Anda di halaman 1dari 24

HERNIA INGUINALIS

Pengertian
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui
pembukaan yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari
suatu

dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal

(Lewis,SM, 2003).
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus
inguinalis internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar
rongga

abdomen

melalui

anulus

inguinalis

externa/medialis

(Mansjoer A,dkk 2000).


Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam
anulus

inginalis

di

atas

kantong

skrotum,

disebabkan

oleh

kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital.


( Cecily L. Betz, 2004).
Hernia Inguinalis adalah suatu penonjolan kandungan
ruangan tubuh melalui dinding yang dalam keadaan normal
tertutup (Ignatavicus,dkk 2004).

Anatomi Fisiologi
Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus

abdominis,

musculus,

obliqus

abdominis

internus,

musculus

transversus abdominis. Kanalis inguinalis timbul akibat descensus


testiculorum, dimana testis tidak menembus dinding perut melainkan
mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari
kranio-lateral

ke

medio-kaudal,

sejajar

ligamentum

panjangnya : + 4 cm. (Brunner & Suddarth, 2000)

inguinalis,

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus


inguinalis

internus

yag

merupakan

bagian

terbuka

dari

fasia

transversalis dan aponeurosis muskulus transversus abdominis di


medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini dibatasi oleh
anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus
dan didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma
serta sensitibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil
kulit, tungkai atas bagian proksimedial (Martini, H 2001).
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang
membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal.
Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada
orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan
miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis yang
menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya
fasia transversal yang kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang
umumnya hampir tidak berotot sehingga adanya gangguan pada
mekanisme

ini

dapat

menyebabkan

terjadinya

hernia

inguinalis

(Martini, H 2001)
C

Klasifikasi
Hernia inguinalis, terdiri dari 2 macam yaitu :
1.

Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis


lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan
mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis
(Lewis,SM, 2003).

2.

Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis


medialis yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal
posterior di area yang mengalami kelemahan otot melalui
trigonum hesselbach bukan melalui kanalis, biasanya terjadi
pada lanjut usia (Ignatavicus,dkk 2004).

Etiologi
Menurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing, edisi 4.
Pensylvania: W.B Saunders, penyebab hernia inguinalis adalah :

1. Kelemahan otot dinding abdomen.


1.

Kelemahan jaringan

2.

Adanya daerah yang luas diligamen inguinal

3.

Trauma

1. Peningkatan tekanan intra abdominal.


1.

Obesitas

2.

Mengangkat benda berat

3.

Mengejan Konstipasi

4.

Kehamilan

5.

Batuk kronik

6.

Hipertropi prostate

1. Faktor resiko: kelainan congenital

Patofisiologi
Hernia

berkembang

ketika

intra

abdominal

mengalami

pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat


sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang

kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot


abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu
tentu

saja

akan

menyebabkan

suatu

kelemahan

mungkin

disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya


pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari
proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal
dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil
pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organorgan selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah
penonjolan

dan

mengakibatkan

kerusakan

yang

sangat

parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat


dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah
terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren
(Oswari, E. 2000).
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab
yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya
umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan
intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.
Dalam

keadaan

relaksasi

otot

dinding

perut,

bagian

yang

membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan


intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih
vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada
orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia
yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen
(Nettina, 2001).

Manifestasi Klinik
1.

Penonjolan di daerah inguinal

2.

Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.

3.

Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen


seperti kram dan distensi abdomen.

4.

Terdengar bising usus pada benjolan

5.

Kembung

6.

Perubahan pola eliminasi BAB

7.

Gelisah

8.

Dehidrasi

9.

Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada


saat pasien berdiri atau mendorong.

Pemeriksaan Penunjang
1.

Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam


usus/obstruksi usus.

2.

Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan


hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel
darah putih (Leukosit : >10.000 18.000/mm3) dan ketidak
seimbangan elektrolit.

Komplikasi
1.

Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia,


sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia
inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus.

2.

Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak


usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis incarcerata.

3.

Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi


penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini
disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.

4.

Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian


menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.

5.

Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut


kembung, muntah dan obstipasi.

6.

Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien


laki-laki,

7.

Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,

8.

Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

9.

Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis


metabolik, abses.

Manajemen bedah

1. Perawatan pre operasi

Persiapan fisik dan mental pasien dan pasien puasa dan


dilavamen pada malam sebelum hari pembedahan.
2.

Perawatan post operasi


a.

Hindari batuk, untuk peningkatan ekspansi paru, perawat


mengajarkan nafas dalam.

b.

Support scrotal dengan menggunakan kantong es untuk


mencegah pembengkakan dan nyeri.

c.

Ambulasi

dini

meningkatkan

jika

tidak

kenyamanan

ada

kontraindikasi

untuk

dan

menurunkan

resiko

komplikasi post operasi.


d.

Gunakan tehnik untuk merangsang pengosongan kandung


kemih.

e. Monitoring intake dan output.


f.
g.

Palpasi abdomen dengan hati-hati.


Intake cairan > 2500 ml/hari (jika tidak ada kontraindikasi)
untuk mencegah dehidrasi dan mempertahankan fungsi
perkemihan.

h.

Bila pasien belum mampu BAK, dapat dipasang kateter


karena kandung kemih yang distensi dapat menekan insisi
dan menyebabkan tidak nyaman.

i.
3.

Pemakaian celana suppensoar.

Discharge Planning :

a.

Hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda


berat.

b. Jaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti


balut steril setiap hari dan kalau perlu.
c.

Hindari

faktor

mengkonsumsi

pendukung

diet

tinggi

seperti
serat

konstipasi

dan

masukan

dengan
cairan

adekuat.
J

Penatalaksanaan
1.

Konservatif
a.

Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia


ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi),
selanjutnya gunakan alat penyokong.

b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan


kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c.

Celana penyangga

d. Istirahat baring
e.

Pengobatan

dengan

pemberian

obat

penawar

nyeri,

misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi,


dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
f.

Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi,


kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein
untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB,
hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang
dapat memperburuk gejala-gejala.

2.

Pembedahan (Operatif) :
a.

Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan


memperkuat dinding belakang.

b.

Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke


lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat
setinggi lalu dipotong.

c.

Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam


abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan

transversus

internus

dan

muskulus

ablikus

internus abdominus ke ligamen inguinal.


K

Diagnosa yang mungkin muncul :


1.
2.

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik


Cemas berhubungan dengan krisis situasional,

rencana

operasi
3.

Kurang

pengetahuan

tentang

penyakit,

perawatan

dan

pengobatannya berhubungan dengan kurangnya informasi,


tidak

mengetahui

sumber-sumber

informasi,

terbatasnya

kognitif pasien.
4.

Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, lika


post pembedahan

5.

Defisit / syndrom defisit self care berhubungan dengan


kelamahan
ENPRA HERNIA

No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Nyeri Akut
b/d agen
injuri fisik

Setelah dilakukan
askep . jam
nyeri
terkontrol,
peningkatan
kenyamanan
dengan KH:

Klien
melaporkan
nyeri berkurang,
skala nyeri 2-3
Ekspresi wajah
tenang & dapat
istirahat, tidur.
V/S dbn (TD
120/80 mmHg,
N: 60-100 x/mnt,
RR: 16-20x/mnt).

Manajemen nyeri :

Kaji nyeri secara komprehensif ( Lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi ).

Observasi
nyamanan.

reaksi nonverbal dari ketidak

Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk


mengetahui
pengalaman
nyeri
klien
sebelumnya.
Berikan lingkungan yang tenang
Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.

Kolaborasi pemberian
mengurangi nyeri.

analgetik

untuk

Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol


nyeri.

Monitor
penerimaan
manajemen nyeri.

klien

tentang

Monitor V/S

Cemas
berhubunga
n
dengan
krisis
situasional,
rencana
operasi

Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama .... x 24
jam, cemas klien
terkontrol.

Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan


gejala efek samping.

