Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk sosial, yang mana setiap manusia tidak bisa hidup
sendiri melainkan harus menjalin hubungan baik dengan manusia itu sendiri, alam
dan yang paling tinggi adalah hubungan manusia dengan Sang Maha Pencinta.
Hubungan antar manusia dengan manusia maupun hubungan manusia dengan alam
merupakan rangkaian kebersamaan dalam upaya menghujudkan ketundukan kepada
Allah SWT. Kalaupun manusia bisa menjalinnya dengan baik, hal itu tidak sematamata karena potensi yang dimilikinya, tetapi dikarenakan karunia yang Allah SWT
telah berikan kepadanya dengan menundukkan alam dan manusia tersebut untuk
dirinya, yang menjadikan manusia sebagai khalifatullah. (QS. 45: 13).
Maka dari hubungan yang saling berketergantungan tersebut, manusia hidup
dalam kelompok-kelompok atau golongan-golongan, baik kelompok kecil maupun
besar yang juga meliputi wilayah yang luas yang masing-masing kelompok
memiliki pola hubungan yang berbeda-beda. Islam mencoba menyatukan berbagai
unsur tersebut menjadi satu masyarakat yang disebut Ummah. Sebuah masyarakat
yang islami yang sesuai dengan konsep ummah tentu saja menjadi harapan semua
orang terlebih bagi kita sebagai umat Islam, akan tetapi hal itu tak semudah
membalikkan telapak tangan, masih sulit membangun sebuah ummat ataupun
Negara yang sesuai dengan konsep ummah. Dan makalah ini mencoba memaparkan
ummah dengan berbagai pandangan.

Page 1 of 11

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi ummah ?
1.2.2 Bagaimana kedudukan Ummah dalam Al-Quran ?
1.2.3 Bagaiman gambaran umat Islam di masa Rasaulullah ?
1.2.4 Apa Iftiraqul Ummah itu ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi ummah.
1.3.2 Mengetahui kedudukan ummah dalam Al- Quran.
1.3.3 Mengetahui gambaran umat islam di masa Rasulullah.
1.3.4 Mengetahai apa itu iftiraqul.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pembaca,
khususnya dalam masalah al ummah. Makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan pembaca tentang ummah dengan informasi tentang ummah yang di
sajikan penyusun dalam makalah ini. Dan diharapka dengan membaca makalah ini
pembaca dapat meningkatkan kompetensinya.

Page 2 of 11

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Al-Ummah
Ummah berasal dari bahasa Arab umm yang berarti ibu. Bagi setiap
manusia Muslim atau manusia-Tauhid Ummah itu menjadi semacam ibu pertiwi
yang dinaungi dalam iman atau akidah yang sama, bukan oleh batas-batas
geografis-teritorial. Menurut Imam syahid Hasan Al-banna, Ummah adalah
masyarakat yang dimanapun masyarakat tersebut tinggal terdengar nama Allah
yang disebut maka disitu jualah tanah air ummat islam. Sedangkan Qamaruddin
Khan menyatakan bahwa pada awalnya Ummah berarti orang-orang yang
bermaksud untuk mengikuti seorang pimpinan (imam), hukum (syariah), dan atau
jalan (manhaj). Dari perkataan dasar Ummah ini timbullah dua buah konsep penting
yaitu mengenai masyarakat dan agama. Kedua konsep ini sering dipergunakan
dengan dipadukan sehingga muncul pengertian masyarakat keagamaan.
Definisi tentang Ummah secara luas dan kompleks dikemukakan oleh
Ziauddin Sardar. Ia menyatakan bahwa Ummah adalah persaudaraan Islam, seluruh
masyarakat Muslim, yang dipersatukan oleh persamaan pandangan-dunia (din),
yang didasarkan pada sebuah gagasan universal (tauhid) dan sejumlah tujuan
bersama untuk mencapai keadilan (adl) dan ilmu pengetahuan (ilm) dalam upaya
memenuhi kewajiban sebagai pengemban amanah (khalifah) Tuhan di muka bumi.
Dibandingkan dengan beberapa definisi Ummah sebelumnya, definisi ini lebih
komplit. Dalam definisinya Sardar menyebutkan secara jelas tujuan yang harus
dicapai oleh Ummah yaitu keadilan dan ilmu. Pencapaian tujuan ini merupakan
peran wajib bagi Ummah sebagai pengemban amanat kekhalifahan Tuhan. Dari
keterangan ini dapat diambil kesimpulan bahwa Ummah bukanlah konsep yang
statis, melainkan konsep yang dinamis dan dapat diterapkan dalam tatanan
kehidupan yang nyata umat manusia.
Kekhasan kata Ummah yang dimiliki Islam ini sukar didapatkan padanan
katanya dalam bahasa Barat, kata itu harus menunjukkan hubungan yang erat antara
urusan spiritual dan keduniaan. Demikian pula harus menunjukkan kewajibankewajiban moral dan yuridis yang banyak terdapat di dalam al-Quran. Ummah

