Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh
Dian Dwi Nathania Salim
G4A015120
Disusun Oleh :
Dian Dwi Nathania Salim
G4A015120
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi sumber
daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan
pembangunan manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua
pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi
kesejahteraan masyarakat.
Salah satu faktor penentu kesehatan adalah pangan. Semakin maju
tingkat kesejahteraan masyarakat, makin besar dan makin kompleks
kebutuhan masyarakat terhadap beraneka ragam jenis produk pangan yang
sehat. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Pengelolaan makanan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penerimaan
bahan mentah atau makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk,
pengemasan, pewadahan, pengangkutan, dan penyajian (Permenkes RI
No.1096, 2011)
Pemenuhan pangan yang aman dan bermutu merupakan hak asasi setiap
manusia. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam
Pasal 111 ayat (1) menyatakan bahwa makanan dan minuman yang digunakan
masyarakat harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan kesehatan.
Keamanan Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat, karena
makanan yang aman dan bergizi akan melindungi dan mencegah terjadinya
penyakit atau gangguan kesehatan lainya. Keamanan pangan pada dasarnya
adalah upaya higiene, sanitasi, mutu, dan kandungan gizi pada produk olahan
makanan (Peraturan Pemerintah No.28, 2004; Prabu, 2008).
Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor
risiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan
makanan, orang, tempat, dan peralatan agar aman dikonsumsi. Tujuannya
adalah mencegah gangguan kesehatan atau penyakit akibat makanan,
upaya
b. Mengetahui
upaya-upaya
Puskesmas
Sumpiuh
dalam
dasar
untuk
penelitian
selanjutnya
bagi
pihak
yang
membutuhkan.
dengan
Kabupaten
Cilacap,
dan
berbatasan
dengan
Cilacap
d.
Sebelah Barat : Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas.
Wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh secara administratif mencakup
7 desa, seluas 2.028,115 Ha atau sama dengan 26, 98 km 2 dengan rincian
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kelurahan Kebokura
Desa Karanggedang
Desa Kemiri
Desa Kuntili
Desa Pandak
Desa Lebeng
Desa Ketanda
: 202,948 Ha
: 202,458 Ha
: 284,000 Ha
: 327,050 Ha
: 275,935 Ha
: 228,656 Ha
: 542,179 Ha
Penduduk
KK
Wilayah
1
2
3
4
5
6
7
Kebokura
4560
1361
202.948
Karanggedang
2011
677
202.458
Kemiri
5263
1312
284.000
Kuntili
4163
1308
327.500
Pandak
3291
940
275.930
Lebeng
2749
789
228,656
Ketanda
5399
2163
542.179
Jumlah
27436
8.550 2.063.671
Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sumpiuh tahun 2015
Penduduk
(per km2)
2.25
0.99
1.85
1.27
1.19
1.20
1.00
1.33
Total
1473
3.819
13.417
6.416
2.311
27.436
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Tidak/ belum tamat SD/MI
1.772
SD/MI
7.268
SMP/MTs
6.335
SMA/SMK/MA
6.718
AK/Diplomat
515
Universitas
379
S2/S3 (Master/Doktor)
47
Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sumpiuh tahun 2015
Berdasarkan data diatas, tingkat pendidikan penduduk dengan
jumlah paling tinggi adalah tingkat SD/MI sebanyak 7.268 orang,
sedangkan tingkat pendidikan terendah adalah tingkat S2/S3 atau gelar
Master/Doktor yaitu sebesar 47 orang (Puskesmas I Sumpiuh, 2015).
c. Rasio Jenis Kelamin
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari
rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan
perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasarkan penghitungan
sementara angka proyeksi penduduk tahun 2015 berdasarkan data,
didapatkan jumlah penduduk laki-laki 13.929 jiwa (50,05%) dan
jumlah penduduk perempuan 13.650 jiwa (49,95%). Sehingga
didapatkan rasio jenis kelamin sebesar 98,79 per 100 penduduk
perempuan, berarti setiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 99
penduduk laki-laki (Puskesmas I Sumpiuh, 2015).
B.
Sumpiuh
pada
tahun
2015
adalah
sebesar
2. Angka Kematian
1) Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11
bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun 1 tahun. Angka
Kematian Bayi (AKB) di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2015 yaitu
9
10
11
sebesar 37,9% yaitu rumah sehat mencapai 2.381 dari 6.278 rumah
yang diperiksa.
2) Akses air bersih
Cakupan keluarga yang memiliki akses air bersih pada tahun 2015
sebesar 1.832 keluarga (76,9%). Jumlah sarana air bersih tersebut,
terbanyak memanfaatkan sumur gali (70,2 %).
3) Sanitasi Dasar
Sarana sanitasi dasar meliputi jamban, tempat sampah, dan
pengelolaan air limbah. Cakupan keluarga yang memiliki jamban yang
memenuhi syarat kesehatan di Puskesmas I Sumpiuh sebanyak 826
keluarga (60,6%) dari keseluruhan 1.362 (57,2%) keluarga yang
memiliki jamban. Keluarga yang memiliki tempat sampah sebanyak
1.313 (55,1%) dan yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak 711
(54,2%), yang memiliki tempat pengolahan air limbah sebanyak 1.255
(52,7%) dan yang memiliki tempat pengolahan air limbah sehat
sebnyak 689 keluarga (54,9%).
4) Tempat Pengelolaan Makanan
Cakupan tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat
kesehatan pada tahun 2015 adalah 22 TPM (51,1%) dari 43 TPM yang
diperiksa.
