0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
191 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut merupakan ringkasan mengenai Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Muqaddimah AD Muhammadiyah merupakan rumusan ideologi Muhammadiyah dalam bentuk prinsip-prinsip yang dirumuskan pada tahun 1942 oleh Ki Bagus Hadikusumo. Muqaddimah tersebut memuat 6 pokok pikiran yang menjadi pandangan hidup dan
Dokumen tersebut merupakan ringkasan mengenai Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Muqaddimah AD Muhammadiyah merupakan rumusan ideologi Muhammadiyah dalam bentuk prinsip-prinsip yang dirumuskan pada tahun 1942 oleh Ki Bagus Hadikusumo. Muqaddimah tersebut memuat 6 pokok pikiran yang menjadi pandangan hidup dan
Dokumen tersebut merupakan ringkasan mengenai Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Muqaddimah AD Muhammadiyah merupakan rumusan ideologi Muhammadiyah dalam bentuk prinsip-prinsip yang dirumuskan pada tahun 1942 oleh Ki Bagus Hadikusumo. Muqaddimah tersebut memuat 6 pokok pikiran yang menjadi pandangan hidup dan
A. Sejarah Perumusan Bagi muhammadiyah, konsep Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dapat dikatakan sebagai rumusan ideology Muhammadiyah dalam bentuk prinsip-prinsip. Konsep ini dirumuskan pada tahun 1942 pada era Ki Bagus Hadikusumo dan termasuk hal mendasar karena dirumuskan untuk mensistematisasi langkah dan pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah sebelum itu. Sebagai tokoh yang memiliki kepedulian terhadap nasib rakyat dan umat islam Ki Bagus pernah aktif di partai Islam Indoneisa (PII), majelis Islam Ala Indonesia (MIAMI), dan masyumi. Lewat partai ini dia menjadi anggota BPUPKI yang dibentuk pada tanggal 29 April 1942. Di lembaga ini beliau memiliki peran penting dalam mempersiapkan kelahiran Negara Republik Indoneisa dan mengawal keberadaannya sampai tahun 1954. Terkait oleh pembukaan UUD 1945, Ki Bagus Hadikusumo kemudian berpendapat perlunya disusun pula Mukaddimah A.D. Muhammadiyah. Untuk itu beliau berusaha mengungkap kembali pokok-pokok pikiran yang dulu dijadikan dasar amal usaha dan perjuangan K.H. Ahmad dahlan dengan mempergunakan wadah Muhammadiyah. Dalam penyusunan Muqaddimah A.D. Muhammadiyah ini beliau dibantu oleh anggota PP Muhammadiyah yang lain, seperti Kyai A. Badawi, yunus Anis dan sebagainya. Sebetulnya, selain konsep Muqaddimah A.D. Muhammadiyah yang disusun oleh Ki Bagus Hadikusumo, juga ada konsep yang sama yang disusun oleh Hamka. Muhammadiyah ke 31 di Yogyakarta tahun 1950 ialah konsep Muqaddimah yang disusun oleh ki Bagus Hadikusumo, setelah melewati penyempurnaan redaksional yang dilakukan oleh sebuah tim yang dibentuk olej siding Tanwir. Tim penyempurnaan terdiri dari Hamka, K.H. Farid Maruf, Mr. Kasman singodimejo, dan Zain Jambek (Harun, 1986: 23, dan kamal Pasha dkk, tanpa tahun: 65). 1. Pokok-pokok pikiran Muqaddimah A.D. Muhammadiyah Muqaddimah A.D. Muhammadiyah mengandung 6 macam pokok pikiran, yang masing-masing dengan penjelasannya sebagai berikut:
Pokok pikiran pertama : Hidup manusia haruslah mentauhidkan Allah,
bertuhan, beribadah serta tunduk dan taat hanya kepada Allah. Manusia adalah salah satu dari makhluk Allah SWT. sebagai makhluk Allah, manusia tidak diciptakan untuk main-main, tetapi untuk suatu tujuan tertenu. Karena itu sudah seharusnya apabila manusia menyesuaikan hidup dan kehidupannya sejalan dengan dan untuk apa manusia diciptakan oleh Allah. Maka wajiblah manusia mentauhidkan Allah, yang berarti bertuhan, beribadah serta tunduk dan taat kepada Allah semata. Pokok pikiran kedua : Hidup manusia adalah bermasyarakat. Bagi manusia hidup bermasyarakat adalah sesuatu yang tidak mungkin dapat dihindari. Bahkan hal itu merupakan sunnatullah, sebagaimana disyaratkan dalam Al-Quran, karena manusia diciptakan oleh Allah bersuku-suku berbangsa-bangsa supaya saling kenal-mengenal (QS. Al-Hujurat/49:13). Pokok pikiran ketiga : Hanya hokum Allah satu-satunya hokum yang dapat dijadikan sendi pembentuk pribadi utama, dan mengatur tertib hidup bersama menuju kehidupan bahagia sejahtera yang hakiki dunia dan akhirat. pokok pikiran ketiga ini adalah keyakinan dan sekaligus juga pandangan hidup Muhammadiyah. Islam adalah agama yang paling benar, sesuai dengn AlQuran (QS. Al Imran/3:19). Dan karena islam agama yang benar, maka siapapun yang tidak menganut agama yang benar ini akan merugi di akhirat nanti (QS. Al Imran/3:85). Keyakinan dan pandangan hidup Muhammadiyah yang demikian ini diperkuat oleh kenyataan, bahwa islam tidak hanya agama ibadah, tetapi juga suatu way of life yang lengkap sempurna. Mengakui hal ini, seorang orientalis yang bernama V.M. Dean berkata dalam sebuah bukunya, Islam adalah suatu perpaduan yang sempurna antara agama, system politik, pandangan hidup serta penafsiran sejarah. : (Kamal Pasha, dkk. Tanpa Tahun 1971:72). Pokok pikiran keempat : Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam untuk mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya adalah kewajiban bagi orang yang mengaku bertuhan kepada Allah. Pokok pikirian keempat ini adalaj konsekuensi dari keyakinan dan pandangan hidup Muhammadiyah yang terkandung dalam pokok pikiran ketiga. Mengapa konsekuensi? Keyakinan yang menjadi pandangan hidup adalah perlu direalisasikan supaya dapat terwujud dalam kenyataan. Untuk itu jelas sekali perlu perjuangan. Bukankah dalam islam ada ajaran untuk berjihad li-Ilaihi kalimat Allah hiya al-u;ya? rasanya sangat mustahil masyarakat islam sebenar-benarnya@ dapat terwujud di Indonesia mengingat sangat majemuknya masyarakat di Indonesia kalua kita tidak berjuang untuk itu. Pokok pikiran kelima : Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam untuk mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya hanya akan berhasil apabila mengikuti jejak perjuangan para Nabi, terutama Nabi Muhammad Saw. Kalua pokok pikiran keempat menggariskan keharusan dilakukannya perjuangan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam, maka pokok pikiran kelima menggariskan bagaimana cara dan akhlak perjuangan itu harus dilakukan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam.
