Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.1.2 Etiologi
sampai
adenokarsinoma
Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri
terutama saat menstruasi
Infertilitas
Dismenore
Abortus berulang
1.1.4 Patofisiologi
Penyebab terjadinya Myoma uteri belum diketahui secara pasti
namun ada terdapat beberapa faktor predisposisi yang cenderung dapat
meningkatkan terjadinya resiko myoma uteri antara lain adanya faktor
keturunan dalam keluarga, myoma lebih sering didapat pada wanita nulipara
atau yang kurang subur, oleh karena rangsangan terus menerus setiap bulan
dari hormon estrogen. Myoma uteri berasal dari sel imatur dalam
miometrium. Karena adanya rangsangan yang terus menerus dari hormon
estrogen maka sel imatur dalam miometrium berproliferasi yang lama
kedalam membesar sehingga menimbulkan tumor. Sebagian besar myoma
uteri ditemukan pada masa reproduksi, dan tidak dijumpai pada sebelum
menarche serta akan mengalami pengecilan setelah menopause (Manuaba,
1998). Bila pada menopause tumor yang berasal dari myoma uteri masih
tetap besar atau bertambah besar kemungkinan degenerasi ganas menjadi
sarkoma uteri. Bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum menarche, hal
itu pasti bukan myoma uteri tetapi kista ovarium dan kemungkinan besar
akan menjadi ganas.
Myoma uteri dapat menimbulkan tanda dan gejala pada penderitanya
berupa :
1. Teraba benjolan padat kenyal pada perut bagian bawah.
2. Perdarahan abnormal yang terjadi umumnya adalah : hipermenore,
menoragia, dan dapat juga terjadi metroragia yang dapat mengakibatkan
anemia, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
3. Bila menekan rahim menimbulkan rasa berat pada perut bagian bawah.
4. Bila menekan saluran perkemihan menimbulkan sukar miksi.
5. Bila menekan rectum menimbulkan konstipasi.
6. Bila menekan otot saraf menimbulkan nyeri.
Kehamilan dengan disertai myoma uteri menimbulkan resiko terjadi
abortus lebih besar, persalinan prematuritas, gangguan saat proses
persalinan, infertilitas karena tertutupnya saluran indung telur, kala tiga
terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan (Prawirohardjo,
1999 ; Manuaba, 1998.
Komplikasi yang dapat menyertai myoma uteri adalah : degenerasi
ganas, torsi pada myoma yang bertangkai yang menimbulkan nekrosis
(Prawirohardjo, 1999 ; Mansjoer, 2000).
: turun
Lekosit
Eritrosit
: turun/meningkat
: turun
1.2.3 USG
Terlihat massa pada daerah uterus.
1.2.4 Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
1.2.5 Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
1.2.6 Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
1.2.7 ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi
1.1.6 Penatalaksanaan
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, dan terbagi atas :
a) Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2. Monitor keadaan Hb
3. Pemberian zat besi
Breath
Blood
Brain
Bladder
Bowel
Bone
Intra Operatif :
Kaji satus klinis pasien (brain, blood, breath, bowel, blader, dan
bone)
Breath
Blood
Brain
Bladder
Bowel
Bone
Post Operatif :
Breath
Blood
Brain
Bladder
Bowel
Bone
dengan
volume
dengan
tindakan
operasi
DO:membran mukosa keringa
ditandai
dengan
preoperative
cairan
pasien dipuasakan
Intra Operatif
Data pasien
DS: -
Diagnose Keperawatan
Hipotermia berhubungan dengan
insisi
Risiko
perdarahan
berhubungan
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan
DS:DS:
melakukan
tidak
mobilisasi
mandiri
DS: pasien mengeluh lemas dan Risiko
pusing
perdarahan
berhubungan
pengeluaran
darah
abnormal
1.2.3 Evaluasi Keperawatan
Pre Operatif
Diagnosa keperawatan
Evaluasi
Ansietas berhubungan dengan prosedur Cemas pasien berkurang
invasif ditandai dengan pasien tampak
gelisah
Resiko
kekurangan
berhubungan
operatif
dengan
ditandai
volume
tindakan
dengan
pasien
dipuasakan
Gangguan eliminasi urine berhubungan Gangguan eliminasi urine klien teratasi
dengan
obstruksi
anatomic
ditandai
syok
berhubungan
kerusakan jaringan
Post Operasi
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen Pasien mengatakan nyeri terkontrol
cedera fisik ditandai dengan melaporkan
nyeri secara verbal, mengekspresikan
perilaku.
Hipotermia
pemajanan
berhubungan
lingkungan
yang
Respirasi
Tekanan darah
Kesadaran
Warna kulit
Mampu
2
menggerakan
empat esktreimitas
1
Mampu
menggerakan dua
0
esktremitas
Tidak
mampu
menggerakan
ekstremitas
Mampu
nafas 2
dalam dan batuk
Sesak
atau 1
pernafasan terbatas
0
Henti nafas
Berubah
sampai 2
20% dari pra bedah
Berubah 20%-50% 1
dari pra bedah
Berubah
>50% 0
dari pra bedah
Sadar baik dan 2
orientasi baik
Sadar
setelah 1
dipanggil
Tak ada tanggapan 0
terhadap
rangsangan
Kemerahan
Pucat agak suram
2
1
Sianosasis
Penilaian dilakukan saat masuk dan lima belas menit setelah masuk.
Nilai minimal untuk pengiriman pasien ke bangsal adalah 7-8.
2. Bromage score
Kriteria
Score
Kriteria
Pergerakan
Gerak bertujuan
2
Gerak tak bertujuan 1
0
Tidak bergerak
Pernafasan
Batuk, menangis
2
Pertahankan jalan 1
nafas
0
Perlu bantuan
Kesadaran
Score
Menangis
2
Berekasi terhadap 1
rangsangan
Tidak
bereaksi 0
terhadap
rangsangan
Respon Klien
-