Anda di halaman 1dari 13

RANGKUMAN/MAKALAH

TEORI EKONOMI MAKRO

UANG DAN BANK

DISUSUN OLEH :

NASA APRISIA FLORIDA 20160430182


FAKHROL ROJI 20160430196
SEPTI PRABAWATI 20160430
SILVI 20160430

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang mana kami dapat
menyelesaikan tugas merangkum Teori Ekonomi Makro tentang Uang dan Bank.
Makalah ini digunakan mahasiswa semester I program studi Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang dimaksudkan untuk
mempermudah mahasiswa dalam pemahaman materi mata kuliah tersebut.
Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat
yang besar pada para mahasiswa/i.
Akhirnya kami sangat menghargai kepuasan dan kritik yang datang dari para
mahasiswa dan dosen untuk perbaikan pada periode mendatang.
Dan terima kasih atas sumbang sarannya.

Yogyakarta, 16 November 2016


Penyusun.

Uang dan Bank


Uang dan Bank merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan ekonomi
masyarakat. Semakin tinggi aktivitas ekonomi masyarakat, semakin tinggi pula
peran kedua hal tersebut. Kestabilan dan kemantapan uang dan bank menjadi
kekuatan untuk perkembangan ekonomi suatu negara.
A. Tinjauan tentang Uang
Uang sendiri memiliki arti yaitu segala sesuatu yang dapat diterima masyarakat
secara umum, dan dipercaya sebagai alat pembayaran yang sah untuk keperluan
transaksi, sebagai satuan hitung dan sebagai alat penyimpanan nilai.
Dengan uang, disamping untuk mempermudah transaksi juga dapat digunakan
untuk satuan hitung dalam menilai aset aset yang dimiliki individu individu di
masyarakat dan menyimpan kekayaan yang dimiliki seseorang.

Pada awal peradapan manusia, orang belum mengenal uang. Kegiatan transaksi
dilakukan secara barter. Kegiatan barter memerlukan syarat yang disebut double
coincidence of want, yaitu kesesuaian ganda dari setiap individu yang ingin
melakukan transaksi jual beli. Misalnya A mempunyai beras, dan ingin menukarnya
dengan kain. Artinya A harus menemukan orang yang mempunyai kain dan mau
menukar kainnya dengan beras milik A. Apabila B yang memiliki kain tidak
membutuhkan beras, melainkan telur, maka diantara mereka tidak tercipta double
coincidence of want.

Uang memiliki empat fungsi (Dornbusch dan Fisher, 2001) yaitu :


1. Satuan Hitung (unit of account) uang dapat menentukan satuan ukur yang
sama terhadap semua barang.
2. Alat pembayaran dalam transaksi (medium of exchange) dapat digunakan
untuk mempermudah transaksi jual beli.
3. Penyimpan nilai (store of value) uang dapat digunakan untuk menyimpan
nilai dari kekayaan yang dimiliki.
4. Standar pembayaran pada masa yang datang (standar of deferred payment)
uang dapat juga digunakan untuk pembayaran yang mungkin terjadi pada masa
mendatang, misalnya pembayaran gaji.
Perubahan atau evaluasi uang mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan ekonomi.

Uang komoditas (uang dlam bentuk barang), pada umumnya uang komoditas

nilai nominalnya sama dengan nilai intrisiknya (nilai komoditasnya)


Uang fiat (fiat money atau token money), yaitu uang yang terbuat dari kertas
atau logam yang murah harganya agar uang tersebut mempunyai nilai

nominal lebih besar daripada nilai intrisiknya


Uang giral, uang bank yang apabila digunakan untuk transaksi hanya bisa
dengan menggunakan cek (demand deposit). Namun tidak semua pelaku
ekonomi mau menerimanya, karena tidak bersifat liquid sempurna (harus

memakai proses pencairan atau penukaran terlebih dahulu)


Near Money, misalnya seperti kartu ATM, kartu kredit(credit card), deposito
dan buku tabungan.