Penurunan kecemasan

Bina hubungan saling percaya dengan


pasien.

Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik


pada tingkat kecemasan (tachicardia,

Kriteria Hasil
a.

Ekspresi
wajah tampak
tenang, rileks
dan
kooperatif.

b.

Mengenali,
mengungkapk
an
dan
menunjukkan
teknik untuk
mengontrol
kecemasan.

c.

d.

Menemukan
sikap tubuh,
ekspresi
wajah, isyarat
dan
tingkat
kegiatan yang
menggambar
kan
berkurangnya
penderitaan.

tachypnea, ekspresi cemas non verbal)

Jelaskan seluruh prosedur tindakan


kepada klien dan perasaan yang
mungkin muncul pada saat melakukan
tindakan.

Berusaha memahami keadaan klien

Berikan informasi tentang diagnosa,


prognosis dan tindakan.

Sediakan aktivitas untuk menurunkan


ketegangan

Bantu pasien untuk mengidentifikasi


situasi yang menciptakan cemas.

Tentukan kemampuan
mengambil keputusan

Instruksikan pasien untuk menggunakan


teknik relaksasi.

Kolaborasi untuk pemberian obata


penurun cemas , jika memungkinkan

Menunjukkan
beberapa
Peningkatan Koping
kemampuan
untuk

Hargai pemahaman
menenangkan
proses penyakit
diri

pasien

pasien

untuk

tentang

Hargai dan diskusikan alternatif respon


terhadap situasi.

Gunakan pendekatan yang tenang dan


memberikan jaminan.

Sediakan informasi aktual tentang


diagnosa, penanganan dan prognosis.

Sediakan pilihan yang realistis tentang


aspek perawatan saat ini.

Libatkan keluarga atau orang terdekat

dengan klien.

Kurang
pengetahua
n
tentang
penyakit,
perawatan
dan
pengobatan
nya
berhubunga
n
dengan
kurangnya
informasi,
tidak
mengetahui
sumbersumber
informasi,
terbatasnya
kognitif
pasien.

Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama .... x 24
jam, pengetahuan
klien meningkat.
Dengan Kriteria
Hasil
a.

b.

Pasin
mengungkapk
an pengertian
tentang
proses
penyakit dan
pengobatan.
Berpartisipasi
dalam
pengobatan

Bantu klien untuk mengidentifikasi


penggunaan koping yang efektif.

Beri penyuluhan tentang prosedur pre


operasi dan post operasi.

Berikan pujian untuk menggunakan


sumber koping yang efektif.

Peningkatan pengetahuan

Kaji tingkat pengetahuan tentang proses


penyakit.

Jelaskan proses penyakit

Tentukan kemampuan pasien


mempelajari informasi khusus.

Berikan pengajaran sesuai dengan


tingkat pemahaman pasien, ulangi
informasi bila dipelrukan.

Ikutsertakan
keluarga lain.

Jelaskan tentang program pengobatan


dan alternatif pengobatan.

Diskusikan perubahan gaya hidup yang


mungkin digunakan untuk mencegah
komplikasi.

Diskusikan
pilihannya.

Eksplorasi kemungkinan sumber yang


bisa digunakan/mendukung.

Instruksikan kapan harus kepelayanan.

keluarga

tentang

atau

untuk

anggota

terapi

dan

Risiko
infeksi b/d
adanya luka
operasi,
imunitas
tubuh
menurun,
prosedur
invasive

Setelah dilakukan
askep . jam
risiko infeksi
Terkontrol,
terdedekti dg
KH:

Tanyakan kembali pengetahuan klien


tentang penyakit, prosedur perawatan
dan pengobatan.

Kontrol infeksi :
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
lain.
Batasi pengunjung bila perlu dan anjurkan u/
istirahat yang cukup

Bebas
dari
tanda & gejala
Anjurkan keluarga untuk cuci tangan
infeksi
sebelum dan setelah kontak dengan klien.

