Anda di halaman 1dari 23

PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL

2.1 PENGERTIAN
Paradigma pendidikan yang berwawasan mutikultural sebenarnya berangkat dari suatu
kesadaran, bahwa setiap manusia mempunyai potensi yang berbeda-beda(heterogen). Dengan
menyadari bahwa setiap manusia memiliki perbedaan potensi(kemampuan), maka proses
pendidikan wajib dilaksanakan dengan prinsip kearifan. Jangan sampai setiap potensi yang
dimiliki oleh peserta didik diabaikan begitu saja. Sebab yang demikian justru akan
menimbulkan model penindasan dalam dunia pendidikan.
Pendidikan berwawasan multikulturalisme kemudian sebenarnya lebih mudah dipahami
sebagai pandangan pluralisme dalam pendidikan yang membutuhkan kearifan dalam
menyikapi pluralisme itu. Wacana pendidikan multikultural menjadi tema sentral. Dunia
pendidikan menjadi marak dengan wacana multikultural wacana kependidikan kontemporer
mulai melirik. Paradigma multikultural sebagai landasan filosofis untuk membangun konsep
pendidikan yang berwawasan pada perbedaan kultur yang ada. Bahkan, beberapa kalangan
akademis yang perhatian terhadap masa depan pendidikan telah menerbitkan buku-buku yang
secara khusus berkiblat pada paradigma multikultural itu.
2.2 TUJUAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
Tujuan utama pendidikan berwawasan multikultural adalah:
1. Untuk menerapkan keadilan
2. Untuk menerapkan demokrasi
3. Untuk menerapkan humanisasi
Oleh karena itu di alam demokrasi seperti di Indonesia, wacana berbasis kesadaran
multikultural wajib menjadi agenda pada masa yang akan datang. Tujuan utama pendidikan
multikultural, sebagaimana telah di sebutkan di atas, adalah untuk demokratisasi, humanisasi,
dan keadilan yaitu dengan prinsip mengakomodir ragam perbedaan kultur yang dibawa oleh
masing-masing peserta didik disekolah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan kultur yaitu;
1. Peribedaan prilaku keagamaan yang dimiliki siswa
Perilaku keagamaan yang dimiliki setiap siswa tentu berbeda. Perbedaan ini dalam
konteks bukan pada ajaran agama itu sendiri, karena agama jelas bukan suatu kultur, tapi
perilaku yang didasarkan pada mata pelajaran agama kemudian disebut kultur. Dan dalam hal
ini sangat mungkin terjadi ketika disebuah kelas terdapat banyak keyakinan agama yang
dianut oleh para peserta didik. Perilaku keagamaan antara yang satu dengan yang lain jelas
berbeda sehingga membutuhkan sikap kearifan untuk menyikapinya sebagai seorang
pendidik.
2. Perbedaan etnis dan corak bahasa

Zaman sekarang merupakan era globalisasi sehingga sangat mudah terjadi pertemuan antara
berbagai macam budaya (akulturasi). Seperti dalam sebuah kelas, sangat mungkin latar
belakang para peserta didiknya berasal dari berbagai daerah. Hal itu mewujudkan adanya
ragam bahasa yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Maka, peran guru jelas sangat
perlu untuk menyikapi perbedaan etnis dan bahasa yang dimiliki para peserta didik.
3. Perbedaan jenis kelamin dan gender (konstruksi sosial)
4. Perbedaan status sosial
Setiap peserta didik sudah barang tentu berlatar belakang yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Ada peserta didik yang berasal dari kalangan mampu. Namun, ada juga yang berasal
dari keluarga miskin. Disini pendidikan harus mampu mengakomodir kedua jenis latar
belakang itu.
5. Perbedaan kemampuan
Proses pendidikan yang diselenggarakan secara general mengaburkan aspek perbedaan segi
kemampuan, baik secara fisik maupun nonfisik.
2.3 KONSEP DASAR PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
Dalam pembelajaran tidak terlepas dari keragaman budaya yang dimiliki oleh peserta didik
sebagai bagian dari anggota masyarakat, yaitu keragaman dalam hal bahasa, etnis, cara hidup,
nilai-nilai, dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam pembelajaran tidak terlepas dari unsur kebudayaan, karena;
1. kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks;
2. kebudayaan merupakan prestasi manusia yang material;
3. kebudayaan dapat berbentuk fisik;
4. kebudayaan dapat berbentuk perilaku;
5. kebudayaan merupakan realitas yang objektif;
6. kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang terasing.
Berdasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang beragam kompleks dan terintegrasi, dalma
proses pembelajaran harus menggunakan multi disipliner, seperti: filsafat, sosiologi,
antropologi, biologi, psikologi, komunikasi.
Keanekaragaman budaya yang ada di masyarakat harus dijadikan dasar pengayaan dalam
pembeljaran sehingga guru harus menciptakan belajar untuk hidup bersama dalam damai
dan harmoni sesuai dengan salah satu pilar belajar dan UNESCO yaitu learning to live
together.
Peran guru dalam menerapkan nilai-nilai sebagai inti kebudayaan adalah:

1.

pendidik harus menjadi model;

2.

harus menciptakan masyarakat bermoral

3.

mempraktekkan disiplin moral;

4.

menciptakan situasi demokrasi;

5.

mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum;

6.

menciptakan budaya kerja sama;

7.

menumbuhkan kesadaran karya;

8.

mengembangkan refleksi moral;

9.

mengajarkan revolusi konflik.

2.4 STRATEGI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL


Seorang guru dituntut harus mampu menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dalam
menciptakan harmoni dan kedamaian di antara peserta didik yang dilandasi oleh
keanekaragaman budaya yang dimiliki peserta didik.
Dalam kegiatan multikultural tidak lepas dari hakikat pendidikan yaitu suatu proses
menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudayan dalam
tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global.
Komponen-komponen yang berhubungan dengan hakikat pendidikan adalah;
1. pendidik merupakan proses berkesinambungan;
2. proses pendidikan menumbuhkembangkan eksistensi manusia;
3. proses pendidikan muwujudkan eksistensi manusia;
4. proses pendidikan berlangsung dalam masyarakat membudaya;
5. proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi waktu dan ruang.
Pembelajaran multikultural dapat difokuskan pada pembelajaran perdamaian,
pembelajaran hak asasi manusia, dan pembelajaran untuk demokrasi.
Strategi pembelajaran perdamaian dapat menggunakan strategi introspektif, interaksi sosial,
pengenalan lingkungan alam dan rekreasi. Strategi pembelajaran hak-hak asasi manusia dapat
dilakukan dengan cara; belajar tentang hak-hak asasi manusia, belajar bagaimana
memperjuangkan hak-hak asasi manusia, belajar melalui pelaksanaan hak-hak asasi manusia.
Strategi pembelajaran untuk demokrasi dapat dilakukan dengan cara; etos demokrasi harus
berlaku ditempat pembelajaran, pembelajaran untuk demokrasi berlangsung secara terusmenerus, penafsiran demokrasi harus sesuai dengan konteks sosial budaya, ekonomis, dan
evolusinya.

2.5 PROSEDUR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL


Prosedur yang ditempuh dalam pengelolaan pembelajaran multikultural adalah melalui
tahapan; kegiatan pendahuluan, kegiatan utama, analisis, abstraksi, penerapan, dan kegiatan
penutup.
Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran multikultural adalah menciptakan suasana yang
kondusif sehingga setiap peserta didik dapat belajar dalam harmoni dan kebersamaan.
Kegiatan utama merupakan kegiatan instruksional yang menekankan pada penciptaan
pembelajaran yang harmoni untuk membentuk kepribadian peserta didik yang penuh toleransi
didasarkan pada keanekaragaman budaya.
Kegiatan analisis dalam tahapan pembelajaran multikultural adalah memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk berbagi pemikiran dan pemahaman pribadi tentang sesuatu yang
sudah dipelajarinya.
Abstraksi dalam pembelajaran multikultural merupakan upaya pendidik untuk memperjelas
materi inti yang harus dipahami oleh peserta didik.
Penerapan dalam pembelajaran multikultural adalah untuk mengukur perubahan yang terjadi
pada peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.
Kegiatan penutup adalah kegiatan akhir dari prosedur pembelajaran multikultural yang dapat
dilakukan sekaligus dengan kegiatan penilaian.

PEMBELAJARAN DALAM LINGKUNGAN


A.

Latar Belakang

Pembelajaran memiliki peranan penting dalam perkembangan kehidupan manusia. Keluarga


digunakan sebagai lembaga utama dalam pengenalan kebudayaan pada anak-anaknya. Selain
dalam keluarga,sekolah juga merupakan salah satu lembaga utama untuk mewariskan
kebudayaan.
Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan merupakan perwujudan dari demokratisasi
pembelajaran melalui pelayanan, pembelajaran untuk kepentingan masyarakat. Pembelajaran
berwawasan masyarakat menjadi sebuah gerakan penyadaran masyarakat untuk terus belajar
dalam mengatasi tantangan kehidupan yang berubah ubah dan semakin berat.
Dalam pembelajaran berwawasan kemasyarakatan, masyarakat sebagai satu sistem sosial
yang di dalamnya terdapat proses-proses sosial. Pendidikan nasional sebagai bagian dari

pembelajaran umat manusia harus berpartisipasi untuk bersama-sama membangun


masyarakat madani.

PEMBAHASAN

A.

Definisi Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi


terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan,
proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami
sesuatu yang dipelajari.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku
dimanapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, walaupun mempunyaikonotasi yang berbeda. Dalam
konteks pembelajaran, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor)
seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru
dengan peserta didik.
Pengertian pembelajaran menurut para ahli:
1.

Knowles

Pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai yujuan


pembelajaran.
2.

Slawvin

Pembelajaran di definisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang di sebabkan


oleh pengalaman.
3.

Woolfolk

Pembelajaran berlaku apabila sesutu pengalaman secara relatifnya menghasilkan


perubahan, kekal dalam pengetahuan dan tingkah laku.
4.

Crow and Crow


Pembelajaran adalah pemerolehan tabiat, pengetahuan dan sikap.

5.

Rahil mahyuddin

Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan keterampilan kognitif yaitu
penguasaan ilmu dan perkembangan kemakhiran intelek.
6.

Achjar khalil

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
Jadi, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dan
pendidik, serta sumber belajar di lingkungan belajar, yang dilakukan kapanpun dan
dimanapun, yang menyebabkan suatu perubahan tingkah laku pada peseta didik.
B.

Definisi Wawasan

Wawasan menurut kamus dewan bahasa dan pustaka ialah bayangan, penglihatan,
dan gambaran. Didalam konteks yang lebih luas lagi, wawasan boleh dinyatakan sebagai
anggapan, paham atau tanggapan pikiran. Wawasan merupakan pandangan, pendapat,
pengertian, dan konsepsi suatu perkara.

C.

Definisi Masyarakat

Untuk lebih memahami definisi masyarakat, ada beberapa definisi masyarakat dari
beberapa tokoh berikut ini.
1.

Selo Sumarjan (1974)

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.


