakrin yang
berbeda dengan endokrin). ( Baratawidjaja, 2012)
Sitokin berfungsi sebagai sinyal interseluler yang mengatur hampir semua
proses
biologis
penting
seperti
halnya aktivasi,
pertumbuhan,
proliferasi,
2.2
misalnya
2.3
KARAKTERISTIK SITOKIN
Sitokin sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Baratawidjaja, 2012) :
Sitokin adalah polipeptida yang diproduksi sebagai respons terhadap
rangsang mikroba dan antigen lainnya dan berperan sebagai mediator
lain.
Efek sitokin dapat lokal atau sistemik.
Sinyal luar mengatur ekspresi reseptornya pada membrane sel sasaran.
Respons selular terhadap kebanyakan sitokin terdiri atas perubahan
ekspresi gen terhadap sel sasaran yang menimbulkan espresi fungsi
baru dan kadang proliferasi sel sasaran.
2.4
2.4.1
STRUKTUR SITOKIN
Dari
hasil
analasis
struktur
sitokin
memungkinkan
orang
dapat
adanya derajat homologi yang tinggi dari struktur urutan primer pada rantai protein
satu sama lain. Sebagai contoh : semua anggota keluarga IFN-/ (selanjutnya
keluarga ini dibagi lagi dalam sub keluarga IFN-, IFN-, IFN-, IFN-)
menunjukkan paling sedikit 30% homologi satu sama lain dalam urutan asam amino.
Tabel Kelompok sitokin dalam keluarga (Subowo, 2009)
Keluarga
Interleukin-2/Interleukin 4
Interleukin-6/Interleukin-12
Interferon-/
Interleukin-I
Chemokines
2.4.2
Perwakilan anggota
IL-2
IL-4
IL-5
GM-CSF
IL-6
IL-12
IFN-
IFN-
IFN-
IFN-
TNF-
TNF- (LT-)
LT-
Fas ligand
CD50 ligand
TNF related apoptosis inducing ligand
(TRAIL)
IL-I
IL-I
IL-I Receptor antagonist
IL-I8
TGF-
Bone morphogenetic proteins
Inhibins
Activins
C-X-C sub-family (IL-8, many others)
C-C Sub family (MIP-I, many others)
C subfamily (lymphotatactin)
FUNGSI SITOKIN
Abbas pada tahun1994 menyatakan bahwa fungsi sitokin dapat disebutkan
dalam
Menstimulasi berbagai respon sel yang terlibat dalam sistem imun dan
peradangan
Merangsang pertumbuhan dan diferensiasi limfosit
Mengaktivasi berbagai sel efektor yang berbeda untuk mengeleminasi
2.5
RESEPTOR SITOKIN
Dalam beberapa tahun terakhir, reseptor sitokin telah banyak menyita
perhatian para ahli dibandingkan dengan sitokin itu sendiri, sebagian karena
karakteristiknya yang luar biasa, dan sebagian karena defisiensi reseptor sitokin
secara langsung berkaitan dengan melemahnya immunodefisiensi. Dalam hal ini, dan
juga
karena
redundansi
dan
pleiomorpishm
sitokin,
pada
kenyataannya
merupakan konsekuensi dari reseptor homolog sitokin, banyak para ahli berfikir
bahwa klasifikasi reseptor akan lebih berguna secara klinis dan eksperimental.
Agar sitokin menunjukkan efek pada sel sasarannya, sel sasaran tersebut harus
dilengkapi dengan molekul reseptor pada permukaanya. Sitokin bekerja pada sel-sel
targetnya
dengan
mengikat
sitokin yang cocok dengan reseptor tersebut dibagi ke dalam beberapa kelompok
berdasarkan struktur dan aktivitasnya. Klasifikasi reseptor sitokin berdasarkan pada
struktur tiga-dimensi yang dimiliki.
1) Keluarga Reseptor Sitokin Kelas I
Reseptor dalam keluarga ini berstuktur heterodimer, beberapa bentuk
homodimer, sebagian lagi berbentuk heterotimer. Anggota-anggotanya
memiliki motif tertentu pada ekstraseluler asam-amino domain. Keluarga
reseptor sitokin kelas I mencakup resptor untuk sitokin yang mempunyai
peran penting, yaitu : IL-2, IL-4, IL-6, IL-12, untuk factor hematopoietic ( GCSF, GM-CSF, dan eritropoetin, growth factor hormone dan prolactin).