Page 3 of 11

bukanlah masyarakat dalam pengertian sosiologi lengkap dengan ciri-cirinya.


Ummah adalah sarana berkumpulnya orang-orang mukmin yang percaya kepada
kesaksian yang berpusat kepada Allah SWT, yang tidak berubah dan abadi yaitu alQuran. Ummah ini tidak bersifat eksklusif, akan tetapi sangat terbuka karena
penambahan anggota-anggota baru dimungkinkan atas dasar kriteria yang tetap
dengan syarat umum yaitu tunduk pada Allah SWT.
2.2 Ummah dalam Al-Quran
Dalam al-Quran kata ummah disebutkan berkali-kali dan dalam berbagai
surat, sebagaimana telah disebutkan di atas, digunakan dalam makna yang berbedabeda. Ahmad Mustafa al-Maragi dalam kitab tafsirnya menyebutkan lima
pengertian Ummah yang dipakai dalam al-Quran, yaitu:
1. Ummah dalam pengertian akidah atau dasar-dasar syariat (Q.S. al-Anbiya [21]
92).
2. Ummah dalam pengertian sekelompok orang yang terikat dalam suatu ikatan
yang

kokoh ( Q.S. al-Araf [7] : 181).

3. Ummah dalam pengertian waktu ( Q.S. Yusuf [12] : 45).


4. Ummah dalam pengertian imam (pemimpin) yang diteladani ( Q.S. an-Nahl [16]
: 120).
5. Ummah dalam pengertian salah satu Umat yang telah dikenal, yaitu umat Islam
(Q.S. Ali Imran [3] : 110).
Di antara banyak penyebutan kata Ummah dalam al-Quran terdapat kata
Ummah yang mempunyai ciri khusus bila dibandingkan dengan kata Ummah yang
lain. Ciri khusus itu berupa penambahan kualifikasi pada kata Ummah itu menjadi
Khairu Ummah yang dapat diterjemahkan sebagai Umat yang terbaik, yang
terdapat dalam Q.S. Ali Imran : 110. Kualifikasi lain yang diberikan pada kata
Ummah adalah Ummatan Wasatan, yang dapat diterjemahkan sebagai umat yang
adil dan terpilih, yang terdapat dalam Q.S. al-Baqarah : 143. Maka beruntunglah
kita sebagai ummat muslim yang ditunjuk langsung oleh Allah SWT sebagai
ummat terbaik dengan syarat yang dijelaskan Allah dalam surat Ali Imron ayat 110
tersebut.

