1.
a.
b.
Pengambilan sampel
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
a.
Pengambilan sampel
1.
Pengujian lapangan
2.
Konsolidasi tanah
3.
Triaksial
4.
Direct Shear
5.
Pengujian aspal
6.
b.
Pengambilan sampel
Pengeboran Inti
c.
Kuat tekan
d.
Kuat lentur
Alamat :
UPT PENGUJIAN MATERIAL DINAS BINA MARGA JL.JEND. SUDIRMAN NO.197
PEKANBARU
Oleh WILYANDA, ST
ISO : 17025
PEKERJAAN : Analis Laboratorium Air dan Lingkungan & Tenaga Sampling Lingkungan
Kantor
BIDANG
Kontak
: 081363231023
: wilyanda@gmail.com
___________________________________Analisis____________________________________
___
Analisa BOD
Analisa Logam Berat
(Pb,Cd,Cu,Zn,Cr,Co,Fe,Mn dll.)
Analisa COD
dll.
Analisa TSS
___________________________________Sampling___________________________________
___
SAMPLING BIOTA
Sampling plankton
Sampling Bentos
Struktur organisasi harus mencerminkan pola kerja yang jelas yang memiliki
fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
Tata laksana kerja cukup jelas mendefinisikan lingkup tugas, wewenang, tanggung
jawab serta bentuk interaksi antar unit, komponen, antar institusi dan kerjasama
antar kota (untuk kegiatan yang bersifat regional). Tata laksana kerja harus
memperhatikan pengendalian otomatis, tingkat pembebanan yang merata,
pendelegasian wewenang yang proporsional dan berimbang, birokrasi yang pendek
dan penugasan yang jelas / terukur.
Kualitas SDM harus memiliki kemampuan manajemen dan teknik, jumlah personil
1 : 1000 jiwa yang dilayani
Pewadahan individual berupa bin 40 lt atau kantong plastik dan disediakan oleh
penghasil sampah sendiri, sedangkan wadah komunal dapat berupa TPS (volume >
1 m3), container dengan volume 6-8 m3
Pengumpulan dengan gerobak dilakukan door to door untuk daerah teratur dengan
lebar jalan > 1m. Untuk daerah tidak teratur dapat dilakukan secara komunal .
Pengumpulan door to door truck hanya dilakukan untuk daerah yang mempunyai
sumber sampah besar (> 300 lt/hari) dan daerah terjal / curam. Perencanaan
operasional perlu mempertimbangkan perencanaan rute/blok operasi, ritasi 3-4
kali/hari, periode pengumpulan tergantung pada kondisi daerah pelayanan
(komposisi sampah, kapasitas kerja, disain peralatan dan kualitas pelayanan yang
ingin diberikan), daerah pelayanan yang tertentu dan tetap, petugas pelaksana yang
tetap dan dapat dipindahkan secara periodik serta pembebanan kerja yang merata
(jumlah sampah, jarak tempuh dan kondisi daerah)
Pengangkutan sampah dari transfer depo ke TPA dilakukan dengan truk (dump
truck, arm roll truck, compactor truck) kapasitas 7-12 m3, ritasi 3-5 rit / hari.
Apabila jarak ke TPA > 30 km, sebaiknya menggunakan transfer station.
Perencanaan operasional perlu mempertimbangkan perencanaan rute/blok operasi,
ritasi 3-4 kali/hari, periode pengumpulan tergantung pada kondisi daerah
pelayanan (komposisi sampah, kapasitas kerja, disain peralatan dan kualitas
pelayanan yang ingin diberikan), daerah pelayanan yang tertentu dan tetap,
petugas pelaksana yang tetap dan dapat dipindahkan secara periodik serta
pembebanan kerja yang merata (jumlah sampah, jarak tempuh dan kondisi
daerah)
Pembuangan akhir sampah di lokasi yang sesuai dengan standar (SNI No03-32411994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA) dilakukan minimal controlled
landfill dengan fasilitas yang terdiri dari jalan masuk (tipe jalan kelas 1 dengan
lebar 6 m), saluran drainase (keliling TPA, dimensi disesuaikan dengan curah hujan
dan luas TPA dll), kantor TPA / pos jaga (berfungsi sebagai kantor pengendali dan
pencatatan sampah yang masuk ke TPA, dilengkapi dengan kamar mandi / WC),
pagar (berupa pagar hidup atau menggunakan tanaman yang cepat tumbuh dan
berdaun rimbun seperti angsana), lapisan dasar kedap air (lapisan tanah lempung
tebal 30 cm kali 2 atau lapisan geomambrane/geotextile), jaringan pengumpul
leachate (terletak didasar TPA, pipa berlubang yang dilindungi gravel), ventilasi gas
(pipa berlubang dengan casing atau beronjong bambu dan dipasang secara
bertahap sesuai ketebalan lapisan sampah, radius pipa gas 50 m), pengolahan
leachate (terdiri dari kolam anaerob, fakultatif, maturasi dan land treatment serta
kualitas efluen sesuai dengan standar yang berlaku yaitu nilai BOD 30 150 ppm),
sumur uji (minimal 3 unit, sebelum lokasi penimbunan, di lokasi penimbunan dan
sesudah lokasi penimbunan), alat berat (buldozer, exavator, wheel / track loader ),
tanah penutup (tebal lapisan tanah penutup 20 30 cm dan penutup akhir 50 cm
100 cm), sarana pendukung (air bersih, bengkel untuk perbaikan ringan dll). Masa
pakai TPA minimal 5 10 tahun.