Angka
normal
11.000)

Suhu normal
( 36 37 c

lekosit Gunakan sabun anti microba untuk mencuci


(4tangan.
Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
Gunakan baju, masker dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
Pertahankan lingkungan yang aseptik selama
pemasangan alat.
Lakukan perawatan luka sesuai indikasi

Lakukan dresing infus,dan dresing kateter


sesuai indikasi.

Tingkatkan intake nutrisi. & cairan yang


adekuat

Kolaborasi untuk pemberian antibiotik sesuai


program.

Proteksi terhadap infeksi


Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

lokal.
Monitor hitung granulosit dan WBC.
Monitor kerentanan terhadap infeksi.

Pertahankan teknik aseptik untuk setiap


tindakan.

Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap


kemerahan, panas, drainase.
Inspeksi keadaan luka dan sekitarnya
Monitor perubahan tingkat energi.
Dorong klien untuk meningkatkan mobilitas
dan latihan.

Sindrom
defisit
self
care
b/d
kelemahan,
penyakitnya

Instruksikan klien untuk minum antibiotik


sesuai program.

Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan


gejala infeksi.dan melaporkan kecurigaan
infeksi.

Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri


askep jam klien
dan
keluarga Monitor kemampuan pasien terhadap
dapat merawat
perawatan diri yang mandiri
diri : activity
daily living (adl) Monitor kebutuhan akan personal hygiene,
dengan kritria :
berpakaian, toileting dan makan, berhias
kebutuhan klien
sehari-hari
terpenuhi
(makan,
berpakaian,
toileting,
berhias,
hygiene,
oral
higiene)

Beri bantuan sampai klien


kemapuan untuk merawat diri

mempunyai

Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya


sehari-hari.
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas

klien bersih dan


tidak bau.

sehari-hari sesuai kemampuannya


Pertahankan aktivitas perawatan diri secara
rutin
dorong untuk melakukan secara mandiri tapi
beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
Berikan reinforcement positif atas usaha
yang dilakukan.

4. ETIOLOGI
Hernia terjadi karena dinding otot yang melemah atau membran yang secara
normal menjaga organ tubuh pada tempatnya melemah atau mengendur. Hernia
kebanyakkan diterita oleh orang yang berusia lanjut, karena pada usia lanjut otot
otot mulai melemah dan mengendur sehingga peluangnya sangat besar untuk
terjadi hernia. Pada wanita sebagian besar hernia diakibatkan karena obesitas
( berat badan yang berlebih ). Hal lain yang dapat mengakibatkan hernia antara
lain :
1. Mengangkat barang yang terlalu berat
2. Batuk
3. Penyakit kronik paru paru
4. Akibat sering mengejan pada saat buang air besar
5. Gangguan metabolisme pada jaringan ikat
6. Asites (penumpukan cairan abnormal di dalam rongga perut)
7. Diare atau kejang perut
8. Kehamilan
9. Aktifitas fisik yang berlebihan
10. Bawaan lahir (kongenital)
Hal hal diatas merupakan beberapa contoh penyebab terjadinya hernia yang
perlu diwaspadai

5. KLASIFIKASI
Secara umum hernia terbagi atas dua jenis , yaitu :
1. Hernia Internal
Hernia yang terjadi di dalam tubuh penderita sehingga tidak dapat dilihat dengan
mata. Contohnya hernia diaphragmatica.
2. Hernia Eksternal
Hernia yang dapat dilihat oleh mata dikarenakan benjolan hernia menembus
keluar sehingga dapat dilihat oleh mata.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :
1. Hernia bawaan (kongenital)
2. Hernia kongenital sempurna
Karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
1. Hernia kongenital tak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada
tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi
hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra
abdominal.
1. Hernia yang didapat (akuisita)
Berdasarkan letaknya, hernia dibagi menjadi :
1. Hernia diafragma yaitu menonjolnya organ perut kedalam rongga dada
melalui lubang pada diafragma (sekat yang membatasi rongga dada dan
rongga perut).
2. Hernia inguinal
3. Hernia umbilical yaitu benjolan yang masuk melalui cincin umbilikus
(pusar)
4. Hernia femoral yaitu benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis.

