DEMENSIA ALZHEIMER
Oleh :
Pembimbing :
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
.............................................................................................. i
................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
terganggunya berbagai fungsi otak. Terganggunya fungsi otak tersebut dapat berdampak
pada ketidakseimbangan kontrol emosi, tingkah laku sosial ataupun motivasi.1
Demensia adalah suatu sindrom penurunan fungsi intelektual yang cukup berat
sehingga mengganggu aktivitas sosial dan profesional yang tercermin dalan aktivitas
hidup keseharian disertai adanya perubahan perilaku yang tidak disebabkan oleh
delirium maupun gangguan psikiatri mayor. Adanya peningkatan usia harapan hidup di
negara maju dan negara berkembang disertai dengan meningkatnya jumlah penduduk
yang mengalami demensia.2
Diperkirakan terdapat 35,6 juta orang dengan demensia pada tahun 2010 dengan
peningkatan dua kali lipat setiap 20 tahun, menjadi 65,7 juta di tahun 2030 dan 115,4
juta di tahun 2050. Di Asia Tenggara jumlah orang dengan demensia diperkirakan
meningkat dari 2,48 juta di tahun 2010 menjadi 5,3 juta pada tahun 2030.2
Terdapat beberapa tipe demensia yaitu demensia alzheimer, demensia vaskular,
demensia lewy body dan demensia penyakit parkinson, demensia frontotemporal, dan
demensia tipe campuran. Penyakit Alzheimer merupakan bentuk demensia yang paling
sering terjadi dan mencakup hampir 60-70% kasus. Penyakit ini dicirikan dengan
terjadinya penurunan fungsi kognitif secara progresif.3
Menurut WHO, pengobatan dan perawatan pasien dengan demensia di dunia
menghabiskan sekitar 604 juta dolar Amerika. Semakin meningkat seiring dengan
waktu. Di negara maju, biaya tersebut lebih banyak digunakan untuk perawatan non
medis dan sosial, sedangkan di negara berkembang lebih banyak digunakan untuk biaya
perawatan medis.1
Penyakit Alzheimer yang ditandai dengan kemunduran memori secara progresif
dan terjadi perubahan histopatologi adanya endapan peptida di ekstrasel yang
menyebabkan munculnya plak dan perubahan neurofibril intrasel di otak. Meskipun
demikian, hingga saat ini mekanisme yang akurat mengenai patogenesis Alzheimer
masih belum jelas.4
Hingga saat ini tidak terdapat terapi yang dapat diberikan untuk menghentikan
ataupun mengembalikan kondisi gangguan pada Alzheimer. Gangguan kognitif tersebut
akan semakin progresif dan memburuk, sering kali hingga pasien meninggal. Selain itu,
tidak terdapat tanda dan gejala yang dapat menentukan diagnosis penyakit Alzheimer
secara tepat.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena
adanya kelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai dengan gangguan fungsi
luhur multipel seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan.
Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai
dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan motivasi. Salah satu jenis demensia
yang sering dijumpai adalah demensia alzheimer.5
Istilah penyakit Alzheimer diperkenalkan tahun 1906 saat dr. Alois Alzheimer
memaparkan kasus mengenai wanita 51 tahun yang mengalami gangguan otak yang
jarang ditemukan. Berdasarkan hasil otopsi didapatkan adanya plak dan kekusutan pada
otaknya yang merupakan karakteristik penyakit Alzheimer yang dikenal saat ini.1
Demensia alzheimer adalah salah satu bentuk demensia yang terjadi di atas umur
65 tahun. Sebanyak 5 juta orang Amerika yang berumur 65 tahun atau lebih tua
menderita Alzheimer dan jumlah tersebut dapat berlipat ganda setiap interval 5 tahun.5
2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit
alzheimer
merupakan
penyakit
neurodegeneratif
yang
secara
epidemiologi terbagi 2 kelompok yaitu kelompok yang menderita pada usia kurang 58
tahun disebut sebagai early onset sedangkan kelompok yang menderita pada usia lebih
dari 58 tahun disebut sebagai late onset.6
Penyakit alzheimer dapat timbul pada semua umur, 96% kasus dijumpai setelah
berusia 40 tahun keatas. Schoenburg dan Coleangus (1987) melaporkan insidensi
berdasarkan umur: 4,4/1.000.000 pada usia 30-50 tahun, 95,8/100.000 pada usia > 80
tahun. Angka prevalensi penyakit ini per 100.000 populasi sekitar 300 pada kelompok
usia 60-69 tahun, 3200 pada kelompok usia 70-79 tahun, dan 10.800 pada usia 80 tahun.
