Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
3. Jagung
Jagung mengandung 2,5-4,5% fosfolipid tergantung pada varietasnya.
Kandungan fosfatidat dan glikolipid yang bersifat polar dalam jagung lebih tinggi
daripada di lesitin kedelai. Hal ini akan menyebabkan perbedaan sifat emulsi dari
lesitin jagung. Asam linoleat pada jagung lebih sedikit daripada di kedelai.
Kandungan asam fitat diinginkan serendah mungkin karena mengikat seng,
magnesium dan kalsium.
4. Biji Kapas
Fosfolipid pada biji kapas hampir menyerupai fosfolipid pada kedelai
namun asam linoleatnya lebih rendah dan mengandung asam lemak jenuh yang
tinggi. Lesitin dapat difraksinasi dari biji kapas sebgai fosfolipid dan glikolipid.
Lesitin dari biji kapas ini lebih stabil terhadap oksidasi dan ketengikan dan
kandungan fosfolipidnya relatif tinggi akan memberikan sifat pengemulsi yang
baik dalam produk pangan.
5. Rapeseed
Fosfolipid utama dalam lesitin dari rapeseed adalah fosfatidilkolin,
fosfatidiletanolamin dan fosfatidilinositol. Lesitin rapeseed digunakan sebagai
emulsifier dan komponen energi dalam makanan hewan. Komposisi fosfolipidnya
menyerupai lesitin kedelai dengan berbagai variasi karena pemanenan dan kondisi
proses.
6. Bunga Matahari dan Kacang
Lesitin dari bunga matahari mengandung fosfatidilkolin yang tinggi
sehingga cocok digunakan dalam makanan dan bahan pakan. Lesitin yang
dihasilkan dari bunga matahari
Komposisi
kecenderungan
fosfolipidnya
untuk
menyerupai
fosfatidilkolin
yang
lesitin
lebih
kedelai,
tinggi
dan
dengan
rasio
Fosfolipid dalam kacang lebih tak jenuh daripada kedelai dan kapas.
Fosfolipid kacang mengandung 35,7% fosfatidilkolin dan 64,3% konten
phosphatidylethanolamine.
7. Tanaman lain dan Mikroorganisme
Gandum hitam, barley, dan biji-bijian lainnya, sayuran, dan buah-buahan
mengandung sejumlah kecil fosfolipid. Mikroorganisme dan tanaman yang lebih
rendah mengandung sejumlah lemak termasuk fosfolipid.
Tiga alkohol polimer yang berbeda memberikan kontribusi dalam
pembentukan berbagai fosfolipid. Gliserol akan membentuk fosfolipid yang
disebut gliserofosfolipid, misalnya acetalphospholipids atau plasmalogens (dalam
cairan tubuh, otot, dan telur), lysophospholipids, dan asam fosfatidat. Senyawa
sphingosine amino-dihidroksi merupakan dasar untuk tidak hanya sphingomyelin
(di otak dan sumsum tulang belakang), tetapi juga untuk glikolipid lainnya.
Semua senyawa ini berdasarkan sphingosine juga disebut sebagai sphingolipids.
Alkohol polihidrat ketiga adalah inositol. Fosfolipid juga membentuk ikatan
kompleks dengan protein (misalnya vitellin di kuning telur, jaringan hewan dan
tumbuhan, lipoprotein dalam serum darah, dan susu), karbohidrat, glikosida,
alkaloid, mineral, enzim, kolesterol, dan zat lainnya. Lisofosfolipid mewakili
golongan senyawa khusus yang dihasilkan dari hidrolisis kimia atau enzimatik
fosfolipid.
Metode sedrhana untuk memodifikasi lesitin alami adalah menambahkan
bahan non-reaktif. Lesitin padat dikonversi ke dalam bentuk cairan dengan
menambahkan 2-5% asam lemak dan/atau minyak kedelai. Jika bahan tambahan
tersebut bereaksi dengan lesitin dan dapat mengubah struktur kimia satu atau lebih
komponen fosfolipid maka produk tersebut disebut lesitin termodifikasi secara
kimia. Modifikasi lesitin juga dapat dicapai dengan dengan menggunakan
hidrolisis secara enzimatik yang terkontrol. Langkah terakhir, produk lesitin dapat
diperoleh dengan fraksionasi berbagai komponen fosfolipid. Klasifikasi dari
lesitin kedelai adalah sebagai berikut:
a. Lesitin alami
Lesitin
dibagi
menjadi
lesitin
padat
atau
cairan
berdasarkan
bervariasi mulai dari kuning hingga coklat gelap. Lesitin tersedia dalam bentuk
cair dan padat.
Lesitin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan. Penambahan lesitin yang
mengandung fosfolipid kedelai dapat mengurangi tingkat autoksidasi minyak
bunga matahari dan menambah masa induksi. Selain itu lesitin juga bekerja secara
sinergis dengan antioksidan lain dengan memperkuat perlindungan terhadap
autoksidasi pada makanan.
Pembuatan lesitin komersial dapat dilakukan dengan cara tradisional
menggunakan heksana untuk mengestrak minyak mentah dari biji kedelai terlebih
dahulu.
pelarutnya dan difiltrasi untuk mengilangkan residu bagian biji yang terikut.