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :


1. Hernia reponibel; bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk
perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel; bila isi kantong hernia tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong
pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak
ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia inkarserata atau hernia strangulata; bila isinya terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali kedalam
rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.
Menurut letak, hernia berupa hernia inguinalis, femoralis dan yang jarang
termasuk hernia spieghelian, obsturator, umbilikalis serta diafragmatika.
Secara garis besar , pembagian hernia dibagi menjadi 3, yaitu :
1. 1.

Hernia femoralis

Hernia femoralis umumnya dijumpai pada permepuan tua, kejadian pada


permepuan kira-kira 4 kali laki-laki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat
paha yang muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikan
tekana intraabdomen seperti saat mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini
hilang pada waktu berbaring. Sering pernderita datang ke dokter atau rumah sakit
dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di
lipat paha di bawah ligamnetum inguinale di medial v.femoralis dan lateral
tuberkulum pubikum. Tidak jarang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus,
sedangkan benjolan di lipat paha dapat ditemukan, karen akecilanya atau
penderita gemuk.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia
masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dena v.femoralis
sepaanjang kurang lebih 2cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
1. 2.

Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anamoli kongenital atau karena sebab yang
didapat. Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi
kanan dibandingkan pada sisi kiri. Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme

yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang
berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus obdominis yang menutup
annulus inguinalis internus ketika bekontraksi, dan adanya fasia transversa yang
kuat menutupi trigonum Hasselbach yang umunya hampir tidak berotot. Faktor
paling kausal yaitu adanya proses vaginalis (kantong hernia ) yang terbuka,
peninggian tekanan didalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut
karena usia.
1. Hernia inguinalis medialis
Hernia inguinalis direk ini hamper selalu disebabkan oleh factor peninggian
tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
Hesselbach. Oleh karena itu , hernia ini umumnya terjadi bilateral,khususnya pada
lelaki tua.Hernia ini jarang , bahkan hampir tidak pernah , mengalami inkarserasi
dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding
kandung kemih. Kadang dtemukan defek kecil di m.oblikus internus abdominis,
pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering menyebabkan
strangulasi. Hernia ini banyak diderita oleh penduduk di Afrika.
2.Hernia inguinalis lateralis
Hernia ini disebut latelaris karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran,
yaitu annulus dan kanalis inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang
langsung menonjol melalui segitiga Hessebach dan dsebut sebagai hernia
direk.Pada pemeriksaan herna leteralis , akan tampak tonjolan berbentuk lonjong
sedangkan hernia medial berbentuk tonjolan bulat. Pada bayi dan anak , hernia
latelaris disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus
vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Hernia
geser dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di kanan biasanya
berisi sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang di kiri berisi sebagian
kolon desendens.
JENIS-JENIS HERNIA
Hernia (burut) terjadi bila sebuah organ menerobos keluar melalui titik lemah atau
robekan rongga yang menampungnya.
Berikut adalah beberapa jenis hernia menurut letaknya:

Hernia hiatal adalah kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan)


turun, melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga
sebagian perut menonjol ke dada (toraks).

Hernia epigastrik terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk
di garis tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan

lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang
relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat
didorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.

Hernia umbilikal berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar)


yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup
sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Orang jawa sering
menyebutnya wudel bodong. Jika kecil (kurang dari satu centimeter),
hernia jenis ini biasanya menutup secara bertahap sebelum usia 2 tahun.

Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa
menyebutnya turun bero atau hernia. Hernia inguinalis terjadi ketika
dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui
celah. Jika Anda merasa ada benjolan di bawah perut yang lembut, kecil,
dan mungkin sedikit nyeri dan bengkak, Anda mungkin terkena hernia ini.
Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.

Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Herniaini
muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar
pusar tidak menutup sepenuhnya.
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS
A. Pengertian
Hernia adalah bagian benjolan dari organ internal melalui pembukaan
abnormal atau lemah pada otot yang mengelilinginya (buku kesehatan :
340)
Hernia daguinalis adalah ulseral menonjol ke dalam kanalis inguinalis
pada titik dimana tali spermatic muncul pada pria disekitar ligament pada
wanita melalui lubang ini
B. Etiologi
Lemah pada jaringan ikat atau dinding otot
Etiologi secara pasti belum diketahui, namun sering dihubungkan dengan
2 faktor, yaitu :
1. Bersifat Congenital

- Defek pada dinding otot, karena kelemahan jaringan atau ruang luas
pada ligament inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma
2. Bersifat di dapat
- Usia lanjut karena proses degoneratif
- Faktor predisposisi peningkatan tekan intra abdominal misalnya akibat
kehamilan/kegemukan, batuk, cedera, traumatic karena badan tumpul,
mengejan pada saat miksi, menonjol pada saar defeksi dan pengangkatan
benda berat.
C. Patogenesis
Penurunan testis akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga
terjadi penojolan peritoneum yang disebut dengan proses liginalis
peritoneal, keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan yang berat,
mengesan saat defekasi dan mengesan pada saat miksi (kapita selekta
kedokteran : 314)
D. Manifestasi Klinis
Umumnya pasien mengatakan ada benjolan di selangkang / kemaluan.
Benjolan tersebut biasa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan
bila mengesan atau menggangkat benda berat atau bila pasien berdiri dan
dapat timbul kenbali. Bila telah terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya tinggi kadar gas dalam
usus atau obstruksi usus
2. Hitung darah lengkap dan serum elektronik dapat menunjukan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) peningkatan dan keseimbangan
elektrolit

F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri s/d spasme otot

Tujuan
Nyeri hilang
Kriteria hasil
1. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
2. Menggunakan metode yang memberikan penghilangan nyeri
3. Mendemastrasikan penggunaan intervensi theraupetik
Intervensi
Kaji adanya keluhan nyeri

Rasionalisasi
Membantu menentukan pilihan intervensi
dan

memberikan

dasar

untuk

perbandingan dan evaluasi terhadap


terapi
Anjurkan klien untuk melakukan teknik
relaksasi

Memfokuskan

perhatian

pasien,

membantu menurunkan tegangan otot


dan

meningkatkan

proses

penyembuhan
Kolaborasi dengan tim medis dengan Analgetik dapat menurunkan nyeri
pemberian obat analgetik

2. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan


Tujuan
1. Kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi
Kriteria hasil
1. Mengungkapkan pemahaman tentang situasifaktor resiko atau aturan
pengobatan individual
2. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian
tubuh
yang sakit
Intervensi
Rasionalisasi
Bantu klien untuk melakukan latihan Dengan membantu klien melakukan gerak
rentang gerak pasisf dan aktif

pasif dan aktif membantu dalam

Bantu klien dalam melakukan aktivitas pergerakan

ambulasi progresif

Membantu klien dalam gerak ambulasi

Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan dapat meregangkan saraf


pasien

Dengan memberikan aktivitas yang sesuai


dengan pasien dapat mengurangi nyeri
yang akan timbul

3.

Anxietas b.d kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang

penyakit
Tujuan
Anxietas hilang
Kriteria hasil
Tampak rilex dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat
diatasi
Mengindentifikasi ketidak efektifan prilaku koping dan konsekwesinya
Mengkaji situasi terbaru dengan akurat

Intervensi
Kaji tingkat Anxietas klien

Membantu
kekuatan

Rasionalisasi
dalam mengindentifikasi
dan

keterampilan

untuk

memberikan bantuan yang sesuai


Memengkinkan pasien untuk membuat
keputusan

yang

pengetahuanya

orang

didasarkan

atas

terdekat

dapat

memberikan motivasi

G. Daftar Pustaka
Doenges, Marilyne. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Buku
Kedokteran. Jakarta
Graffith, winter. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan. Jakarta
Mansyur, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta

Nettina, Sandra. 1996. Pedoman Praktik Keperawatan. EGC Jakarta

Anda mungkin juga menyukai