Diperkirakan pada tahun 2000 terdapat 2 juta penduduk penderita penyakit alzheimer.
Sedangkan di Indonesia diperkirakan jumlah usia lanjut berkisar 18,5 juta orang dengan
angka insidensi dan prevalensi penyakit alzheimer belum diketahui dengan pasti.1
Demensia alzheimer meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi
tertinggi adalah pada usia di atas 60 tahun. Beberapa bentuk familial dari alzheimer
bahkan didapatkan pada usia 30 tahun. Lebih dari 90% kasus alzheimer didapatkan
sporadik dan terjadi di individual yang berusia di atas 60 tahun.1
c. Jenis kelamin
Orang dengan jenis kelamin perempuan dikatakan lebih sering mengalami
demensia. Hal ini mungkin disebabkan oleh angka harapan hidup pada perempuan lebih
tinggi setelah usia diatas 65 tahun.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
a. Aterosklerosis
Akumulasi lemak dan kolesterol di dinding arteri akan menyebabkan proses
inflamasi dan berujung kepada penebalan dinding pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan darah yang menuju ke otak akan semakin menurun. Tingkat Low Density
Lipoprotein (LDL) sangat terkait dengan terjadinya demensia alzheimer.
b. Diabetes
Orang dengan diabetes memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami demensia,
walaupun bukti untuk pernyataan ini belum secara nyata didapatkan. Diabetes yang
tidak terkontrol sudah terbukti meningkatkan resiko terjadinya demensia yang terkait
vaskular.
c. Hipertensi
Tingginya tekanan darah berkorelasi positif untuk terjadinya penyakit seperti
stroke, dan jenis demensia yang menyerang substansia alba.
d. Penyakit mental
Pada beberapa penelitian didapatkan bahwa depresi dapat mengarah kepada Mild
Mental Impairment dan hilangnya fungsi kognitif.
e. Down syndrome
Banyak orang dengan Down Syndrome memiliki early-onset demensia
alzheimer.
f. Merokok
Banyak penelitian yang telah mengatakan bahwa merokok dapat meningkatkan
resiko terjadinya demensia karena merokok dikatakan dapat mengurangi jumlah aliran
darah yang menuju ke otak.
g. Alkohol
Konsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak dikatakan meningkatkan resiko
untuk terjadinya demensia.
2.4 ETIOLOGI
10
4. Faktor imunologis
Behan dan Felman (1970) melaporkan 60% pasien yang menderita alzheimer
didapatkan kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha
protein, anti trypsin alphamarcoglobuli dan haptoglobuli.
Heyman (1984), melaporkan terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari
penderita alzheimer dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit
inflamasi kronik yang sering didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor
immunitas.
5. Faktor trauma
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer dengan
trauma kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita demensia pugilistik,
dimana pada otopsinya ditemukan banyak neurofibrillary tangles.
6. Faktor neurotransmiter
Perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita alzheimer mempunyai
peranan yang sangat penting seperti:
a. Asetilkolin
Barties et al (1982) mengadakan penelitian terhadap aktivitas spesifik
neurotransmiter dengan cara biopsi sterotaktik dan otopsi jaringan otak pada penderita
alzheimer didapatkan penurunan aktivitas asetilkolintransferase, asetikolinesterase dan
transport kolin serta penurunan biosintesis asetilkolin. Adanya defisit presinaptik dan
postsinaptik kolinergik ini bersifat simetris pada korteks frontalis, temporallis superior,
nukleus basalis, hipokampus.
