Anda di halaman 1dari 17

ILMU DAN ANALISIS LINGKUNGAN

Senin, 04 April 2016


UPT PENGUJIAN MATERIAL
DINAS MINAMARGA
PROVINSI RIAU
1. Tinjauan Umum
UPT Pengujian Material Dinas Bina Marga yang dahulunya berada dibawah Dinas
Pekerjaan Umum, merupakan salah satu laboratorium pengujian air dan lingkungan
yang berda di kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Dengan mengacu kepada standar
laboratorium ISO 127025 dan PERMENLH No.06 Tahun 2009 hingga saat ini UPT
Pengujian Material Dinas Bina Marga Provinsi Riau telah terdaftar pada Komite
Akreditasi Nasioanal (KAN) sebagai laboratorium Lingkungan Sejak tahun 2014 dengan
No.reg LP 750 IDN dan teregistrasi kompetensi sebagai laboratorium lingkungan di
Kementrian Lingkungan Hidup No.0067/LPJ/LABLING-1/LRK/KLH.
Dengan penerapan Jaminan Mutu Pengambilan Sampel, rancangan pengamanan
contoh uji (RPCU) yang mengacu kepada Standar Nasional Indonesia yang berlaku
serta ISO 17025 Laboratorium Pengujian Material juga terdaftar sebagai laboratorium
yang memiliki tenaga sampling yang bersertifikat dan kompetensi khususnya
pengambilan sampel air dan air limbah (SNI 6989.57.2008 dan 6989.59.2008)
Selain itu juga mampu melakukan pengambilan sampel Kimia Tanah (KepmenLH
28 Tahun 2003) untuk Tanah Land Aplikasi. Kualitas Udara Ambient (PP NO. 41 tahun
1991) dan Emisi Udara (PermenLH NO.13 Tahun 2009 dan PermenLH NO.07 Tahun
2007)
2. Lingkup Pengujian
Analisis sampel uji mengacu kepada Standar Nasioanal Indonesia terbarukan,
Sehingga sesuai dengan Baku Mutu yang diterapkan dalam peraturan pemerintah yang
berlaku. Adapun ruang lingkup pengujian meliputi :

1.

Laboraturium pengujian Air dan Lingkungan

a.

Laboraturium pengujian air

b.

Pengambilan sampel

c.

Pengujian air campuran beton

d.

Pengujian air permukaan

e.

Pengujian air tanah

f.

Pengujian air laut

g.

Pengujian air limbah

h.

Pengujian kimia tanah

i.

Pengujian Udara ambient

j.

Pengujian Udara Emisi dan biologi

k.

Pengujian Mikrobiologi dan biologi


2.

Laboraturium pengujian agregate dan aspal

a.

Pengambilan sampel

1.

Pengujian lapangan

2.

Konsolidasi tanah

3.

Triaksial

4.

Direct Shear

5.

Pengujian aspal

6.

Pengujian campuran Aspal


b. Pengujian Fisika Tanah
c. Pengujian Tanah Timbunan
3.

Laboraturium pengujian bahan bangunan


a.

b.

Pengambilan sampel

Pengeboran Inti

c.

Kuat tekan

d.

Kuat lentur

Alamat :
UPT PENGUJIAN MATERIAL DINAS BINA MARGA JL.JEND. SUDIRMAN NO.197
PEKANBARU

TELP. 0761-32940/ 21531


Email : lab_pu_riau@yahoo.com
Diposkan oleh wilyanda marza di 20.40 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Rabu, 23 Maret 2016


UPT PENGUJIAN MATERIAL DINAS BINA MARGA PROVINSI RIAU
LABORATORIUM AIR DAN LINGKUNGAN
2016
Ilmudananalisislingkungan.blogspot.co.id
ILMU DAN ANALISIS LINGKUNGAN

Oleh WILYANDA, ST

ISO : 17025
PEKERJAAN : Analis Laboratorium Air dan Lingkungan & Tenaga Sampling Lingkungan
Kantor

: UPT Pengujian Material Dinas Bina Marga Provinsi Riau


Terakreditasi KAN ISO:17025 Laboratorium pengujian Air dan Lingkungan

BIDANG

: * PENGUJIAN/ANALISIS AIR DAN LINGKUNGAN


* TENAGA PROFESIONAL PENGAMBILAN SAMPEL AIR, BIOTA, AIR
LIMBAH, UDARA
AMBIENT,UDARA EMISI DAN TANAH UNTUK
KEGIATAN PEMANTAUAN, PEMBUATAN
IZIN LINGKUNGAN,
LAPORAN RUTIN PERUSAHAAN DAN PENELITIAN
* PELATIHAN PENGAMBILAN SAMPEL LINGKUNGAN (AIR,BIOTA,
UDARA DAN TANAH)
Alamat

: JL. Jend.Sudirman No.197 Pekanbaru

Kontak

: 081363231023

Email

: wilyanda@gmail.com

___________________________________Analisis____________________________________
___
Analisa BOD
Analisa Logam Berat
(Pb,Cd,Cu,Zn,Cr,Co,Fe,Mn dll.)

Analisa COD

Analisa Nitrat, Nitrit, Amonia, Sulfat,sulfit

dll.

Analisa TSS

___________________________________Sampling___________________________________
___

SAMPLING UDARA EMISI DAN AMBIENT

Sampling emisi Boiler (Sumber tidak bergerak)

Sampling Udara Ambient (Impinger)

Sampling emisi Genset

Sampling Udara Ambient (direct reading)

SAMPLING AIR DAN AIR LIMBAH


Sampling Air sungai (Permukaan)

Sampling air Bersih

Sampling Air Limbah

SAMPLING BIOTA
Sampling plankton

Sampling Bentos

Diposkan oleh wilyanda marza di 01.44 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Perencanaan Pengelolaan Sampah

Perencanaan Pengelolaan Sampah


Kondisi krisis ekonomi secara nasional yang telah berlangsung sejak 1998, berdampak
pula terhadap penurunan kondisi kebersihan diberbagai kota di Indonesia secara
signifikan.
Mengamati permasalahan penanganan sampah di lapangan seperti menumpuknya sampah
di pinggir jalan (karena keterlambatan pengangkutan atau tidak terangkut ke TPA), rute
dan jadwal pengangkutan yang tidak pasti, makin banyaknya TPA liar dan pembuangan
sampah ke sungai karena tidak adanya pelayanan yang memadai, kondisi lokasi TPA yang
tidak memenuhi persyaratan serta fasilitas yang minim dan operasi yang open dumping
sehingga kecenderungan mencemari lingkungan sangat tinggi. Kondisi ini juga sangat
dipengaruhi oleh keterbatasan dana operasi dan pemeliharaan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dan lemahnya penegakan hukum yang berkaitan dengan penerapan
sangsi serta ketidak pedulian masyarakat akan perlunya menjaga kebersihan lingkungan.
Lebih jauh terkesan bahwa penanganan persampahan tidak didasarkan pada perencanaan
yang matang bahkan beberapa kota tidak memiliki dokumen perencanaan sama sekali.

Perencanaan persampahan merupakan langkah awal dalam melaksanakan pembangunan


bidang persampahan yang seharusnya dimiliki oleh semua kota /kabupaten sebagai dasar
pengelolaan baik untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Perencanaan
tersebut meliputi Master Plan yang dapat menggambarkan perencanaan penanganan
sampah jangka panjang dari sumber sampai TPA termasuk skenario kelembagaan dan
perkiraan biaya investasi, Studi Kelayakan untuk menilai kelayakan suatu kegiatan atau
program penanganan sampah dari segi teknis, ekonomis dan layak lingkungan serta
Perencanaan Detail yang mempersiapkan rencana pelaksanaan teknis.
Tanggung jawab Pemerintah Pusat terbatas hanya dalam hal penetapan pedoman
perencanaan dan pengembangan pembangunan perumahan dan permukiman serta
penetapan standar prasarana dan sarana kawasan terbangun dan sistem manajemen
konstruksi serta program-program stimulan untuk peningkatan kualitas TPA dan
pemenuhan standar pelayanan minimal.
Berdasarkan UU 32 / 2005 tentang Pemerintah Daerah (perubahan UU No 22 / 1999),
dinyatakan bahwa masalah persampahan telah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Daerah dan diwajibkan untuk menyelenggarakan penanganan persampahan termasuk
TPA secara lebih memadai, untuk kondisi tertentu TPA regional juga wajib dilaksanakan.
Berdasarkan PP 16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum yang
merupakan amanat UU 7/2004 tentang Sumber Daya Air, mengutamakan penanganan
sampah dalam rangka perlindungan air baku air minum dan mensyaratkan dilakukannya
metode pembuangan akhir sampah dengan metode lahan urug terkendali (kota
sedang/kecil) dan lahan urug saniter (kota metropolitan dan besar) dengan mewajibkan
zona penyangga di sekeliling TPA dan memantau kualitas hasil pengolahan leachate.
TAHAPAN PERENCANAAN
Perencanaan pengelolaan sampah harus dilakukan untuk jangka panjang dan layak secara
teknis, ekonomis dan berwawasan lingkungan. Selain itu dapat dilaksanakan dengan
mudah. Tahapan perencanaan dimulai dari rencana induk, studi kelayakan dan
perencanaan teknis.
Rencana induk, merupakan rencana garis besar yang menggambarkan arahan sistem
pengelolaan sampah dalam 25 tahun kedepan.
Studi Kelayakan, merupakan bagian dari rencana induk yang secara jelas akan diketahui
kelayakannya, baik kelayakan teknis, ekonomi, lingkungan maupun sosial. Pada tahap ini
secara bersamaan juga dilakukan studi pemilihan lokasi TPA dengan mengacu pada SNI
atau metode lain dan studi AMDAL atau UKL/UPL
Perencanaan teknis, merupakan rencana detail dengan mengacu pada rencana induk/studi
kelayakan dan dilengkapi dengan gambar detail, spesifikasi teknis, SOP dan dokumen lain
yang diperlukan (penjabaran RKL/RPL atau UKL/UPL) serta siap untuk dilakukan tahap
pelaksanaan (penyediaan prasarana dan sarana).
KRITERIA PERENCANAAN
Aspek Institusi

Bentuk institusi adalah Perusahaan Daerah kebersihan, Dinas Kebersihan atau


minimal Seksi Kebersihan.

Struktur organisasi harus mencerminkan pola kerja yang jelas yang memiliki
fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.

Tata laksana kerja cukup jelas mendefinisikan lingkup tugas, wewenang, tanggung
jawab serta bentuk interaksi antar unit, komponen, antar institusi dan kerjasama
antar kota (untuk kegiatan yang bersifat regional). Tata laksana kerja harus
memperhatikan pengendalian otomatis, tingkat pembebanan yang merata,
pendelegasian wewenang yang proporsional dan berimbang, birokrasi yang pendek
dan penugasan yang jelas / terukur.

Kualitas SDM harus memiliki kemampuan manajemen dan teknik, jumlah personil
1 : 1000 jiwa yang dilayani

Aspek Teknis Operasional

Tingkat pelayanan disesuaikan dengan kondisi eksisting (dalam 5 tahun, pelayanan


meningkat maksimal 2 kali) atau minimal 60 % (target MDGs 70 % pada tahun
2015).

Pewadahan individual berupa bin 40 lt atau kantong plastik dan disediakan oleh
penghasil sampah sendiri, sedangkan wadah komunal dapat berupa TPS (volume >
1 m3), container dengan volume 6-8 m3

Pengumpulan dengan gerobak dilakukan door to door untuk daerah teratur dengan
lebar jalan > 1m. Untuk daerah tidak teratur dapat dilakukan secara komunal .
Pengumpulan door to door truck hanya dilakukan untuk daerah yang mempunyai
sumber sampah besar (> 300 lt/hari) dan daerah terjal / curam. Perencanaan
operasional perlu mempertimbangkan perencanaan rute/blok operasi, ritasi 3-4
kali/hari, periode pengumpulan tergantung pada kondisi daerah pelayanan
(komposisi sampah, kapasitas kerja, disain peralatan dan kualitas pelayanan yang
ingin diberikan), daerah pelayanan yang tertentu dan tetap, petugas pelaksana yang
tetap dan dapat dipindahkan secara periodik serta pembebanan kerja yang merata
(jumlah sampah, jarak tempuh dan kondisi daerah)

Pemindahan sampah dari gerobak ke truk dilakukan menggunakan transfer depo .


Lokasi transfer depo harus dekat dengan daerah pelayanan (radius 500 M).

Pengangkutan sampah dari transfer depo ke TPA dilakukan dengan truk (dump
truck, arm roll truck, compactor truck) kapasitas 7-12 m3, ritasi 3-5 rit / hari.
Apabila jarak ke TPA > 30 km, sebaiknya menggunakan transfer station.
Perencanaan operasional perlu mempertimbangkan perencanaan rute/blok operasi,
ritasi 3-4 kali/hari, periode pengumpulan tergantung pada kondisi daerah
pelayanan (komposisi sampah, kapasitas kerja, disain peralatan dan kualitas

pelayanan yang ingin diberikan), daerah pelayanan yang tertentu dan tetap,
petugas pelaksana yang tetap dan dapat dipindahkan secara periodik serta
pembebanan kerja yang merata (jumlah sampah, jarak tempuh dan kondisi
daerah)

Pengolahan sampah dilakukan dengan composting dan daur ulang yang


diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA minimal 10-20
%. Penggunaan incinerator harus mempertimbangkan aspek lingkungan dan
kontinuitas operasional.

Pembuangan akhir sampah di lokasi yang sesuai dengan standar (SNI No03-32411994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA) dilakukan minimal controlled
landfill dengan fasilitas yang terdiri dari jalan masuk (tipe jalan kelas 1 dengan
lebar 6 m), saluran drainase (keliling TPA, dimensi disesuaikan dengan curah hujan
dan luas TPA dll), kantor TPA / pos jaga (berfungsi sebagai kantor pengendali dan
pencatatan sampah yang masuk ke TPA, dilengkapi dengan kamar mandi / WC),
pagar (berupa pagar hidup atau menggunakan tanaman yang cepat tumbuh dan
berdaun rimbun seperti angsana), lapisan dasar kedap air (lapisan tanah lempung
tebal 30 cm kali 2 atau lapisan geomambrane/geotextile), jaringan pengumpul
leachate (terletak didasar TPA, pipa berlubang yang dilindungi gravel), ventilasi gas
(pipa berlubang dengan casing atau beronjong bambu dan dipasang secara
bertahap sesuai ketebalan lapisan sampah, radius pipa gas 50 m), pengolahan
leachate (terdiri dari kolam anaerob, fakultatif, maturasi dan land treatment serta
kualitas efluen sesuai dengan standar yang berlaku yaitu nilai BOD 30 150 ppm),
sumur uji (minimal 3 unit, sebelum lokasi penimbunan, di lokasi penimbunan dan
sesudah lokasi penimbunan), alat berat (buldozer, exavator, wheel / track loader ),
tanah penutup (tebal lapisan tanah penutup 20 30 cm dan penutup akhir 50 cm
100 cm), sarana pendukung (air bersih, bengkel untuk perbaikan ringan dll). Masa
pakai TPA minimal 5 10 tahun.

Aspek Pembiayaan

Biaya satuan investasi dan O/M tergantung pada pola teknis yang digunakan
dengan struktur pembiayaan kira-kira 30 % pengupulan, 40 % pengangkutan dan
20 % pembaunangan akhir.

Tarif retribusi dihitung berdasarkan besarnya biya pengelolaan pertahun (investasi


dan O/M), kemampuan subsidi pemerintah kota/kabupaten, kemampuan
masyarakat membayar (willingness to pay,) subsidi silang, volume sampah setiap
sumber atau wajib retribusi dan prinsip cost recovery. Peninjauan tarif
dilaksanakan setiap 5 tahun.

Penarikan retribusi dilakukan berdasarkan sistem pengendalian yang efektif,


pembagian wilayah penagihan, target, penagihan dilaksanakan setelah pelayanan
diberikan secara teratur, menghindari terjadinya kesan double tarif dan struktur
tarif disosialisasikan kepada masyarakat.

Aspek Peraturan
Peraturan Daerah kebersihan harus meliputi pengaturan mengenai pembentukan institusi
pengelola, ketentuan penanganan sampah dari sumber sampai TPA termasuk mengenai
penanganan sampai medis dan B3. Peraturan Daerah tersebut harus mempunyai jangka
waktu berlaku yang terbatas, kesiapan terhadap upaya penegakannya termasuk
pemberian insentif dan disinsentif serta mempunyai keluwesan tetapi tegas (tidak
bermakna ganda).
Aspek PSM dan Swasta
Bentuk peran masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat berupa kegiatan sebagai
berikut :

Turut menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya

Turut terlibat aktif dalam program-program kebersihan seperti pengumpulan


sampah, pengolahan sampah skala individual maupun skala komunal termasuk 3
R (reduce, reuse dan recycle) dan pemilahan sampah disumber

Secara informal turut menerangkan arti kebersihan pada anggota masyarakat


lainnya

Mengikuti tata cara kebersihan yang ditentukan oleh pemerintah kota/kabupaten

Membayar retribusi secara aktif

PROSES PERENCANAAN
Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data berkaitan dengan perencanaan sistem pengelolaan persampahan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan menggunakan data yang ada baik
dari hasil studi yang berkaitan dengan perencanaan sampah (RUTR, land use, Air
Bersih, dll), kebijakan dan renstra daerah, hasil penelitian (seperti komposisi /
karakteristik sampah, timbulan sampah, topografi, penyelidikaan tanah, dll), BPS
(jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dll), maupun NSPM persampahan.

Pengumpulan data primer,


laboratorium dan lain-lain

dilakukan

dengan

survey,

sampling,

analisa

Kebutuhan Data
Data yang dibutuhkan untuk merencanakan sistem pengelolaan sampah adalah sebagai
berikut :
Data Kondisi Kota

Data fisik kota, meliputi luas wilayah administrasi kota/ kabupaten, luas wilayah
urban, topografi wilayah, tata guna lahan, jaringan jalan, perumahan, daerah
komersial (pasar, pertokoan, hotel, bioskop, restoran, dll), fasilitas umum
(perkantoran, sekolah, taman, dll), fasilitas sosial (tempat ibadah, panti asuhan, dll).
Data tersebut dilengkapi peta kota, tata guna lahan, topografi dan lain-lain.

Data kependudukan, meliputi jumlah penduduk per kelurahan, kepadatan


penduduk administrasi, kepadatan penduduk urban, mata pencaharian, budaya
masyarakat dan lain-lain. Dilengkapi peta kepadatan penduduk

Data kondisi sosial ekonomi, meliputi alokasi dana APBD dan anggaran
kebersihan (3 tahun terakhir), data PDRB atau income penduduk (Rp/kk/bulan)
dan lain-lain

Data Rencana Pengembangan Kota


Rencana pengembangan wilayah, meliputi rencana tata guna lahan, rencana
pengembangan jaringan jalan, rencana pengembangan perumahan/permukiman baru,
rencana pengembangan daerah komersial, kawasan industri, rencana pengembangan
fasilitas umum (perkantoran, sekolah, rumah sakit, taman, dll) dan rencana
pengembangan fasilitas sosial. Selain itu juga rencana alokasi lahan untuk TPA.
Dilengkapi dengan peta rencana pengembangan wilayah, rencana tata guna lahan dll.
Data Kondisi Sistem Pengelolaan Persampahan yang Ada

Aspek Institusi, meliputi bentuk institusi pengelola sampah, struktur organisasi,


tata laksana kerja, jumlah personil baik ditingkat staf maupun operasional,
pendidikan formal maupun training yang pernah diikuti di dalam dan luar negeri.

Aspek Teknis Operasional, meliputi daerah pelayanan, tingkat pelayanan, sumber


sampah, komposisi dan karakterirstik sampah, pola operasi penanganan sampah
dari sumber sampai TPA, sarana/prasarana persampahan yang ada termasuk
fasilitas bengkel, kondisi pengumpulan (frekuensi pengumpulan, ritasi, jumlah
petugas dll), pengangkutan (frekuensi, ritasi, daerah pelayanan, jumlah petugas
dll), pengolahan (jenis pengolahan, kapasitas atau volume, daerah pelayanan,
jumlah petugas dll), pembuangan akhir (luas, kondisi lokasi, fasilitas TPA, kondisi
operasi, penutupan tanah, kondisi alat berat dll). Selain itu juga data mengenai
penanganan sampai medis (incinerator, kapasitas, vol sampah medis dll) dan
sampah industri/ B3 (jenis sampah, volume, metode pembuangan dll). Dilengkapi
peta daerah pelayanan dan aliran volume sampah dari sumber sampai TPA yang
ada saat ini.

Aspek Pembiayaan, meliputi biaya investasi dan biaya operasi/pemeliharaan (3


tahun terakhir), tarif retribusi, realisasi penerimaan retribusi termasuk iuran
masyarakat untuk pengumpulan sampah (3 tahun terakhir) dan mekanisme
penarikan retribusi

Aspek Peraturan, meliputi jenis perda yang ada, kelengkapan materi, penerapan
sangsi dll

Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta, meliputi program penyuluhan yang
telah dilakukan oleh pemerintah kota / kab.

Pengolahan Data/Analisa
Analisa terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan meliputi :

Analisa kondisi kota, yaitu tinjauan terhadap aspek topografi kota dalam hal
penentuan metode pengumpulan dan pembuangan akhir sampah, jaringan jalan
dalam hal penentuan rute pengangkutan dan penentuan lokasi TPA, fasilitas kota
dalam hal penentuan urgensi daerah pelayanan dan besarnya timbulan sampah,
demografi dalam hal penentuan tingkat pelayanan dan timbulan sampah,
pendapatan per kapita dalam hal penentuan kemampuan masyarakat membayar
retribusi, APBD dalam hal kemampuan daerah mensubsidi anggaran kebersihan
dan penentuan tarif retribusi, dan lain-lain.

Analisa rencana pengembangan kota, yaitu berkaitan dengan rencana


pengembangan daerah pelayanan, penentuan lokasi TPA, rencana peruntukan
lahan pasca TPA dan lain-lain.

Analisa kondisi pengelolaan sampah yang ada saat ini, yaitu berkaitan dengan
kemungkinan peningkatan institusi pengelola sampah minimal dalam hal
operasionalisasi struktur organisasi, peningkatan profesionalisasi SDM,
peningkatan pelayanan yang aplikatif dalam periode perencanaan, peningkatan
metode operasi penanganan sampah dari sumber sampai TPA yang terjangkau dan
tidak mencemari lingkungan, peningkatan retribusi agar dapat mencapai cost
recovery, peningkatan PSM agar secara bertahap dapat melaksanakan minimalisasi
sampah / 3 R, kemungkinan peningkatan peran swasta dalam pengelolaan sampah
dan lain-lain. Analisa dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti pendekatan
sistem input / output, analisa hubungan sebab akibat, analisa SWOT, analisa
deskripsi dan metode lain yang disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam analisa
tersebut juga diproyeksikan jumlah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan
termasuk proyeksi timbulan sampah selama masa perencanaan.

Perancangan / Disain
Pengembangan Institusi
Pengembangan institusi disesuaikan dengan hasil analisa terhadap kondisi yang ada dan
sedapat mungkin mengacu pada kriteria perencanaan. Bentuk institusi Perusahaan
Daerah dinilai cukup memadai untuk kota-kota yang memiliki permasalahan
persampahan kompleks. Bentuk institusi lainnya disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku dengan tetap mengacu pada kriteria perencanaan
Pengembangan Aspek Teknis

Pengembangan aspek teknis, meliputi :

Pengembangan daerah pelayanan, dengan memperhatikan daerah yang saat ini


sudah mendapatkan pelayanan, daerah dengan tingkat kepadatan tinggi, daerah
kumuh dan rawan sanitasi, daerah komersial / pusat kota dan lain-lain sesuai
kriteria. Pola pengembangan mengikuti pola rumah tumbuh dengan perkiraan
timbulan sampah yang akan dikelola untuk jangka waktu perencanaan tertentu
(berdasarkan hasil proyeksi). Pengembangan daerah pelayanan ini dilengkapi
dengan peta (skala 1: 10.000)

Rencana Kebutuhan Sarana / Prasarana, dengan memperkirakan timbulan sampah


dan tipikal daerah pelayanan serta pola operasional penanganan sampah dari
sumber sampai TPA terpilih. Sarana / prasarana tersebut meliputi jumlah dan
jenis pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengolahan, pengangkutan dan
pembuangan akhir.