Page 4 of 11

2.3 Gambaran Masyarakat Islami pada Zaman Rasulullah


Awal kemunculan islam diawali dengan alur perjalanan sejarah Islam yang
panjang dan penuh lika-liku, bermula dari turunnya wahyu Al-Quran di gua Hira.
Sejak saat itu lah kekuatan Maha Dahsyat yang ada pada islam mampu melewati
seluk beluk kultur jahiliyah, membenahi kerusakan akhlaq dan membangun adat
istiadat budaya jahiliyah yang tidak sesuai dengan fitrah manusia menjadi sesuai
dengan fitrah manusia yaitu mentauhidkan Allah SWT. Beliau mencoba
menggebrak kenistaan Mekkah pada saat itu dengan dakwah yang begitu terjal,
hingga 13 Tahun beliau melakukannya untuk menanamkan keTauhidan pada para
masyarakat Mekkah saat itu. Dimulai dari keluarga terdekat beliau hingga sampai
pada perekrutan Abu Bakar sang Juru silsilah kaum Quraisy. Dengan seruan
agama tauhid yang gaungnya menggetarkan seluruh jazirah Arab, maka fitrah dan
nilai kemanusiaan didudukkan ke dalam hakekat yang sesungguhnya. Seruan
agama tauhid inilah yang merubah wajah masyarakat jahiliyah menuju ke tatanan
masyarakat yang harmonis, dinamis, di bawah bimbingan wahyu. Kemudian,
setelah pengemblengan tauhid pada para pengikut beliau sudah mantap, maka
hijrah Rasulullah ke Madinah adalah suatu momentum bagi kecemerlangan Islam di
saat-saat selanjutnya. Dalam waktu yang relatif singkat Rasulullah telah berhasil
membina jalinan persaudaraan antara kaum Muhajirin sebagai imigran-imigran
Makkah dengan kaum Ansar, penduduk asli Madinah.
Masyarakat muslim Madinah yang berhasil dibentuk Rasulullah oleh
sebagian intelektual muslim masa kini disebut dengan negara kota (city state)
selama 10 Tahun penuh dengan siasat dan strategi yang kuat dari Kalam Ilahi. Lalu,
dengan dukungan kabilah-kabilah dari seluruh penjuru jazirah Arab yang masuk
Islam, maka muncullah kemudian sosok negara bangsa (national state) . maka,
jadilah madinah sebagai darul islam. Dalam masyarakat muslim yang terbentuk
itulah Rasulullah menjadi pemimpin dalam arti yang luas disebuah daulah
islamiyah yaitu Madinah Al-Munawwaroh, yaitu sebagai pemimpin agama dan juga
sebagai pemimpin masyarakat.

Page 5 of 11

Konsepsi Rasulullah yang diilhami al Quran ini kemudian menghasilkan


Piagam Madinah yang mencakup 47 pasal, yang antara lain berisikan hak-hak asasi
manusia, hak-hak dan kewajiban bernegara, hak perlindungan hukum, sampai
toleransi beragama. Jelaslah bahwa konsep ummah yang diperjuangkan oleh
Rosulullah sejak mengembleng Tauhid dimekkah selama 13 Tahun dan
mendalaminya pada fase Madinah selama 10 tahun, memerlukan sebuah proses
perencanaan yang matang dalam waktu relatif lama. Maka hal itulah yang harus
kita fahami saat ini.
2.4 Penjelasan Tentang Hadits Iftiraqul Ummah
Bermulal dari hadits iftiraqul ummah (perpecahan umat), memunculkan
berbagai persepsi dalam menyikapi variasi kelompok yang ada ditengah-tengah
kaum muslimin. Diantara mereka ada yang terkesan memaksakan kelompok
tertentu sebagai satu-satunya komunitas yang mendapatkan jaminan selamat di
antara sekian kelompok yang ada. Kemudian mereka berusaha untuk menyematkan
ancaman kecalakaan dan neraka kepada komunitas selainnya. Di sisi lain ada juga
yang terlalu longgar dalam memaknai hadits tersebut sehingga menafikan adanya
aliran sesat selagi masih menisbatkan dirinya kepada islam meski hanya namanya
saja. Untuk mendudukkan hadits tersebut ke dalam kehidupan yang nyata dengan
aneka ragam kolompok ini, seharusnya kita menilai tidak hanya dari sudut pandang
teks yang tertera di hadits dan kita manai sesuai dengan kehendak kita. Sehingga
yang dihasilkan hanyalah jutstifikasi terhadap persepsi yang kita simpulkan dan
kemudian mencari dalil sebagai penguat. Namun handaknya kita meneliti secara
jeli hadits tersebut serta mengidintentifikasi pernyataan para ulama yang
menjelaskan tentang maksud dari padanya.
Hadits yang menyebutkan tentang iftiraqul ummah menjadi 73 golongan
adalah sebagai berikut:


Sesungguhnya bani israil terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan. Dan
sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan
semuanya terancam masuk neraka kecuali satu. Dialah al-jamaah.