Minyak akan dipanaskan hingga 82C dan 0,1% ditambahkan filter aid.
Kemudian dilakukan pemisahan sentrifugal untuk memisahkan minyak lesitin.
Selanjutnya lesitin yang dihasilkan biasanya berwarna coklat akibat suhu tinggi,
dibleaching dengan hidrogen peroksida atau benzoil peroksida. Setelah itu,
dilakukan pengeringan untuk menghilangkan uap air dan menurunkan nilai
peroksida karena peroksida cepat rusak pada suhu 100C. Lesitin yang dihasilkan
akan memiliki viskositas yang tinggi dan akan berkurang jika ditingkatkan kadar
airnya. Lesitin padat dapat dihasilkan dengan menghapus minyak kedelai sisa.
Lesitin padat dapat berupa bubuk atau granular.
Proses pembuatan lesitin yaitu menggunakan minyak kedelai yang di
ekstrak dengan menggunakan pelarut heksan. Heksan berfungsi untuk
mengekstrak minyak kemudian dilakukan evaporasi dengan suhu 70-75C, 15
menit. Evaporasi ini bertujuan untuk menghilangkan senyawa heksan. Kemudian
masuk pada tahap hidrasi yaitu dengn penambahan air 2% hidrasi berfungsi agar
minyak terhidrasi sehingga sebagian besar fosfolipid dan gum dalam minyak
menjadi tidak larut dalam minyak. Biasanya proses hidrasi ini didiamkan sampai 1
jam. kemudian proses degumming untuk mengendapkan gum dan membuang
minyak dan air. Sehingga diperoleh gum yang akan dijadikan sebagai lesitin. Lalu
gum ini dibleaching menggunakan hidrogen peroksida atau biasa disebut proses
pemutihan. Kemudian dilakukan pengeringan dengan vakum yang bertekanan 20-
disebabkan oleh protein bubuk dalam air. Ini adalah contoh yang sangat baik dari
sistem khas produk lesitin.
Lesitin dapat mengontrol kristalisasi dalam berbagai sistem makanan.
Dalam makanan yang mengandung gula atau lemak, kehadiran 0,5% lesitin dapat
menghasilkan ukuran kristal berubah dan struktur yang dapat memiliki efek
positif pada tekstur produk dan viskositas. Hal ini penting dalam tambalan kue,
mentega yang mengandung sirup maple, topping es krim, dan produk sejenis.
Aplikasi makanan umum lesitin antara lain margarin, permen, makanan
ringan, sup, makanan instan, produk roti, produk susu simulasi, daging olahan /
unggas / produk makanan laut, dan aplikasi makanan. Penggunaan yang paling
luas dari produk lesitin mentah adalah pada kue dan margarin.
Lesitin adalah emulsifier klasik dalam margarin dan ditambahkan pada
tingkat 0,1- 0,5% ke fase lemak. Hal ini biasanya digunakan bersamaan dengan
mono-dan digliserida. Lesitin mencegah terjadinya kelembaban, mengurangi
percikan, mendukung kecoklatan selama masa menggoreng, meningkatkan efek
pemendekan ketika margarin digunakan dalam baking, dan membantu melindungi
vitamin A dalam margarin. Pada shortening lesitin yang ditambahkan adalah 0,51%.
Pembuatan kue memanfaatkan tiga sifat utama yang khusus pada lesitin
yaitu emulsifier, anti-stick, dan modifikasi viskositas. 0,25-0,35% lesitin
ditambahkan dalam coklat pada pembuatan permen untuk mengurangi waktu
penggilingan, mencampur bahan dan menghasilkan coklat yang lebih stabil. Efek
yang diberikan lesitin adalah mengurangi viskositas dan meningkatkan nilai
produk coklat tergantung jenis dan dosis lesitin serta kandungan lemak.
Pada produk roti, lesitin berguna sebagai emulsifier sehingga cairan tidak
mudah terdispersi, mengunci adonan, dan meningkatkan kelembutan. Biasanya
lesitin dimasukkan ke dalam shortening (padat atau cairan) yang digunakan dalam
baking, tetapi lebih sering ditambahkan sebagai bahan yang terpisah. Hal ini juga
dapat dilakukan sebagai bagian dari perbaiki adonan. Pada kue, lesitin
ditambahkan sebanyak 20-30% sedangkan pada adonan beragi ditambahkan 0,1-
0,3% lesitin. Dalam pembuatan biskuit ditambahkan lesitin sebanyak 1-3% yang
berfungsi sebagai pendistribusi lemak sehingga mempermudah pengadonan.
Penggunaan
lesitin
dalam
kombinasi
dengan
monogliserida
aka
perkembangan
janin,
kolin
memainkan
peran
penting
dalam
pengembangan hipokampus dan septum, area otak dianggap sangat terlibat dalam
pembentukan dan pengambilan kenangan. Mengingat peran kolin dalam
perkembangan
otak,
dapat
diketahui
bahwa
suplementasi
kolin
dapat
fungsional
penggunaan
lesitin
sebagai
emulsifier
adalah