PENDAHULUAN
1.1. Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah Ethos, yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat
dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu Mos dan
dalam bentuk jamaknya Mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari halhal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi
dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk
penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem
nilai-nilai yang berlaku.
1.2. Profesi
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan profesi selalu dikaitkan dengan
pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua
pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para
pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang
disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan
suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk
itu. Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh
masyarakat awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan,
namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki
mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan
kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang
harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa
pekerjaan dan profesi adalah sama.
1.3. Etika Profesi
Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap
hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap
masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Kode etik profesi adalah
sistem norma, nilai dan aturan professsional tertulis yang secara tegas menyatakan
apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya
kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak professional.
1.4. Kode Etik
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh
suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma
sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk
dalam kategori norma hukum.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman
etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola
aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak professional.
1.5. Fungsi dan Nilai Kode Etik Profesi
Apa fungsi kode etik profesi sebenarnya ? dan mengapa kode eik tersebut perlu
ditulis ? berikut adalah penjelasannya.
1. Kode-kode etik itu penting sebagai sarana control sosial. Aritnya, kode etik
menjadi kriteria bagi seluruh anggota komunitas profesi, termasuk calon
anggota baru sekaligus untuk mamantapkan konsep pemikiran para pendahulu
profesi yang telah ditetapkan dalam bentuk tertulis. Dalam hal ini, kode etik
menuntun para pelaku profesi agar bekerja tidak melampaui tatanan nilai-nilai
yang telah digariskan. Tujuannya adalah agar dalam pelaksanaan profesinya
tidak terjadi konflik atau persinggungan antara kepentingan personal dan
kepentingan masyarakat umum. Misalnya, profesi dokter. Dengan adanya kode
etik profesi, seorang dapat bekerja lebih professional dan berintegritas.
2. Kode-kode etik profesi mencegah terjadinya intervensi yang dilakukan oleh
siapapun, termasuk penguasa, pemimpin, atau masyrakat umum yang memiliki
kepentingan dengan suatu profesi, dalam arti lain, kode etik menjamin
terciptanya standarisasi pelayanan tiap-tiap profesi dengan memperhatikan
aspek keadilan dan persamaan hak. Misalnya, antara dokter dengan pasiennya,
guru dengan muridnya, pengacara dengan kliennya, insinyur dengan
BAB II
ISI
2.1.
dan
pemberdayaan
kapasitas
penyelenggaraan
perlindungan
masyarakat.
4. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau
badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau
peraturan kepala daerah dan Melakukan tindakan administratif terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas
Perda dan/atau peraturan kepala daerah.
8. Wajib menjaga citra dan kehormatan lembaga Satuan Polisi Pamong Praja dan
Pemerintah Daerah.
9. Wajib meningkatkan kemampuan demi profesionalisme Satuan Polisi Pamong
Praja.
10. Wajib menghindarkan diri dari perbuatan tercela.
11. Wajib menjunjung tinggi nilai kejujuran, keadilan dan kebenaran.
12. Wajib tidak melakukan transaksi jual beli dan atau menjadi pengguna
barang/obat terlarang.
13. Wajib menjaga, memelihara dan meningkatkan rasa aman dan tentram bagi
masyarakat, bangsa dan negara.
14. Wajib bekerja sesuai dengan Visi dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja.
15. Wajib mematuhi jenjang kewenangan berdasarkan aturan dan tata cara yang
berlaku.
16. Wajib melaksanakan perintah atasan dan tidak menyalahgunakan wewenang.
17. Wajib tidak menjual-belikan, menggadaikan, menyewakan atau meminjamkan
barang-barang baik bergerak maupun tidak bergerak, dokumen atau barang
berharga milik Pemerintah Daerah secara tidak sah.
2.5. Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Dalam implementasi kode etik di setiap jenis profesi, ada saja pelanggaran yang
terjadi. Untuk setiap pelanggaran tersebut, ada sanksi yang diberikan. Secara umum,
ada dua jenis sanksi yang mungkin diberikan kepada pelanggar kode etik profesi.
Pertama, jika kode etik yang dilanggar masih dalam pelanggaran moral, maka sanksi
yang diberikan adalah sanksi moral, berupa celaan atau pengucilan dari kelompok
atau pihak-pihak terkait.
Kedua, jika kode etik yang dilanggar telah melewati batas norma moral dan sosial,
maka sanksi yang mungkin diberikan adalah sanksi hukum. Yang lebih parah, jika
benar-benar terbukti, sanksi akhirnya adalah hukuman penjara atau dikeluarkan
secara tidak hormat dari institusinya.
BAB II
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan