Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1.
Teori Stakeholder
Stakeholders pada teori ini memiliki peranan dan kekuasaan yang amat
penting dan menjadi pertimbangan bagi pengelola di perusahaan dalam
mengungkapkan informasi laporan keuangan. Perusahaan memandang
bahwa stakeholders terdiri dari pemegang saham, kreditur, pemerintah,
karyawan, pelanggan, pemasok, dan publik (Suhendah, 2012).
Dalam konteks untuk menjelaskan hubungan VAICTM dengan kinerja
keuangan, pertumbuhan serta nilai pasar perusahaan, teori stakeholder
dipandang dari kedua bidangnya, baik dalam bidang etika (moral)
maupun dalam bidang manajerial. Bidang etika berargumen bahwa
seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh
organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan
seluruh stakeholder (Deegan, 2004 dalam Solikhah dkk, 2010). Bidang
manajerial
dari
teori
stakeholder
berpendapat
bahwa
kekuatan
Sumber
daya
dapat
dianggap
sebagai
masukkan
yang
untuk perusahaan. Hal ini menekankan bahwa sumber daya yang berharga
ketika perusahaan memungkinkan untuk memahami atau menerapkan
strategi yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas. RBV juga membantu
manajer perusahaan untuk memahami mengapa kompetensi dapat
dianggap sebagai aset paling penting perusahaan dan pada saat yang
sama, untuk menghargai bagaimana aset tersebut dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerja bisnis.
Berdasarkan resources based view dalam Madhani (2010), RBV
menganalisis sumber daya internal organisasi dan menekankan sumber
daya dan kemampuan dalam merumuskan strategi untuk mencapai
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Kemampuan perusahaan juga
memungkinkan beberapa perusahaan untuk menambah nilai dalam rantai
nilai pelanggan, mengembangkan produk baru atau memperluas di pasar
baru. Sehingga, menurut RBV, sumber daya dapat didefinisikan secara
luas untuk mencakup aset, proses organisasi, atribut perusahaan,
informasi, atau pengetahuan dikendalikan oleh perusahaan yang dapat
digunakan untuk memahami dan menerapkan strategi mereka (Learned,
et.al, 1969; Daft, 1983; Barney, 1991; Mata dkk, 1995 yang dikutip
Madhani, 2010).
2.2. Pengertian Intellectual Capital
Perusahaan yang berorientasi pada pengetahuan dan pengembangan informasi
telah melandaskan keunggulan kinerjanya pada intellectual capital. Meskipun
diketahui sangat benilai dan unggul, intellectual capital merupakan aset strategis
yang penting dalam perekonomian berbasis pengetahuan Rehman, dkk (2011).
Zeghal dan Maaloul (2010) menyatakan bahwa saat ini beberapa perusahaan
menginvestasikan dalam pelatihan karyawan, penelitian dan pengembangan,
hubungan pelanggan, sistem komputer dan administrasi, dan lain-lain. Investasi
ini sering disebut sebagai intellectual capital yang bertumbuh dan bersaing
dengan investasi modal fisik dan keuangan.
Bontis et al., (2000) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti
mendefinisikan tiga konstruk utama dari modal intelektual, yaitu: human capital
(HC), structural capital (SC), dan customer capital (CC). Menurut Bontis et al.,
(2000) secara sederhana HC merepsentasikan individual knowledge stock suatu
organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi
dari genetic inheritance; education; experience; and attitude tentang kehidupan
dan bisnis.
Lebih lanjut Bontis et al., (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh
non-human storehouse of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini
adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan
segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya.
Sedangkan tema utama dari CC adalah pengetahuan yang melekat dalam
marketing channels dan customer relationship di mana suatu organisasi
mengembangkannya melalui jalannya bisnis (Bontis et al., 2000).
.3. Klasifikasi Intellectual Capital
Para praktisi yang menyatakann bahwa intellectual capital terdiri dari tiga
elemen utama (Sawarjuwono, 2003 dalam Dwipayani, 2014) yaitu :
1.
