Syukur Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah swt, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada kita semua, terutama kepada
Saya sehingga dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi
kita dalam proses belajar terutama pada mata kuliah AIK II terkhususnya yang
berhubungan dengan Akal dan wahyu dalam pemikiran islam
Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan
berdasarkan metode-metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami
sehingga dapat menambah wawasan pemikiran para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, Saya menyadari sepenuhnya adanya
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun Saya harapkan
dari para pembaca agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tangerang,
April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akal dan Wahyu
B. Fungsi dan Kedudukan Akal serta Wahyu
C. Akal dan Wahyu Dalam Pemikiran Islam
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang penuh dengan
kekurangan. Dalam semua sisi kehidupan, kekurangan yang melekat pada
manusia menyebabkan kemampuan yang dimiliki menjadi sangat terbatas.
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan peran dan fungsi akal
secara optimal, sehingga akal dijadikan sebagai standar seseorang diberikan
beban taklif atau sebuah hukum. Jika seseorang kehilangan akal maka
hukum-pun tidak berlaku baginya. Saat itu dia dianggap sebagai orang yang
tidak terkena beban apapun.
Islam bahkan menjadikan akal sebagai salah satu diantara lima hal primer
yang diperintahkan oleh syariah untuk dijaga dan dipelihara, dimana
kemaslahatan dunia dan akhirat amat disandarkan pada terjaga dan
terpeliharanya kelima unsur tersebut, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan, dan
harta.
Agama mengajarkan dua jalan untuk mendapatkan pengetahuan. Pertama,
melalui jalan wahyu, yakni melalui komunikasi dari Tuhan kepada/manusia,
dan kedua dengan jalan akal, yakni memakai kesan-kesan yang diperoleh
panca indera sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan.
Pengetahuan yang diperoleh melalui wahyu diyakini sebagai pengetahuan
yang absolut, sementara pengetahuan yang diperoleh melalui akal diyakini
sebagai pengetahuan yang bersifat relatif, yang memerlukan pengujian terus
menerus, mungkin benar dan mungkin salah (Harun Nasution, 1986: 1).
Di zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, timbul pertanyaan,
pengetahuan mana yang lebih dipercaya, pengetahuan yang diperoleh melalui
akal, pengetahuan melalui wahyu, atau pengetahuan yang diperoleh melalui
kedua-duanya.
Karena itu,
masalah hubungan
dalam sejarah pemikiran manusia, telah lebih dua ribu tahun (Harun
Nasution, 1986: 1).
Akan tetapi, meskipun demikian akal bukanlah penentu segalanya. Ia tetap
memiliki kemampuan dan kapasitas yang terbatas. Oleh karena itulah, Allah
SWT menurunkan wahyu-Nya untuk membimbing manusia agar tidak
tersesat. Di dalam keterbatasannya-lah akal manusia menjadi mulia.
Sebaliknya, ketika ia melampaui batasnya dan menolak mengikuti bimbingan
wahyu maka ia akan tersesat.
B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian akal dan wahyu?
2. Bagaimana fungsi dan kedudukan akal dan wahyu?
3. Bagaimanakah akal dan wahyu dalam pemikiran Islam?
C. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini untuk menjelaskan bahwa akal dan wahyu
dalam kehidupan islam sangat penting akal dan wahyu yang digunakan
maqasid
as-syariah
atau
maslahah
yang
menekankan
terjaminnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akal dan Wahyu
1. Akal
Akal berasal dari bahasa Arab aqala-yaqilu yang secara lughawi
memiliki banyak makna, sehingga kata al aql sering disebut sebagai
lafazh musytarak, yakni kata yang memiliki banyak makna. Dalam
kamus bahasa Arab al-munjid fi al-lughah wa al alam, dijelaskan bahwa
aqala memiliki makna adraka (mencapai, mengetahui), fahima
(memahami), tadarabba wa tafakkara (merenung dan berfikir). Kata
al-aqlu sebagai mashdar (akar kata) juga memiliki arti nurun nuhaniyyun
bihi tudriku al-nafsu ma la tudrikuhu bi al-hawas, yaitu cahaya ruhani
2. Wahyu
Kata al-wahy yang berarti suara, kecepatan, api, bisikan, isyarat,
tulisan dan kitab adalah kata arab asli, bukan kata pinjaman dari bahasa
asing. Selanjutnya al-wahy mengandung arti pemberitahuan secara
tersebunyi dan dengan cepat. Namun arti yang paling terkenal adalah
apa yang disampaikan Tuhan kepada nabi-nabi. Yakni sabda Tuhan
yang disampaikan kepada orang pilihanNya agar diteruskan kepada
manusia untuk dijadikan pegangan hidup (Harun Nasution, 1992: 15)
Firman Allah itu mengandung petunjuk dan pedoman yang
memang diperlukan oleh umat manusia dalam menjani hidup di dunia
dan di akhirat kelak. Dalam Islam wahyu Allah itu disampaikan kepada
nabi Muhammad saw yang terkumpul semuanya dalam al-Quran.