2.

Ralph Linton (1968)

Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang
relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka
menganggap sebagai satu kesatuan sosial.
3.

Karl Marx

Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau
perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara
ekonomi.
4.

Emile Durkheim

Masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan


anggotanya.
5.

Paul B. Horton & C. Hunt

Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam
waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta
melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
6.

Prof. Dr. Koentjaraningrat (1994)

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat berkelanjutan dan terikat oleh suatu rasa identitas yang
sama. Dengan demikian, masyarakat memiliki unsur-unsur berikut.
a.

Ada sejumlah orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu.

b.

Berinteraksi dalam waktu yang relatif lama.

c.

Pola interaksinya menurut sistem adat tertentu.

d.

Ada kontinuitas dari proses interaksi menurut adat istiadat.

e.

Ada keterkaitan suatu rasa identitas bersama.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sejumlah
manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai
kepentingan yang samaseperti; sekolah, keluarga, dan perkumpulan.
Jadi, Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan adalah pembelajaran yang
diselenggarakan dengan menggunakan berbagai potensi (sumber daya) yang ada pada
lingkungan masyarakat, yang terdiri atas sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber
daya budaya, dan sumber daya teknologi dengan tujuan agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dalam dirinya dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik.

D.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan

Prinsip-prinsip pembelajaran berwawasan kemasyarakatan sebagai berikut:


1.

Determinasi diri (self determination)

Determinasi diri mengandung makna bahwa setiap keputusan untuk kepentingan peserta
didik harus dimusyawarahkan terlebih dahulu secara bersama. Prinsip ini akan mendorong
terciptanya kondisi yang kondusif dalam melakukan berbagai kegiatan. Peserta didik akan
merasa dihargai apabila dilibatkan dalam pengambilan keputusan sehingga keputusan yang
diambil didasarkan kepada kepentingan bersama.
2.

Membantu dirinya sendiri (self help)

Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya
sehingga setiap pesserta didik dapat membantu dirinya untuk berkembang sesuai dengan

kapasitas yang dimilikinya. Prinsip ini akan menumbuhkan kemandirian pada peserta didik
untuk melakukan sesuatu keputusan, tanpa ketergantungan pada pihak lain.
3.

Mengembangkan kepemimpinan (leadership development)

Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam berbagai
kegiatan. Hal ini sangat penting, yaitu untuk melatih keberanian peserta didik dalam
mengatur sebuah kegiatan sehingga kepercayaan diri dari peserta didik akan terbentuk
dengan adanya pemimpin yang dapat diharapkan.
4.

Lokalisasi (localization)

Lokalisasi kegiatan pembelajaran diupayakan memiliki nilai strategis bagi pserta


didiksehingga memiliki kemudahan untuk dapat dijangkau oleh setiap peserta didik. Apabila
tempat kegiatan dianggap strategis, diharapkan motivasi peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran selalu tinggi.
5.

Pelayanan terpadu (integrated delivery of services)

Pelayanan yang diberikan kepada peserta didik dilakukan secara terpadu dari berbagai
komponen yang terlibat, hal ini didasarkan bahwa peserta didik merupakan sasaran yang
berhak menerima pelayanan secara maksimal.
6.

Menerima perbedaan (accept diversity)

Peserta didik yang mengikuti pembelajaran memiliki karakteristik yang heterogen, dengan
keanekaragaman karakteristik tersebut diharapkan menjadi modal untuk menciptakan
kebersamaan melalui pemenuhan kebutuhan belajar yang beraneka ragam. Perbedaan yang
dimiliki peserta didik bukan unntuk dijadikan sumber konflik, tetapi dengan perbedaan dapat
dijadikan sumber pengalaman dalam pembelajaran sehingga erjadi saling membelajarkan
diantara peserta didik.
7.

Belajar terus menerus (life long learning)

Prinsip belajar terus menerus harus memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik
untuk terus belajar sesuai dengan kebutuhannya. Konsekuensinya dalam kegiatan
pembelajaran harus menyediakan program materi yang beraneka ragam sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik.

E.

Tujuan Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan

Adapun tujuan pembelajaran berwawasan kemasyarakatan:


1.

Melatih kemampuan akademis peserta didik.

2.

Memperkuat mental fisik dan disiplin.

3.

Memperkenalkan tanggung jawab.

4.

Membangun jiwa sosial.

5.

Sebagai identitas diri.

6.

Sarana mengembangkan diri dan berkreativitas

F.

Teori Dasar Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan

Teori-teori pembelajaran yang menggunakan konsep pembelajaran berbasis


masyarakat, maka pembelajaran berwawasan kemasyarakatan didasarkan pada hal-hal
berikut, yaitu:
1.

Kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi peserta didik

2.

Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran

3.

Materi pembelajaran terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari dengan peserta didik

4.
Masalah yang diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta
didik
5.

Menekankan pada pembelajaran partisipatif yang berpusat pada peserta didik

6.

Menumbuhkan kerja sama di antara peserta didik

7.

Menumbuhkan kemandirian

G.

Metode Yang Digunakan Untuk Mempertemukan Penyuluh Dengan Khalayak

Dilihat dari metodenya atau cara mempertemukan penyuluh dengan khalayak


sasaran yang disuluh dikenal ada tiga metode penyuluhan, yaitu:
1.

Metode pendekatan masal.

Metode ini tepat di dalam menggugah kesadaran dan ketertarikan khalayak sasaran
terhadap suatu inovasi. Yang termasuk metode ini adalah ceramah atau rapat, siaran pedesaan,
pertunjukan film, penyebaran brosur dan pameran.
2.