Rencana Pewadahan, meliputi jenis, jumlah dan lokasi pewadahan komunal


maupun individual (wadah individual disediakan oleh masyarakat). Disain wadah
sedemikian rupa (higienis, bertutup, tidak permanen, dengan volume disesuaikan
volume sampah yang harus diwadahi untuk periode pengumpulan tertentu).
Contoh disain wadah terlampir.

Rencana Pengumpulan, meliputi pola pengumpulan (pengumpulan individual


langsung / tidak langsung dan komunal) untuk setiap daerah pelayanan sesuai
dengan kriteria perencanaan. Disain gerobak / becak pengumpul sampah
sedemikian rupa agar mudah mengoperasikannya serta sesuai dengan budaya
masyarakat setempat. Disain / spesifikasi teknis peralatan tersebut terlampir

Rencana Pemindahan, meliputi rencana lokasi di daerah pelayanan , daerah


layanan, tipikal transfer depo dan gambar disain / spesifikasi teknis.

Rencana Pengolahan, meliputi jenis pengolahan terpilih berdasarkan kelayakan


dan komposisi/karakteristik sampah. UDPK (usaha daur ulang dan produksi
kompos) skala kawasan (kapasitas 15 m3/hari) dapat menjadi salah satu pilihan.
Sedangkan pilihan insinerator skala kota diprioritaskan untuk daerah yang tidak
lagi memiliki lahan untuk TPA serta teknologi yang ramah lingkungan (bebas SOx,
NOx, COx dan dioxin) serta memanfaatkan heat recovery. Pengurangan volume
sampah secara keseluruhan minimal 10 20 %.

Rencana Pengangkutan, meliputi pola pengangkutan sampah (door to door truck


dan pengangkutan dari transfer depo ke TPA), jumlah dan jenis truck. Selain itu
juga dilengkapi peta rute pengangkutan sampah dari hasil time motion study
(gambar dan spesifikasi truck dilampirkan).

Rencana Pembuangan Akhir, meliputi rencana lokasi sesuai dengan ketentuan


teknis (SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA) dengan luas yang dapat

menampung sampah untuk masa 10 tahun dan fasilitas Sanitary Landfill (SLF) dan
rencana pemanfaatan lahan pasca TPA. Disain fasilitas SLF tersebut meliputi jalan
masuk, drainase, pagar (tanaman hidup berdaun rimbun, contoh angsana), pos jaga
(kantor), zone pembuangan yang terdiri dari lapisan dasar kedap air, jaringan
pengumpul lindi, pipa ventilasi gas, kolam penampung dan pengolahan lindi. Selain
itu juga dilengkapi dengan fasilitas lain seperti air bersih, tanah penutup, alat berat
(buldozer, landfill compactor, loader dan exavator) dan bengkel untuk perbaikan
ringan. Disain masing2 fasilitas dilengkapi gambar (skala 1 : 500) dan spesifikasi
teknis. Selain itu Disain TPA juga dilengkapi dengan SOP (standard operation
procedure) untuk pembuangan sistem sel. Pasca TPA disesuaikan dengan rencana
peruntukan lahan dan rekomendasi teknis
Pengembangan Aspek Pembiayaan
Pengembangan aspek pembiayaan meliputi:

Biaya investasi, meliputi biaya pengadaan sarana prasarana sesuai dengan


pengembangan aspek teknis termasuk pembelian lahan transfer depo dan TPA serta
penggantian peralatan yang sudah habis masa pakainya. Kebutuhan biaya
investasi dihitung per tahun selama masa perencanaan

Biaya operasi dan pemeliharaan, meliputi biaya rutin belanja kantor (gaji, ATK,
pemeliharaan kantor dll), biaya operasi dan pemeliharaan gerobak, truck, transfer
depo, pembuatan kompos, daur ulang, incinerator dan pembuangan akhir.
Kebutuhan biaya tersebut dihitung per tahun selama masa perencanaan.