( Subowo, 2009)
2) Keluarga Reseptor Sitokin Kelas II
Keluarga reseptor sitokin kelas II banyak kemiripan strukturnya
dengan keluarga reseptor kelas I dan disebut pula keluarga reseptor interferon.
Keluarga reseptor ini merupakan reseptor heterodimer untuk sitokin yang
termasuk IFN-/ dan IFN- dan resptor untuk IL-10. Subowo, 2009)
3) Keluarga reseptor sitokin Tumor Necrosis Factor family
Semua anggota keluarga reseptor TNF berstuktur rantai tunggal.
Keluarga ini terdiri atas 2 reseptor yang terpisah yang mengikat TNF- dan
TNF-.
4) Immunoglobulin (Ig) superfamili
Immunoglobulin (Ig) yang sudah ada seluruhnya pada beberapa sel
dan jaringan dalam tubuh vertebrata, dan berbagi struktural homologi
denga n immunoglobulin (antibodi), sel molekul adhesi, dan bahkan
beberapa sitokin. Contoh, IL-1 reseptor.
5) Keluarga reseptor TGF-
Anggotanya dari transformasi faktor pertumbuhan beta superfamili,
yang tergolong kelompok ini, meliputi TGF-1, TGF-2, TGF-3.2
Reseptor sitokin bisa keduanya merupakan membran berbatas dan
larut. Reseptor sitokin yang larut umumnya secara ekstrim sebagai
pengatur fungsi sitokin. Aktivitas sitokin bisa dihambat oleh antagonisnya,
yaitu
molekul
yang
mengikat
sitokin
atau
reseptornya.
Selama
kelompok ini.
2.6
aktivitasnya
beragam,
mulai
dari
meningkatkan
Mikroorganisme
Ekstrak microbial
Virus
Ricketsia
Bacteria
Protozoa
Clamidia
Ekstrak bacteria (endotoksin)
Ekstrak virus
Ekstrak ricketsia
Ekstrak fungi
Polimer sintetik
Ekstrak tumbuhan
Polifosfat
Polisulfat
Polikarboksilat
Poli-tiofosfat
Populasi sel
utama yang
SCF
Sumsum
tulang,
IL-7
Sel pluripoten
diinduksi
Semua sel
sel
stroma
Fibroblast, sel Progenitor
Sel T dan B
tulang
Sel T
Sel
makrofag,
Progenitor
imatur
T, Progenitor
sel imatur dan
endotel,
yang
fibroblast.
committed,
Semua sel
Aktifitas
granulosit dan
marofag
makrofag
M-CSF
Makrofag,
matang
sel Progenitor
endotel,
sel yang
Monosit
fibroblast
Makrofag,
fibroblast,
endotel.
Progenitor
sel yang
committed
Granulosit
Sumber Utama
IL-1
(inflamasi,
aktivasi
koagulasi)
Hipotalamus: panas
IL-6
IL-10
plasma
Makrofag, sel dendritik:
mencegah produksi IL-21
dan ekspresi kostimolator
IL-12
dan MHC-II
Sel T: diferensiasi Th1
aktivitas
sitolitik
Sel NK: proliferasi
Makrofag
IFN-
IFN-: makrofag
IFN-
Semua
sel:
antivirus,
peningkatan
IFN-
IFN-
ekspresi
MHC-I
Sel NK: aktivasi
Aktivasi sel NK
IFN-: fibrolas
Th1
dan
TNF
Makrofag,
sel
endotel
sel
II
T, Leukosit:
kemotaksis,
fibrolas, trombosit
aktivasi,
migrasi
Makrofag sel T
jaringan
Sel endotel:
ke
aktivasi
(inflamasi, koagulasi)
Neutrofil: aktivasi
Hipotalamus: panas
jenis
sel:
apoptosis
mengaktifkan
sel
sel
tersebut
untuk
menyikngkirkan mikroba
Memacu ekspresi molekul adhesi sel endotel vaskular
untuk leukosit. Molekul adhesi terpenting adalah
dan
sintesi
prostaglandin
seperti
aspirin,
yang
menimbulkan
kaheksia,
gangguan
disebabkan
berlebihan
karena
oleh
penggunaan
otodan
hati
dan
glukosa
yang
gagal
untuk
kemggantikannnya
Komplilasi sindrom sepsis yang ditimbulkan bakteri
negatif Gram (atau syok endotoksin) ditandai dengan
kolaps vascular
DIC dan gangguan metabolik disebabkan produksi
TNNF yang dirangsang LPS, dan sitokin lain IL 12,
IFN dan IL 1. Kadar TNF darah mempunyai nilai
prediksi yang akan terjadi akibat infeksi bakteri negatif
Demikian
pula
kemampuan
TNF
dalam
tersebut.
TNF
mempunyai
aktivitad
juga.
Efek pada Aktivasi Limfosit T
Dalam mengawali respon imun, aktivasi limfosit T
merupakan tahap yang menentukan. Kecocokan akan
MHC kelas II dari sel makrofag dalam menyajikan
antigen kepada limfosit T sangat diperlukan dalam
mengawali respons imun. Sel-sel penyaji ini tidak saja
menghadirkan antigen dengan cara kontak dengan klon
limfosit T yang cocok, namun juga diperlukan adanya
pelepasan IL-1 sebagai signal kedua. Aktivasi limfosi T
berlangsung dengan adanya 2 signal tersebut, akan
dari
limfosit
tersebut
melanjutkan
akan
chemotatic factor).
Efek pada Limfosit B
Dalam perbobaan in vitro, IL-1 memperkuat
proliferasi diferensiasi dan fungsi produksi antibody
oleh limfosit B. pengaruh IL-1 terhadap limfosit B
dapat secara tidak langsung melalui limfosit Th yang
menghasilkan BCGF (IL-4 dan IL-5). Oleh karena IL-1
dapat dihasilkan juga oleh limfosit B sendiri, maka
interleukin ini dapat bertindak sebagai autorkin yang
dapat mengatur aktivitasnya sendiri.
c) IL-6
IL6 berfungsi dalam imunitas nonspesifik, diproduksi
fagosit mononuklear, sel endotel vaskular, fibroblas dan sel
lain sebagai respons terhadap mikroba dan sitokin lain. IL-6
mempunyai berbagai fungsi. Dalam imunitas nospesifik, IL-6
merangsang hepatosit untuk memproduksi APP dan bersama
CSF merangsang progenitor di sumsum tulang untkuk
memproduksi
neutrofil.
Dalam
imunitas
spesifik,
IL-6
d) IL-10
IL 10 merupakan inhibitor makrofag dan sel dendrit
yang berperan dalam mengontrolreaksi imun nonspesifik dan
imun sellar. IL 10 diproduksi terutama oleh marofag yang
diaktifkan. Hal tersebut merupakan contoh dari regulator
feedback negatif.
e) IL-12
IL-12 merupakan mediator utama imunitas nonspesifik
dini terhadap mikroba intraselular dan merupakan inductor
kunci dalam imunitas selular spesifik terhadap mikroba.
Sumber utama IL-12 adalah fagosit mononuclear dan sel
dendritik yang diaktifkan. Efek biologis IL-12 adalah
merangsang produksi IFN- oleh sel NK dan sel T, diferensiasi
oleh sel T CD4+ menjadi sel Th1 yang memproduksi IFN- .
IL-12 juga meningkatkan fungsi sitolitik sel NK dan sel
CD8+ / CTL.
IFN
Tipe
mencegah
infeksi
virus
dan
disekresi oleh
mengaktifkan
gen
yang
menginduksi
sel
untuk
spesifik
dini.
IL-15
juga
merupakan
factor
Sumber utama
Sel T
B:
proliferasu,
sintesis
IL-4
IL-5
T:
diferensiasi
dan
proliferasi Th2
Eosinofil: aktivasi, peningkatan
Th2
produksi
+
Th1, CD 8 , sel Nk
IFN-
sel:
peningkatan
proses
dan
Limfotoksin (LT)
Sel T
Makrofag: pencegahan
Pengerahan
dan
aktivasi
IL-13
Sel Th2
neutrofil
Sel B: pengalihan ke isotipe IgE
Sel epitel: peningkatan produksi
mukus
Makrofag: pencegahan
a) IL-2
IL-2 adalah factor pertumbuhan untuk sel T yang
dirangsang antigen dan berperan pada ekspansi klon sel T
perkembangan
sel
CD4
untuk
memproduksi IL-17.
k) IL-25
IL-25 memiliki struktur seperti IL-17, disekresi sel Th2
dan merangsang produksi sitokin Th2 lainnya seperti IL-4, IL5 dan IL-13, IL-17 dan IL-25 diduga berperan dalam
meningkatkan reaksi inflamasi yang sel T dependen bentuk
lain.