Metode pendekatan kelompok.

Metode ini tepat di dalam menumbuhkan kemampuan evaluatif atau penilaian dan dalam
memberikan rangsangan pada khalayak sasaran penyuluhan agar mencoba suatu inovasi.
Contoh dari metode ini adalah diskusi kelompok, kursus tani, demonstrasi plot (demplot),
karyawisata, temu lapang.
3.

Metode pendekatan perorangan.

Metode ini tepat di dalam memberikan keyakinan kepada khalayak sasaran agar mau
menerapkan suatu inovasi. Contoh dari metode ini adalah kunjungan rumah atau anjangsana,
anjangkarya, surat-menyurat dan hubungan telpon.
Beberapa Metode Penyuluhan yang lain sebagai berikut.
1.

Anjangsana, anjangkarya

Anjangsana adalah kunjungan ke rumah terutama pada tokoh tani agar mau menjadi
penyuluh sukarela bagi anggota masyarakat di lingkungan pengaruhnya. Sedangkan
anjangkarya adalah kunjungan ke lahan tani agar petani mampu melaksanakan contoh
penerapan inovasi yang direkomendasikan.
2.

Pertemuan umum, ceramah, diskusi

Pada pertemuan umum pesertanya campuran dan banyak, sedangkan informasinya


tertentu untuk dipertimbangkan lagi dan dilaksanakan kemudian hari. Pada ceramah,
pesertanya lebih homogen, baik dalam pengetahuan maupun kepentingannya. Materi yang
disampaikan lebih spesifik dan lebih mendalam, dapat segera dipertimbangkan untuk
pengadopsiannya. Pada diskusi, para pesertanya lebih terbatas dan terjadi tukar pendapat,
baik pengetahuan maupun pengalamannya. Metode diskusi dipandang efektif dan efisien di
dalam menumbuhkan kreativitas dan tanggungjawab dan mempercapat proses adopsi karena
terjadi interaksi diantara anggota kelompok.
3.

Demonstrasi cara dan hasil

Metode ini dapat mempertunjukkan cara-cara atau hasil dari cara tersebut yang
dianjurkan dengan menggunakan teknologi baru. Demonstrasi cara bukan suatu percobaan
tetapi suatu percontohan yang telah diyakini kebaikan dan keberhasilannya. Pada demonstrasi
hasil dipertunjukkan hasil dari cara baru yang lebih meyakinkan dapat meningkatkan hasil
dan cocok bagi daerah tersebut. Metode ini baik untuk menambah pengetahuan, mengubah
sikap dan menambah keterampilan peserta demonstrasi. Kegiatan ini memerlukan persiapan
yang matang, baik tempat, waktu maupun sarana penunjangnya.
4.

Karyawisata atau widiawisata

Metode ini adalah metode kelompok yang berkarya sambil berwisata atau menambah
ilmu sambil berwisata. Tajuannya adalah memahami sesuatu cara usahatani yang berhasil di
daerah lain yang kondisi alamnya identik dengan keadaan alam tempat asal para peserta
widiawisata.
5.

Kursus tani

Metode ini adalah proses belajar mengajar di ruangan kelas dan di lapangan dengan
pendekatan kelompok, biasa terhadap tokoh-tokoh tani atau orang yang dianggap potensial
untuk bisa menyebarkan inovasi pada anggota yang lainnya. Dari hasil belajar mereka
diharapkan dapat menerapkan di lingkungannya agar dapat dicontoh oleh petani disekitarnya.

6.

Pameran

Metode pameran adalah untuk memperlihatkan secara sistematis tentang model, contoh,
barang, peta, grafik, gambar benda hidup sebagai hasil dari suatu kegiatan yang dianjurkan.
Pameran meliputi tiga tahap maksud komunikasi, yaitu: menarik perhatian, menggugah hati,
dan membangkitkan keinginan.
7.

Siaran melalui radio

Metode ini ditujukan khusus kepada petani dan keluarganya yang dapat mendengarkan
acara siaran melalui radio dengan topic-topik pembicaraan tertentu. Agar metode ini lebih
efektif, sebaiknya dikembangkan melalui pembinaan kelompok pendengar yang melakukan
diskusi kelompok di tempat kediamannya.
8.

Kampanye

Kampanye biasanya dilakukan dalam satu wilayah dan jangka waktu tertentu apabila
terdesak untuk melakukan sesuatu bagi kepentingan masyarakat. Syarat agar kegiatan
tersebut berhasil, maka kampanye harus bermata acara tunggal dan dilancarkan sebagai
jawaban terhadap masalah yang dihadapi bersama oleh sebagian besar petani.
H.
1.

Penerapan Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan


Satuan pembelajaran di masyarakat

Dengan mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 tentang SisDikNas dan pasal 26 ayat (4),
tercantum bahwa satuan pembelajaran nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan
pembelajaran yang sejenis.
a.

Kursus

Menurut arta sasmita (1985) kursus adalah sebagai mata kegiatan pembelajaran yang
berlangsung di dalam masyarakat yang dilakukan secara sengaja, terorganisir, dan sistematik
untuk memberikan materi pelajaran tertentu kepada orang dewasa atau remaja dalam waktu
yang relative singkat agar mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dari dan masyarakat. Contoh: kursus menjahit,
kursus computer, dan kursus kecantikan.
b.

Pelatihan

Pelatihan adalah kegiatan atau pekerjaan melatih untuk memperoleh kemahiran atau
kecakapan, pelatihan berkaitan dengan pekerjaan. Adanya program pelatihan yang terencana
dengan baik dan sistematis merupakan cara utama untuk membiasakan atau memberikan
kecakapan kepada individu agar dia terampil mengerjakan pekerjaannya. Contoh: pelatihan
kepemimpinan, pelatihan tutor, dan pelatihan metode pembelajaran.
c.