B. Teori Peredaran Uang

Teori permintaan uang yang dikembangkan atas dasar pemikiran aliran klasik atau
lebih dikenal dengan Teori Kuantitas Uang menjelaskan peranan uang terhadap
perekonomian secara umum yang pertama kali dijelaskan oleh Irving Fisher pada
tahun 1911 melalui The Quantity Theory of Money yang termuat dalam bukunya
berjudul The Purchasing Power of Money.
Teori ini berpandangan bahwa terdapat hubungan langsung antara
pertumbuhan jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum (inflasi) dan
pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan penyebab utama inflasi. Penjelasan
ini relevan dengan pandangan monetarist (Milton Friedman) bahwa inflasi, dimana
dan kapanpun terjadinya, selalu merupakan sebuah fenomena moneter.
Teori kuantitas uang menggambarkan kerangka yang jelas mengenai
hubungan langsung yang sistematis antara pertumbuhan jumlah uang beredar dan
inflasi. Analisis Fisher dalam teori ini mengacu pada persamaan pertukaran
(equation of exchange) yang dirumuskan sebagai :

MV = PT
M = Money / Jumlah Uang yang Beredar
V= Velocity / Kecepatan Uang yang Beredar
P = Price / Tingkat Harga
T = Trade / Jumlah Transaksi

3. Pasar Uang dan Suku Bunga.


Pasar uang adalah pasar yang berkaitan dengan transaksi permintaan dan
penawaran uang dan dipengaruhi oleh keinginan masyarakat untuk memegang
uang dan kebijakan moneter bank sentral.
Suku bunga adalah harga uang, yang nilainya ditentukan oleh interaksi kurva
permintaan dan penawaran uang. Kurva penawaran uang berbentuk garis

vertikal, karena untuk jangka waktu tertentu sejumlah uang (supply money)
adalah tetap (ditentukan oleh bank sentral). Kurva permintaan berbentuk kurva
kemiringan negatif.
Suku bunga akan mengalami kenaikan apabila supply money berkurang, suku
bunga juga akan naik apabila terjadi pertambahan permintaan akan uang.
C. Tinjauan tentang Bank
Definisi Bank menurut UU Perbankan No. 10/1998 (revisi dari UU Perbankan No.
7/1992) sebagai berikut :
Bank adalah sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk bentuk lainnya.
Secara lebih spesifik fungsi bank sebagai berikut :
1. Agen of trust, suatu lembaga yang dapat dipercaya untuk mengelola dana
masyarakat.
2. Agen of development, suatu lembaga yang memobilisasi dana untuk
pembangunan.
3. Agen of services, suatu lembaga yang memberikan pelayanan jasa kepada
masyarakat untuk mempermudah melakukan transaksi, seperti pengiriman uang,
pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.
Klasifikasi bank menurut UU No. 10/1998 adalah bank sentral, bank umum, dan
bank perkreditan rakyat.
1. Bank Sentral
Bank sentral di negara Republik Indonesia adalah Bank Indonesia (BI), yang
merupakan lembaga negara independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah, kecuali untuk hal hal lain
yang secara tegas diatur dalam undang undang (UU nomor 23/1999).
2. Bank Umum
Bank umum adalah suatu lembaga keuangan yang komersial dan kegiatan
usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Kegiatan usaha bank umum antara lain :
Menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
berjangka , tabungan, dll
6

Memberikan kredit para nasabahnya terutama pinjaman jangka pendek.


Menerbitka surat pengakuan hutang.
Menciptakan uang giral.

3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


Kegiatan bank perkreditan rakyat hampir sama dengan bank umum. Namun
dalam kegiatannya, BPR tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
Kegiatan usaha BPR menurut UU No. 7/1998 adalah :

Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.


Memberikan kredit.
Menyediakan pembiayaan pada nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil.
Menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito, atau tabyngan di bank.

D. Bank Syariah
Bank Muamalat Indonesia (BMI) berdiri pada tahun 1992. Dengan berdirinya bank
ini, ditunjukkanlah adanya sistem perbankan ganda (dual banking system) dimana
terdapat 2 (dua) sistem bank yang diizinkan untuk beroperasi secara berdampingan,
yaitu bank konvensional dan bank syariah.
Sitem bank syariah ini mulai benar-benar diterapkan semenjak dikeluarkannya
perubahan Undang-Undang Perbankan (UU No. 10 tahun 1998), dimana UndangUndang tersebut memberikan landasan huTerkum yang kuat bagi bank syaiah.
Selain itu hal tersebut mamberikan kesempatan yang besar bagi para investor
maupun bank konvensional untuk mendirikan atau membuka unit usaha syariah.
Sejak saat itulah pemerintah dan Bank Indonesia memberikan komitmen untuk
menempuh kebijakan dalam mengembangkan bank syariah di Indonesia.
1. Pengertian dan Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional
Bank Syariah merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. Dimana aturan perjanjiannya berdasarkan
hukum islam dan/atau sesuai dengan syariah.

