MAKALAH
Oleh
Diya Megawati
NIM 132110101056
NIM 142110101016
Nurul Khotimah
NIM 142110101037
NIM 142110101064
Kholifah Asti
NIM 142110101091
NIM 142110101117
Restu Prastiwi
NIM 142110101149
Diya Megawati
NIM 132110101056
NIM 142110101016
Nurul Khotimah
NIM 142110101037
NIM 142110101064
Kholifah Asti
NIM 142110101091
NIM 142110101117
Restu Prastiwi
NIM 142110101149
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas taufik dan hidayahNya yang telah
dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pengelolaan Sumber Daya Air Era Otonomi Daerah (Analisis Studi Kasus
Kematian Ikan Massal di Das Brantas). Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air Kelas D pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh
sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
a. Ibu Rahayu Sri Pujiati S.KM., M.Kes sebagai pembimbing dan dosen mata
kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air.
b. Semua pihak yang telah mendukung penyelesaian penelitian dan laporan
ini.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1
Tujuan ....................................................................................................... 3
2.4.2
Kegiatan Koordinasi........................................................................ 15
2.5
iii
3.2
3.4
Kesimpulan ............................................................................................. 34
4.2
Saran ....................................................................................................... 34
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pembagian tugas antara BBWS Brantas, PJT 1, dan PemProv Jatim ...... 27
BAB 1. PENDAHULUAN
Namun pengelolaan air dan sumber air di Indonesia selama ini belum
terpadu, masih dikelola oleh beberapa institusi yang mendasarkan pada undangundang sesuai dengan lingkup kewenangannya. Saat ini
kita menghadapi
tantangan yang berat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air. Seperti
hal-nya pembangunan yang berkelanjutan. Otonomi daerah sangat diharapkan
untuk mempercepat pembangunan dan hasil-hasilnya bagi masyarakat setempat.
Kekayaan sumber daya air tersebut menjadi modal dasar dalam mengelola
dan membangun daerahnya. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
mengelola sumber daya air tersebut terdapat berbagai persoalan yang menjadi
dinamika dalam pelaksanaan pemerintahan. Persoalan sumberdaya air menjadi
sangat penting ketika dikaitkan dengan otonomi daerah pada hakekatnya
merupakan pembagian peran (role sharing) dan pembagian kewenangan dari
Pemerintah baik pusat maupun Pemerintah Daerah. Pengelolaan Sumber Daya Air
dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya berdasarkan penetapan wilayah sungai.
Peran pemerintah propinsi yang selama ini diharapkan menjadi sentral
dalam pengelolaan sumberdaya air di daerah belum mampu diwujudkan sesuai
dengan harapan. Kerjasama antara pemerintah dengan pemangku kepentingan di
daerah belum terwujud sebagaimana mestinya. Upaya pelibatan stakeholders
sebagaimana yang diamanahkan dalam Undang undang otonomi daerah.
Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya
air tersebut akan memberikan dampak bagi pengelolaan keuangan daerah. Potensi
sumber daya air yang dimiliki setiap propinsi menjadi hal strategis ketika mampu
dikelola dan dikembangkan secara maksimal dalam menunjang roda pemerintahan
dan pembangunan wilayah tersebut.
Besarnya dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan
ekonomi yaitu tingkat kerugian ekonomi yang diakibatkan paling kurang 1% dari
produk domestik regional bruto (PRDB) tingkat provinsi. Karena itulah segala
peristiwa yang sekiranya merugikan dan menunjukkan adanya penurunan kualitas
air pada suatu wilayah perairan harus segera diatasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab dari lintas daerah tersebut. Studi kasus yang dibahas dalam
makalah ini adalah studi kasus mengenai kejadian kematian ikan secara massal di
beberapa sungai sepanjang DAS Brantas.
1.4 Manfaat
a. Memberikan suatu informasi baru tentang Pengelolaan Sumber Daya Air era
Otonomi Daerah.
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penulisan karya ilmiah
selanjutnya.
Pengelolaan
Sumber
Daya
Air,
mempunyai
tugas
b.
c.
d.
e.
f.
h.
i.
j.
k.
l.
b.
c.
d.
f.
g.
h.
b.
Mengumpulkan,
menghimpun,
dan
mengolah
data
untuk
d.
e.
f.
g.
h.
Pemanfaatan
perumusan
Sumber
kebijakan,
Daya
Air mempunyai
bimbingan
teknis,
tugas
melakukan
rehabilitasi dan peningkatan irigasi dan rawa, sungai dan pantai, serta danau,
embung dan air baku. Untuk menyelenggarakan tugas pokoknya, Bidang
Pemanfaatan Sumber Daya Air mempunyai fungsi (Kodoatie, 2002) :
1. Menyiapkan data kebijakan Pemanfaatan Sumber Daya air.
2. Pelaksanaan pembangunan, peningkatan, rehabilitasi sarana dan
prasarana sumber daya air.