Kelainan neurotansmiter asetilkolin merupakan kelainan yang selalu ada
dibandingkan jenis neurotansmiter lainnya pada penyakit alzheimer, dimana pada
jaringan otak atau biopsinya selalu didapatkan kehilangan marker kolinergik. Pada
penelitian dengan pemberian scopolamin pada orang normal, akan menyebabkan
11
berkurang atau hilangnya daya ingat. Hal ini sangat mendukung hipotesis kolinergik
sebagai patogenesis penyakit alzheimer.
b. Noradrenalin
Kadar metabolisme norepinefrin dan dopamin didapatkan menurun pada jaringan
otak penderita alzheimer. Hilangnya neuron bagian dorsal lokus seruleus yang
merupakan tempat yang utama noradrenalin pada korteks serebri, berkorelasi dengan
defisit kortikal noradrenergik.
Bowen et al(1988), melaporkan hasil biopsi dan otopsi jaringan otak penderita
alzheimer menunjukkan adanya defisit noradrenalin pada presinaptik neokorteks. Palmer
et al(1987), Reinikanen (1988), melaporkan konsentrasi noradrenalin menurun baik pada
post dan ante-mortem penderita alzheimer.
c. Dopamin
Sparks et al (1988), melakukan pengukuran terhadap aktivitas neurotansmiter
regio hipothalamus, dimana tidak adanya gangguan perubahan aktivitas dopamin pada
penderita alzheimer. Hasil ini masih kontroversial, kemungkinan disebabkan karena
potongan histopatologi regio hipothalamus setiap penelitian berbeda-beda.
d. Serotonin
Didapatkan penurunan kadar serotonin dan hasil metabolisme 5-hidroxiindolacetil acid pada biopsi korteks serebri penderita alzheimer. Penurunan juga
didapatkan pada nukleus basalis dari meynert. Penurunan serotonin pada subregio
hipotalamus sangat bervariasi, pengurangan maksimal pada anterior hipotalamus
sedangkan pada posterior periventrikuler hipotalamus berkurang sangat minimal.
Perubahan kortikal serotoninergik ini berhubungan dengan hilangnya neuron-neuron dan
diisi oleh formasi NFT pada nukleus raphe dorsalis.
12
13
14
16
Demensia
Awitan tidak jelas dengan waktu
awitan tidak diketahui.
Perjalanan klinis perlahan, bertahap
dan progrsif memburuk.
Biasanya irreversible
Disorientasi terjadi pada fase
lanjut.
Fluktuasi ringan dari hari ke hari.
Perubahan fisiologis yang tidak
begitu nyata.
Tingkat kesadaran yang berfluktuasi
Kesadaran berkabut tahap akhir.
Rentang waktu atensi pendek
Rentang waktu atensi normal
Gangguan siklus tidur-bangun, bervariasi Gangguan siklus bangun-tidur,
dari jam ke jam.
bervariasi dari siang ke malam.
Gangguan psikomotor jelas terjadi pada Gangguan psikomotor terjadi pada
fase awal
fase lanjut.
2. Pseudodemensia
Depresi dapat mempengaruhi status kognitif penyandang, oleh sebab itu sebelum
mencari etiologi demensia, perlu dipastikan apakah penyandang mengalami
demensia atau pseudodemensia karena depresi. Berikut adalah perbedaan klinis
antara demensia dan pseudodemensia
17
Pseudodemensia
Demensia
Akut
dengan
perubahan Perlahan, berbulan-bulan
perilaku
Mood/tingkah laku Banyak keluhan, tetapi hasil Tes neuropsikologi jelek, namun
tes objektif baik
penderita
berusaha
meminimalkan/merasionalisasi
kekurangannya
Pandangan tentang Jelek
Normal
diri sendiri
Keluhan terkait
Ansietas, insomnia, anoreksia
Jarang, kadang-kadang insomnia
Durasi
Alasan konsultasi
Riwayat
sebelumnya
3. Demensia vaskuler
Dalam penegakan diagnosis demensia Alzheimer, apabila terdapat keraguan
untuk membedakannya dengan demensia vaskular, dapat digunakan skor iskemik
Hachinski berikut dengan kriteria apabila jumlah 6 maka termasuk demensia
Alzheimer, sedangkan bila jumlah 7 maka termasuk demensia Vaskular:
Ya
2
1
2
1
1
1
1
1
1
Tidak
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
11
12
13
2
1
2
2
0
0
0
0
19
20
masih
diperlukan
penelitian
lebih
lanjut.
Dikatakan
dapat
21
Fungsi kognitif pada pasien Alzheimer dapat dipertahankan tidak hanya dengan
farmakologis, namun juga non farmakologis. Program yang dibuat secara individual dan
mencakup intervensi terhadap pasien sendiri, pengasuh dan lingkungan. Tatalaksana
disesuaikan dengan kondisi dan tahapan demensia (ringan, sedang, berat) dan sumber
dukungan yang ada.2,8
2.8 PROGNOSIS
Prognosis penderita demensia
variabilitas gambaran klinis dan perbedaan individual seperti usia, riwayat keluarga dan
jenis kelamin. Pasien dengan penyakit demensia alzheimer memiliki angka harapan
hidup rata-rata 4-10 tahun setelah diagnosis dan meninggal akibat dari infeksi
sekunder.2,9
22
BAB III
SIMPULAN
Penyakit Alzheimer merupakan gangguan degeneratif progresif yang menyerang
pada sel saraf otak yang mengakibatkan terjadinya kehilangan memori, kemampuan
berpikir dan bahasa serta perubahan tingkah laku. Penyakit Alzheimer merupakan
penyebab tersering dari demensi atau hilangnya fungsi kognitif pada orang usia 65 tahun
ke atas. Penyakit ini tidak merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Usia
merupakan salah satu faktor resiko utama dari penyakit Alzheimer. Mekanisme pasti
terjadinya Alzheimer masih belum jelas hingga saat ini. Beberapa hipotesis
menyebutkan adanya lesi patologis dan sitopatologis neuron yang berkaitan dengan
genotip apolipoprotein E, hiperfosforilasi sitoskeleton, stres oksidatif, siklus sel yang
abnormal, inflamasi dan metabolisme A. Diagnosis ditegakkan menurut kelengkapan
informasi klinis, patologi dan kemiripan sindrom demensia. Diagnosis penyakit
Alzheimer dibagi atas diagnosis pasti, probable dan possible (NINCDS-ADRDA).
Terapi farmakologis dianjurkan hanya pada demensia Alzheimer stadium ringan dan
sedang dengan tujuan terapi untuk menurunkan kecepatan perburukan. Obat yang
digunakan mencakup kolinesterase inhibitor dan disease modifying agent.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Asosiasi Alzheimer Indonesia. 2003. Konsensus Nasional Pengenalan dan
Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demensia Lainnya. Edisi 1 Demensia
Alzheimer
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.2015. Panduan Praktik Klinik
Diagnosis dan Penatalaksanaan Demensia. http://www.perdossi.or.id. Diakses 1
November 2016.
3. Anonim.
2014.
Definition
of
Alzheimer's.
Available
at:
http://www.alzfdn.org/AboutAlzheimers/definition.html. Diakses: 1 November
2016
4. Dong S, Duan Y, Hu Y, Zhao Z. 2012. Advances in the pathogenesis of
Alzheimers disease: a re-evaluation of amyloid cascade hypothesis. Available at:
http://www.translationalneurodegeneration.com/content/1/1/18.
Diakses
1
November 2016.
5. Hong-Qi Y, Zhi-Kun S and Sheng-Di C. 2012. Current advances in the treatment
of Alzheimers disease: focused on consideration stargeting A and tau.
Available at: http://www.translationalneurodegeneration.com/content/1/1/21.
Diakses 1 November 2016.
6. Jalbert J, Daiello L and Lapane K. 2008. Dementia of the Alzheimer Type.
Epidemiol Rev 2008; 30: 1534.
7. McKhan G, Knopman D, Chertkow H, Hyman B, Jack C, Kawas C, Klunk W,
Koroshetz W, manly J, Mayeux R, Mohs R. 2011. The diagnosis of dementia
dueto Alzheimers disease: Recommendations from the National Institute on
Aging and the alzheimers Association workgroup. J Jalz 2011.03.005 (pg 1-7).
8. Beatrice Duthey. 2013. Alzheimer Disease and Other Dementias. Available at:
http://www.who.int/areas/BP6_11Alzheimer. Diakses: 1 November 2016.
9. UCSF Memory and Aging Centre. 2014. Alzheimer Disease. Available at:
http://memory.ucsf.edu/education/diseases/alzheimer. Diakses: 1 November
2016.
24