Kelompok belajar

Kelompok belajar adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan berencana melalui bekerja
dan belajar dalam kelompok belajar untuk mencapai suatu kondisi yang lebih baik
dibandingkan dengan kondisi sekarang. Contoh: kelompok belajar paket A, kelompok belajar
paket B, kelompok belajar paket C, kelompok belajar usaha.
d.

Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM)

Dengan mengacu kepada pendapat Sihombing (2001), PKBM merupakan tempat belajar
yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam rangka usaha untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi, dan bakat warga masyarakat. Contoh: kejar paket A,
kejar paket B, kejar paket C, KBU, PADU, kelompok pemuda produktif.
e.

Majelis taklim

Majelis taklim adalah suatu lembaga pembelajaran yang dibentuk atas dasar pendekatan dari
kebuthan masyarakat (bottom up approach), dengan kegiatannya lebih berorientasi pada
keagamaan, khususnya agam Islam. Melalui majelis taklim dibahas berbagai aspek yang
ditinjau dari sudut pandang agama Islam.
f.

Satuan pembelajaran yang sejenis

Satuan pembelajaran yang sejenis adalah satuan yang tidak termasuk pada luar satuan yang
sudah dijelaskan terdahulu satuan lainnya diantaranya pesantren, sanggar
seni, dan TKA/TPA.

2.

Program pembelajaran di masyarakat

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang SisDikNas dan pada pasal 26 ayat (3),
tercantum program pembelajaran nonformal meliputi pembelajaran kecakapan hidup,
pembelajaran anak usia dini, pembelajaran kepemudaan, pembelajaran pemberdayaan
perempuan, pembelajaran keaksaraan, pembelajaran keterampilan dan pelatihan kerja,
pembelajaran kesetaraan, serta pembelajaran lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.
a.

Pembelajaran kecakapan hidup

Adalah kemampuan yang mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
saling berinteraksi diyakini sebagai unsure penting untuk lebih mandiri. Pada dasarnya
pembelajaran kecakapan hidup bermaksud memberi kepada seseorang bekal pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan fungsional praktis serta perubahan sikap untuk bekerja dan
berusaha mandiri, membuka lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang
yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya.
b.

Pembelajaran anak usia dini (PAUD)

Adalah pembelajaran yang ditujukan bagi anak usia dini (0-6 tahun) yang dilakukan
pemberian berbagai rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pembelajaran selanjutnya.
c.

Pembelajaran kepemudaan

Adalah program pembelajaran yang sasarannya khusus pemuda. Program kepemudaan yang
dikembangkan di Indonesia ini contohnya adalah dengan dibentuknya kelompok usia pemuda
produktif (KUPP). Melalui program KUPP diharapkan para pemuda melalui kemampuan
tertentu dalam bidang usaha sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.
d.

Pembelajaran pemberdayaan perempuan

Pembelajaran pemberdayaan perempuan diperuntukan khusus untuk perempuan. Hal ini


didasarkan bahwa masih banyak perempuan yang belum berdaya, padahal mereka memiliki
potensi yang perlu dikembangkan.
e.

Pembelajaran keaksaraan

Pembelajaran keaksaraan yang dikembangkan adalah program keaksaraan fungsional yang


pada dasarnya merupakan suatu pengembangan dari program keaksaraan sebelumnya.
f.

Pembelajaran keterampilan

Program pembelajaran keterampilan ditujukan untuk membekali warga belajar dalam bidang
keterampilan yang dapat dijadikan bekal usaha. Dengan keterampilan yang dimiliki
diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kemampuan dirinya untuk peningkatan
kesejahteraan hidupnya.
g.

Pembelajaran kesetaraan

Program kesetaraan yang ada dimasyarakat yaitu mencakup kelompok belajar paket A, kejar
paket A yaitu suatu upaya belajar dan bekerja secara sadar dan berencana dalam organisasi
kelompok untuk meningkatkan pembelajaran warga belajar, sehingga setara dengan sekolah
dasar melalui paket A sebagai media/bahan belajarnya.

I.
Implementasi Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan di Lingkungan
Keluarga, Sekolah, dan Lingkugan Masyarakat
1.

Keluarga

a)
Orang tua menanamkan nilai dan moral dengan cara membimbing anak untuk saling
menyayangi, menghormati orang yang lebih tua, berbicara sopan, dan lain- lain.
b)
Orang tua mendampingi anak dalam belajar berbagai pengetahuan, seperti
berhitung dan membaca.

2.

Sekolah

a)

Siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler misalnya Pramuka, PMR, dan lain-lain.

b)

Melakukan tanggung jawab dengan baik jika menjadi pengurus kelas.

c)

Menjadi anggota koperasi sekolah.

3.

Masyarakat

a)

Kerja bakti

b)

Siskamling

c)

Karang Taruna

d)

Pembelajaran keaksaraan atau buta aksara

e)

Pembelajaran keterampilan atau pelatihan

PENUTUP

Simpulan
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan merupakan pembelajaran yang
diselenggarakan dengan menggunakan berbagai potensi (sumber daya) yang ada pada
lingkungan masyarakat, yang terdiri atas sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber
daya budaya, dan sumber daya teknologi dengan tujuan untuk melatih kemampuan akademis
peserta didik dan Memperkuat mental fisik dan disiplin Pembelajaran berbasis.
Dengan mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, pasal 26 ayat (4),
tercantum bahwa satuan pembelajaran nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan
pembelajaran yang sejenis.