Aspek Pembiayaan
Biaya satuan investasi dan O/M tergantung pada pola teknis yang digunakan
dengan struktur pembiayaan kira-kira 30 % pengupulan, 40 % pengangkutan dan
20 % pembaunangan akhir.
Aspek Peraturan
Peraturan Daerah kebersihan harus meliputi pengaturan mengenai pembentukan institusi
pengelola, ketentuan penanganan sampah dari sumber sampai TPA termasuk mengenai
penanganan sampai medis dan B3. Peraturan Daerah tersebut harus mempunyai jangka
waktu berlaku yang terbatas, kesiapan terhadap upaya penegakannya termasuk
pemberian insentif dan disinsentif serta mempunyai keluwesan tetapi tegas (tidak
bermakna ganda).
Aspek PSM dan Swasta
Bentuk peran masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat berupa kegiatan sebagai
berikut :
PROSES PERENCANAAN
Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data berkaitan dengan perencanaan sistem pengelolaan persampahan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan menggunakan data yang ada baik
dari hasil studi yang berkaitan dengan perencanaan sampah (RUTR, land use, Air
Bersih, dll), kebijakan dan renstra daerah, hasil penelitian (seperti komposisi /
karakteristik sampah, timbulan sampah, topografi, penyelidikaan tanah, dll), BPS
(jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dll), maupun NSPM persampahan.
dilakukan
dengan
survey,
sampling,
analisa
Kebutuhan Data
Data yang dibutuhkan untuk merencanakan sistem pengelolaan sampah adalah sebagai
berikut :
Data Kondisi Kota
Data fisik kota, meliputi luas wilayah administrasi kota/ kabupaten, luas wilayah
urban, topografi wilayah, tata guna lahan, jaringan jalan, perumahan, daerah
komersial (pasar, pertokoan, hotel, bioskop, restoran, dll), fasilitas umum
(perkantoran, sekolah, taman, dll), fasilitas sosial (tempat ibadah, panti asuhan, dll).
Data tersebut dilengkapi peta kota, tata guna lahan, topografi dan lain-lain.
Data kondisi sosial ekonomi, meliputi alokasi dana APBD dan anggaran
kebersihan (3 tahun terakhir), data PDRB atau income penduduk (Rp/kk/bulan)
dan lain-lain
Aspek Peraturan, meliputi jenis perda yang ada, kelengkapan materi, penerapan
sangsi dll
Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta, meliputi program penyuluhan yang
telah dilakukan oleh pemerintah kota / kab.
Pengolahan Data/Analisa
Analisa terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan meliputi :
Analisa kondisi kota, yaitu tinjauan terhadap aspek topografi kota dalam hal
penentuan metode pengumpulan dan pembuangan akhir sampah, jaringan jalan
dalam hal penentuan rute pengangkutan dan penentuan lokasi TPA, fasilitas kota
dalam hal penentuan urgensi daerah pelayanan dan besarnya timbulan sampah,
demografi dalam hal penentuan tingkat pelayanan dan timbulan sampah,
pendapatan per kapita dalam hal penentuan kemampuan masyarakat membayar
retribusi, APBD dalam hal kemampuan daerah mensubsidi anggaran kebersihan
dan penentuan tarif retribusi, dan lain-lain.
Analisa kondisi pengelolaan sampah yang ada saat ini, yaitu berkaitan dengan
kemungkinan peningkatan institusi pengelola sampah minimal dalam hal
operasionalisasi struktur organisasi, peningkatan profesionalisasi SDM,
peningkatan pelayanan yang aplikatif dalam periode perencanaan, peningkatan
metode operasi penanganan sampah dari sumber sampai TPA yang terjangkau dan
tidak mencemari lingkungan, peningkatan retribusi agar dapat mencapai cost
recovery, peningkatan PSM agar secara bertahap dapat melaksanakan minimalisasi
sampah / 3 R, kemungkinan peningkatan peran swasta dalam pengelolaan sampah
dan lain-lain. Analisa dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti pendekatan
sistem input / output, analisa hubungan sebab akibat, analisa SWOT, analisa
deskripsi dan metode lain yang disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam analisa
tersebut juga diproyeksikan jumlah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan
termasuk proyeksi timbulan sampah selama masa perencanaan.