Wahyu dalam arrti firman Allah yang disampaikan kepada nabi dan
rasul-Nya, misalnya:
Artinya: sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu
sebagaimana kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi
yang kemudiannya, dan kami telah memberikan wahyu (pula) kepada
ibrahim, ismail, ishaq, yaqub, dan anak cucuny, isa, ayyub,Yunus,
Harun, dan sulaiman. Dan kami berikan zabur kepada Dawud
menggunakan akalnya:
Allah SWT berfirman:
Artinya:"Dan
mereka
berkata:
"Sekiranya
kami
barat modern. Dalam perkembangan islam dalam kedua aspek itu, akal
memainkan peranan penting, bukan dalam bidang kebudayaan saja, tetapi
juga dalam bidang agama itu sendiri. Dalam membahas masalah-masalah
keagamaan, ulama-ulama Islam tidak semata-mata berpegang pada wahyu,
tetapi banayk pula bergantung pada pendapat akal. Peranan akal yang besar
dalam pembahasan masalah-masalah keagamaan dijumpai bukan pula hanya
dalam bidang filsafat, tetapi juga dalam bidang tauhid, bahkan juga dalam
fikih dan tafsir sendiri .(Nasution Harun, 1986: 71)
1. Fikih
Memulai pembicaraan tentang peranan akal dalam bidang fikih
atau hukum Islam, kata faqiha sendiri mengandung makna faham atau
mengerti. Untuk mengerti dan memahami sesuatu diperlukan pemikiran
dan pemakaian akal.
Dengan demikian
fikih
merupakan
ilmu
yang
menbahas
Sesuai denagn pengertian falsafat sebagai pemikiran sedalamdalamnya tentang wujud, akal lebih banyak dipakai dan akal dianggap
lebih besar dayanya dari yang dianggap dalam ilmu tauhid apalagi ilmu
fikih. Sebagai akibatnya pendapat-pendapat keagamaan filosof lebih
liberal dari pada pendapat-pendapat keagamaan ulamatauhid atau teolog,
sehingga timbul sikap salah menyalahkan bahkan kafir-mengkafirkan
diantara kedua golongan itu. Filosof-filosof Islam berkeyakinan bahwa
antara akal dan wahyu, antara falsafat dan agama tidak ada pertentangan.
Keduanya sejalan dan serasi.
Al-Farabi, filosof yang
datang
sesudah
Al-Kindi,
juga
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Akal merupakan hidayah Allah yang diberikan kepada menusia berfungsi
sebagai alat untuk mencari kebenaran, akal mampu merumuskan yang
bersifat kognitif dan manajerial.
2. Wahyu merupakan firman Allah yang berfungsi sebagai pedoman hidup
manusia. Wahyu baik yang langsung (al-Quran) maupun tidak langsung
(al-Sunnah) sebagi sumber ajaran Islam
3. Akal dan wahyu dilihat secara fungsional bukan struktural, akal berfungsi
untuk memahami wahyu, dan wahyu berfungsi untuk meluruskan kerja
akal.
4. Dalam ajaran Islam, akal mempunyai kedudukan tinggi dan banyak
dipakai, bukan hanya dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan
saja,
tetapi
juga
dalam
perkembangan
ajaran-ajaran
DAFTAR PUSTAKA