Saran
Dengan membaca makalah Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan dapat
mengadakan kegiatan yang bermanfaat baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pembaca mampu mencari sumber informasi lain, sebagai pengetahuan untuk
membuat kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat.

PENDIDIKAN BERWAWASAN KEWIRAUSAHAAN

Pendahuluan

Industri yang berkembang sampai saat ini belum dapat menyerap tenaga muda dengan
pendidikan tinggi. Hal ini seperti yang dilaporkan dalam kemajuan pembangunan milenium
Indonesia tahun 2007, jumlah penduduk miskin (pendapatan kurang dari US$2/hari) masih
49%
sedangkan penggangguran usia 15-24 th adalah 57% .
Jumlah sarjana mengganggur melonjak dratis dari 183.629 orang pada tahun 2006 menjadi
409.890 orang padatahun 2007. Ditambah dengan pemegang gelar diploma I,II dan III yang
mengganggur menurutdata tahun 2007 lebih dari 740.000 orang. (Kompas, 2008).
Berdasarkan
analisis data tersebutdapat diketahui bahwa industri yang berkembang belum dapat menyerap
tenaga muda denganpendidikan tinggi. Tidak terserapnya lulusan pendidikan tinggi tersebut
antara
lain karenakompetensi lulusan yang masih rendah atau tidak sesuai dengan kebutuhan kerja.

Oleh karena itu para tenaga kerja muda ini harus mampu menciptakan lapangan kerja
sendiri, dengan meningkatkan kreativitas dan kemampuan entrepreneur. Kewirausahaan
merupakan jiwa yang bisa dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan
umumnya memiliki potensi menjadi pengusaha tetapi bukan jaminan menjadi pengusaha, dan
pengusaha umumnya memiliki jiwa kewirausahaan. Ciri penting dari seseorang yang
memiliki
jiwa entrepreneurship adalah kemampuan pemimpin, kemandirian, kerjasama dalam tim,
kreativitas dan inovasi, serta keberaniannya dalam menghadapi dan mengambil resiko
terhadap

keputusan yang dibuat yang mendasari tindakan riil yang dilakukan. Berani mengambil
resiko itu
bukan berarti nekad dan ngawur. Resiko apapun yang diambil oleh seorang entrepreneur
seebnarnya melalui perhitungan secara hati-hati, cermat, meskipun dalam waktu yang
singkat.

Entrepreneurship
Hakikat dasar dari kewirausahaan adalah krativitas dan inovasi. Kreativitas adalah berpikir
sesuatu yang baru, sedangkan inovasi adalah berbuat sesuatu yang baru
Masih menurut Zimmerer (1996) kewirusahaan dapt dipelajari dan diajarkan sebagai
sesuatu disiplin ilmu tersendiri karena memiliki objek, konsep, teori dan metode ilmiah.

Hubungan antara entrepreneurship dan pengembangan metode pembelajaran


Sehubungan dengan entreprenurship yang dikaitkan dengan pengembangan metode
pembelajaran, dan sebaliknya (Harsono,1999) menyampiakan pesan-pesan sebagai berikut :
a. Anda harus belajar banyak tentang diri sendiri, jika anda bermaksud untuk mencapai tujuan
yang sesuai dengan apa yang paling anda inginkan dalam hidup ini. Kekuatan anda datang
dari tindakan-tindakan anda sendiri dan bukan dari tindakan orang lain. Meskipun resiko
kegagalan selalu ada, para entrepreneurship mengambil resiko dengan jalan menerima
tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalan harus diterima sebagai
pengalaman belajar. Belajar pengalaman masa lampau akan membantu anda menyalurkan
kegiatan anda untuk mencapai hasil yang lebih baik, lebih positif, dan keberhasilan
merupakan buah dari usaha yang tak mengenal lelah.
b. Anda harus bersedia belajar dari berbagai pengalaman yang berubah dari waktu ke
waktu. Anda harus selalu sadar akan cara-cara baru untuk meningkatkan produktivitas anda
sendiri. Salah satu kunci utama bagi keberhasilan anda adalah keterlibatan anda dalam
pertumbuhan pribadi secara terus menerus.
Dalam pesan yang pertama terkandung makna self directed learning, ialah belajar

secara mandiri. Pesan yang kedua mengandung makna problem based learning dan sekaligus
problem solving.
Entrepreneurship membutuhkan proses belajar mengajar yang memusatkan diri pada
pencapaian hasil belajar pada domain cognitive tingkatan yang lebih tinggi, yaitu application,
analysis, synthesis dan evaluation.
Pembekalan kewirausahaan (mata kuliah) Sense of business dapat dikembangkan melalui
pendidikan kewirausahaan yang baik berupa kegiatan di dalam perkuliahan maupun di luar
perkuliahan
Pembelajaran Wawasan Multikultural
1.

Pengertian dan Latar Belakang

Kata Multikultural tatanan budaya masyarakat erat hubungannya dengan pluralisme namun
berbeda. Ada banyak ilmuan yang memberikan definisi sebagai berikut (Naim dan Sauqi,
2008 : 121-122).
a.

Elizabeth B. Taylor dan L.H Morgan

Sebuah budaya yang universal bagi manusia dalam berbagai macam tingkatan.
b.

Emile Durkheim dan Marcel Maus

Adalah sekolompok masyarakat yang menganut simbol yang mengikat.


c.

Franz Boas dan A.L Kroeber

Adalah hasil sebuah sejarah khusus umat manusia yang melewati secara bersama-sama.
2.