Pokok pikiran keenam : Perjuangan mewujudkan maksud dan tujuan di
atas hanya akan dapat tercapai apabila dilaksanakan dengan berorganisasi. Pokok pikiran keenam menekankan, brtapa pentingnya berorganisasi, sebab perjuangan hanya akan dapat dicapai apabila dilaksanakan dengan berorganisasi. Berjuang dengan berorganisasi jelas sangat penting, sebab seperti dikatakan dalam pepatah, kebenaran yang tidak diatur dengan baik dapat dikalahkan oleh kebathilan tetapi diatur dengan baik dapat dikalahkan oleh kebathilan tetapi diatur dengan baik. Paling tidak berjuang dengan jalan berorganisasi selain mempermudah mencapai tujuan, juga sangat efisien dalam pelaksanaannya, hemat tenaga, hemat waktu dan hemat biaya. Muhammadiyah sebagai suatu organisasi, agar dinamika keorganisasiannya tepat, benar, tertib dan lancer memerlukan seperangkat peraturan seperti anggaran dasar (termasuk muqaddimah), anggaran rumah tangga, kaidahkaidah serta peraturan-peraturan lainnya.
B. Identitas dan Asas Muhammadiyah
Identitas/hakekat Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar maruf nahi munkar dan tajdid, bersumber pada Al-Quran dan Sunnah. Asas Muhammadiyah adalah Islam, sedangkan maksud dan tujuannya ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam mencapai maksud dan tujuan serta mewujudkan misi yang ideal tersebut, Muhammadiyah melakukan usaha-usaha yang bersifat pokok, yang kemudian diwujudkan dalam amal usaha, program dan kegiatan. Langkah-langkah dakwah dan tajdid Muhammadiyah tersebut tercermin dalam kepeloporan mendirikan sekjolah Islam modern, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan dengan mendirikan PKU(Pembin Kesejahteraan Umat), penyantunan anak-anak yatim dan miskin melalui gerakan Al-Maun, dan mendobrak praktik dan pemikiran Islam yang jumud (statis,beku) dengan ijtihad. Gerakan Muhammadiyah yang berkarakter dakwah dn tajdid tersebut dilakukan melalui system ordanisasi dan bersifat ekspansi. Dari perjalanan awal Muhammadiyah tersebut maka jelas sekali karakter yang kuat dari persyarikatan, yaitu sebagai gerakan Islam yang menjalankan dakwah dan tajdid melalui system organisasi yang selalu dinamis dan berkemajuan. Dengan demikian karakter gerakan Muhammadiyah itu dakwah dan tajdid, yang juga mengandung dimensi pemurnian sekaligus pembaruan. Gerakan pembaruan inilah yang membedakan Muhammadiyah dengan gerakan-gerakan Islam lainnya, hatta dengan gerakan modernis lainyya seperti Persatuan Islam yang sama-sama beraliran modern. Deliar Noer mengkategorikan Muhammadiyah sebagai gerakan moderan yang bersifat toleran, sedangkan Persatuan islam bersifat keras. Lebih jauh lagi, berbeda dengan Muhammadiyah, Persatuan Islam secara ideologis mirip dengan organisasi ikhwanul Muslimin di Mesir dan jama ati-islami di Pakistan, sedang dalam pemahaman agama mengedepankan penerapan hukum-hukum secara harifah.
Artinya, jika dihubungkan dengan situasi saat ini maka
Muhammadiyah secara teologis dan ideologis memiliki perbedaan dengan gerakan-gerkan Islam yang berkarakter seperti Persatuan Islam, ikhwanul Muslimin, serekat Islam dan paham ideologis serta organisasi yang serupa yang kini berkembang dan meluap di lingkungan umat islam baik yang menampilkan harakah-harakah dakwah atau politik atau bahkan penampilan keduanya sekaligus: gerakan dakwah dan politik.