Regulasi pertumbuhan
dan sistemik)
Rangsangan
LPS
(endoktoksin),peptidoglikan
bakteri, virus RNA, sitokin
Jumlah yang
Biasanya
diproduksi
dalam serum
rendah,biasanya tidak
Keduanya
sistemik
Peran pada penyakit
Penyakit sistemik
Kerusakan lokal
jaringan (inflamasi
misalnya
granulomatosus)
Dapat dicegah
KS
Siklosporin,FK-506
IFN-*berperan penting dalam imunitas nonspesifik dan spesifik
Subkelas sel Th1 dan Th2 tidak dapat di bedakan secara morfologik, tetapi
dapat di bedakan dari perbedaan sitokin yang diproduksinya.
Melaui sekresi sitokin seperti IFN-, TNF-/LT, dan IL-2, sel Th1 mengatur
imunitas selular melalui peningkatan aktivitas makrofag, neutrofil dan CTL.
Selanjutnya sel Th1 dapat meningkatkan efek selular melaui sel Bdengan
memproduksi antibodi isotop yang diperlukan dalam ADCC. Berbagai sitokin
berperan terhadap produksi dan pengarahan isotop antibodi oleh sel B. IL-2 dapat
menginduksi IgG-2(pada tikus ) dan IgG-3(pada manusia). IFN- menunjukkan efek
negatif terhadap produksi antibodi. IL-4 merangsang produksi antibodi IgG, IgG1dan
IgGE. IL-5 menginduksi IgM dan IgG1 tanpa efek terhadap produksi IgE.
1. Perkembangan subset T helper di tentukan lingkungan sitokin
Lingkungan sitokin dari diferensiasi sel Th yang dipacu antigen,
menentukan subset yang diproduksi. IL-4 adalah esensial untuk respons Th2
dan IFN-, IL-12 dan IL-18 penting dalam fisiologi dan perkembangan Th1.
Perkembangan Th1 tergantung IFN-y yang menginduksisejumlah perubahan
termasuk upregulasi produksi IL-12 oleh makrofag dan SD dan aktivasi IL12R pada sel T yang dialtifkan yang disertai oleh peningkatan ekspersi rantai
dari IL-12R.
2. Profil sitokin T helper
Sitokin yang di produksi subset Th1 dan Th2 memiliki dua ciri efek
terhadap perkembangan subset sel Th. Pertama meningkatkan perkembangan
subset yang memproduksinya, kedua mencegah perkembangan dan aktivasi
subset sebaliknya ysng disebut regulasi silang.
Mekanisme sinyal transduksi reseptor sitokin
Jalur sinyal transduksi
Reeptor sitokin yang
Mekanisme sinyal
Jalur jak STAT
II
kaspase
Ikatan kinase famili IRAK
dengan domain TIR,
Reseptor-berhubungan
dengan kinase
induk
Sinyal protein G
Reseptor kemokin
faktor transkripsi
Pertukaran GTP dan
disosiasi Ga-GTP asal Gbg,
Ga GTP mengaktifkan
berbagai enzim selular
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Sitokin adalah protein dengan berat molekul kecil yang diproduksi dan
dilepas berbagai jenis sel. Sitokin berperan utama dakam induksu dan
regulasi interaksi selular yang melibatkan sel inflamasi imun dan
sustem hematopoietic.
Aktivitas biologis sitokin dapat berupa pleiotopik, redundancy, sinergi
dan antagonis.
Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran
spesifik, yang kemudian membawa sinyal ke sel melalui second
messenger (tirosin kinase), untuk mengubah aktivitasnya (ekspresi
gen).
Klasifikasi reseptor sitokin berdasarkan pada struktur tiga-dimensi
yang dimiliki terdapat 5 jenis ; Reseptor Sitokin Kelas I, 1) Reseptor
Sitokin Kelas II, reseptor sitokin Tumor Necrosis Factor family,
Immunoglobulin (Ig) superfamili, reseptor TGF- dan reseptor
chemokine.
Berdasarkan jenis sel penghasilnya, sitokin dibagi 4 ; monokin,
Sitokin
pada
imunitas
nonspesifik.
Semua reseptor sitokin terdiri dari satu atau lebih protein
transmembran yang berfungsi untuk mengikat sitokin dan bagian
DAFTAR PUSTAKA