Anda di halaman 1dari 10

Indra Pembau (Hidung)

Fungsi bagian-bagian indra pembau :


a. Lubang hidung berfungsi untuk keluar masuknya udara
b. Rambut hidung berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ketika bernapas
c. Selaput lendir berfungsi tempat menempelnya kotoran dan sebagai indra
pembau
d. Serabut saraf berfungsi mendeteksi zat kimia yang ada dalam udara pernapasan
e. Saraf pembau berfungsi mengirimkan bau-bauan yang ke otak
Indra Pendengar (Telinga)

Indra pendengar, Bagian bagian Telinga :


1). Telinga bagian luar yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran
2). Telinga bagian tengah terdiri dari gendang telinga, 3 tulang pendengar ( martil,
landasan dan sanggurdi) dan saluran eustachius.
3). Telinga bagian dalam terdiri dari alat keseimbangan tubuh, tiga saluran
setengah lingkaran, tingkap jorong, tingkap bundar dan rumah siput (koklea)
Fungsi bagian-bagian indra pendengar :
a. Daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran berfungsi menangkap dan
mengumpulkan gelombang bunyi.
1

b. Gendang telinga berfungsi menerima rangsang bunyi dan meneruskannya ke


bagian yang lebih dalam.
c. Tiga tulang pendengaran ( tulang martil, landasan dan sanggurdi) berfungsi
memperkuat getaran dan meneruskannya ke koklea atau rumah siput.
d. Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah lingkaran dan koklea
(rumah siput) berfungsi mengubah impuls dan diteruskan ke otak. Tga saluran
setengah lingkaran juga berfungsi menjaga keseimbangan tubuh.
e. Saluran eustachius menghubungkan rongga mulut dengan telinga bagian luar.

OTITIS MEDIA AKUT


A. Pengertian Otitis Media Akut
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah.
Yang paling sering terlihat ialah :
1. Otitis media viral akut
2. Otitis media bakterial akut
3. Otitis media nekrotik akut
B. Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus,
staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli,
streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa.
C. Patofisiologi
Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga
tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri
yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai
dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang
kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat
dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat
rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya
faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan
progresivitas penyakit.
D. Manifestasi Klinik
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat
ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada
orang dewasa.
Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang
dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif
atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke
otoskop ), dapat mengalami perforasi.
Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
Demam
Anoreksia
Limfadenopati servikal anterior
E. Penanganan
Antibiotik
1. OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.
3

2. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan


antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk
berkurangnya pendengaran.
3. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak
membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik
diberikan.4,6 American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan
OMA yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan
antibiotik sebagai berikut:
Usia

Diagnosis pasti

< 6 bln
Antibiotik
6 bln 2 th Antibiotik
2 thn

Antibiotik jika gejala


berat; observasi jika
gejala ringan

Diagnosis meragukan
Antibiotik
Antibiotik jika gejala berat; observasi
jika gejala ringan
Observasi

Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam
<39C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang
berat atau demam 39C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam
bulan dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis
meragukan pada anak di atas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, followup harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesia tetap diberikan pada masa
observasi.
British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda untuk
menerapkan observasi ini.10 Menurut BMJ, pilihan observasi dapat dilakukan
terutama pada anak tanpa gejala umum seperti demam dan muntah.
Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian
besar anak adalah amoxicillin.

Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician)


menganjurkan pemberian 40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan
risiko rendah dan 80 mg/kg berat badan/hari untuk anak dengan risiko
tinggi.

Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun,
dirawat sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam
tiga bulan terakhir.

WHO menganjurkan 15 mg/kg berat badan/pemberian dengan


maksimumnya 500 mg.

AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari.6 Dosis ini terkait
dengan meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan
dosis standar di Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada
data yang mengemukakan hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah
menggunakan dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi adanya bakteri yang
resisten terhadap dosis standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi
terhadap antibiotik.

Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72


jam.

Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua


mulai terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam,
kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak
memadai. Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik
lini kedua. Misalnya:

Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan
Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, antibiotik yang
kemudian dipilih adalah amoxicillin-clavulanate.6 Sumber lain
menyatakan pemberian amoxicillin-clavulanate dilakukan jika gejala tidak
membaik dalam tujuh hari atau kembali muncul dalam 14 hari.4

Jika pasien alergi ringan terhadap amoxicillin, dapat diberikan


cephalosporin seperti cefdinir, cefpodoxime, atau cefuroxime.

Pada alergi berat terhadap amoxicillin, yang diberikan adalah azithromycin


atau clarithromycin

Pilihan lainnya adalah erythromycin-sulfisoxazole atau sulfamethoxazoletrimethoprim.

Namun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak
membaik dengan amoxicillin.

Jika pemberian amoxicillin-clavulanate juga tidak memberikan hasil,


pilihan yang diambil adalah ceftriaxone selama tiga hari.