Page 6 of 11

Hadits ini atau yang semakna dengannya juga tendapat pada beberapa kitab
hadits diantaranya dalam Sunan ibnu Majah , Sunan abi Dawud , Musnad Ahmad ,
Sunan

ad-Darimiy

, As-syariah

milik Al-ajuriy

Hadits

ini

merupakan

pengakhabaran dari Rasulullah saw tentang perpecahan yang akan terjadi pada
tubuh kaum muslimin. Penggunaan kata ummah memancing perbincangan para
ulama tentang maknanya. Apakah yang dimaksud adalah ummatud dawah
(termasuk di dalamnya yahudi dan nasrani dan yang lainnya) yang menjadi obyek
dakwah Rasulullah saw, atau yang dimaksud adalah ummatul ijabah (ummat islam
secara khusus). Imam as-sindiy berkata: yang dimaksud adalah ummatul ijabah,
yaitu ahlul qiblah. Karena istilah ummah dinisbatkan kepada beliau shallalahu
alaihi wasallam yang secara langsung dapat difahami sebagai ummatul ijabah.
Sedangkan seorang ulama, DR. Al-Buthiy bependapat bahwa yang
dimaksud dengan ummah adalah ummatud dawah. Ini berdasarkan dengan
argumentasi bahwa Rasulullah saw menggunakan kata ummah secara umum. Kalau
saja yang dimaksud dengan ummah adalah ummatul ijabah tentunya beliau akan
menggunakan isitlah sataftariqul muslimin. Ini maknanya bahwa yang dimaksud
dengan ummah adalah ummatu dawah. Kesimpulannya bahwa ummat yang di
menjadi obyek dakwah rasulullah akan terpecah menjadi 73 agama. Dan jaminan
bahwa yang selamat adalah hanya satu agama maknanya adalah agam islam dengan
sekian sekte-sektenya.
Pendapat yang rajih adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh As-Sindiy
dengan beberapa alasan: Pertama, bahwa di hadits yang lain Rasulullah
menejelaskan bahwa yahudi dan nasraniy terpecah menjadi 71 golongan dan
kemuadian Rasulullah menjelaskan pada waktu yang bersamaan bahwa ummatnya
akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Ini maknanya bahwa yang
dimaksud dengan ummat di hadits tersebut adalah ummatul ijabah yaitu islam.
Alasan ke dua, bahwa hadits tersebut adalah sebagi bentuk penjelasan terhadap
kejadian yang akan datang. Sedangkan perpecahan yang terjadi pada ummatud
dakwah seperti yahudi dan nasrani sudah terjadi pada masa Rasulullah saw. Dengan
demikian yang lebih tepat untuk memaknai ummatiy adalah ummatul ijabah.

Page 7 of 11

Adapun yang dimaksud dengan perpecahan dalam hadits tersebut adalah


perpecahan dalam permasalahn yang bersifat ushul dan itiqad bukan dalam hal
furu (cabang) dan amaliyah. As-sindiy berkata yang dimaksud adalah perpecahan
mereka dalam perkara ushul dan itiqad bukan dalam hal furu dan amaliyat. Karena
dalam perkara furu islam memberikan toleransi yang lebih luas dan hal tersebut
masuk dalam ranah ijtihad para ulama. Sangat banyak kita dapatkan perbedaan
dalam hal furu dan amaliyat terjadi dikalangan para ulama semenjak pada masa
Rasulullah saw hingga saat ini. Di dalam Aunul mabud syarh sunan abiy Dawud
disebutkan bahwa tidakalah termasuk dalam firaq madzmumah itu mereka yang
berselisih dalam perkara cabang fiqih dalam pembahasan halal dan haram, namum
yang dimaksud adalah mereka yang menyelisihi ahlulul haq dalam perkara ushul
tauhid.
Adapun mana yang 72 di neraka bukanlah sebuah kepastian bahwa setiap
personal dari mereka akan masuk kedalam neraka dan kekal di dalamnya. Karena
72 puluh dua golongan tersebut tidak keluar dari lingkup islam. Al khattabiy
berkata: (akan terpecah ummatku menjadi 73 golongan) dalamnya tertadapat
penjelasan bahwa kelompok-kelompok ini tidak keluar dari lingkup Diin. Kerena
Nabi saw menyebut sebagai ummatnya. Meskipun diantara kaum muslimin ada
yang munafiq yang mereka menampakkan islam dan menyembunyikan kekafiran.
Atau diantara mereka ada yang menisbatkan diri kepada islam namun praktek amal
mereka mengeluarkan mereka dari islam.