Bank

Konvensional

merupakan

bank

yang

melaksanakan

kegiatan

usahanya berdasarkan kesepakatan (konvensi) yang berlaku umum dan


bersifat tradisional.
Untuk Perbedaan Utama antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional
terdapat pada landasan operasionalnya. Yaitu pada Bank Konvensional
beroperasi berlandaskan bunga, sedangkan pada Bank Syariah beroperasi
berlandaskan bagi hasil yang ditambah dengan jual beli dan sewa. Yang
dimaksud berbagi hasil dalam Bank Syariah ini adalah sistem berbagi resiko
dan keuntungan antara peminjam dan yang meminjamkan yang pastinya
sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.
Berikut ini adalah klarifikasi perbedaan bunga dan bagi hasil yang
dikemukakan oleh Ascarya dan Diana Yumanita (2005).
Menurut klarifikasi diatas, dapat didefinisikan bahwa Bank Syariah merupakan
sebuah lembaga keuangan yang melakukan intermediasi untuk mengalirkan
dana berupa tabungan umat kepada pembiayaan/investasi yang dibutuhkan
secara optimal, bersifat produktif serta sesuai dengan nilai, etika, moral dan
prinsip islam.
2. Prinsip Dasar Bank Syariah
Telah dikemukakan oleh Ascarya dan Diana Yumanita (2005) bahwa
operasional Bank Syariah didasarkan pada prinsip-prinsip agama islam, yang
biasa disebut MAHGRIB (maysir, grahar, riba dan bathil) dan berorientasi
pada kegiatan yang bersifal halal.
Bebas dari kegiatan spekulatif

yang

non-produktif

dimana

mengandung unsur judi, taruhan dan resiko tinggi (Masyir).


Bebas dari hal-hal yang meragukan atau tidak jelas yang bisa

menimbulkan penipuan dan kejahatan lainnya (Gharar).


Bebas dari bunga (Riba).

Bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (Bathil) dimana bisa ada
salah satu pihak yang dirugikan terutama dari sudut pandang
peminjam.

Sedangkan menurut M.S. Antonio (2002), prinsip dasar Bank Syariah meliputi

Prinsip titipan atau simpanan (Al-Wadiah). Disini bank syariah wajib


menjaga dan bertanggung jawab atas titipan para nasabahnya. Pihak
bank juga bisa memanfaatkan simpanan nasabah untuk tujuan produk

giro dan tabungan berjangka.


Prinsip Bagi Hasil.
1. Al-Musyarakah, yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak member
kontribusi dana dengan kesepakatan keuntungan dan resiko yang
ditanggung bersama.
2. Al-Mudharabah, yaitu akad kerjasama dan pembagian hasil antara
dua pihak dimana pihak pertama sebagai penyandang dana/modal,

sedangkan pihak kedua sebagai pengelola.


Prinsip Jual Beli
1. Bai Al-Murabah, yaitu jual belli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang telah disepakati dalam negosiasi
sebelumnya antara pihak bank syariah dengan nasabah.
2. Bai As-Salam, yaitu pembelian barang yang diserahkan
dikemudian hari langsung oleh produsen penjual, sedangkan
pembayarannya dilakukan dimuka kepada pihak bank syariah
setelah barang diterima oleh nasabah.
3. Bai Al-Istishna, yaitu sebuah kontrak penjualan antara pembeli dan
produsen. Dimana pihak nasabah (pembeli) memesan barang
kepada Bank Syariah (penjual) kemudian bank syariah membeli
9

barang

yang

dipesan

oleh

nasabah

kepada

pihak

produsen/pembuat, dan selanjutnya barang dijual kepada nasabah

kembali.
Prinsip Sewa (Al-Ijarah), merupakan pemindahan hak guna atas
barang

atau

jasa

melalui

pembayaran

tanpa

diikuti

dengan

pemindahan hak kepemilikan atas barang tersebut.


Prinsip Jasa, merupakan kontrak transaksi yang didasarkan pada
pelimpahan perwakilan dan tanggungan/jaminan yang artinya terdapat
pelimpahan/pendelegasian kekuasaan oleh seseorang kepada pihak
lain (bank) dengan berpegang pada tanggung jawab sebagai penjamin.