5) Kesehatan Lingkungan Institusi
Kondisi kesehatan lingkungan institusi meliputi sarana pelayanan
kesehatan, sarana pendidikan, instalasi pengolahan air minum, sarana
ibadah, dan perkantoran. Pada tahun 2015, pencapaian cakupan insitusi
yang dibina yaitu sarana pelayanan kesehatan (90%) meningkat bila
dibanding tahun 2014 (76,9%), sarana pendidikan (61%) sama dengan
tahun 2014, sarana ibadah (62,9%) meningkat bila dibanding tahun
2014 (62%), dan perkantoran (70%) meningkat bila dibanding tahun
2014 (63,6%).
6. Pelayanan Kesehatan
1) Sarana di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh terdiri dari 1 puskesmas
rawat inap dengan kapasitas 21 tempat tidur, 1 puskesmas pembantu, 5
Pos Kesehatan Desa, dan 41 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
12
pencapaian
higiene
dan
sanitasi
tempat
membantu untuk
13
Puskesmas adalah (1) pemantauan higiene dan sanitasi di tempattempat pengelolaan makanan tiap tiga bulan sekali di tujuh desa
yang masuk wilayah Puskesmas 1 Sumpiuh. Pemantauan ini
dilakukan dengan datang langsung ke lokasi TPM untuk menilai
higiene dan sanitasi di TPM. (2) Penyuluhan tentang higiene dan
sanitasi diberikan pada saat penyuluhan keamanan pangan oleh
dinas kesehatan, penyuluhan dan pemberian evaluasi ketika
pemantauan tiap tiga bulan oleh petugas kesehatan lingkungan
dari puskesmas, dan saat kegiatan lingkungan oleh kader
kesehatan.
3) Money
Dari segi keuangan, tahun 2016 puskesmas dalam rangka
pemantauan tempat pengelolaan makanan mendapatkan bantuan
dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), sesuai Rencana
Strategis
Kementerian
Kesehatan
tahun
2015-2019
pada
14
Petugas
kesehatan
memfasilitasi
pengambilan
dan
di
TPM,
meskipun
sudah
mengetahui
standar
surat
P-IRT dengan
hasil
laboratorium
secara
15
inspeksi
mendadak
(sidak)
ke
tempat-tempat
pengelolaan makanan.
c. Output
Pencapaian target tempat pengelolaan makanan di wilayah kerja
Puskesmas 1 Sumpiuh yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun
2015 adalah 51,1%. Berdasarkan Rencana Strategis Dinas Kesehatan
(Renstra Dinkes) 2013-2018, angka tersebut belum memenuhi target
yaitu 62%.
3. Opportunity
a. Adanya bantuan dari kader kesehatan desa untuk melakukan
penyuluhan secara sukarela juga membantu berjalannya program ini.
b. Dinas kesehatan memberikan penyuluhan higiene dan sanitasi terkait
produksi makanan secara gratis untuk masyarakat jika sudah
terkumpul lebih dari 50 orang.
c. Dinas kesehatan memfasilitasi para pengusaha TPM memeriksakan
sampel makanan di laboratorium setiap bulan secara gratis mulai
bulan Agustus Desember 2016.
d. Adanya pinjaman modal dari bank dengan bunga yang sangat kecil
ditujukan untuk usaha mikro sehingga membantu pengusaha TPM
meningkatkan mutu pangan lebih baik dan terjaminnya higiene
sanitasi TPM.
4.
Threat
jarang
memiliki kesibukan
16
ketentuan
pemerintah
yang
tidak
memperbolehkan
17
III.
A.
untuk
masyarakat,
dan
memfasilitasi
para
pengusaha
TPM
18
pengetahuan
mengenai
higiene
dan
sanitasi
tempat
19
20
IV.
A. Kesimpulan
1. Program kesehatan yang masih memiliki masalah dalam pelaksanaan dan
pencapaiannya adalah angka pencapaian higiene dan sanitasi tempat
pengelolaan makanan yaitu sebesar 51,1% dari target 62% pada tahun
2015.
2. Belum tercapainya target pencapaian higiene dan sanitasi tempat
pengelolaan makanan dikarenakan beberapa fakor, antara lain:
a. Keterbatasan modal para pengusaha TPM untuk pengadaan alat
pelindung diri bagi karyawan, alat bahan penunjang sanitasi untuk
TPM, dan perekrutan karyawan.
b. Lokasi TPM dan lingkungan sekitar TPM yang tidak memenuhi syarat
sulit diubah atau membutuhkan waktu lama untuk diperbaiki.
c. Kesadaran dan inisiatif pengusaha dan pekerja TPM yang masih
rendah untuk memakai alat pelindung diri selama proses produksi di
TPM.
d. Menurunnya kesadaran pengusaha TPM untuk mengumpulkan sampel
makanan untuk dicek di laboratorium, dan bahkan menolak untuk
dicek.
c. Saran
1. Puskesmas dapat melanjutkan beberapa metode yang sudah berjalan
seperti melakukan pemantauan berkala dan penyuluhan higiene dan
sanitasi tempat pengelolaan makanan.
2. Alternatif pemecahan masalah yang penulis usulkan adalah
a. Penyuluhan berkala dari Dinas Kesehatan, puskesmas, dan kader
kesehatan dan dilakukan secara terjadwal, tidak hanya dilakukan saat
pemantauan.
b. Mengajak aktif dan mengingatkan para pengusaha TPM untuk
memeriksakan sampel makanan produksinya tiap 3 bulan sekali.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
2015.
Food
Safety.
Available
at
http://
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs399/en/. Diakses 2 Agustus
2016.
23