3. Pemantauan dan Evaluasi kelayakan Pemanfaatan Sumber Daya air.
4. Perumusan
kebijakan,
program
dan
pembinaan
pelaksanaan
Bina
Pengelolaan
SDA mempunyai
tugas
10
yang
menimpa
dirinya
yang
berkaitan
dengan
penyelenggaraan PSDA
f. Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah
sumber daya air yang merugiakan kehidupannya.
2.3 Pembiayaan
2.3.1 Uraian Biaya dan Penganggaran
Pembiayaan PSDA ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata PSDA.
Yang dimaksud dengan kebutuhan nyata adalah dana yang dibutuhkan
semata-mata untuk membiayai PSDA agar pelaksanaannya dapat dilakukan
secara wajar untuk menjamin keberlanjutan fungsi sumber daya air. Jenis
pembiayaan PSDA meliputi (Kodoatie, 2008):
a.
b.
Biaya perencanaan
11
c.
d.
e.
f.
dan
Pemerintah
Daerah
sesuai
dengan
12
dan
sistem
irigasi
tersier
menjadi
13
negara/ badan usaha milik daerah pengelola sumber daya air. Yang
dimaksud dengan batas-batas tertentu adalah batasan terhadap
lingkup pekerjaan untuk pelayanan sosial , kesejahteraan dan
keselamatan umum yang dapat dibiayai oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah misalnya rehabilitasi tanggul dan sistem
peringatan dini banjir. Sedangkan biaya pemeliharaan rutinnya tetap
menjadi tanggungjawab badan usaha milik negara/ badan usaha
milik daerah pengelola sumber daya air yang bersangkutan.
14
kemampuan
ekonomi
kelompok
pengguna
perlu
2.4 Koordinasi
PSDA mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah yang
memerlukan keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat
air dan sumber air. PSDA dilakukan melalui koordinasi dengan mengintegrasikan
kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para pemilik kepentingan dalam bidang
sumber daya air (Kodoatie, 2008).
15
2.4.2
Kegiatan Koordinasi
Koordinasi pada tingkat nasional dilakukan oleh Dewan Sumber
Daya Air Nasional yang dibentuk oleh Pemerintah dan pada tingkat provinsi
dilakukan oleh wadah koordinasi dengan nama dewan sumber daya air
provinsi atau dengan nama lain oleh pemerintah kabupaten kota. Untuk
pelaksanaan koordinasi pada tingkat kabupaten/ kota dapat dibentuk wadah
koordinasi dengan nama dewan sumber daya air kabupaten/kota atau dengan
nama lain oleh pemerintah kabupaten kota. Wadah koordinasi pada WS dapat
dibentuk sesuai dengankebutuhan PSDA pada WS yang bersangkutan.
Hubungan kerja antara wadah koordinasi tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota dan WS bersifat konsultatif dan koordinatif. Pedoman
mengenai
pembentukan
wadah
koordinasi
pada
tingkat
16
pengelolaan
sumberdaya
alam
termasuk
air
17
2. Institusi Operasional
Walaupun
desentralisasi
sudah
berjalan,
tetapi
jawab
pengembangan
dan
menyelesaikan
masalah
antar
Kabupaten.
c. Tingkat Kabupaten
1. Institusi koordinasi
Mengingat desentralisasi dititikberatkan di tingkat
Kabupaten maka koordinasi disini sangat penting terutama
18
Pengairan
Kabupaten
baik
yang
sudah
ditingkat
Kabupaten
dengan
tugas
dan
kewajiban:
a) Membuat perencanaan dan pembangunan serta
pengelolaan jaringan pengairan yang berada dalam
satu kabupaten yang bersangkutan.
b) Produk pengaturan daerah dan perijinan serta
pembinaan langsung kepada masyarakat.
19
up secara
signifikan.
dan
Perumahan Rakyat
serta Badan
Direktur
Excutive
Ecoton.
gawat
darurat
ikan
mati
massal.
20
massal.
Brantas.
21
apabila diantisipasi dan dilakukan mitigasi ikan mati massal tersebut. Program
dan mitigasi dapat dilakukan apabila dapat diketahui dengan pasti faktor yang
menyebabkan terjadinya masalah kematian ikan massal.
Kewajiban untuk
22
23
24
25
26
pencemaran
air.