3. Sistem Operasional Bank Syariah


Terdapat 3 (tiga) sistem yang didasarkan pada syariat islam, yaitu :
1) Sistem penghimpun dana
Sumber dana bank syariah terdiri dari :
a. Modal, dana yang diserahkan oleh para pemilik kepada bank dan
sebagai pemegang saham mereka akan menerima deviden.
b. Titipan, jika titipan ini dimanfaatkan oleh nasabah pengguna dana,
maka antara bank dengan nasabah pengguna dana akan membuat
perjanjian bagi hasil. Sedangkan nasabah yang menitipkan dana
atas kebijakan bank, mereka akan mendapatkan bonus.
2) Sistem menabung
Terdapat perbedaan yang mendasar antara bank konvensional dengan
bank syariah dalam hal menabung, yaitu :
a. Terletak pada akad
- Bank Syariah, semua transaksi harus berdasarkan akad yang
-

dibenarkan oleh syariat.


Bank Konvensional, semua transaksi berdasarkan perjanjian

titipan dengan tingkat bunga yang telah ditetapkan.


b. Terdapat pada imbalan
- Bank Syariah, menggunakan pendekatan profit sharing (bagi
hasil) dimana dan ayang diterima bank disalurkan kepada
10

pembiayaan kegiatan ekonomi yang akan dilakukan nasabah.


Dan keuntungan yang didapat akan dibagi dua sesuai dengan
-

kesepakatan.
Bank Konvensional,

menggunakan

konsep

bunga

yang

dipandang sebagai biaya dalam menghitung keuntungan,


artinya bunga yang dijanjikan dimuka merupakan ongkos yang
harus dibayar oleh bank kepada penabung.
c. Terletak pada sasaran kredit/pembiayaan
- Bank Syariah, penyaluran dana simpanan dilandasi oleh prinsip
syariah dan prinsip keuntungan. Artinya pembiayaan/kredit yang
akan
-

diberika

harus

memiliki

kriteria

syariah

disamping

pertimbangan mengenai keuntungan.


Bank Konvensional, uang yang ditabungkan oleh nasabah
kepada bank akan diputarkan kepada semua bisnis tanpa
memandang halal haramnya bisnis tersebut.

E. Kebijakan Pengendalian Uang Yang Beredar


Salah satu fungsi penting bank sentral adalah untuk mengawasi atau mengendalikan
supply uang (uang yang beredar). Kebijakan ini juga mempunyai tujuan, yaitu :
1. Menyediakan jumlah uang yang cukup demi mewujudkan pertumbuhan
ekonomi yang mantap.
2. Mengataur dan membatasi jumlah uang yang beredar agar tidak terjadi inflasi
atau deflasi.
Kebijakan bank sentral mempunyai 2 (dua) sasaran, yaitu :
1. Memperbanyak jumlah uang yang beredar apabila terjadi kelesuan kegiatan
ekonomi. (kebijakan uang longgar).
2. Memperkecil jumlah uang yang beredar apabila terjadi inflasi (kebijakan uang
ketat).

11

Kebijakan-kebijakan yang diambil bank sentral dalam menjalankan fungsinya


(Sadono Sukirno, 1999), yaitu :
1. Kebijakan moneter kuantitatif yang bertujuan untuk mempengaruhi jumlah
penawaran uang.
2. Kebijakan moneter kualitatif uang bertujuan untuk mengatur jenis-jenis
pinjaman dan uang giral yang diciptakan.

Dalam menjalankan kebijakan moneter kuantitatif, bank sentral mempunyai tiga


instrument utama, yaitu :

1. Kebijakan operasi pasar terbuka


Kegiatan bank sentral membeli dan menjual surat-surat berharga dan obligasi
pemerintah dengan tujuan untuk mempengaruhi penawaran uang.
2. Kebijakan tingkat bunga
Bank sentral mempubyai tugas untuk mengendalikan dab menetapkan tingkat
bunga bagi bank umum yang meminjam uang atau menyimpan dana
cadangannya di bank sentral. Dimana tingkat bunga akan dinaikkan apabila
kondidi ekonomi mengalami inflasi dan apabila dalam keadaa resesi bunga
akan diturunkan.
3. Kebijakan cadangan wajib
Bagian dari dana deposito atau tabungan masyarakat yang disisihkan dan
disimpan oleh bank umum baik berupa uang tunai, deposito di bank lain atau
deposito di bank sentral.

12

PENUTUP

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.

13

Anda mungkin juga menyukai