Tujuan Pendidikan Berbasis Multikultural

Menurut Banks, tujuan pendidikan berbasis multukultural yaitu :


a. Memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka
ragam.
b. Membantu membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik
dan kelompok beragama.
c.

Memberikan ketahanan siswa dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya.

d. Membantu membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif


mengenai perbedaan kelompok.
Menurut Dickerson dan Banks konsep pendidikan untuk kebebasan bertujuan untuk :

a. Mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi didalam


demkorasi dan kebebasan masyarakat.
b. Memajukan kebebasan, kecakapan dan keterampilan terhadap lintas batas etnik dan
budaya.

A. Pembelajaran Berwawasan Lingkungan


1.

Pengertian dan Latar Belakang

Sartain (psikologi Amerika) lingkungan (environment) meliputi semua kondisi dalam dunia
ini, memengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, dan perkembangan atau life process manusia
kecuali gen (Purwanto, 2009 : 72).
Pendidikan lingkungan harus berdasarkan konsep dasar makna lingkungan hidup untuk
mengajarkan, membina, memberi teladan dan dorongan sikap dan perilaku untuk
melaksanakan pengelolaan ekosistem secara bermakna. Pengelolaan lingkungan hidup makna
sebenarnya adalah pengelolaan perilaku makhluk hidup, sikap, kelakuan dan berbagai serasi
dengan tatanan alam.
2.

Ruang Lingkup

Sartain (dalam Purwanto, 2009 : 72) membagi lingkungan menjadi tiga bagian yaitu :
a.

Lingkungan Alam atau Luar (External or Physical Environtment)

Yang bukan manusia. Seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim dan hewan.
b.

Lingkungan Terdalam (Internal Environment)

Sesuatu yang termasuk dalam diri kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik.
c.

Lingkungan Sosial (Social Environment)

B. Pembelajaran Berwawasan Entrepreneurship


1.

Pengertian dan Latar Belakang

Entrepreneurship merupakan istilah bahasa Prancis memiliki arti between taker


atau go-between. Pengertian go-between atau perantara adalah pada saat Marcopolo yang
mencoba merintis jalur pelayaran dagang ketimur jauh, Marcopolo tidak menjula barangnya
sendiri, dia hanya membawa pengusaha penandatanganan kontrak. Dalam kontrak ini
dinyatakan bahwa si pengusaha memberi pinjaman dagang kepada Marcopolo, dari penjualan
barang tersebut Marcopolo mendapat bagain 25% termasuk asuransi, sedangkan si pengusaha
memperoleh keuntungan lebih dari 75%, segala resiko ditanggung oleh pedagang.

Menurut Schumpeter seorang Entrepreneur tidak selalu pedagang (businessman).


Istilah kewirausahaan mulai dipopulerkan tahun 1990-an. Pengertian secara harfiah
kewirausahaan berasal dari kata wirausaha diberi awalan ke- dan akhiran an yang bersifat
membuat kata benda. Bila wira diartikan sebagai berani dan usaha diartikan sebagai kegiatan
bisnis yang komersial maupun non-bisnis dan non-komersial, kewirausahaan dapat diartikan
sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan keberanian seseorang untuk melaksanakan sesuatu
kegiatan bisnis atau non-bisnis atau non-bisnis (mandiri).
Menurut hasil Simposium Nasional Kewirausahaan 7-8 Februari 1995 diJakarta
kewirausahaan adalah kesatuan terpadu dari semangat, nilai prinsip sikap, kiat seni dan
tindakan nyata. Dalam Inpres No.4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan
dan Membudayakan Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan dalam
menangani usaha atau kegiatan.
Pengertian Entrepreneur dan Entrepreneurship diantaranya :
a.

Orang yang menanggung resiko.

b.

Orang yang memobilisasi dan mengalokasikan modal.

c.

Orang yang menciptakan barang.

d. Orang yang mengurus perusahaan.


e. Kewirausahaan adalah mental dan sikap jiwa yang selalu efektif berusaha meningkatkan
hasil karyanya dalam arti meningkatkan penghasilan.
f. Kewirausahaan adalah proses seseorang guna mengejar pelunag memenuhi kebutuhan
dan keinginan melalui inovasi tanpa memerhatiakn sumber daya yang mereka kendalikan.
g.

Kewirausahaan adalah proses dinamis untuk menciptakan tambahan kemakmuran.

h. Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu lain dengan menggunakan waktu dan
kegiatan disertai modal jasa dan risiko serta menerima balas jasa, kepuasan dan kebebasan
pribadi.
Adapun yang dimaksud dengan wirausaha adalah sebagai berikut :
a. Wirausaha adalah mereka yang berhasil mendapatkan perbaikan pribadi, keluarga,
masyarakat, dan bangsanya.
b. Wirausaha adalah seseorang pakar tentang dirinya sendiri. Orang yang mendobrak sistem
ekonomi dengan memperkenalkan barang dan jasa dengan menciptakan organisasi baru atau
mengelola bahan baku baru. Wirausaha adalah orang yang berani memaksa diri untuk
menjadi pelayan bagi orang lain (Gede Prama).
c. Menurut businessman, wirausaha adalah ancaman pesaing baru (rekan, pemasok,
konsumen atau seseorang yang bisa diajak kerjasama).

d. Menurut pemodal, wirausaha adalah seseorang yang menciptakan kesejahteraan buat


oranglain yang menemukan cara baru untuk menggunakan resouces, mengurangi
pemborosan, dan membuka lapangan kerja yang disenangi oleh masyarakat.
e. Menurut ekonom, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mengorganisasi faktor-faktor produksi, alam, tenaga, modal, dan keterampilan untuk tujuan
berproduksi.
f. Menurut psikologis, wirausaha adalah seseorang yang memiliki dorongan kekuatan dari
dalam untuk memperoleh sesuatu tujuan, suka mengadakan eksperimen untuk menampilkan
kebebasan dirinya diluar kekuasaan oranglain.