Perlu diperhatikan bahwa cephalosporin yang digunakan pada OMA


umumnya merupakan generasi kedua atau generasi ketiga dengan
spektrum luas. Demikian juga azythromycin atau clarythromycin.
Antibiotik dengan spektrum luas, walaupun dapat membunuh lebih banyak
jenis bakteri, memiliki risiko yang lebih besar. Bakteri normal di tubuh
akan dapat terbunuh sehingga keseimbangan flora di tubuh terganggu.
Selain itu risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik

akan lebih besar. Karenanya, pilihan ini hanya digunakan pada kasus-kasus
dengan indikasi jelas penggunaan antibiotik lini kedua.

Pemberian antibiotik pada otitis media dilakukan selama sepuluh hari pada
anak berusia di bawah dua tahun atau anak dengan gejala berat.

Pada usia enam tahun ke atas, pemberian antibiotik cukup 5-7 hari. Di
Inggris, anjuran pemberian antibiotik adalah 3-7 hari atau lima hari.

Tidak adanya perbedaan bermakna antara pemberian antibiotik dalam


jangka waktu kurang dari tujuh hari dibandingkan dengan pemberian lebih
dari tujuh hari. Dan karena itu pemberian antibiotik selama lima hari
dianggap cukup pada otitis media. Pemberian antibiotik dalam waktu yang
lebih lama meningkatkan risiko efek samping dan resistensi bakteri.

Analgesia/pereda nyeri

Penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia).

Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti


paracetamol atau ibuprofen.

Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus


dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan seperti
muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran
cerna.

Obat lain

Pemberian obat-obatan lain seperti antihistamin (antialergi) atau


dekongestan tidak memberikan manfaat bagi anak.

Pemberian kortikosteroid juga tidak dianjurkan.

Myringotomy (myringotomy: melubangi gendang telinga untuk


mengeluarkan cairan yang menumpuk di belakangnya) juga hanya
dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana terjadi gejala yang sangat
berat atau ada komplikasi.

Cairan yang keluar harus dikultur.

Pemberian antibiotik sebagai profilaksis untuk mencegah berulangnya


OMA tidak memiliki bukti yang cukup.4

Pencegahan
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:
6

pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak,

pemberian ASI minimal selama 6 bulan,

penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,

dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

F. Komplikasi

Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara


kronik dari satu atau dua telinga.

Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi
menjadi sangat umum.

Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan


mengeringkannya selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.

Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga
tengah, termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya jarang terjadi.

Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA
yangtidak diobati.

Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan


pendengaran permanen.

Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi


pendengaran anak serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara
dan bahasa.

Otitis media dengan efusi didiagnosis jika cairan bertahan dalam telinga
tengah selama 3 bulan atau lebih.

Komplikasi yang serius adalah:


Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)
Kelumpuhan pada wajah
Tuli
Peradangan pada selaput otak (meningitis)
Abses otak.Tanda-tanda terjadinya komplikasi:
7

sakit kepala
tuli yang terjadi secara mendadak
vertigo (perasaan berputar)
demam dan menggigil.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan
tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.
2. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme
penyebab.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang muncul saat pengkajian:
a. Sakit telinga/nyeri
Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
b. Tinitus
c. Perasaan penuh pada telinga
d. Suara bergema dari suara sendiri
e. Bunyi letupan sewaktu menguap atau menelan
f. Vertigo, pusing, gatal pada telinga
g. Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
h. Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
i. Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam
j.
Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat
k. Reflek kejut
l. Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
m. Tipe warna 2 jumlah cairan
n. Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
o. Alergi
p. Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram
q. Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi
2. Intervensi
1) Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Intervensi:
a. Beri posisi nyaman ; dengan posisi nyaman dapat mengurangi nyeri
b. Kompres panas di telinga bagian luar ; untuk mengurangi nyeri.
c. Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan telinga (edema)
d. Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik
Evaluasi: nyeri hilang atau berkurang.
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pengobatan
Tujuan : tidak terjadi tanda-tanda infeksi
Intervensi:

a. Kaji tanda-tanda perluasan infeksi, mastoiditis, vertigo ; untuk mengantisipasi


perluasan lebih lanjut.
b. Jaga kebersihan pada daerah liang telinga ; untuk mengurangi pertumbuhan
mikroorganisme
c. Hindari mengeluarkan ingus dengan paksa/terlalu keras (sisi) ; untuk menghindari
transfer organisme dari tuba eustacius ke telinga tengah.
d. Kolaborasi pemberian antibiotik
Evaluasi: infeksi tidak terjadi.
3) Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan persepsi sensori
Tujuan : tidak terjadi injury atau perlukaan
Intervensi:
a. Pegangi anak atau dudukkan anak di pangkuan saat makan ; meminimalkan anak
agar tidak jatuh
b. Pasang restraint pada sisi tempat tidur ; meminimalkan agar anak tidak jatuh.
c. Jaga anak saat beraktivitas ; meminimalkan agar anak tidak jatuh
d. Tempatkan perabot teratur ; meminimalkan agar anak tidak terluka
Evaluasi : anak terhindar dari injury/perlukaan

10

Anda mungkin juga menyukai