Pemerintah
Propinsi
bertugas
untuk
27
melakukan
pengawasan
terhadap
penataan
pesyaratan
perizinan
BBWS
PJT 1
SebagaiRegulator,Developerd
an Operator
Pemeliharaan
korektif
Sebagai operator
Mengoperasikan
insfrastruktur di wilayah
40 sungai di DAS
Brantas
Pemeliharaan preventive
(pemeliharaan darurat,
PemProv
Melaksanakan
perencanaan
pengembangan
institusi dan
evaluasi
pengelolaan
sungai untuk
sungai-sungai
28
Memberikan
pertimbangan atas
rekomtek yang disiapkan
oleh BBWS Brantas.
yang masuk
dalam
kewenangan
propinsi.
Monitoring dan
evaluasi
pengelolaan
sungai-sungai
dalam
kewenangan
propinsi.
29
merupakan metode
yang mudah
digunakan karena
hanya
30
walaupun
ada
kebebasan
kewenangan
pada
daerah
31
peningkatan
kinerjaguna
menyeimbangkan
fungsi
ekologis
dan
32
ada berbasis ekologis dengan menetapkan daya tampung beban pencemar DAS
Brantas.
2. Pelaksanaan pengendalian pencemaran air melalui instrumen Izin Pengolahan
Air Limbah (IPAL).
3. Pelaksanaan pengendalian air limbah melalui pengawasan, dan pembinaan.
4. Pelaksanaan pengelolaan dan upaya pengendalian pencemaran air limbah
domestik.
5. Pengalokasian pendanaan.
6. Peningkatan kapasitas SDM.
7. Sinergi program lain dalam rangka pengelolaan DAS Brantas.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur dalam Sambutannya menyampaikan
bahwa Kali Brantas mempunyai peran yang cukup besar dalam menunjang Jawa
Timur sebagai lumbung pangan nasional yang member kontribusi lebih besar dari
30% stok pangan Nasional. Pengembangan Wilayah Sungai Kali Brantas
dilakukan
dengan
pendekatan
yang
terencana,
terpadu,
menyeluruh,
Pengendalian
Pencemaran
Lingkungan
dalam
paparannya
menyampaikan status mutu air Sungai Brantas dalam kondisi Cemar Berat
mulaidari Hulu, Tengah sampaiHilir sehingga di dalam Grand Desain
Pengendalian Pencemaran Air DAS Brantas ditetapkan target mutu air sasaran
Kelas 2 pada periode waktu 2015-2019, selanjutnya pada periode waktu 20202024 ditetapkan target mutu air sasaran Kelas 1.
3.5 Peran PJT 1 Malang
PJT I Malang telah melakukan Program Pembayaran Jasa Lingkungan
dalam upaya pengembangan hubungan hulu hilir bekerja sama dengan Yayasan
Pengembangan Pedesaan. Pemanfaatan air non komersial di kawasan hulu DAS
Brantas digunakan untuk pertanian yang berada di bawah pengelolaan Tahura
Suryo. Pengusaha pertanian yang menggunakan sumber mata air melalui pipa-
33
pipia paralon dan tendon-tandon antara lain : pengusaha bunga, pengusaha jamur
dan pengusaha peternakan ayam. Penghijauan dan reboisasi yang dilakukan oleh
para pengusaha disekitar kawasannya bekerjasama dengan instansi kehutanan dan
LSM Lingkungan ESP USAID dalam rangka melestarikan kawasan disekitar
sumber mata air. Sedangkan pemanfaatan air oleh masyarakat / petani dikawasan
hulu DAS Brantas dibawah pengelolaan TNBTS terutama untuk petani sayuran
dan kebutuhan untuk air minum dan MCK. Pemanfaatan lahan ini untuk pertanian
tidak lepas dari konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pengelola kawasan,
karena topografi lokasi sangat rentan akan erosi. Sehingga diperlukan kesepakan
untuk kepentingan masing-masing dimana masyarakat membutuhkan sumber
mata air dan pengelola perlu kelestarian lahan. Kesepakatan dilakukan melalui
kegiatan penanaman jalur hijau ( green belt ) (Dinas Kehutanan Jatim, 2006)
34
BAB 4. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Faktor penyebab terjadinya kematian ikan secara massal di beberapa
sungai DAS Brantas disebabkan oleh ulah manusia dan fenomena alam
yang saling berkaitan satu sama lain.
b. Peristiwa kematian ikan secara masal menyebabkan perekonomian
masyarakat penangkap ikan menurun, terjadinya penurunan status
kesehatan masyarakat, dan spesies hewan perairan yang berkurang.
c. Wewenang Pemprov Jatim adalah untuk melakukan koordinasi lintas
Kabupaten/Kota
dan
pemantauan
kualitas
air
dan
pengendalian
35
DAFTAR PUSTAKA
36