2.

Ciri-Ciri Entrepreneur

Ciri-ciri seseorang Entrepreneur menurut Edvardson adalah :


a.

Internal locus of control (memiliki sikap/ketetapan hati)

b.

High energy level (bersemangat tinggi)

c.

High need for achievemant (motivasi berprestasi tinggi)

d. Tolerance for ambiguity (dapat memahami perbedaan pendapat)


e.

Self confidence (percaya diri)

f.

Action oriented (berorientasi tindakan)

3.

Mengembangkan Jiwa Entrepreneurship

Kesediaan bekerja keras dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan.

Mampu berdiri sendiri dalam menjalankan usaha guna mencapai tujuan pribadi, keluarga,
bangsa dan negara.

Mengetahui dan mengerti bahwa wirausaha merupakan pejuang kemajuan.

Memperkuat perekonomian.

Memahami jiwa dan semangat wirausahaan.

4.

Tujuan Mengembangkan Jiwa Entrepreneurship

a.

Meningkatkan jumlah para wirausaha yang berkualitas.

b. Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan


kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
c. Membudayakan semangat sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan di kalangan
pelajar dan masyarakat yang mampu, handal, dan unggul.
d. Menumbuhkembangkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang tangguh dan kuat
terhadap siswa dan masyarakat.

5.

Ruang Lingkup Entrepreneurship

a.

Lapangan agraris, seperti pertanian, perkebunan dan kehutanan.

b. Lapangan perikanan, seperti pemeliharaan ikan, penetasan ikan, makanan ikan dan
pengangkutan ikan.
c.

Lapangan peternakan, seperti burung atau ungas, binatang menyusui.

d. Lapangan perindustrian dan kerajinan, seperti industri besar, industri menengah, industri
kecil, pengrajin, pengelolaan hasil pertanian, pengelolaan hasil perkebunan, hasil perikanan,
peternakan dan kehutanan.
e.
f.

Lapangan pertambangan dan energi.


Lapangan perdagangan, seperti pedagang besar, menengah dan kecil.

g. Lapangan pemberi jasa, seperti pedagang perantara, pemberi kredit dan perbankan,
sebagai pengusaha angkutan, pengusaha hotel dan restauran, sebagai biro jasa travel
pariwisata, pengusaha asuransi, pergudangan, perbengkelan, koperasi, tata busana, dan
sebagainya.

6.

Praktik

a. Mengundang tokoh Entrepreneur terkemuka sebagai pembicara seminar tentang


Entrepreneurship yang diadakan di sekolah.
b.

Berjualan kecil-kecilan sambil bersekolah.

c.

Dapat dipercaya saat menjadi bendahara kelas atau sebagai pengatur uang kas kelas.

d. Menggunakan uang jajan dari orangtua dengan bijak dan tepat guna.
e.

Selalu disiplin masuk sekolah, mengerjakan PR tepat waktu, dan sesuai perintah.

f.

Menghargai pendapat dan hasil orang lain.

g.

Memiliki semangat belajar tanpa imbalan.

h.

Selalu muncul motivasi baru saat melihat teman berprestasi.

DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Prof.Dr.Oemar.2001.Proses Belajar Mengajar.Bandung:Bumi Aksara
Hatimah, Ihat, dkk. 2007. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan.
Jakarta:Universitas Terbuka
Wahyuni, Niniek Sri dan Yuniarti. 2007. Manusia dan Masyarakat. Jakarta: Ganeca Exact
Zubaedi M.Ag, M.Pd.2009.Pembelajaran Berbasis Masyarakat.Yogyakarta:pustaka pelajar
http://sdnlombang03.wordpress.com/2011/01/17/contoh-laporan-pembelajaranberwawasan kemasyarakatan/file:///G:/pendekatan-pembelajaran-dalam-berbagai.html
file:///G:/SATUAN%20DAN%20PROGRAM%20PEMBELAJARAN
%20MASYARAKAT 20_%20Mudiartana's%20Blog.htm
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor : 045/U/2002 tanggal 2 April 2002
tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional,
Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance) Pendidikan Tinggi, 2003. Dirjen Dikti
Departemen Pendidikan nasional, Higher Education Long Term Strategy 2003- 2010, 1 April
2003. Buku Referensi Gerson Richard F (2004), Mengukur kepuasan pelanggan, PPM Jakarta
Buku karya M.Thobroni

Contoh Soal
1.

Jelaskan dan berikan contoh yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran?

2.

Siapa saja yang termasuk kedalam pemikiran pembelajaran dalam negri?

3.

Jelaskan pemikiran pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara!

4.

Jelaskan apa yang dimaksud pembelajaran berwawasan multicultural?

5. Lima komponen utama dalam pembelajaran berwawasan dalam negri, yaitu pembelajaran
berwawasan multicultural, lingkungan, enterpreunership, gender, anti korupsi. Jelaskan
makna 5 hal tersebut?
6. Apa tujuan belajar dan pembelajaran?
7.

Buatlah peta konsep mengenai teori belajar dan pembelajaran?

8.

Sebutkan teori belajar dan pembelajaran menurut para ahli?

9.

Mengapa RPP diperlukan dalam konsep teori belajar dan pembelajaran?

10. Apa perbedaan pembelajaran dalam negri dan pembelajaran berwawasan dalam negri?

Anda mungkin juga menyukai