Biaya satuan, meliputi biaya satuan yang dibutuhkan per kapita per tahun, biaya
per m3 sampah, biaya per tahapan penanganan sampah (pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan akhir)

Perhitungan retribusi, merupakan biaya yang akan dibebankan kepada para wajib
retribusi (WR). Biaya tersebut adalah biaya pengelolaan per tahun (biaya
investasi/tahun ditambah biaya O/M per tahun) di bagi dengan beban yang akan
ditanggung oleh para WR. Struktur tarif yang dibagi berdasarkan kelas WR yaitu
perumahan (HI, MI dan LI), komersial (pertokan, pasar, hotel, restoran, bioskop
dll), fasilitas umum (perkantoran, sekolah, fasilitas kesehatan dll) dan fasilitas sosial
(rumah ibadah, panti sosial, dll). Pembobotan dapat dilaksanakan dengan berbagai
cara, antara lain dapat dilakukan dengan perbandingan income dan volume
sampah yang dihasilkan oleh setiap unit sumber sampah per hari. Sebagai contoh
untuk kelas perumahan dapat mengambil bobot perbandingan income 1 : 3 : 6,
sedangkan untuk kelas komersial bobot merupakan hasil perhitungan
perbandingan jumlah sampah per unit dengan jumlah sampah perumahan high
income (HI) dikalikan dengan dengan bobot kelas perumahan HI (dalam contoh
adalah 6). Demikian pula dengan perhitungan bobot fasilitas umum yang
disetarakan dengan kelas midle income (MI) dan bobot fasilitas sosial disetarakan
dengan LI.

Pengembangan Aspek Peraturan

Perancangan aspek peraturan meliputi penyempurnaan peraturan daerah yang sudah ada
berdasarkan hasil analisa atau pembuatan perda baru. Perda tersebut meliputi :

Perda Pembentukan Institusi, meliputi pembentukan organisasi pengelola


persampahan, struktur organisasi dan tata laksana kerja termasuk pengaturan
koordinasi antar instansi, antar kota dan kerja sama dengan swasta dan
masyarakat (materi sesuai kriteria perencanaan)

Perda Ketentuan Umum dan Teknis Penanganan Sampah, meliputi ketentuan


pengaturan penanganan sampah dari sumber sampai TPA termasuk ketentuan
larangan pembakaran sampah secara terbuka, pembuangan ke bantaran sungai
atau TPA liar. Selain itu juga adanya ketentuan yang jelas mengenai penyapuan
jalan dan pembersihan saluran yang harus dilaksanakan oleh masyarakat serta
ketentuan 3 R (reduksi sampah) dan metode pembuangan akhir sampah secara SLF
atau CLF serta ketentuan mengenai peruntukan lahan pasca TPA

Perda Retribusi, meliputi ketentuan struktur tarif dan cara perhitungan serta
metode penarikannya (kerjasama dengan instansi lain seperti PLN atau masyarakat
atau swasta)

Perda Kemitraan, meliputi ketentuan pola kerjasama dengan swasta

Rencana penerapan perda yang didahului dengan sosialisasi dan uji coba
dikawasan tertentu yang secara perlahan dikembangkan ke wilayah lain serta
mempersiapkan pelaksanaan law enforcement

Pengembangan Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta


Perancangan aspek peran serta masyarakat lebih dititik beratkan pada upaya
peningkatan peran serta masyarakat sejak awal (dari perencanaan sampai pelaksanaan)
terutama untuk pola yang berbasis masyarakat melalui berbagai cara seperti
pembentuakan forum-forum lingkungan, konsultasi publik, sosialisasi, pendampingan,
training dan lain-lain. Upaya ini harus diterapkan secara konsisten, terus menerus,
terintegrasi dengan sektor lain yang sejenis dan masyarakat diberi kepercayaan untuk
mengambil keputusan.
Perancaangan aspek kemitraan yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan
sampah terutama yang mempunyai nilai investasi tinggi dan membutuhkan penanganan
yang lebih profesional meliputi pemilihan kegiatan yang secara teknis dan ekonomis layak
dilakukan oleh swasta dengan metode atau pola kemitraan yang jelas dan terukur serta
bersifat win-win solution.
PENUTUP
Dalam rangka melaksanakan sistem pengelolaan persampahan yang memadai, maka
tahap perencanaan merupakan langkah penting yang selanjutnya harus digunakan sebagai
acuan bagi para stakeholder dalam pembangunan bidang persampahan. Hasil

perencanaan sangat tergantung pada tingkat keakuratan data, kecermatan analisa dan
proses perancangan yang memadai termasuk kelengkapan dokumen perencanaan sepert
gambar detail, spesifikasi teknis dan dokumen tender.

Anda mungkin juga menyukai