RAWA
RAWA
Pelaksanaan konstruksi jalan di atas lahan basah dengan perkuatan geotextile dapat
menghindarkan terjadinya keruntuhan lokal pada tanah lunak karena rendahnya daya
dukung tanah. Keuntungan pemasangan geotextile pada pelaksanaan jalan di atas
tanah lunak adalah kecepatan dalam pelaksanaan dan biaya yang relatif lebih murah di
bandingkan dengan metoda penimbunan konvensional
2.1.2. Metoda Perencanaan Dengan Analisa Limit Equilibrium
Timbunan badan jalan di atas tanah lunak akan mengalami penurunan yang besar dan
kemungkinan runtuh akibat kurangnya daya dukung tanah terhadap beban timbunan.
Suatu cara untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan cara penggunaan
geotextile yang digelar di atas tanah lunak sebelum pelaksanaan timbunan yang
berfungsi sebagai perkuatan (reinforcement). Perkuatan dalam kasus ini hanya bersifat
sementara sampai dengan kuat dukung (bearing capacity) tanah lunak meningkat
hingga cukup untuk mendukung beban di atasnya.
Analisa dengan metoda limit equilibrium akan meninjau tiga modus stabilitas konstruksi
timbunan di atas tanah lunak yaitu, stabilitas internal, stabilitas pondasi tanah lunak
dan stabilitas keseluruhan konstruksi (overall stability). Untuk keperluan perencanaan,
profil kuat geser tanah lunak perlu dimodelkan. Dua model dipergunakan untuk
mengidealisasikan kuat geser tanah lunak di bawah timbunan yaitu pada lapisan tanah
lunak tebal dan tipis.
Pada lapisan tanah lunak tebal, kuat geser tanah lunak diidealisasikan meningkat
sebagai fungsi ke dalaman, sedangkan pada lapisan tanah lunak tipis, kuatv geser
tanah lunak dianggap tetap. Keseimbangan batas pada stabilitas internal menunjukkan
bahwa untuk menghindarkan kerusakan pada konstruksi timbunan, kuat tarik geotextile
harus lebih besar dari gaya lateral yang ditimbulkan oleh timbunan di atas tanah lunak.
Pendekatan keseimbangan batas pada stabilitas pondasi seperti yang disampaikan pada
modus keruntuhan pondasi pada lapisan tanah lunak yang tebal adalah akibat
rotasi ( rotational sliding ).
Pada keruntuhan bentuk rotasi dan translasi pada lapisan tanah lunak yang tebal,
keseimbangan momen untuk memperoleh kuat tarik geotextile perlu disampaikan.
Pemilihan geotextile untuk perkuatan di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal
dan external.
Faktor internal geotextile terdiri dari
1.
2.
3.
Struktur geotextile
4.
pipa-pipa yang tetap berdiri akibat tekanan tanah pasif. Dengan demikian maka plat
dan konstruksi di atasnya tidak mudah bengkok.
Pada sistem pondasi lain, yang menggunakan plat beton dengan balok pengaku, maka
kekakuan itu berasal dan konstruksinya sendiri. Sedangkan pada sistem pondasi cakar
ayam, kekakuan didapat dari tekanan tanah pasif. ini berarti dengan daya dukung yang
sama, volume beton pada cakar ayam akan berkurang, dan konstruksinya bisa lebih
ekonomis.
Cakar Ayam adalah sistim pondasi yang digunakan/dipilih. Sosro Bahu (seribu pundak)
adalah tehnik pengerjaan tiang penyangga jembatan tol. Ide ini muncul karena ada
kesulitan pelaksanaan bila aktifitas jalan yang ada di bawahnya tidak boleh dihentikan
(ditutup). mengingat bentuk tiang penyangga itu spt huruf (T) dan sayapnya berada di
atas ruas jalan aktif, bisa dibayangkan alangkah kroditnya bila ruas jalan-jalan penting
Jakarta (yang akan di fly over) harus ditutup.
Ir. Made Tjokorda menyumbangkan gagasannya yang terinspirasi dari peralatan hidrolic
intinya! pembuatan tiang penyangga T (sayapnya) dibuat sejajar dengan jalan
terlebih dulu, dengan demikian tidak perlu mengganggu/menutup aktifitas jalan,
setelah selesai sayapnya diputar menjadi berada ditengah jalan lah! kok bisa diputar,
pada pembuatannya lehernya dipasang tabung hidrolik.
2.2.3. Penggunaan Telapak Beton
Telapak beton, pada pondasi cakar ayam sangat baik untuk beban yang merata. Sistem
pondasi ini mampu mendukung beban 500-600 ton per kolom. Dalam hal ini, di bagian
bawah kolom dibuatkan suatu telapak beton, untuk mengurangi tegangan geser pada
plat beton. Jika beban itu terpusat, maka tebal plat beton di bawah pusat beban
ditentukan oleh besarnya daya geser, bukan oleh besarnya momen, untuk ini dilakukan
penambahan pertebalan plat beton dibawah kolom bersangkutan.Sistem pondsi cakar
ayam sangat sederhana, hingga cocok sekali diterapkan di daerah dimana peralatan
modern dan tenaga ahli sukar didapat. Sampai batas-batas tertentu, sistern ini dapat
menggantikan pondasi tiang pancang. Untuk gedung berlantai 3-4 misalnya, sistem
cakar ayam biayanya akan sama dengan pondasi tiang pancang 12 meter.
Makin panjang tiang pancang yang dipakai, makin besar biayanya. Apalagi jika alat
pemancangan dan tenaga ahli harus didatangkan dari tempat lain. Dengan kemampuan
yang sama, sistem cakar ayam dapat menghemat biaya sampai 30%. Pelaksanaan
sistem ini dapat dilakukan secara simultan, tanpa harus bergiliran. Misalnya sebagai
pondasi menara, dapat dikerjakan dalam jumlah banyak secara bersamaan. Seluruh
sumuran beton dicetak dengan cetakan biasa di lokasi proyek, sesuai dengan standar.
Karena itu sistem ini sangat menghemat waktu. Bagi daerah yang bertanah lembek,
pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung, tapi juga untuk
membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan sistem
drainasi dan sambungan kembang susut.
sistem ini banyak bermunculan, dari memadukannya dengan bambu, kayu maupun
matras beton.
Sudah selayaknya dalam melaksanakan sebuah proyek, faktor ekonomi menjadi dasar
dalam pengerjaannya. Keinginan memenuhi faktor murah dan praktis menurut
Simanjuntak, telah membuatnya menemukan sebuah konsep yang memadukan pondasi
cerucuk dengan kayu. Saya mengkombinasikan pondasi cerucuk dengan kayu, karena
itu lebih murah dan praktis, katanya, ketika ditemui dalam sebuah seminar tentang
pondasi dalam, di Tangerang. Ingat, yang terpenting adalah murah dan praktis,
tegasnya. Menurutnya, kayu, apabila tetap terendam, mampu bertahan hingga ratusan
tahun sehingga sangat memungkinkan dipergunakan pada daerah rawa-rawa. Kayu itu
kuat kalau dia terendam terus. Asal jangan sampai basah-kering, akan lapuk dia, jelas
Simanjuntak.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Studi Kasus Konstruksi Jalan Metode Geotextile
Sebagai studi kasus , pelaksanaan konstruksi jalan di atas tanah lunak dengan
perkuatan geotextile di Pulau Setoko dan Nipah di Kepulauan Riau. Jalan yang dibangun
di daerah ini melewati beberapa dataran rendah yang tertutup tanaman bakau dan
terpengaruh pasang surut. Penyelidikan tanah yang dilakukan menunjukkan bahwa
lapisan tanah lunak sampai kedalaman 15m di bawah permukaan tanah. Nilai dari hasil
pemampatan uji konsolidasi dipergunakan untuk mengontrol penurunan selama
pelaksanaan timbunan dengan menggunakan settlement plate yang dipasang dengan
interval 50 meter. Pada akhir penimbunan tambahan timbunan sebagai kompensasi
terhadap penurunan jangka panjang diberikan untuk menjamin agar permukaan jalan
sesuai dengan elevasi rencana.
HASIL ANALISA KASUS
Daerah Pulau Setoko dan Nipah di Kepulauan Riau merupakan dataran rendah yang jika
dilihat dari topografinya berada di bawah garis permukaan laut sehingga keadaan tanah
pada daerah ini sangat tergantung pada air pasang laut. Pengaruh air pasang ini
menyebabkan kondisi tanah nya yaitu basah atau lunak. Dari hasil pengujian
menggunakan pengeboran di dapatkan bahwa pada kedalaman 15 m keadaan tanah
masih lunak, sehingga dari hasil analisis yang dilakukan jika diberi pembebanan yang
lebih maka tanah akan mengalami kelongsoran.
Untuk perencanaan konstruksi jalan pada lahan ini pertama-tama yang harus dilakukan
adalah melakukan pengujian terhadap tanah itu sendiri ( kadar air tanah ). Biasanya
setelah pengambilan sampel lalu diuji kembali ke laboratorium untuk mengetahui
persentase kadar air yang dikandung oleh tanah tersebut. Setelah itu pengkajian ulang
apakah perlu di lakukan penimbunan ulang untuk mendapatkan daya dukung tanah
yang baik. Setelah itu dilakukan penentuan pondasi yang cocok dengan penambahan
kayu atau beton pada pondasi konstruksi tanah.
Studi Kasus Konstruksi Jalan Sistem Pondasi Cakar Ayam
Peranan pondasi turut menentukan usia dan ke stabilan suatu konstruksi bangunannya.
Dalam dekade terakhir ini sistem pondasi telah berkembang dengan bermacam variasi.