Page 8 of 11

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ummah berasal dari kata dalam bahasa Arab umm yang berarti ibu. Bagi
setiap manusia Muslim atau manusia-Tauhid Ummah itu menjadi semacam ibu
pertiwi yang diwadahi dalam iman atau akidah yang sama, bukan oleh batas-batas
geografis-teritorial. Ada banyak versi definisi ummah yang berkembang, Menurut
Imam syahid Hasan Al-banna, Ummah adalah masyarakat yang dimanapun
ditempat masyarakat tersebut berdiam terdengar nama Allah yang disebut maka
disitu jualah tanah air ummat islam.
Kata Ummah dalam al-Quran yang disebutkan berkali-kali dan dalam
berbagai surat, sebagaimana telah disebutkan di atas, digunakan dalam makna yang
berbeda-beda. Di antara banyak penyebutan kata Ummah dalam al-Quran terdapat
kata Ummah yang mempunyai ciri khusus bila dibandingkan dengan kata Ummah
yang lain. Ciri khusus itu berupa penambahan kualifikasi pada kata Ummah itu
menjadi Khairu Ummah yang dapat diterjemahkan sebagai Umat yang terbaik,
yang terdapat dalam Q.S. Ali Imran : 110.
Pada awal masa islam Pada dasarnya, alur perjalanan sejarah Islam yang
panjang itu bermula dari turunnya wahyu di gua Hira. Sejak itulah nilai-nilai
kemanusiaan yang di bawah bimbingan wahyu Ilahi menerobos arogansi kultur
jahiliyah, merombak kerusakan akhlaq dan membenahi adat istiadat budaya
jahiliyah yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Beliau mencoba mendobrak
kenistaan Mekkah pada saat itu dengan dakwah yang begitu terjal, hingga 13 Tahun
beliau melakukannya untuk menanamkan keTauhidan pada para masyarakat
Mekkah saat itu.
Jelaslah bahwa konsep ummah yang diperjuangkan oleh Rosulullah sejak
mengembleng Tauhid dimekkah selama 13 Tahun dan mendalaminya pada fase
Madinah selama 10 tahun, memerlukan sebuah proses perncanaan yang matang
dalam waktu relatif lama. Maka hal itulah yang harus kita fahami saat ini.

Page 9 of 11

3.2 PENUTUP
Demikian makalah yang bisa saya sajikan, dalam makalah ini saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu lah saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terkhusus untuk penyusus itu sendiri, dan
semoga makalah ini dapat menambah khasanah keilmuan kita semua.

Page 10 of 11

DAFTAR PUSTAKA
Hawa, said. 2004. Al-Islam. Jakarta: Al-Itishom Cahaya Umat.
Al-Qardhawi, Yusuf. 1997. Fiqih Daulah. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
Al-Banna, Hasan. 2005. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Surakarta: Era
Intremadia.
Musnad Ahmad. 1419 H/ 1998 M. karya Abu Abdillah Ahmad bin Hambal. Baitul Afkar
Ad-Dawliyah.
Sunan Ad-darimiy. 1421 H/ 2000 M. karya Abu Muhammad Abdullah bin Abdur
Rahman bin Al Fadhl bin Bahram ad-Darimiy. Darul Mughniy.

Page 11 of 11

Anda mungkin juga menyukai