Human
capital
akan
meningkat
jika
perusahaan
bisa
kepribadian.
2. Structural capital atau modal struktural
Structural capital merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi proses rutinitasnya dan strukturnya yang mendorong karyawan
dalam usaha menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja
bisnis. Kemampuan intelektual karyawan dapat ditingkatkan sejalan dengan
keberhasilan organisasi dalam menciptakan sistem dan prosedur yang baik.
3. Relational capital atau modal pelanggan
Relational capital adalah pengetahuan yang dibentuk dalam jangkauan
pemasaran dan hubungan konsumen. Contohnya adalah image, loyalitas
konsumen, kepuasan konsumen, hubungan dengan supplier, kekuatan
komersial, kapasitas negosiasi dengan entitas keuangan dan lingkungan
meningkatkan
loyalitas,
mendapatkan
pelanggan
baru
dan
Know-how
Relational Capital
Organisational
(Customer Capital)
(Structural Capital)
Brand
Intellectual property
Pendidikan
Konsumen
Paten
Vocational
qualification
Loyalitas konsumen
Copyrights
Pekerjaan
dihubungkan dengan
pengetahuan
Penilaian
Psychometric
Pekerjaan
dihubungkan dengan
kompetensi
Nama perusahaan
Design rights
Backlog orders
Trade secrets
Jaringan distribusi
Trademarks
Kolaborasi bisnis
Service marks
Kesepakatan lisensi
Kontrak-kontrak
mendukung
Semangat
Kesepakatan finance
enterpreneurial, jiwa
inovatif, kemampuan
proaktif dan reaktif,
kemampuan untuk
berubah
Filosofi manajemen
Budaya perusahaan
Sistem informasi
Sistem jaringan
Hubungan keuangan
oleh
satu unit
dari
physical
capital. Pulic
(1998)
menjumlahkan
coefisien-coefisien
yang
telah
dihitung
mampu
mengukur
kemampuan
sebuah
perusahaan
dalam
2.5.3.
buku dari total aset Firrer dan Willian (2003) dalam Khasanah (2014).
Rasio ini mengukur seberapa besar total aset yang dimiliki dapat
menghasilkan pendapatan.
2.5.4.
theory
yang
menjelaskan
bahwa
perusahaan
dapat
secara maksimal, sehingga dapat memberikan nilai tambah terhadap laba per
lembar sahamnya.
Penelitian Kartika dkk, (2013) yang berjudul Pengaruh Intellectual Capital
pada Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2007-2011. Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu
VAICTM dan variabel dependen Return on Asset (ROA). Hasil uji F menunjukkan
bahwa Value Added Human capital (VAHU), Structural Capital Value Added
(STVA) dan Value Added Capital employed (VACA) mempunyai pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama terhadap profitabilitas. Hasil uji t menunjukkan
bahwa Value Added Human capital (VAHU) tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas. Sedangkan Structural Capital Value Added (STVA) dan Value
Added Capital employed (VACA) berpengaruh positif signifikan terhadap
profitabilitas. Penelitian ini menggunakan sampel 22 perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI dari tahun 2007-2011.
Penelitian Soetedjo dkk, (2014) yang berfokus juga pada sektor Perbankan
diperoleh hasil bahwa secara simultan, VAIC berpengaruh signifikan terhadap
ROA. Namun secara parsial, peneliti menemukan bahwa dari tiga komponen
pembentuk intellectual capital, hanya HCE yang tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA. Penelitian ini menggunakan sampel 26 perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Gozali dkk, (2014) mengenai
pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan
khususnya di industri keuangan dan industri pertambangan yang terdaftar di
2.7.2.
mengalami
peningkatan
dari
tahun-tahun
sebelumnya
tersebut
baik
terutama
dalam
memenuhi
kebutuhan
capital
berpengaruh
positif
terhadap
ATO.
Dengan
ROA
HCE
SCE
CEE
ROE
VAIC
TM
Financial
Performa
nce
ATO
MB
EPS
HCE