Perancangan / Disain
Pengembangan Institusi
Pengembangan institusi disesuaikan dengan hasil analisa terhadap kondisi yang ada dan
sedapat mungkin mengacu pada kriteria perencanaan. Bentuk institusi Perusahaan
Daerah dinilai cukup memadai untuk kota-kota yang memiliki permasalahan
persampahan kompleks. Bentuk institusi lainnya disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku dengan tetap mengacu pada kriteria perencanaan
Pengembangan Aspek Teknis
menampung sampah untuk masa 10 tahun dan fasilitas Sanitary Landfill (SLF) dan
rencana pemanfaatan lahan pasca TPA. Disain fasilitas SLF tersebut meliputi jalan
masuk, drainase, pagar (tanaman hidup berdaun rimbun, contoh angsana), pos jaga
(kantor), zone pembuangan yang terdiri dari lapisan dasar kedap air, jaringan
pengumpul lindi, pipa ventilasi gas, kolam penampung dan pengolahan lindi. Selain
itu juga dilengkapi dengan fasilitas lain seperti air bersih, tanah penutup, alat berat
(buldozer, landfill compactor, loader dan exavator) dan bengkel untuk perbaikan
ringan. Disain masing2 fasilitas dilengkapi gambar (skala 1 : 500) dan spesifikasi
teknis. Selain itu Disain TPA juga dilengkapi dengan SOP (standard operation
procedure) untuk pembuangan sistem sel. Pasca TPA disesuaikan dengan rencana
peruntukan lahan dan rekomendasi teknis
Pengembangan Aspek Pembiayaan
Pengembangan aspek pembiayaan meliputi:
Biaya operasi dan pemeliharaan, meliputi biaya rutin belanja kantor (gaji, ATK,
pemeliharaan kantor dll), biaya operasi dan pemeliharaan gerobak, truck, transfer
depo, pembuatan kompos, daur ulang, incinerator dan pembuangan akhir.
Kebutuhan biaya tersebut dihitung per tahun selama masa perencanaan.
Biaya satuan, meliputi biaya satuan yang dibutuhkan per kapita per tahun, biaya
per m3 sampah, biaya per tahapan penanganan sampah (pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan akhir)
Perhitungan retribusi, merupakan biaya yang akan dibebankan kepada para wajib
retribusi (WR). Biaya tersebut adalah biaya pengelolaan per tahun (biaya
investasi/tahun ditambah biaya O/M per tahun) di bagi dengan beban yang akan
ditanggung oleh para WR. Struktur tarif yang dibagi berdasarkan kelas WR yaitu
perumahan (HI, MI dan LI), komersial (pertokan, pasar, hotel, restoran, bioskop
dll), fasilitas umum (perkantoran, sekolah, fasilitas kesehatan dll) dan fasilitas sosial
(rumah ibadah, panti sosial, dll). Pembobotan dapat dilaksanakan dengan berbagai
cara, antara lain dapat dilakukan dengan perbandingan income dan volume
sampah yang dihasilkan oleh setiap unit sumber sampah per hari. Sebagai contoh
untuk kelas perumahan dapat mengambil bobot perbandingan income 1 : 3 : 6,
sedangkan untuk kelas komersial bobot merupakan hasil perhitungan
perbandingan jumlah sampah per unit dengan jumlah sampah perumahan high
income (HI) dikalikan dengan dengan bobot kelas perumahan HI (dalam contoh
adalah 6). Demikian pula dengan perhitungan bobot fasilitas umum yang
disetarakan dengan kelas midle income (MI) dan bobot fasilitas sosial disetarakan
dengan LI.
Perancangan aspek peraturan meliputi penyempurnaan peraturan daerah yang sudah ada
berdasarkan hasil analisa atau pembuatan perda baru. Perda tersebut meliputi :
Perda Retribusi, meliputi ketentuan struktur tarif dan cara perhitungan serta
metode penarikannya (kerjasama dengan instansi lain seperti PLN atau masyarakat
atau swasta)
Rencana penerapan perda yang didahului dengan sosialisasi dan uji coba
dikawasan tertentu yang secara perlahan dikembangkan ke wilayah lain serta
mempersiapkan pelaksanaan law enforcement
perencanaan sangat tergantung pada tingkat keakuratan data, kecermatan analisa dan
proses perancangan yang memadai termasuk kelengkapan dokumen perencanaan sepert
gambar detail, spesifikasi teknis dan dokumen tender.