Tapi hanya sedikit yang menampil kan sistem pondasi untuk mengatasi masalah
membangun konstruksi di atas tanah lembek.
Sistem pondasi yang konvensional, cenderung hanya di sesuaikan dengan besarnya
beban yang harus didukung, tapi kurang mempertimbangkan kondisi tanah lembek.
Akibatnya, bangunan itu mengalami penyusutan usia atau ketidakstabilan, seperti
penurunan, condong, bahkan roboh. Hal itu tentu merugikan pemilik dan kontraktor
bersangkutan.
Perlakuan yang seimbang antara beban dan kondisi tanah lembek perlu dipecahkan.
Problema ini pernah dihadapi oleh Prof Dr Ir Sedijatmo tahun 1961, ketika sebagai
pejabat PLN harus mendirikan 7 menara listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa
Ancol Jakarta.
Dengan susah payah, 2 menara berhasil didirikan dengan sistem pondasi konvensional,
sedangkan sisa yang 5 lagi masih terbengkelai. Menara ini untuk menyalurkan listrik
dan pusat tenaga listrik di Tanjung Priok ke Gelanggang Olah Raga Senayan dimana
akan diselenggarakan pesta olah raga Asian Games 1962.
Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi konvensional sangat
sukar diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka dicarilah sistem baru untuk mengatasi
masalah itu. Lahirlah ide Ir Sedijatmo untuk mendirikan menara di atas pondasi yang
terdiri dari plat beton yang didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat
itu melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkeram tanah lembek secara
meyakinkan.
Oleh Sedijatmo, hasil temuannya itu diberi nama sistem pondasi cakar ayam.
Perhitungan yang dipakai saat itu (1961), masih kasar dengan dimensi 2,5 kali lebih
besar dibanding dengan sistem pondasi cakar ayam yang diterapkan sekarang. Meski
begitu, ternyata biayanya lebih murah dan waktunya lebih cepat daripada
menggunakan tiang pancang biasa. Menara tersebut dapat diselesaikan tepat pada
waktunya, dan tetap kokoh berdiri di daerah Ancol yang sekarang sudah menjadi ka
wasan industri.
Banyak bangunan yang telah menggunakan sistem yang di ciptakan oleh Prof Sedijatmo
ini, antara lain: ratusan menara PLN tegangan tinggi, hangar pesawat terbang dengan
bentangan 64 m di Jakarta dan Surabaya, antara runway dan taxi way serta apron di
Bandara Sukarno-Hatta Jakarta, jalan akses Pluit-Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya,
kolam renang dan tribune di Samarinda, dan ratusan bangunan gedung bertingkat di
berbagai kota.
Sistem pondasi cakar ayam ini telah pula dikenal di banyak negara, bahkan telah
mendapat pengakuan paten internasional di 11 negara, yaitu: Indonesia, Jerman Timur,
Inggris, Prancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, Belanda; dan
Denmark. [Teknologi, No.6, Th.I, Jan-Feb.1987].
Telapak beton, pada pondasi cakar ayam sangat baik untuk beban yang
merata. Sistem pondasi ini mampu mendukung beban 500-600 ton per kolom. Dalam
hal ini, di bagian bawah kolom dibuatkan suatu telapak beton, untuk mengurangi
tegangan geser pada plat beton. Jika beban itu terpusat, maka tebal plat beton di
bawah pusat beban ditentukan oleh besarnya daya geser, bukan oleh besarnya momen,
untuk ini dilakukan penambahan pertebalan plat beton dibawah kolom bersangkutan.
Studi Kasus Konstruksi Jalan Sistem Pondasi Cerucuk
Sistem Pondasi Cerucuk banyak dipergunakan pada konstruksi jalan raya.
Mengkombinasikannya dengan matras beton pracetak seperti yang telah diterapkan
pada proyek jalan di Ancol atau Cirebon. Kombinasi ini juga dipergunakan untuk
memperbaiki kondisi jalan tol Sudiatmo yang telah mengalami penurunan (settlement)
dan proyek double track Cikampek. Selain dipergunakan untuk memperkuat tanah
lunak, sistem pondasi cerucuk juga dapat dipergunakan untuk menjaga stabilitas talud
(Ciganea) untuk mencegah longsor. Sistem Pondasi Ceruruk ini terbukti efektif untuk
memperkuat daya topang tanah, kata Simanjuntak.
HASIL ANALISA KASUS
Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa penggunaan sistem pondasi cerucuk harus
dikombinasikan dengan penambahan matras beton pracetak seperti pada jalan Ancol
atau Cirebon. Dari kasus ini dapat di analisi bahwa penambahan matras beton sangat
mendukung sekali karena menambah atau melapisi tanah lunak sehingga daya dukung
tanah terhadap beban bertambah. Dan pembangunan jalan pada daerah lereng yang
kondisi tanahnya basah, sistem ini dapat menghindarkan dari adanya longsor akibat
gaya gravitasi.